Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH KONSEP DIRI DENGAN KEYAKINAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Peserta didik yang belajar akan merasa bahwa dirinya
berkompeten dalam berbagai hal, mereka mampu untuk memenuhisuatu tujuan yang didinginkan. Dengan
belajar matematika seorang peserta didik akan dilatih untuk berpikir kritis, kreatif dan jujur. Peserta didik
juga bisa mengaplikasikan ilmu matematika yang ia peroleh dalam permasalahan sehari-hari maupun
disiplin ilmu lainnya.

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006, tujuan pembelajaran
matematika di sekolah adalah memecahkan masalah yang meliputi memahami masalah, merencanakan
model, dan menafsirkan solusi 1. Pemecahan masalah matematika dapat berupa menyelesaikan soal-soal
matematika. Akan tetapi kemampuan menyelesaikan soal matematika yang peserta didik miliki belum
tentu sesuai dengan harapan bahwa keterampilan menyelesaikan soal matematika di sekolah menengah
atas maupun sekolah menengah pertama masih rendah 2tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap sekolah menengah pertama bahwa secara umum hasil kemampuan menyelesaikan soal
matematika peserta didik masih belum memuaskan 3 Keterampilan penyelesaian soal matematika peserta
didik yang rendah akan mempengaruhi prestasi berupa hasil belajar/nilai tes soal matematika dari peserta
didik itu sendiri. Oleh karena itu, guru matematika perlu memberikan perhatian lebih dan mempelajari
faktor yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika. 4

Pada matematika, keyakinan sangatlah dibutuhkan untuk membantunya ketika mengerjakan suatu
permasalahan sehingga membiasakan untuk selalu jujur dan percaya diri dengan kemampuan yang
dimiliki. Untuk dapat mengerjakan permasalahan matematika tidak cukup dengan mengetahui cara
mengerjakan namun harus disertai dengan keyakinan tentang kebenaran dan pemahaman konsep dan
prosedur yang dimilikinya. Keyakinan matematis sangat penting dalam proses pembelajaran matematika.
Dengan mempunyai keyakinan matematis, maka siswa akan memiliki : (1) kemampuan dalam

1
Somawati, “Peran Efikasi Diri (Self Efficacy) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”, Jurnal
Konseling dan Pendidikan, 6:1, (2018),39
2
Ratnaningsih, Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMU Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah, (Bandung: UPI,2003), 2
3
Fakhrudin, Meningkatkan Kemampuan Pemecah Masalah Matematika Siswa Melalui Pembelajaran dengan
Pendekatan Open Ended, (Bandung: UPI,2010),
4
Kusaeri ‒ Ekky Dea Henwi Cahyan, “Sikap, Harapan, dan Persepsi Siswa pada Matematika Serta Implikasinya
Terhadap Kemampuan Regulasi Diri”, Jurnal Pengajaran MIPA, 21:2, (Oktober 2016),119.
mengevaluasi kemampuan diri sendiri, (2) keinginan untuk mengerjakan tugas-tugas matematika, dan (3)
disposisi matematika.

Faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika
adalah konsep diri. Semakin tinggi konsep diri yang dimiliki peserta didik maka semakin besar pula
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika. Hal itu menjelaskan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan antara konsep diri yang tinggi terhadap kemampuan menyelesaikan soal
matematika.5 Di sisi lain dalam membuktikan bahwa adanya pengaruh antara keyakinan dan konsep diri
yang tinggi terhadap kemampuan menyelesaikan soal matematika. 6 Apabila konsep diri peserta didik
rendah maka pemahaman peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika juga rendah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan latar belakang di atas terdapat rumus masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan pengaruh konsep diri dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini unutuk mengetahui hubungan pengaruh konsep diri dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
a. Kaitan konsep diri dan keyakinan diri dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika dapat memudahkan guru saat proses belajar mengajar berlangsung.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai korelasi antara konsep
diri dan keyakinan diri dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika
2. Bagi peneliti lain
Dari hasil uji korelasi konsep diri dapat bermanfaat bagi peneliti lain agar penelitian berikutnya
dapat menawarkan solusi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika.

5
Nur Alamsyah, “Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMAN 102 Jakarta”, Jurnal
SAP, 1:2, (Desember 2016), 163.
6
Hakaisnawati et.al., “Pengaruh Keyakinan Diri, Kemampuan Pemahaman Konsep, Motivasi Siswa Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika”, Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 2:2, (2017), 172.
E. Hipotesis penelitian
Hipotesis 1:
( H o ) : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika
( H 1) : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika
Hipotesis 2:
( H o ) : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keyakinan diri dengan
kemampuan menyelesaikan soal matematika
( H 1) : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keyakinan diri dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika
F. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep diri adalah pandangan peserta didik mengenai dirinya sendiri yang meliputi fisik,
sosial dan psikologis.
2. Keyakinan diri adalah penilaian peserta didik terhadap dirinya sendiri berkenaan dengan
kompetensi peserta didik untuk sukses dalam tugas-tugasnya.
3. Kemampuan menyelesaikan soal matematika adalah kecakapan peserta didik untuk
menyelesaikan soal matematika atau menguasai hal-hal yang berhubungan dengan mata
pelajaran matematika.
G. DESKRIPSI TEORI
1. Konsep Diri

Konsep diri sebagai pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri. 7
Konsep diri adalah
persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. 8
Definisi konsep diri dan
batasan-batasan dari konsep diri banyak diberikan oleh para ahli, namun isi definisi hampir sama atau
memiliki berbagai kesamaan. Berbagai definisi dan batasan yang diberikan oleh para ahli membuatnya
saling melengkapi satu sama lain. Pada setiap batasan dari konsep diri menurut para ahli selalu memiliki
kesamaan yaitu pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Atau dapat disimpulkan bahwa konsep diri
adalah pandangan peserta didik mengenai dirinya sendiri yang meliputi fisik, sosial dan psikologis.

Konsep diri terdiri atas bagaimana cara peserta didik melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana peserta didik merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana peserta didik menginginkan diri
sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan

a. Dimensi konsep diri


1) Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang peserta didik ketahui tentang
diri sendiri atau gambaran tentang diri sendiri. Gambaran diri sendiri merupakan
simpulan dari: 1). Pandangan peserta didik dalam berbagai peran yang kita pegang,
seperti pelajar. 2). Pandangan peserta didik tentang watak kepribadian yang mereka
rasakan pada diri mereka sendiri, seperti jujur, setia, gembira, bersahabat, aktif, dan
seterusnya. 3). Pandangan peserta didik tentang sikap yang ada pada diri mereka. 4).
Kemampuan yang peserta didik miliki. Atau lebih singkatnya dimensi pengetahuan
dari konsep diri adalah mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri
peserta didik sebagai pribadi 9 dimensi pengetahuan dari konsep meliputi gambaran
tentang diri sendiri yang meliputi usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan
dan lain sebagainya10
Kenyataan sebenarnya tentang diri peserta didik seringkali tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Gambaran yang peserta didik miliki tentang diri mereka
seringkali tidak sesuai dengan gambaran orang lain tentang diri mereka. Sebab, di
hadapan orang lain mereka seringkali berusaha menyembunyikan segi-segi tertentu

7
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 99.
8
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Hal 182
9
Desmita, Op.Cit., hal 164
10
Risqi Rahman, Op.Cit., hal 23.
dari diri peserta didik untuk menciptakan kesan yang baik. Akibatnya di mata orang
lain mereka tidak tampak sebagaimana melihat diri sendiri.
Gambaran tentang diri peserta didik juga tidak bersifat permanen, terutama
gambaran yang menyangkut kualitas diri mereka dan membandingkanya dengan
kualitas diri kelompok mereka.
2) Harapan
Dimensi kedua konsep diri adalah harapan, peserta didik pada saat mempunyai
pandangan tentang siapa dirinya, peserta didik juga mempunyai seperangkat
pandangan yang lain yaitu tentang kemungkinan peserta didik akan menjadi apa
dimasa yang akan datang dan pengharapan ini merupakan gambaran ideal dari
peserta didik tersebut.11 Harapan peserta didik bagi diri sendiri juga merupakan suatu
hal yang dicita-citakan.
3) Penilaian

Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian peserta didik terhadap dirinya
sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan tentang harga atau kewajaran
mereka sebagai pribadi. Penilaian tentang diri mereka dalam hal pencapaian harapan,
pertentangan dalam dirinya, standar kehidupan yang sesuai dengan dirinya yang
pada akhirnya menentukan dalam pencapaian harga dirinya yang pada dasarnya
berarti seberapa besar mereka dalam menyukai dirinya sendiri 12

b. Aspek-aspek konsep diri


Aspek-aspek konsep diri menurut Rahmad, sebagai berikut 13:
1) Aspek fisik, aspek fisik merupakan aspek yang meliputi penilaian diri seseorang
terhadap segala sesuatu uang dimiliki dirinya.
2) Aspek psikologis, aspek psikologis mencakup pikiran, perasaan dan sikap yang
dimiliki seseorang terhadap dirinya sendiri.
3) Aspek sosial, aspek sosial mencakup bagaimana peran seseorang dalam lingkup
peran sosialnya dan penilaian seseorang terhadap peran tesebut.

Menurut Dariyo, konsep diri memiliki multi aspek yang meliputi 14

11
Risqi Rahman, Op.Cit., hal 24.
12
Desmita, Op.Cit., hal 164.
13
Jalaluddin Rakhmad, Op.Cit., hal 100.
14
Ibid. halaman 100.
1) Aspek fisiologis, berkaitan dengan unsur-unsur yang ada pada diri individu, seperti:
warna kulit, bentuk tubuh, berat badan, tinggi badan, raut muka, kondisi badan yang
sehat, normal dan tidak cacat. Unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi bagaimana
individu menilai dirinya sendiri, dan pandangan orang lain untuk menilai hal-hal
yang bersifat fisiologis.
a) Aspek psikologis, meliputi tiga hal aspek yaitu
 Kognitif, meliputi kecerdasan, minat, bakat, kreativitas, dan kemampuan
konsentrasi.
 Afeksi, meliputi ketahanan, ketekunan, keuletan kerja, motivasi,
berprestasi dan toleransi stres.
 Konasi, meliputi kecepatan dan ketelitian kerja, coping stress, resilliensi.
2) Aspek psiko-sosiologis, hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Jalinan
hubungan individu dengan lingkungannya harus memiliki kemampuan berinteraksi
sosial, komunikasi, menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan orang lain. Konsep
diri sosial yaitu persepsi pikiran, perasaan dan evaluasi seseorang terhadap
kecenderungan sosial yang ada pada dirinya, berkaitan dengan kepastiannya dalam
berhubungan dengan dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam
lingkup interaksi sosial.
3) Aspek psiko-spiritual, berhubungan dengan pengalaman individu mengenai nilai-
nilai agama dan ajaran agama yang meliputi tiga unsur yaitu ketaatan beribadah,
kesetiaan berdo’a, dan berpuasa serta kesetiaan menjalankan ajaran agama.
4) Aspek psikoetika dan moral, berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, serta
penilaian seseorang terhadap moralitas dirinya terkait dengan hubungan personal
dengan Tuhan, dan segala hal yang bersifat normatif, baik nilai maupun prinsip
memberi arti dan roh bagi kehidupan seseorang.

Menurut Hurlock aspek dari konsep diri yaitu 15 :

1) Aspek fisik, meliputi konsep diri yang dimiliki indvidu tentang penampilannya,
kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan
pelakunya dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain.
2) Aspek psikologis, meliputi konsep individu tentang kemampuan dan
ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
c. Karakteristik perkembangan konsep diri peserta didik Konsep diri

15
Elizabeth Hurlock , Op.Cit.,hal 58
Konsep diri peserta didik terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa
pertumbuhan hingga dewasa nanti. Pengaruh yang signifikan terhadap terbentuknya konsep
diri peserta didik dapat diperoleh dari lingkungan, pengalaman dan pola asuh yang diberikan
orang tua. Sikap dan respon orang tua serta lingkungan menjadi bahan informasi bagi peserta
didik untuk menilai dirinya sendiri. Peserta didik yang diasuh oleh orang tua dengan pola
asuh yang negatif akan memiliki konsep diri yang negatif. Sebaliknya, peserta didik yang
diasuh oleh orang tua dengan pola asuh yang positif akan cenderung memiliki konsep diri
yang positif pula.
Menurut Brooks dan Emmerst tanda-tanda peserta didik yang memiliki konsep diri
positif yaitu16:
1) peserta didik yakin akan kemampuannya mengatasi masalah,
2) peserta didik merasa setara dengan orang lain,
3) peserta didik menerima pujian tanpa rasa malu,
4) peserta didik menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat,
5) peserta didik mampu memperbaiki dirinya karena peserta didik mampu
mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubahnya.

Tanda-tanda peserta didik memiliki konsep diri negatif diantaranya: 17

1) peserta didik peka akan kritik,


2) peserta didik cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bersih keras
mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang
keliru,
3) peserta didik bersikap hiperkritis terhadap orang lain, selalu mengeluh, mencelah
atau meremehkan apapun dan siapapun,
4) peserta didik cenderung berada tidak disenangi orang lain, ia merasa tidak
diperhatikan,
5) peserta didik bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti telihat pada
ketidakmauannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat perstasi.
2. Keyakinan diri

16
Nur Alamsyah, Op.Cit., hal 158
17
Ibid, halaman 158.
Keyakinan diri menurut Albert Bandura adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. 18 Bandura
mengatakan keyakinan diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan
tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. 19 Menurutnya efikasi
tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai
hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya. 20 Keyakinan diri
menekankan pada komponen yang dimiliki peserta didik dalam menghadapi situasi yang akan mendapat
yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan.

Keyakinan diri seorang peserta didik menurut Bandura diperoleh dari 4 jenis informasi, yaitu 21 :

a. kesuksesan dan kegagalan di masa lalu dilihat dari pengalaman peserta didik dalam melakukan
perilaku dimasa lalu,
b. vicarious experience adalah melihat orang lain melakukan perilaku tersebut atau perilaku yang
kurang lebih sama,
c. persuasi verbal adalah bujukan orang lain yang bertujuan untuk menyemangati atau menjatuhkan
performa,
d. reaksi emosional yaitu perasaan apa yang dimiliki peserta didik tentang perilaku yang dimaksud.
Bandura mengungkapkan pada setiap diri seseorang akan berbeda dengan yang lainnya
berdasarkan tiga dimensi. Dimensi keyakinan diri antara lain: 22
 Dimensi tingkat (level), yaitu derajat kesulitan tugas ketika individu mampu untuk
melakukannya.
 Dimensi kekuatan (strength), yaitu berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya.
 Dimensi generalisasi (generality), yaitu berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang
mana individu merasa yakin akan kemampuannya.

3. Kemampuan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Matematika


18
Robert A.Baron & Donna Byme, Psikologi Sosial (Erlangga:2003, Ed 10, jilid 1),183.
19
Ghufron M Nur & Rini Risnawita S., Teori-Teori Psikologi, ( Ar-Ruzz media: 2010),75
20
Ibid, halaman 75
21
Friedman, Howard S & Miriam W Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1, (Erlangga: 2006),
283.
22
Ghufron M Nur & Rini Risnawita S., Op.Cit., hal 77.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebih). Kemampuan adalah
kesanggupan dalam menguasai suatu keahlian yang digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika disini dapat dilihat dari
hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika peserta didik dapat dilihat apabila tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 23

Peseta didik tidak dapat dikatakan telah mempelajari apapun yang bermanfaat kecuali mereka
mempunyai kemampuan menggunakan informasi dan kemampuan untuk menyelesaikan soal. 24Suatu soal
dikatakan masalah apabila peserta didik mempunyai aturan/hukum tertentu yang dapat dipergunakan
untuk menentukan jawaban dari soal tersebut. 25 Adapun indikator penyelesaian soal matematika menurut
Sumarno yaitu:26

a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan.
b. Merumuskan penyelesaian soal matematika atau menyusun model matematika.
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai soal dalam matematika.
d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian.

Sedang menurut Polya adapun langkah-langkah menyelesaikan soal matematika antara lain : 27

a. Memahami soal, dimana peserta didik menentukan apa yang diketahui dan yang ditanyakan.
b. Merencanakan soal, peserta didik menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar
mengajar sebelumnya atau soal yang mirip yang pernah diselesaikan sebelumnya dengan soal
yang ditanyakan, sehingga dapat menemukan rencana untuk menyelesaiakan soal tersebut.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian soal, peserta didik melakukan perhitungan atas soal yang ia
peroleh.
d. Melihat kembali kebenaran penyelesaian soal yang dibuat, peserta didik melakukan koreksi
kembali atas penyelesaian atau perhitungan yang telah ia lakukan.

23
Leonard – Supardi U.S, Op.Cit., hal 343.
24
Robert E Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 31.
25
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dam Pembelajaran Matematika, (Malang: Universitas Negeri Malang,
2003),148
26
Dian Septi N.A., “Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Aritmatika Sosial Ditinjau Dari
Perbedaan Kemampuan Matematika”, Jurnal Pedidikan Matematika, 1:1, (April 2013),100.
27
Hilyatin Nisak S. & Abdul Qohar, “ Pembelajaran Berbasis Masalah Berdasarkan Langkah-langkah Polya Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika”, Jurnal Matematika KreatifKomunikatif, 6:1,
(Desember 2015), 156
Sehingga dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menyelesaikan soal matematika
meliputi:

a. memahami soal,
b. merencanakan penyelesaian soal,
c. melaksanakan rencana penyelesaian soal,
d. melihat kembali atau meneliti kembali hasil dari penyelesaian soal yang telah dikerjakan
4. Korelasi Antara Konsep Diri dan Keyakinan Diri dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal
Matematika.

Konsep diri merupakan tanggapan individu yang sehat terhadap diri dan kehidupannya. Konsep
diri juga merupakan hal yang mempengaruhi penyesuaian diri dan merupakan faktor penting dalam
perkembangan diri seorang peserta didik.28 Konsep diri diperoleh dari hasil interaksi dengan orang lain.

Konsep diri merupakan gambaran pandangan mengenai diri sendiri yang bersumber dari satu
perangkat keyakinan dan sikap terhadap dirinya sendiri. 29 Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Irma
dkk menunjukkan bahwa konsep diri mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik 30. Sejalan
dengan itu Alamsyah dalam penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara konsep
diri terhadap kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika. 31

Konsep diri pada matematika memiliki 4 dimensi diukur yaitu:

1) Pengetahuan, mengenai apa yang peserta didik ketahui tentang matematika, indikatornya
adalah pandangan peserta didik terhadap matematika dan pandangan peserta didik terhadap kemampuan
matematika yang dimilikinya,

2) Harapan, mengenai pandangan peserta didik tentang pembelajaran matematika yang ideal,
indikatornya adalah manfaat dari matematika untuk kehidupan dan pandangan peserta didik terhadap
pembelajaran matematika,

3) Penilaian, mengenai seberapa besar peserta didik menyukai matematika, indikatornya adalah
ketertarikan peserta didik terhadap matematika dan ketertarikan peserta didik terhadap soal-soal
matematika.

28
Lenard & Supandi U.S., Op.Cit., hal 343
29
Irma Magfiroh et.al., “Pengaruh Konsep Diri dan Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 6 Bontomatene Kepulauan Selayar”, Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 3:1, (juni
2015),104.
30
Ibid, halamn 104.
31
Nur Alamsyah, Op.Cit., hal 163.
Keyakinan diri peserta didik bahwa ia mampu dalam mengerjakan soal matematika, akan
mempengaruhi hasil dari pelajaran matematika tersebut. 32Andriyani dalam penelitiannya
membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara keyakinan diri peserta didik yang tinggi
berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pelajaran matematika 33.Hakasinawati dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa
keyakinan diri pada peserta didik yang positif berpengaruh langsung terhadap kemampuan
memecahkan masalah matematika.34

H. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Penelitian Huri Suhendri (2010) dengan judul, “Pengaruh Kecerdasan Matematis-
Logis, Rasa Percaya Diri, dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan rasa
percaya diri terhadap hasil belajar matematika
2. Penelitian Nina Agustyaningrum (2016) dengan judul, “Hubungan Kebiasaan Belajar
dan Kepercayaan Diri Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 27
Batam” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kepercayaan diri dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 27 Batam.
3. Penelitian Yoga Muhamad Muklis dan Kusnul Chotima Dwi Sanhadi (2016) dengan
judul, “Kontribusi Self-Efficacy dan Kemampuan Komunikasi Matematis Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa” menyimpulkan bahwa pengaruh self-Efficacy dan
kemampuan komunikasi matematis secara simultan terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas VI SD Islam Diponegoro Surakarta tahun pembelajaran
2015/2016 dan terdapat pengaruh self-efficacy dan kemampuan komunikasi matematis
secara parsial terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VI SD Islam
Diponegoro Surakarta tahun pembelajaran 2015/2016.

I. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar dikatakan berhasil bila siswa dalam
32
Imam Kusmaryono, “Pengaruh Sikap Percaya Diri terhadap daya Matematika Siswa pada Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik Berkarakter Islam”, Jurnal Pendidikan Matematika, (2016),1.
33
Ika Andriyani – Leonard, Op.Cit., hal 547
34
Hakasinawati et.al., Op.Cit., hal 172.
melakukan kegiatan berlangsung secara intensif dan optimal sehingga menimbulkan
pengaruh tingkah laku yang bersifat tetap. Perubahan tingkah laku siswa dalam belajar
dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan. Sedangkan kemampuan
komunikasi matematika merupakan salah satu aspek penilaian matematika, karena
kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan seorang siswa untuk dapat
menyatakan apa yang terdapat dalam soal kedalam kalimat atau model matematika.
Dalam proses belajar ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa tersebut. Secara psikologis faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor
kognitif dan afektif (Slameto, 2013). Kepercayaan diri juga merupakan salah satu faktor
afektif yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kepercayaan diri merupakan faktor
yang sangat penting bagi siswa, karena sikap percaya diri akan membuat individu merasa
optimis dan mampu untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya.
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik memiliki keyakinan dan selalu
berusaha mengembangkan potensi diri secara maksimal serta menunjukan yang terbaik
dari dirinya dibuktikan dengan sebuah prestasi. Sebaliknya siswa yang memiliki 23
kepercayaan diri yang kurang baik, mereka tidak mampu mengambangkan bakat, minat,
dan potensi yang ada di dalam dirinya dan tidak mampu mengaktualisasikan diri dengan
maksimal serta bersifat pasif (Komara, 2016).
Dalam proses pembelajaran tidak jarang pula ditemui siswa yang enggan untuk
duduk didepan, siswa yang takut berpendapat, siswa yang takut berbagi informasi karena
kurang yakin dengan informasinya serta maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal
ataupun melakukan presentasi. Hal itu merupakan beberapa dari ciri-ciri kurangnya
kepercayaan diri siswa. Tetapi, terkadang pula tidak disadari siswa lebih senang dan
bersemangat ketika mereka dibebaskan untuk berdiskusi dengan teman-temannya. Ketika
siswa berkumpul dalam satu kelompok mereka saling berbagi informasi dan saling
bertukar pendapat. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dibutuhkan
juga kepercayaan diri.
Dengan demikian kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi matematika
sangat mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Dengan
berkomunikasi siswa dapat meningkatkan kosa kata, mengembangkan kemampuan
berbicara, menulis ide-ide secara sistematis, dan memiliki kemampuan belajar yang lebih
baik. Selain itu kepercayaan diri yang tinggi juga akan mempengaruhi peningkatan hasil
belajar.
Berdasarkan pada uraian di atas diperkirakan hasil belajar matematika siswa dapat
ditentukan oleh kemampuan komunikasi matematika dan kepercayaan diri dalam
mempelajari matematika. Dengan demikian diduga terdapat pengaruh yang positif antara
kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi matematika secara bersama-sama terhadap
hasil belajar matematika siswa.
Dari pemikiran tersebut akan digambarkan kerangka berfikir dalam penelitian
sebagai berikut:

J. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan dengan menggunakan
Pendekatan Kuantitatif dengan metode penelitian survey. Penelitian Survey merupakan
teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang
diajukan kepada responden.35 Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
berdasarkan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan

35
Solihah Nurharyatun, ‘Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VIII SMP PGRI 1 Ajibarang Kabupaten Banyumas’, 2021.
data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.36
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian survey tentang pengaruh kepercayaan
diri siswa terhadap pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP N 9 Langsa Pada
penelitian ini terdapat satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).

Kepercayaan diri siswa Pemecahan masalah sekolah


(X) (Y)

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Keterangan:
X : variable bebas Y : variable terikat

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 9 Langsa yang , Gampong Jawa, Kec. Langsa Kota, Kota
Langsa, Aceh. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas VIII SMP N 9 Langsa dengan materi
Pola Bilangan.
b. Waktu penelitian

Waktu yang dilaksanakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian tersebut adalah tahun ajaran
2020/2021. Dilakukan mulai Bulan November 2022 sampai dengan Oktober 2020. Adapun
prosedur pelaksanaan yang peneliti lakukan dalam penelitian dibagi dalam beberapa tahapan,
yaitu :

1. Melakukan observasi pendahuluan di SMP 9 Langsa pada bulan November 2022.


2. Merumuskan masalah yang ada untuk dijadikan sebagai objek dalam penelitian yaitu Pengaruh
Kepercayaan diri siswa Terhadap Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP N
9 Langsa
3. Pelaksanaan penelitian yang terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :
a) Memberikan pemberitahuan surat riset individual kepada Kepala SMP N 9 Langsa pada tanggal
10 Agustus 2023.
b) Melakukan validasi instrumen angket oleh ahli.

36
Nurharyatun.
c) Melakukan uji coba angket pada siswa di luar sampel di SMP N 9 Langsa pada tanggal 13
Agustus 2023.
d) Melakukan uji validitas dan uji reabilitas pada angket uji coba.
e) Menyebar angket keseluruh siswa kelas VIII SMP N 9 Langsa yang sudah ditentukan sampelnya
pada tanggal 2 September 2023
4. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generlisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.39 Himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas dan tidak
terbatas. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 9 Langsa yang
terdiri dari

Jumlah siswa
No Kelas Jumlah siswa
L P
1 VIII A 17 12 29
2 VIII B 18 12 30
3 VIII C 18 12 30
4 VIII D 20 10 30
Jumlah 73 46 119

Adapun alasan kenapa peneliti memilih kelas VIII sebagai objek yang diteliti karena
kelas VIII merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi remaja dan masa dimana
peserta didik sedang ingin tahu segala hal serta masa dimana anak sedang nakal-nakalnya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.37 Jika populasi besar, peneliti tentu tidak akan bisa mempelajari seluruh populasi,
maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi tersebut. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah dengan menngunakan teknik Proportionate Stratafied
Random Sampling. Proportionate Stratafied Random Sampling adalah teknik penelitian yang
digunakan bila populasi mempunyai anggota /unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional. Untuk menghitung jumlah keseluruhan sampel peneliti mengunakan Rumus
Slovin, sebagai berikut:38
37
Nurharyatun.
38
Nurharyatun.
N
n= 2
N . e +1
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas ketelitian yang diinginkan (tingkat kesalahan/taraf Signifikansi)
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini adalah 119 siswa dan tingkat signifikansi yang
dipilih adalah 5% atau 0,05,43 maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah :

N 119 119 119


n= = = = =91.714 ≈ 92
2 2
N . e +1 119 . 0,05 +1 0,2975+ 1 1.2975
Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional
agar sampel yang diambil lebih proporsional dengan rumus pengambilan sampel bertingkat. 39
Ni
ni = n
N
Keterangan:
ni = jumlah sampel menurut stratum (tingkatan)
n = jumlah solusi sampel
N i = jumlah populasi menurut stratum
N = jumlah seluruh populasi

No Kelas Perhitungan Jumlah siswa


( Sampel )
1 VIII A 29 23
x 92 = 22,4
119
2 VIII B 30 23
x 92 = 23,1
119
3 VIII C 30 23
x 92 = 23,1
119
4 VIII D 30 23
x 92 = 23,1
119
Jumlah 92

39
Nurharyatun.
3. Variabel Penelitian dan Indikator
1. Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi”
antara satu orang dengan yang lain.Variabel suatu penelitian tediri dari Variabel dependen
dan Variabel independen.
b. Variabel independen (X) atau Variabel bebas Variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau disebut juga variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
indepenennya yaitu kepercayaan diri siswa
c. Variabel dependen (Y) atau variabel terikat Sedangkan variabel dependen merupakan
variabel yang yang dipengaruhi atau variabel terikat. Variabel Dependen (terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Variable terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan pemecahan masalah
matematika.
2. Indikator Penelitian
Indikator penelitian pada penelitian ini adalah tentang pengaruh Kepercayaan Diri siswa
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika kelas VIII sekolah SMP N 9 Langsa.
Karena di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, maka untuk indikator setiap variabel
adalah:
c. Indikator Kepercayaan Diri Siswa
Indikator Kepercayaan diri siswa, yaitu:
1) Percaya akan kemampuan sendiri
2) Bertindak mandiri
3) Memiliki rasa positif terhadap dirinya
4) Keberanian dalam bertindak
d. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika
Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu:
1) Memahami masalah
2) Merencanakan penyelesaian
3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana
4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan

4. Metode Pengumpulan Data Metode


Metode pengumpulan data adalah cara alamiah untuk memperoleh data
dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting ,
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Jadi Pengumpulan data dalam suatu penelitian
yaitu suatu prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang
akan diteliti, maka penulis mengunakan beberapa metode pengumpulan data diantaranya:
1. Kuisioner (angket)
Kuisioner atau angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.pengumpulan data
melalui kuisioner dilakukan dengan memberikan instrumen berupa daftar pertanyaan yang harus
dijawab oleh orang yang menjadi subjek dalam penelitian (responden). daftar pertanyaan yang
disusun dapat berupa pertanyaan terbuka ataupun pertanyaan tertutup.Angket dalam penelitian ini
digunakan untuk untuk dapat mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa. Pengembangan angket
initerdiri atas 39 butir soal pernyataan yang disertai 4 pilihan jawaban dari soal yang tersedia
yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju), dengan
jawaban dari masing-masing soal diberi skor 1 sampai 4 sesuai dengan skala likert. Dan
pertanyaan terdiri dari dua jenis, pertanyaan yang bersifat positif dan pertanyaan yang bersifat
negatif. Dalam penelitian ini angket diberikan kepada siswa melalui google form sebagai karena
pembelajaran yang besifat online.

2. Soal Test
Test merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan instrument tes
yang terdiri dari seperangkat pertanyaan atau soal untuk memperoleh data mengenai
kemampuan siswa trutama pada aspek kognitif. Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di
dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini soal test diberikan kepada siswa melalui google
form sebagai karena pembelajaran yang besifat online.
5. Langkah Langkah penelitian
Untuk mendapat data yang diperlukan, dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini peneliti melakukan sebagai berikut :
a. Peneliti melakukan observasi ke SMP N 9 Langsa Ngunut untuk meminta izin penelitian.
b. Meminta surat permohonan izin kepada kepala sekolah SMP N 9 Langsa Mengajukan
surat permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah SMP N 9 Langsa Pelaksanaan
Penelitian
a. Menyiapkan perangkat mengajar dalam kegiatan belajar mengajar yaitu :
1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Absensi untuk peserta didik
3. Buku paket kelas
4. Daftar nilai
b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan
pada dua kelas yang menjadi sampel penelitian, sebagai kelas kontrol
sebagai kelas eksperimen. Kegiatan belajat mengajar dilaksanakan sampai materi
yang diberikan selesai disampaikan kepada peserta didik. Dalam hal ini materi yang
akan diajarkan yaitu simetri putar dan simetri lipat.
c. Melaksanakan tes Dilaksanakan tes bertujuan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar peserta didik dari dua kelas yang menggunakan pembelajaran yang sama,
yaitu dengan menggunakan gaya belajar yang efektif. Materi tes meliputi pokok
bahasan simetri putar dan simetri lipat.

6. Teknik Analisis Data


2. Instrument penelitian
Instrument adalah suatu alat yang untuk mengukur fenomena alammaupun sosial yang
diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variable. Pada prinsipnya meneliti
adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian.55 Jadi instrument penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.56 Dalam
penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berhubungan dengan validitas dan
reliabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data berhubungan ketepatan cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang nantinya akan digunakan dalam
pengumpulan data haruslah valid dan reliabel. Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus
melakukan uji coba terlebih dahulu terhadap instrument yang akan diujikan, yaitu uji
validitas dan reliabilitas instrument. Setelah diuji dan dinyatakan sudah valid dan reliable
baru instrument dapat diberikan kepada responden. Berikut uji validitas dan realibilitas
instrument :
a. Uji Validitas
Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Dikatakan valid maka instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.

n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√( n∑ X −(∑ X ) )(n ∑ Y −(∑ Y ) )
2 2 2 2

keterangan:
r xy = adalah koefisien korelasi antara variable x dan y
x = adalah nilai data ke-I untuk kelompok variable x
y = adalah nilai data ke-I untuk kelompok variable y
N = adalah banyaknya responden
Σxy = Jumlah hasil pekalian skor X dan Y.
Σx = Jumlah skor X.
Σy = Jumlah skor Y

b. Uji Reliabilitas
Suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti sama
dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam
waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah
menjadi dua menunjukan data yang tidak berbeda. Jadi instrumen yang reliable adalah
instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.Tinggi rendahnya derajat reliabilitas suatu instrumen
ditentukan oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal atau item pertanyaan atau
pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai