Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS HUBUNGAN SELF EFFICACY SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI SEGITIGA DAN SEGI


EMPAT KELAS VII
Dosen Pengampu : Ely Syafitri, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Raihana Tresna Suciati (21051044)
4B Pendidikan Matematika

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
T.A 2022-2023
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur , disiplin, tanggung jawab, santun, percaya
diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial.
3. Memahami pengetahuan, mampu mengelola, menyajikan, dan menalar dalam ranah
kongkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan
ranah abstrak ( menulis, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber belajar lain yang sama daam sudut pandang
teori.

Kompetensi Dasar
1. Mengkaitkan berbagai bentuk segitiga dan segi empat dengan lingkungan sehari-hari.

Indikator
1.1 Mengenal dan memahami bentuk dari bangun datar segitiga dan segiempat
1.2 Memahami jenis dan sifat segitiga dan segiempat
1.3 Menemukan rumus keliling dan luas dari bangundatar segitiga dan segi empat
1.4 Mampu menyelesaikan soal-soal terkait segitiga dan segiempat

Tujuan
1.1 Peserta didik dapat mengenal dan memahami bentuk dari bangun datar segitiga dan
segiempat
1.2 Peserta didik mampu memahami jenis dan sifat segitiga dan segiempat
1.3 Perserta didik dapat mnemukan rumus keliling dan luas dari bangundatar segitiga dan
segi empat
1.4 Peserta didik mampu menyelesaikan soal-soal terkait segitiga dan segiempat.

A. Pemecahan Masalah
1. Pengertian pemecahan masalah
Masalah adalah kesenjangan antara suatu keadaan yang diharapkan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Ruseffendi (Isnaini, 2011: 17) mengemukakan bahwa
suatu persoalan merupakan masalah bagi seseorang bila persoalan itu tidak dikenalnya,
dan orang tersebut mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya, terlepas apakah ia
sampai atau tidak kepada jawaban masalah itu.
Menurut pendapat Didi (2005: 2) bahwa untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah seseorang, latihan berpikir secara matematis tidaklah cukup,
melainkan perlu dibarengi pengembangan rasa percaya diri melalui proses pemecahan
masalah sehingga memiliki kesiapan memadai menghadapi berbagai tantangan dalam
kehidupan nyata.
Pendapat Turmudi (2009: 30) bahwa pemecahan masalah mengenalkan siswa untuk
dapat mengenal bagaimana cara berpikir, kebiasaan untuk tekun dan keingintahuan
yang tinggi serta percaya diri pada situasi yang tidak biasa, yang akan melayani mereka
(para siswa) secara baik di luar kelas matematika. Kemudian menurut Turmudi (2009:
29) problem solving atau pemecahan masalah dalam matematika melibatkan metode
dan cara penyelesainnya yang tidak standar dan tidak diketahui terlebih dahulu.
Sehingga pemecahan masalah merupakan suatu proses kegiatan yang lebih
mengutamakan prosedur-prosedur yang harus ditempuh dan langkah-langkah strategi
yang harus ditempuh oleh siswa dalam menyelesaikan masalah, dan pada akhirnya
siswa mengerti tujuan utamanya bukan hanya menemukan jawaban dari soal, tetapi
lebih dari itu yaitu terdapat proses yang harus dijalankan.
Menurut pendapat Gagne (Israini & Dewi, 2012: 95) cara terbaik yang dapat
membantu siswa dalam pemecahan masalah adalah memecahkan masalah selangkah
demi selangkah dengan menggunakan aturan tertentu. Sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik dan dijadikan
sebagai materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
belajar siswa.

2. Tahapan pemecahan masalah


Polya dalam (Herman, 2000: 7) bahwa secara umum terdapat empat fase pembentukan
kemampuan pemecahan masalah, yaitu:
a. Proses pemahaman masalah (understanding the problem),
b. Perencanaan solusi masalah (making a plan),
c. Penyelesaian masalah (solving the problem), dan
d. Memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah (looking back).

Jadi dalam proses penyelesaian pemecahan masalah siswa diharapkan mampu


menerapkan aturan-aturan matematika yang telah dipelajari sebelumnya dan digunakan
untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan langkah-langkah yang telah
ditentukan.

3. Alasan pentingnya pemecahan masalah


Pehkonen menyebutkan ada beberapa alasan mengenai pentingnya pemecahan
masalah (Setiawan et al., 2014), yaitu (1) pemecahan masalah mampu mengembangkan
keterampilan kognitif, (2) meningkatkan kreativitas peserta didik, (3) bagian dari proses
aplikasi matematika, dan (4) memotivasi peserta didik belajar matematika. Peserta
didik yang memiliki kemapamuan pemecahan masalah yang baik ditunjukkan dengan
ciri (1) pemahaman masalah, (2) membuat rencana pemecahan masalah, (3)
melaksanakan rencana, dan (4) melihat kembali (Priansa & Setiani, 2015).

B. Self-Efficacy
1. Pengertian self efficacy
Teori self-efficacy didasarkan atas teori sosial-kognitif Bandura dengan dalil bahwa
prestasi atau kinerja seseorang tergantung kepada interaksi antara tingkah laku, faktor
pribadi (misalnya: pemikiran, keyakinan) dan kondisi lingkungan seseorang, Sudrajat
(Isnaini, 2009: 25). Menurut Ormrod (2008: 20) secara umum, self-efficacy adalah
penilaian seseorang tentang kemampuan dirinya untuk menjalankan perilaku tertentu
atau mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya pendapat Somakin (2010: 49) dari berbagai
pendapat para ahli pada prakteknya self-efficacy sinonim dengan “Kepercayaan Diri”
atau “Keyakinan Diri”. Pengertian self-efficacy menurut Bandura (Setiadi 2010: 20)
Self-efficacy as “beliefs in one’s capability to organize and execute the courses of
action required to manage prospective situations”. Sedangkan menurut Feist & Feist
(Wiliwati, 2012: 20) menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa
mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka
terhadap lingkungan mereka.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, self-efficacy merupakan keyakinan atau
kepercayaan yang dimiliki oleh setiap individu dalam melaksanakan dan penyelesaikan
tugas-tugas yang di hadapi, dalam situasi dan kondisi tertentu sehingga mampu
mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Ciri-ciri peserta didik memiliki self efficacy


Peserta didik yang memiliki self efficacy yang baik menurut Sumarmo adalah (a)
mampu mengatasi masalah yang dihadapi, (b) yakin akan keberhasilan diri, (c) berani
menghadapi tantangan, (d) berani mengambil resiko, (e) menyadari kekuatan dan
kelemahan diri, (f) mampu berinteraksi dengan orang lain, dan (g) tangguh dan tidak
mudah menyerah.

C. Hubungan Self Efficacy dengan Pemecahan Masalah


Selain kemampuan kognitif, peserta didik juga memerlukan kemampuan afektif dalam
pembelajaran, salah satunya adalah self efficacy. Seperti yang diungkapkan Popham
bahwa ranah afektif akan menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar (Purwasih,
2017). Gist dan Mitchell mengungkapkan bahwa efikasi diri mampu mempengaruhi
pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan juga kegigihan dalam berusaha (Ghufron dan
Risnawita, 2010). Strecher mengatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan
seseorang dalam usaha mereka menyelesaikan tugas dan lamanya bertahan dalam
menghadapi hambatan (Noer, 2012). Self efficacy atau efikasi diri adalah suatu sikap
menilai diri sendiri dalam menyelesaikan tugas tertentu.
Kaitannya dengan pemecahan masalah self-efficacy memiliki fungsi sebagai alat untuk
menilai keberhasilan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal pemecahan masalah. Betz &
Hacket (Pajares & Miller, 1994: 194) matematika self-efficacy baru-baru ini lebih menilai
setiap individu dalam penghakiman atas kemampuan mereka untuk memecahkan masalah
matematika tertentu dan melakukan tugas-tugas matematika. Kemudian menurut pendapat
Liu & Koirala (2009: 1) siswa yang mempunyai sikap percaya diri, bahwa matematika
adalah penting untuk kehidupan mereka dan membantu meraka dalam memecahkan
masalah matematika dengan menyenangkan, meskipun merekapercaya bahwa matematika
adalah penting bagi mereka, tetapi mereka tidak percaya diri bahwa mereka dapat
memecahkan masalah matematika, itu berarti siswa tersebut memiliki self-efficacy rendah.
Dengan siswa memiliki self-efficacy yang tinggi dan pemecahan masalah merupakan hal
yang sulit untuk dikerjakan maka peranan self-efficacy bisa membuat siswa untuk lebih
tekun dan memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat mengerjakannya.
Sehingga self-efficacy merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan prestasi
matematika seseorang khususnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang berbentuk soal-
soal pemecahan masalah dan terlihat bahwa antara kemampuan pemecahan masalah dan
self-efficacy memiliki hubungan yang positif yang saling mendukung. Jika seorang siswa
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang baik maka seorang siswa
tersebut pun memiliki self-efficacy yang baik pula.

D. Kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy pada segitiga dan segiempat
Menurut Novtiar & Aripin (2017) matematika juga mengajarkan pola berpikir kritis,
analitis dan sistematis dalam pemecahan masalah baik pada pelajaran matematika atau
dalam kehidupannya. Dalam hal ini, meskipun siswa belum memperoleh jawaban yang
tepat, tetapi siswa telah berusaha untuk mengaitkan konsep-konsep yang lalu dengan
konsep baru yang terdapat pada Bangun datar segiempat. Hasil penelitian awal ini
difokuskan memberikan informasi tambahan kepada peneliti untuk mengkaji mengenai
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mengingat pentingnya pemecahan
masalah matematis serta fakta mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa, diharapkan guru mampu merancang kegiatan belajar mengajar yang dapat
menunjang kemajuan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
Pembelajaran dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan, ranah
afektif yang perlu diperhatikan agar siswa merasa nyaman dan tidak tertekan adalah sikap
self-efficacy (Juhrani, Suyitno, & Khumaedi, 2017). Bandura (1997) yang menyatakan
bahwa self-efficacy merupakan penilaian terhadap kemampuan seseorang untuk mengatur
dan melakukan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, mampu
mengukur kemampuan seseorang untuk melakukan berbagai tindakan sesuai dengan
tingkatan, keumuman, dan kekuatannya dalam situasi/kondisi. Salah satu materi
matematika yang harus dikuasai oleh siswa dalam pelajaran matematika adalah materi
segiempat dan segitiga.
Sebagian siswa menganggap materi segitiga dan segiempat sulit, ada juga siswa
bingung dalam menghitung keliling dan luas (Andriyani, 2017). Aliah & Bernard (2020)
menjelaskan bahwa pentingnya materi ini merupakan materi yang harus dipahami siswa,
karena merupkan materi yang diperlukan untuk memahami materi matematika lebih lanjut
(seperti teorema pythagoras, bangun geometris, dll). Keberhasilan pembelajaran bukan
hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi juga efek gabungan dari tanggung
jawab bersama, guru, orang tua di rumah dan masyarakat tempat tinggal (Afiani, 2017;
Afriansyah, 2021).

Anda mungkin juga menyukai