Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018

UPAYA MENINGKATKAN SELF CONCEPT SISWA DALAM LAYANAN


BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEHNIK HOMEROOM
PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 AMBARAWA, KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Kartilah
Guru BK SMA Negeri 1 Ambarawa, Kabupaten Semarang
E-mail: Kartilahluwarso@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Self Concept dalam


Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Tehnik Homeroom pada Siswa Kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/2018.
Waktu penelitian dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2017/2018 selama 5 (lima) bulan antara bulan Agustus sampai Desember 2017
dengan mengambil tempat di SMA Negeri 1 Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ambarawa,
Kabupaten Semarang Sejumlah 29 siswa, Sebagai sample ada 10 siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Tindakan diambil sebanyak 3 kali
dalam 3 siklus. Tindakan pada Siklus I, II dan Siklus III menerapkan Layanan
Bimbingan Kelompok melalui Tehnik Homeroom, masing-masing Siklus terdiri
dari atas 4 tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), pengamatan tindakan (observation) dan refleksi tindakan
(evaluation).
Data awal tentang Self Concept didapat dari hasil pengamatan selama
kegiatan layanan Bimbingan kelompok , dan dari hasil analisa Psikologis
berupa Skala Self Concept siswa, juga diberikan kepada siswa setelah dilakukan
tindakan berupa layanan Bimbingan Kelompok melalui Tehnik Honeroom untuk
mengetahui tingkat perkembangan peningkatan Self Concept pada diri siswa.
Analisa data terhadap penelitian ini adalah Diskriptif Komparatif,
membandingkan Self Concept siswa antara kondisi awal dengan siklus I,
membandingkan Self Concept Siswa antara siklus I dengan siklus II. Dan Self
Concept Siswa dan III, Self Concept kondisi awal didapat dari pengamatan
perilaku saat kegiatan layanan Bimbingan Kelompok berlangsung , Pada siklus
I diadakan Layanan Bimbingan Kelompok melalui Tehnik Homeroom untuk
mengungkap permasalahan yang dialami siswa dan membahas solusi secara
bersama-sama. Pada siklus II data proses diperoleh dari perubahan hasil refleksi
siklus I . Pada siklus III data diperoleh dari perubahan hasil refleksi siklus II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan Self Concept Siswa
sangat berarti dengan melaksanakan layanan Bimbingan Kelompok Melalui
Tehnik Homeroom kepada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ambarawa,
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018

Kata Kunci : Self Concept, layanan Bimbingan Kelompok, Homeroom

12
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penentu dalam beserta pengalamannya. Oleh
keberhasilan perkembangan adalah karenanya, orang dengan konsep diri
konsep diri. Konsep diri (self positif anak akan lebih tepat
consept) merupakan suatu bagian memberikan nilai keberartian dirinya.
yang penting dalam setiap Sedang orang dengan harga diri
pembicaraan tenang kepribadian rendah menyebabkan kurang percaya
manusia. Konsep diri merupakan sifat diri, sehingga tidak efektif dalam
yang unik pada manusia, sehingga pergaulan sosial. Konsep diri positif
dapat digunakan untuk membedakan akan berpengaruh pada munculnya
manusia dari makhluk hidup lainnya. emosi positif, sepert kebahagiaan,
Konsep diri seseorang dinyata- kepuasan, dan seterusnya.Sebaliknya,
kan melalui sikap dirinya yang konsep diri negatif akan berpengaruh
merupakan aktualisasi orang tersebut. pada munculnya emosi negatif seperti
Manusia sebagai organisme yang kesedihan, tekanan, depresi, dan
memiliki dorongan untuk seterusnya.
berkembang. Perkembangan yang Dari proses pergaulan dan
berlangsung kemudian membantu sosialisasi dengan teman sebaya inilah
pembentukan konsep diri individu akan terbentuk proses perkembangan
yang bersangkutan. konsep diri (self concept) Apabila
Segala keberhasilan banyak perkembangan konsep dirinya positif
bergantung kepada cara individu maka akan timbul rasa percaya diri
memandang kualitas kemampuan anak, sebaliknya bila yang
yang dimiliki. Pandangan dan sikap berkembang konsep diri yang negatif
negatif terhadap kualitas kemampuan maka yang muncul adalah keyakinan
yang dimiliki mengakibatkan diri yang negatif tentang dirinya yang
individu memandang seluruh tugas akhirnya akan membentuk anak
sebagai suatu hal yang sulit untuk menjadi tidak percaya diri dan
diselesaikan, maka dari itu sangatlah memiliki penghargaan diri yang
penting untuk seorang perlu rendah pula.
memahami self Concept . Memahami Dari pengamatan peneliti di
diri sendiri terlebih dahulu baru bisa tempat bertugas ditemukan bahwa
memahami orang lain. siswa SMA Negeri 1 Ambarawa
Cara pandang anak dalam masih ada yang bermasalah, hal ini
melihat dirinya atau konsep diri anak dapat dilihat dari sikap siswa yang
memegang peranan penting dalam kurang percaya diri, kurang disiplin
pembentukan kepercayaan diri. diri, kurang memahami dirinya
Menurut Helmi (1995) konsep diri sendiri, tidak memperhatikan materi
positif pada akhirnya akan yang diberikan, tidak konsentrasi,
membentuk harga diri yang kuat. tidak serius. ke kantin saat pergantian
Harga diri merupakan penilaian jam pelajaran, yang berdampak pada
tentang keberartian dirinya dan nilai nilai ulangan yang rendah atau
seseorang yang didasarkan atas prestasinya kurang. Hal ini
proses pembuatan konsep dan menunjukkan bahwa siswa kurang
pengumpulan informasi tentang diri dapat memahami dirinya sendiri

13
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
atau dengan kata lain kurang persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang
memahami akan konsep dirinya mencakup kesadaran tentang diri
sendiri ( Self Concept ). sendiri. Konsep diri merupakan
Atas kenyataan dari masalah- representasi diri yang mencakup
masalah diatas, maka perlu diberikan identitas diri yakni karakteristik
layanan yang bisa menfasilitasi personal, pengalaman, peran, dan
kepentingan sejumlah siswa tersebut status sosial (Desmita, 2012).
secara bersama-sama melalui layanan berkaitan. Hurlock (dalam
kegiatan bimbingan kelompok simanjutak, 2009) menyatakan
dengan tehnik homeroom, karena individu dengan konsep diri positif
dengan pendekatan/tehnik ini dapat akan mengembangkan sikap-sikap
memberikan kesempatan pada seperti kepercayaan diri, harga diri
masing-masing anggota kelompok dan kemampuan untuk melihat
untuk memanfaatkan berbagai dirinya secara utuh. Dari beberapa
informasi, tanggapan dan reaksi teori diatas maka dapat diambil
timbal balik dalam menyelesaikan kesimpulan bahwa self concept
masalah, disamping itu melalui merupakan sikap kepercayaan dirinya
kegiatan kelompok masing-masing dan keyakinan mengenai kelemahan
individu dapat mengembangkan dan kelebihan yang ada pada dirinya
sikap tenggang rasa, ketrampilan serta karakteristik fisiknya yang
berkomunikasi, pengendalian ego terbentuk melalui persepsi dan
yang pada akhirnya masing-masing interpretasi terhadap diri sendiri dan
individu dapat menyumbang peran lingkungannya, kemudian individu
baik secara langsung maupun tidak dapat menilai hubungan dengan
langsung dalam pemecahan masalah. orang lain secara tepat dan akan
Rumusan Masalah menumbuhkan penyesuaian sosial
Berdasarkan latar belakang dan yang baik. Sebaliknya, self concept
identifikasi masalah yang telah negatif akan mengambarkan perasaan
diuraikan, maka rumusan masalah tidak mampu dan rendah diri.
dalam penelitian ini adalah : Apakah Individu akan merasa ragu dan
Melalui Bimbingan Kelompok kurang percaya diri.
Dengan Tehnik Homeroom Dapat Arti Bimbingan
Meningkatkan Self Concept Siswa ? Bimbingan adalah suatu proses
Tujuan penelitian pemberian atau layanan bantuan yang
Untuk meningkatkan self concept terus menerus dan sistematis dari
siswa melalui layanan bimbingan pembimbing kepada yang dibimbing
kelompok dengan tehnik homeroom. agar tercapai perkembangan yang
optimal dan penyesuaian diri dengan
B. LANDASAN TEORI lingkungan, (menurut M. Surya, 1988
Arti Self Concept :12).
Self concept merupakan bagian Bimbingan adalah penolong
penting dalam perkembangan individu agar dapat menolong dirinya
kepribadian. Seperti dikemukakan dan supaya individu itu dapat
oleh Rogers bahwa konsep mengenal serta dapat memecahkan
kepribadian yang paling utama masalah-masalah yang dihadapi
adalah diri. Diri (self) berisi ide-ide,

14
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
didalam kehidupannya, (menurut peralihan, tahap pelaksanaan,
Oemar hamalik, 2000 :193). tahap pengahiran ( Prayitno, 1995:40)
Arti Bimbingan dan Konseling a. Tahap Pembentukan
Bimbingan dan Konseling, Tahap Pembentukan merupakan
“Proses interaksi antara konselor tahap pengenalan, tahap pelibatan
dengan klien/konselee baik secara diri, tahap memasukan diri kedalam
langsung (tatap muka) atau tidak kehidupan suatu kelompok. Pada
langsung (melalui media : internet, tahap ini para anggota saling
atau telepon) dalam rangka mem- memperkenalkan diri dan
bantu klien agar dapat mengungkapkan tujuan atau harapan-
mengembangkan potensi dirinya atau harapan yang ingin dicapai. Tujuan
memecahkan masalah yang dari tahapan ini adalah agar tumbuh
dialaminya”. suasana kelompok, tumbuhnya minat
Pengertian Bimbingan Kelompok anggota mengikuti kegiatan
Menurut Sherzer dan stone kelompok, tumbuh suasana saling
(dalam W.S. Winkel & M.M. Sri mengenal,percaya, menerima, dan
Hastuti ,2007: 590) Bimbingan membantu diantara anggota
kelompok adalah suatu proses antar kelompok.
pribadi yang dinamis, yang terpusat b. Tahap Peralihan
pada pemikiran dan perilaku yang Setelah tahap pembentukan
disadari. bimbingan kelompok dapat
Prayitno (1995) Bimbingan dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu
Kelompok adalah suatu kegiatan yang tahap peralihan, dimana tahap ini
dilakukan oleh sekelompok orang (4 – merupakan pembangunan jembatan
8 ) dengan memanfaatkan dinamika antara tahap pertama dan tahap
kelompok. ketiga.
Bimbingan Kelompok dilaksana- c. Tahap Kegiatan
kan dengan cara menghidupkan Tahap ketiga dari bimbingan
dinamika kelompok dalam kelompok adalah tahap pelaksanaan
pencegahan maupun pengentasan kegiatan atau tahap kegiatan
masalah dalam membahas berbagai pencapaian tujuan, tahap ini
hal yang berguna bagi pengembangan merupakan tahap yang sebenarnya
pribadi peserta didik, dalam dari bimbingan kelompok, namum
bimbingan kelompok yang dibahas kelangsungan kegiatan kelompok
adalah topik-topik umum yang pada tahap ini amat tergantung dari
menjadi kepedulian bersama anggota keberhasilan dua tahap sebelumnya.
kelompok melalui dinamika d. Pengakhiran
kelompok yang intens dan Tahap keempat dari bimbingan
konstruktif, diikuti oleh semua kelompok adalah tahap pengakhiran
anggota kelompok di bawah atau tahap penilaian dan tindak
bimbingan pemimpin kelompok lanjut, pada tahap ini kegiatan
(Konselor). bimbingan kelompok hendaknya
Bimbingan kelompok pada umumnya dipusatkan pada pembahasan dan
dilakukan melalui empat tahap, yaitu penjelajahan tentang apakah para
tahap Pembentukan , tahap konseli akan mampu menerapkan hal-
hal yang telah mereka bahas dalam

15
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
bimbingan kelompok ( Prayitno, menyenangkan sehingga timbul rasa
2004: 18-19). nyaman dan terbuka.
Tujuan Umum Bimbingan “Menurut Pietrofesa Homeroom
Kelompok, berkembangnya kemam- adalah teknik penciptaan suasana
puan sosialisasi siswa, khususnya kekeluargaan yang digunakan untuk
komonikasi peserta layanan. mengadakan pertemuan dengan
Tujuan Kusus Bimbingan sekelompok siswa di luar jam- jam
Kelompok, membahas topik-topik pelajaran dalam suasana, dan
yang mengandung permasalahan dipimpin oleh guru atau konselor”.
aktual ( hangat ) dan menjadi Dalam program Homeroom ini
perhatian peserta. Melalui dinamika hendaknya menciptakan suasana
kelompok yang intensif, pembahasan yang bebas dan menyenangkan,
topik-topik itu mendorong sehingga peserta didik dapat
pengembangan perasaan, pikiran, mengutarakan perasaannya
persepsi, wawasan dan sikap yang mengekspresikan dirinya seperti
menunjang diwujudkanya tingkah halnya di rumah. Atau dengan kata
laku yang lebih efektif, dalam hal ini lain Homeroom ialah membuat suasana
kemampuan verbal dan non verbal kelas seperti dirumah. kegiatan ini
ditingkatkan. dapat di isi dengan tanya jawab,
Komponen dalam Bimbingan permainan, merencanakan sesuatu,
Kelompok, Pemimpin Kelompok bertukar pendapat dan sebagainya
(PK) Ciri-ciri dan Tujuan Teknik
1. Pemimpin Kelompok ( PK ) Homeroom
adalah Konselor yang terlatih dan Terdapat Ciri-ciri dalam teknik
berwenang menyelenggarakan Homeroom, antara lain: bersifat
praktik konseling profesional. kekeluargaan, terbuka, bebas,
Konselor memiliki ketrampilan menyenangkan, berkelompok.
kusus dalam menyelenggarakan Sedangkan tujuan dari tehnik
Bkp ( Bimbingan Kelompok. homeroom adalah
2. Anggota kelompok ( AK ) adalah a. Menjadikan peserta didik akrab
kumpulan individu menjadi dengan lingkungan
sebuah kelompok yang memiliki b. Untuk memahami diri sendiri (
persyaratan sebagaimana tersebut mampu menerima kekurangan
di atas. Besarnya kelompok dan dan kelebihan diri sendiri ) dan
homogenitas dan heterogenitas memahami orang lain dengan
anggota kelompok dapat (lebih) baik
mempengaruhi kinerja kelompok. c. Siswa nyaman dengan dirinya
Tehnik Homeroom sendiriUntuk berpartisipasi dalam
Pengertian Tehnik Homeroom kegiatan kelompok
Teknik Homeroom teknik yang d. Untuk mengembangkan sikap
dilakukan konselor dalam membantu positiff. Untuk menjaga hubungan
siswa memecahkan masalah-masalah sehat dengan orang lain
atau mengembangkan potensi siswa e. Untuk mengembangkan minat
dalam suasana yang menyenangkan f. Sadar akan kepentingan sendiri.
melalui kegiatan kelompok yang
dilakukan dengan suasana yang

16
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
Tahapan-tahapan Pelaksanaan menjalani kegiatan pada tahap
Teknik Homeroom selanjutnya
Secara umum, pelaksanaan 3) Meningkatkan kemampuan
bimbingan kelompok dengan keikutsertaan anggota
menggunakan teknik Homeroom 4) Ada beberapa hal yang harus
hampir sama dengan pelaksanaan diperhatikan oleh seorang
bimbingan kelompok pada umumnya, pemimpin; Menerima suasana
yang membedakan hanya suasana yang ada secara sabar dan terbuka,
kekeluargaan yang diciptakan. tidak mempergunakan cara cara
Tahapan pelaksanaan bimbingan yang bersifat langsung atau
kelompok menurut Prayitno ada mengambil alih kekuasaan,
empat, yaitu tahap pembentukan, mendorong dibahasnya suasana
tahap peralihan, tahap pelaksanaan perasaan, membuka diri sebagai
dan tahap pengakhiran. contoh dan penuh empati
a. Tahap Pembentukan c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap Tahap ini merupakan inti dari
pengenalan, tahap pelibatan diri atau kegiatan kelompok, maka aspek-
tahap pemasukan dirike dalam aspek yang menjadi isi dan
kehidupan suatu kelompok. pada pengiringnya cukup banyak, dan
tahap ini pada umumnya melakukan masing-masing aspek perlu mendapat
perkenalan dan memaparkan tujuan perhatian yang seksama dari
kontrak forum dan harapan yang pemimpin kelompok.
diinginkan setelah melakukan Tahap ini ada berbagai kegiatan
kegiatan tersebut. pada tahap ini yang dilaksanakan yaitu:
peranan utama pemimpin ialah 1) Masing-masing anggota secara
merangsang dan memantapkan bebas mengemukakan maslah atau
keterlibatan sesuai suasana yang topik bahasan
diinginkan kelompok tersebut, 2) Menetapkan maslah atau topik
pemimpin kelompok juga harus yang akan dibahas terlebih dahulu
mampu menimbulkan sikap 3) Membahas topik atau masalah
kebersamaan dan perasaan secara dalam dan tuntas
sekelomppok. d. Tahap Pengakhiran
b. Tahap Peralihan “Ketika kelompok memasuki
Tahap kedua adalah ‘jembatan’ tahap pengakhiran hendaknya
antara tahap pertama dan ketiga dipusatkan pada pembahasan dan
adakalanya jembatan ditempuh penjelajahan tentang apakah para
dengan amat mudah dan lancar, anggota kelompok menerapkan hal
artinya para anggota kelompok dapat hal yang mereka pelajari”Pada
segera memasuki tahap ketiga dengan tahapan pengakhiran bimbingan
penuh kemauan dan kesukarelaan. kelompok, pokok perhatian bukan
Adapun yang dilaksanakan pada berapa kali kelompok itu harus
dalam tahap ini yaitu: bertemu, tetapi pada hasil yang telah
1) Menjelaskan kegiatan yang akan di capai pada kelompok itu.
ditempuh pada tahap berikutnya Kerangka berpikir
2) Menawarkan atau mengamati Berdasarkan uraian teoritis di
apakah para anggota sudah siap atas dapat diajukan suatu kerangka

17
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
pemikiran atau suatu anggapan dasar
yang dapat melandasi kegiatan
penelitian ini. Kerangka pemikiran
pada dasarnya merupakan arahan
penalaran untuk bisa sampai pada
pemberian jawaban sementara atas
masalah yang telah dirumuskan.
Kerangka pemikiran berguna untuk
mewadahi teori – teori yang bisa Gambar 1: Kerangka Berfikir
seolah-olah lepas Satu sama lain
menjadi satu kerangka yang untuk a. Siswa pada kondisi awal tingkat
mengarah pada penemuan jawaban Self Concept Siswa masih kategori
sementara. Kerangka pemikiran rendah
merupakan argumentasi-argumentasi b. Siswa setelah mengikuti layanan
yang rasional terhadap teori – teori Bimbingan Kelompok mendapat-
yang digunakan untuk menjawab kan pengalaman baru dari teman
masalah. -temannya, hal- hal yang dapat
Pemberian layanan Bimbingan meningkatkan pengetahuan,
Kelompok tentang Self Concept Siswa pemahaman baru tentang arti
terhadap dirinya sendiri yang dapat pentingnya Self Concept. ( Konsep
dilakukan dimana saja, termasuk juga Diri )
disekolah. Masalah yang dihadapi c. Siswa dengan meningkatnya Self
oleh para siswa sangatlah beragam, Concept ( konsep Diri) , ia akan
salah satunya adalah kurangnya mengetahui dan memahami
pemahaman keberadaan dirinya keadaan dirinya sendiri dengan
sendiri ,masih ditemukanya siswa segala kelebihan dan kekurangan
yang belum mengetahui secara yang dimilikinya.
menyeluruh tentang Self Concept ( Hipotesis
Konsep Diri ). Melalui Layanan Berdasarkan uraian di atas, maka
Bimbingan Kelompok dengan tehnik hipotesis tindakan adalah:
Homeroom diharapkan akan mampu 1. Ada peningkatan Self Concept
memberikan pengetahuan dan melalui layanan Bimbingan
pemahaman yang benar mengenai Self Kelompok dengan tehnik
Concept , sehingga siswa tidak lagi homeroom.
merasa kurang memiliki rasa percaya 2. Jika proses layanan Bimbingan
diri , namun justru akan mampu Kelompok siswa kelas XI IPS 1
memiliki rasa percaya diri dan dilaksanakan dengan mengguna-
mampu dapat memahami tentang kan tehnik homeroom , maka Self
dirinya sendiri , akan merasakan Concept siswa melalui layanan
memiliki konsep diri yang positif, Bimbingan Kelompok dapat
Secara garis besar, kerangka berfikir mengalami peningkatan lebih
dari penelitian ini dapat baik dibandingkan dengan proses
digambarkan sebagai berikut: layanan bimbingan yang
dilakukan sebelumnya

18
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
C. METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang Dalam penelitian ini mengguna-
digunakan adalah penelitian tindakan kan metode pengumpulan data non
bimbingan dan konseling (Action tes, yaitu berupa skala psikologi
Research) memiliki arti suatu berupa skala self concept siswa dan
penelitian yang dilakukan dengan observasi. Skala psikologi yang
cara memberikan perlakuan terhadap berupa skala self concept siswa selalu
suatu kondisi. Metode ini mengacu kepada alat ukur aspek.
mempunyai tujuan untuk mencari Aspek yang diungkap terkait dengan
alternatif tindakan (memperbaiki self concept , Alasan menggunakan
dasar pemikiran dan kepantasan skala psikologi / skala self concept
suatu praktik, pemahaman terhadap siswa sebagai alat ukur adalah karena
praktik dan situasi di mana praktik itu sub variabel dalam variabel tersebut
diselenggarakan) yang tepat dalam adalah tentang self concept siswa
upaya meningkatkan pemahaman Dengan demikian skala psikologi
siswa dalam mengikuti layanan berupa skala self concept siswa dapat
bimbingan dan konseling. Seperti digunakan sebagai alat ukur yang
yang dikemukakan oleh wardani dapat mengungkap indikator perilaku
2007: 1,4 “ Penelitian tindakan adalah yang berupa pertanyaan maupun
bersifat Inkuiri atau penyelidikan pernyataan sebagai stimulus.
yang dilakukan melalui refleksi diri, Analisis Data
penelitian dilakukan oleh orang yang Analisa data terhadap penelitian
terlibat dalam situasi yang ini adalah Diskriptif Kwalitatif,
diteliti,yang dilakukan dalam situasi membandingkan antara kondisi awal
sosial termasuk pelayanan bimbingan siklus I, antara siklus I dengan siklus
dan konseling, reflektif dan II. Dan membandingkan antara
kolaboratif, reflektif yang artinya kondisi awal dengan siklus II. Pada
penelitian berawal dari permasalahan siklus III data diperoleh dari
riil dari proses pembelajaran yang perubahan hasil refleksi siklus I dan
sehari – hari dihadapi oleh guru BK / siklus II, pada siklus ini diberikan
Konselor dan siswa. Proses dan Layanan Bimbingan Kelompok
temuan hasil penelitian dengan tehnik homeroom.
didokumentasikan secara rinci dan Dalam penelitian ini
sistematis. Sedangkan kolaboratif menggunakan metode pengumpulan
artinya upaya perbaikan dalam proses data non tes, yaitu berupa skala
dan hasil pembelajaran tidak dapat psikologi. Data yang akan dianalisis
dilaksanakan sendiri oleh peneliti, dan diukur diperoleh langsung dari
namun harus dilaksanakan secara sampel responden yang menjawab
kolaboratif kerjasama dengan rekan item. Pada masing-masing item
sejawat dalam upaya merancang, terdapat empat kategori pilihan
melaksanakan, dan mengevaluasi jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai,
penelitian yang dilakukan. Tidak sesuai, Sangat Tidak Sesuai .

19
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018

Untuk mendeskripsikan tingkat D. HASIL PENELITIAN DAN


Self concept Siswa yang memiliki PEMBAHASAN
rentangan skor 1 s/d 4, dibuat interval
kriteria yang ditentukan dengan cara Seting Penelitian
sebagai berikut. Penelitian Tindakan Bimbingan
a. Menentukan skor jawaban skala Konseling (PTBK) ini mengambil
self concept dengan ketentuan setting di SMA Negeri I Ambarawa,
untuk item positif dan item yang terletak di Jalan Yos Sudarso No
negatif mempunyai skor yang 46 Telp. (0298) 591462.
berbeda. Hasil Penelitian Pra-Siklus
b. Menjumlahkan skor dalam setiap Deskripsi kondisi awal
variabel yang diperoleh tiap-tiap Kriteria self concept ditentukan dengan
responden. membuat interval sebagai berikut :
c. Menentukan skor maksimal = Data maksimal : Skor tertinggi X
skor tertinggi × jumlah item = 4 × jml.item= 4X40 = 160 (4/4X100%) =
40= 160 = 4/4 × 100% = 100% 100%
d. Menentukan skor minimal = skor Data minimal : Skor terendah X
terendah × jumlah = 1 x 40 = 40 Jml.item = 1X40 = 40 (1/4X100%) = 25
e. Menentukan rentangan skor = %
skor maksimal skor minimal = 160 Range : Data maksimal - Data minimal
- 40 - 120 = 100% - 25% = 75% =160 -40 = 120 (75 % )
Menentukan interval kelas = Panjang kelas interval =Range:
rentangan skor : jumlah kategori = 160 Panjang kelas =160/4=40 (75% : 4)
: 4 = 40 = 75% : 4 = 18,75% =18,75 %
Hasil dari pedoman observasi
Prosedur Penelitian awal yang dilakukan peneliti bersama
Penelitian ini dilaksanakan kolaborator, dapat disajikan sebagai
dengan menggunakan metode berikut :
Penelitian Tindakan Bimbingan dan Tabel 2 : Prosentase self concept
Konseling dengan 3 siklus yang siswa kondisi awal
masing-masing siklus mengalami Kriteria Kategori Frekuensi
empat tahapan yang terdiri dari 1-24 % Rendah 6
perencanaan (Planning), pelaksanaan 25-49 % Sedang 4
tindakan (Acting), Pengamatan 50-74 % Tinggi 0
(Observing) dan refleksi (Reflecting). 75-100 % Sangat tinggi 0
Jumlah 10

20
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
Berdasarkan tabel tersebut a. Peneliti mampu mengelola
terlihat bahwa kondisi awal sebelum kelompok, materi yang diberikan
bimbingan kelompok terdapat 6 siswa dengan tehnik homeroom mampu
dengan kategori memiliki self concept meningkatkan self concept siswa
rendah 4 siswa dengan kategori dalam mengikuti layanan
sedang. bimbingan kelompok,
Deskripsi Hasil siklus I penggunaan waktu sudah sesuai
1. Perencanaan tindakan perencanaan tapi belum
Membuat rencana kesepakatan maksimal. Hambatan yang
dengan siswa untuk menentukan dihadapi peneliti, yaitu masih ada
jadwal bimbingan kelompok dan siswa yang melakukan aktifitas
juga menyiapkan lembar observasi. lain yang mengganggu proses
2. Pelaksanaan Tindakan bimbingan kelompok.
Pertemuan dibuka oleh peneliti b. Rencana perbaikan, peneliti
dengan mengucapkan salam dan merencanakan kembali bimbingan
peneliti menjelaskan bahwa tujuan kelompok agar siswa dapat
pemberian materi melalui meningkatkan self concept pada
bimbingan kelompok secara dirinya.
umum. Kemudian dilanjutkan c. Self Concept dari kondisi awal dan
dengan pemberian materi setelah siklus I berdasarkan
bimbingan kelompok dengan pengamatan peneliti ada
menggunakan tehnik homeroom. peningkatan prosentase self
Setelah kegiatan selesai peneliti concept siswa dari kondisi awal
memberi kesempatan kepada sampai siklus I ada peningkatan
subyek untuk bertanya, memberi dapat dilihat dalam tabel 2 seperti
komentar ataupun ide-ide yang berikut
ingin disampaikan. Setelah selesai
peneliti menyampaikan Tabel 3 : Prosentase self concept
kesimpulan dari seluruh kegiatan. siswa siklus 1
Selanjutnya peneliti mengingatkan
kembali jadwal pertemuan yang Frekuensi
akan datang dan disepakati jadwal Kriteria Kategori
pertemuan . Kondisi Siklus I
3. Observasi awal
Selama bimbingan kelompok 1-24% Rendah 6 2
peneliti mengamati jalanya 25-49% Sedang 4 3
bimbingan kelompok dengan 50-74% Tinggi 0 5
pedoman observasi yang terkait 75-100% Sangat 0 0
dengan pertemuan bimbingan tinggi
kelompok yang sedang Jumlah 10 10
berlangsung.
4. Refleksi Berdasarkan tabel diatas dapat
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kondisi awal
peneliti dan kolaborator melelui sebelum menggunakan tehnik
lembar observasi diperoleh hal-hal homeroom dalam bimbingan
sebagai berikut : kelompok terdapat 6 siswa dengan

21
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
kategori rendah dan 4 siswa dengan 3) Perubahan self concept setelah
sedang. Setelah menggunakan tehnik siklus I dan siklus II dapat dilihat
homeroom menjadi 2 yang masih pada tabel berikut.
memiliki self concept rendah, 3 siswa
self concept sedang dan 5 siswa self Tabel 4: Prosentase hasil penelitian
concept tinggi.Pada siklus I terjadi kondisi awal, siklus1 dan siklus 2
peningkatan self concept dari rentang
1-24 % menjadi rentang 25-49 %,
sehingga baru mengalami
peningkatan self concept 25 % dan
belum mencapai target yang
diinginkan peneliti dan hanya 20 %
siswa yang memiliki self concept
tinggi, sehingga peneliti perlu
melakukan tindakan siklus II.
Deskripsi Hasil Siklus II
1. Rencana pada siklus II pada Berdasarkan tabel tersebut
dasarnya sama dengan siklus I menunjukkan bahwa self concept siswa
a. Pelaksanaan Tindakan setelah siklus II mengalami
Pelaksanaan siklus II merupakan peningkatan. Pada siklus I self concept
reaalisasi rencana yang disusun siawa pada rentang 25-49 % pada
dan dilakukan dengan baik siklus II sudah meningkat sampai
sesuai rencana. rentang 75-100 %. Dengan demikian
b. Observasi ada peningkatan 50 % untuk self
Dari hasil observasi dari peneliti concept siswa sehingga penelitian
dan kolaborator sudah banyak tidak dilanjutkan pada siklus
siswa yang memiliki pemahaman berikutnya.
self concept dalam mengikuti d. Hasil Penelitian
jalannya bimbingan kelompok Berdasarkan hasil penelitian ini
mereka juga sudah mulai dapat dijelaskan bahwa pelaksaaan
memiliki self concept dengan bimbingan kelompok dengan
tehnik homeroom. tehnik homeroom dapat
c. Refleksi meningkatkan self cocept siswa.
Peneliti dan kolabolator Karena hasil dari tindakan ada
memperoleh hasil observasi dari : peningkatan prosentase self concept
1) Peneliti mampu meningkatkan siswa hingga 50 %.
self concept siswa terhadap
materi bimbingan kelompok E. PENUTUP
dengan tehnik homeroom. Kesimpulan
2) Hambatan yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian
Pada dasarnya perilaku siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
yang mengganggu self Hasil penelitian menunjukkan adanya
conceptnya sudah bisa peningkatan self concept siswa melalui
diminimalkan. bimbingan kelompok dengan tehnik
homeroom pada siswa kelas XI IPS 1

22
ISSN 2406-8691 [VOLUME 5 NOMOR 1, APRIL] 2018
SMA Negeri 1 Ambarawa tahun Kasbolah, Kasihani. 2001. Penelitian
pelajaran 2017/2018. Tindakn Kelas. Malang:
Saran Universitas Negeri Malang.
Dalam penelitian ini peneliti
memberikan saran kepada berbagai Prayitno, 2004. Dasar–dasar
pihak diantaranya sebagai berikut: Bimbingan Dan Konseling.
1. Bagi guru BK SMA Negeri 1 Jakarta
Ambarawa, agar lebih
mengintensifkan layanan Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan
bimbingan kelompok kepada Kelompok dan Konseling
siswa sebagai strategi alternatif Kelompok .Padang: Universitas
untuk membantu siswa dalam Negeri Padang
memahami permasalahan yang
berkaitan dengan self consept siswa. Sugiyo, Suharso. 2008. Penyusunan
2. Untuk siswa diharapkan setelah Program Bimbingan Konseling Di
mengikuti layanan bimbingan Sekolah. Bahan Pendidikan Dan
kelompok dapat lebih memahami Pelatihan Guru ( PLl.PG ) Guru
dampak positif maupun negatif Pembimbing, Semarang:
dari adanya pemahaman tentang Universitas Negeri Semarang
self concept siswa ( Konsep diri ),
3. Bagi sekolah, menciptakan suasana Suharso, Awalya. 2008. Spektrum
kelas agar lebih kondusif nyaman Pelayanan Bimbingan Dan
dan menyenangkan. Konseling.Bahan Pendidikan dan
4. Metode atau kreatifias peneliti Pelatihan Guru ( PLPG ) Guru
dalam mengemas layanan yang di Pembimbing. Semarang:
berikan, dalam ini mekanisme Universitas Negeri semarang
homeroom sudah berhasil
menunjukkan peningkatan self Sutoyo, A. 2014. Pemahaman
concept siswa, peneliti menciptakan Individu : Observasi, Checlist,
suasana kelas agar lebih kondusif Kuisioner, dan Sosiomerti.
nyaman dan menyenangkan.an Yogyakarta : Pustaka Pelajar
bisa menjadi sempurna dan
layanan bimbingan kelompok Tajdri, I. 2010. Penelitian Tindakan
tersebut akan lebih berhasil apabila Bimbingan Dan Konseling.
dengan tehnik homeroom. Semarang: Widya Karya.

F. DAFTAR RUJUKAN W. S. Winkel. 2007. Psikologi


Arikunta, S, Sukarjono dan Supardi. Pengajaran. Yogyakara: Media
2006.Penelitian Tindakan Kelas. Abadi
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wibowo, Mungin Eddy. 2005.
http://janewinarni.wordpress.com/k Bimbingan Kelompok.
onsep-diri/diunduh 11 April Semarang: Unnes
2017

23

Anda mungkin juga menyukai