Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Self-Efficacy Siswa SMP dengan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Fikri Mudzakin

Abstrak—Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara self-efficacy


matematis dengan kemampuan pemecahan masalah matematis.
Penelitian ini menggunakan metode survei yang dikombinasikan
dengan teknik analisis korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa SMP Negeri tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian
menggunakan teknik purposeful random sampling pada siswa kelas
VIII SMP Kelas A. Pengumpulan data menggunakan metode survei
kuesioner, dan analisis kuantitatif data dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi Pearson. Hasil penelitian yaitu,
terdapat hubungan yang positif antara kemampuan pemecahan
masalah matematis dan self-efficacy matematis siswa

Kata kunci: Self-Efficacy, Pemecahan Masalah Matematis

1
1. PENDAHULUAN 2006: 262) “develoved and evaluated a
Keterampilan yang erat kaitannya five- step strategy called IDEAL, (Identity
dengan identitas matematika adalah problems and opportunities, Define goals
belajar memecahkan masalah. and represent the problems, Explore posible
Kemampuan pemecahan masalah ini strategies, Anticipate outcomes and act,
terkait dengan sifat berpikir tingkat Look back and learn)”.
tinggi matematika. Hal itu di perkuat Polya (dalam Herman, 2000: 7)
dengan pendapat Yamin (2012: 171) bahwa secara umum terdapat empat
higher order cognition adalah fase pembentukan kemampuan
komponen-komponen yang terletak pemecahan masalah, yaitu: proses
pada urutan akhir yang lebih tinggi pemahaman masalah (understanding the
dari keseluruhan proses kognitif problem), perencanaan solusi masalah
manusia misalnya berpikir, pembuatan (making a plan), penyelesaian masalah
konsep, penalaran, bahasa, pembuatan (solving the problem), dan memeriksa
keputusan, pengambilan keputusan, kembali hasil penyelesaian masalah
dan pemecahan masalah.
(looking back). Sehingga dalam proses
Proses pengembangan
penyelesaian pemecahan masalah
keterampilan pemecahan masalah
siswa diharapkan mampu
dapat dilakukan dengan melatih menerapkan aturan-aturan
membuat keputusan dan menarik matematika yang telah dipelajari
kesimpulan dari masalah berdasarkan sebelumnya dan digunakan untuk
pemikiran yang logis, rasional, kritis, memecahkan masalah dengan
cermat, jujur, efisien dan efektif. Oleh memperhatikan langkah-langkah yang
karena itu, dari proses tersebut, siswa telah ditentukan.
hendaknya mampu menggunakan Proses pembelajaran di sekolah
keterampilan pemecahan masalah dianggap berhasil apabila didukung
dalam kehidupan sehari-hari, oleh aspek psikologis yang berkaitan
mempelajari berbagai ilmu yang dengan sikap siswa dalam proses
menekankan pada kegiatan penalaran, pembelajaran, lebih tepatnya ketika
menerapkan keterampilan matematis, tugas-tugas diolah dalam bentuk soal-
dan mengembangkan rasa percaya diri soal pemecahan masalah yang
siswa. memerlukan effort dalam
Menurut Didi (2005: 2) yakni untuk menyelesaikannya. Hal ini sejalan
mengembangkan kemampuan dengan tujuan pembelajaran
pemecahan masalah seseorang, tidak matematika KTSP, yaitu. siswa memiliki
cukup dengan hanya latihan berpikir sikap menghargai kegunaan
secara matematis saja, melainkan perlu matematika dalam kehidupan yaitu
diikuti dengan pengembangan rasa rasa ingin tahu, ketekunan dan minat
percaya diri melalui proses pemecahan dalam mempelajari matematika, serta
masalah sehingga memiliki kesiapan tekad dan percaya diri dalam
yang memadai untuk menghadapi memecahkan masalah. Jadi, hal tersebut
berbagai tantangan dalam kehidupan bisa menjadi suatu keberhasilan dalam
nyata. pembelajaran di kelas apabila perilaku
Adapun proses pemecahan masalah positif siswa berubah dalam kehidupan
menurut Bransford dan Stein (Slavin, mereka. 
Self-efficacy merupakan aspek
psikologis yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap keberhasilan siswa
dalam menyelesaikan tugas dan

2
pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah. Betz & Hacket
masalah dengan baik. Secara umum
self-efficacy memiliki pengertian
menurut Ormrod (2008: 20) adalah
penilaian seseorang tentang
kemampuannya sendiri untuk
menjalankan perilaku tertentu atau
mencapai tujuan tertentu. Lebih
sederhana menurut Somakim (2010: 49)
self-efficacy sinonim dengan
“Kepercayaan Diri” atau “Keyakinan
Diri”. Kemudian pendapat Bandura
(2006: 307) Self-efficacy is concerned with
people’s beliefs in their capabilities to
produce given attainment.
Kemampuan menilai dirinya
secara akurat merupakan hal yang
sangat penting dalam mengerjakan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang
di ajukan oleh guru,dengan
kepercayaan diri atau keyakinan
dirinya dapat memudahkan siswa
dalam menyelesaikan tugas tersebut,
bahkan lebih dari itu mampu
meningkatkan prestasinya. Sesuai
dengan hal tersebut Bandura (Isnaini,
2011: 6) penilaian kemampuan diri
yanga kurat merupakan hal yang
sangat penting, karena perasaan positif
yang tepat tentang self-efficacy dapat
mempertinggi prestasi, meyakini
kemampuan, mengembangkan
motivasi internal, dan memungkinkan
siswa untuk meraih tujuan yang
menantang. Self-efficacy dapat
mempengaruhi prestasi matematika
hal tersebut diperkuat oleh pendapat
Bandura, Barbaranelli, Caprara, &
Pastorelli, 1996; Fast et al.; Pajares, 2005
(Lusbi: 1) Self-efficacy, a person’s belief
of
their capabilities, has been shown to
influence students’ mathematical
achievement.
Kaitannya dengan pemecahan
masalah self-efficacy memiliki fungsi
sebagai alat untuk menilai
keberhasilan siswa dalam
menyelesaiakan soal-soal pemecahan

3
(Pajares & Miller, 1994: 194) masalah matematis yang baik maka
matematika self-efficacy baru-baru ini seorang siswa tersebut pun memiliki
lebih menilai setiap individu dalam self-efficacy yang baik pula. Sesuai
penghakiman atas kemampuan dengan hasil penelitian yang
mereka untuk memecahkan
masalah matematika
tertentu dan melakukan tugas-tugas
matematika. Kemudian menurut
pendapat Liu & Koirala (2009: 1)
siswa yang mempunyai sikap percaya
diri, bahwa matematika adalah
penting untuk kehidupan mereka dan
membantu meraka dalam
memecahkan masalah
matematika
dengan menyenangkan,
meskipun merekapercaya
bahwa matematika adalah penting
bagi mereka, tetapi mereka tidak
percaya diri bahwa mereka dapat
memecahkan masalah matematika, itu
berarti siswa tersebut memiliki self-
efficacy rendah.
Dengan siswa memiliki self-efficacy
yang tinggi dan pemecahan masalah
merupakan hal yang sulit untuk
dikerjakan maka peranan self-efficacy
bisa membuat siswa untuk lebih tekun
dan memiliki motivasi yang tinggi
untuk dapat mengerjakannya,
Bandura
et al. (1996) (Lusbi, 2009: 1) contend
that self-efficacy can affect many parts of
one’s life such as “level of motivation and
perseverance in the face of difficulties and
setbacks, resilience to adversity, quality of
analytical thinking”(p. 1206).
Sehingga self-efficacy merupakan
salah satu faktor penting dalam
menentukan prestasi matematika
seseorang khususnya
dalam melaksanakan
tugas-tugas yang berbentuk soal-soal
pemecahan masalah dan terlihat
bahwa antara kemampuan pemecahan
masalah dan self-efficacy memiliki
hubungan yang positif yang saling
mendukung. Jika seorang siswa
memiliki kemampuan pemecahan

4
dilakukan Betz dan Hacket pada tahun percaya diri pada situasi yang tidak
1983 (Pajares, 2002:11) melaporkan biasa, yang akan melayani mereka
bahwa dengan self-efficacy yang tinggi, (para siswa) secara baik di luar kelas
maka pada umumnya seorang siswa matematika.
akan lebih mudah dan berhasil Kemudian menurut Turmudi (2009:
melampaui latihan-latihan matematika 29) problem solving atau pemecahan
yang di berikan kepadanya, sehingga
masalah dalam matematika melibatkan
hasil akhir dari pembelajaran tersebut
metode dan cara penyelesainnya yang
yang tercermin dalam prestasi
tidak standar dan tidak diketahui
akademiknya juga cenderung akan
terlebih dahulu. Sehingga pemecahan
lebih tinggi di bandingkan siswa yang
masalah merupakan suatu proses
memiliki 7 rendah.
kegiatan yang lebih mengutamakan
prosedur-prosedur yang harus
2. KAJIAN LITERATUR
ditempuh dan langkah-langkah strategi
a. Pemecahan Masalah
yang harus ditempuh oleh siswa dalam
Masalah adalah kesenjangan antara
menyelesaikan masalah, dan pada
suatu keadaan yang diharapkan
akhirnya siswa mengerti tujuan
dengan kenyataan yang sebenarnya.
utamanya bukan hanya menemukan
Ruseffendi (Isnaini, 2011: 17)
jawaban dari soal, tetapi lebih dari itu
mengemukakan bahwa suatu
yaitu terdapat proses yang harus
persoalan merupakan masalah bagi
dijalankan.
seseorang bila persoalan itu tidak
Menurut pendapat Gagne (Israini &
dikenalnya, dan orang tersebut
Dewi, 2012: 95) cara terbaik yang
mempunyai keinginan untuk
dapat membantu siswa dalam
menyelesaikannya, terlepas apakah ia
pemecahan masalah adalah
sampai atau tidak kepada jawaban
memecahkan masalah selangkah demi
masalah itu.
selangkah dengan menggunakan
Masalah yang dimaksud adalah
aturan tertentu.
berupa pertanyaan-pertanyaan yang di
Sehingga masalah yang dihadapi dapat
ajukan oleh guru. Untuk
diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
menyelesaikannya, siswa dituntut
pemecahannya dengan baik dan
untuk menggunakan pengetahuan
dijadikan sebagai materi guna
yang telah dimiliki dan dikuasai
memperoleh pengertian serta bisa
sebelumnya. Masalah tersebut bisa soal
dijadikan pedoman dan tujuan belajar
cerita atau bukan soal cerita, tetapi
siswa.
bentuk soal tersebut merupakan soal
b. Self-Efficacy Matematis
yang tidak rutin.Artinya penyelesaian
Teori self-efficacy didasarkan atas
masalah dari soal yang tidak rutin
teori sosial-kognitif Bandura dengan
bukan tujuan akhir dari penyelesaian
dalil bahwa prestasi atau kinerja
soal-soal pemecahan masalah tetapi
seseorang tergantung kepada interaksi
menjadi awal untuk mengembangkan
antara tingkah laku, faktor pribadi
pengetahuannya yang baru dan
(misalnya: pemikiran, keyakinan) dan
keperibadiannya.
kondisi lingkungan seseorang, Sudrajat
Pendapat Turmudi (2009: 30)
(Isnaini, 2009: 25).
bahwa pemecahan masalah
Menurut Ormrod (2008: 20) secara
mengenalkan siswa untuk dapat
umum, self-efficacy adalah penilaian
mengenal bagaimana cara berpikir,
seseorang tentang kemampuan dirinya
kebiasaan untuk tekun dan
untuk menjalankan perilaku tertentu
keingintahuan yang tinggi serta

5
atau mencapai tujuan tertentu.

6
Selanjutnya pendapat Somakin (2010: Kabupaten Majalengka. Adapun untuk
49) dari berbagai pendapat para ahli penelitian ini adalah kelas VIII A.
pada prakteknya self-efficacy sinonim
dengan “Kepercayaan Diri” atau 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
“Keyakinan Diri”. Untuk menguji kebenaran hipotesis
Pengertian self-efficacy menurut penelitian yaitu: “Terdapat korelasi
Bandura (Setiadi 2010: 20) Self-efficacy as antara kemampuan pemecahan
“beliefs in one’s capability to organize and masalah matematis dan self-efficacy
execute the courses of action required to matematis”. Maka dilakukanlah uji
manage prospective situations”. statistika yaitu uji asosiasi pearson
Kemudian menurut Alderman,
dengan bantuan program IBM SPSS 21.
(2004: 69) A self-efficacy expectancy is a
Uji ini dipilih karena untuk
person’s judgment of his or her capability to
mengukur kekuatan hubungan linear
perform the skills, actions, or persistence
antara dua variable kontinu dengan
required for the given outcome. data berskala interval sebagaimana
Sedangkan menurut Feist & Feist pendapat (Uyanto: 222).Pengujian
(Wiliwati, 2012: 20) menyatakan bahwa hipotesis berdasarkan skor akhir
self-efficacy adalah keyakinan individu kemampuan pemecahan masalah dan
bahwa mereka memiliki kemampuan self-efficacy matematis pada kelas
dalam mengadakan kontrol terhadap eksperimen dan kelas kontrol. Skor
pekerjaan mereka terhadap lingkungan akhir bersumber dari skor post-test
mereka. kemampuan pemecahan masalah
Berdasarkan definisi-definisi di matematis dan self-efficacy matematis
atas, self-efficacy merupakan keyakinan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
atau kepercayaan yang dimiliki oleh Adapun hipotesis nol dan
setiap individu dalam melaksanakan tandingannya:
dan penyelesaikan tugas-tugas yang di : Tidak Terdapat korelasi antara
hadapi, dalam situasi dan kondisi kemampuan pemecahan masalah
tertentu sehingga mampu mengatasi matematis dan self-efficacy matematis
rintangan dan mencapai tujuan yang siswa”
telah ditetapkan. :“Terdapat korelasi antara
kemampuan pemecahan masalah
3. METODE PENELITIAN matematis dan self-efficacy matematis
Desain penelitian korelasional pada siswa”
dasarnya adalah terdapat dua variabel
Dengan taraf signifikansi 0,05,
yakni variabel bebas dan variabel
kriteria pengambilan keputusannya
terikat. Variabel bebas (X) dalam
adalah:
penelitian ini adalah self-efficacy i) Jika nilai signifikansi lebih kecil
matematis siswa, sedangkan variabel dari 0,05, maka H0 ditolak.
terikat (Y) adalah kemampuan
ii) Jika nilai signifikansi lebih besar
pemecahan masalah matematis siswa.
atau sama dengan 0,05, maka H0
Koefisien korelasi yang dihasilkan
mengindikasikan tingkatan/ derajat diterima..
Berikut adalah uji statistik korelasi
hubungan antara self-efficacy matematis
Pearson untuk mengetahui bagaimana
dengan kemampuan pemecahan
korelasi antara kemampuan
masalah matematis. Populasi dan
pemecahan masalah dan self-efficacy
sampel penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Talaga matematis.

7
Tabel 4.2 Data Uji Korelasi Pearson Meningkatkan Kemampuan
Pearson Correlation Sig.
0,645 0,000

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas


diperoleh nilaisignifikansi yaitu 0,000,
sehingga ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang signifikan antara kemampuan
pemecahan masalah matematis dan
self- efficacy matematis. Nilai koefisien
korelasi pearson menunjukkan
besarnya koefisien antara
kemampuan pemecahan
masalah matematis dan self- efficacy
matematis yaitu 0,645. Koefisien
tersebut menunjukkan hubungan yang
positif dan kuat, artinya semakin tinggi
skor kemampuan pemecahan masalah
matematis, semakin tinggi pula self-
efficacy matematis siswa.

5. KESIMPULAN
Terdapathubunganpositifantara
kemampuan pemecahan masalah dan
self-efficacy siswa.Hubungan tersebut
masuk dalam kategori sedang, artinya
hubungan antara kemampuan
pemecahan masalah matematis dan
self- efficacy berada ditengah,
hubungan ini menunjukkan hubungan
yang tidak begitu baik, juga tidak
begitu jelek.

6. REFERENSI
Alderman, Kay. (2004). Motivation for
Achievement :Posibilities for Teacing
and Learning. London: Lawrence
Erlbaum Associates Publisher
Bandura, Albert. (2006). Guide for
Constructing Self-Efficacy Scales.
Information Age Publishing.
Hasrdini dan Puspitasari.(2012). Strategi
Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta:
Familia
Hadayani, Isnaini. (2011). Penggunaan
Model Method Dalam Pembelajaran
Pecahan Sebagai Upaya

8
Pemecahan Masalah Matematikdan DIDI_SURYADI/DIDI-15.pdf
Self-Efficacy Siswa Sekolah Dasar Slavin, R. E. (2006). Educational
(Studi Kuasi-Eksperimen pada Psycologi : Theory and Pratice.
Siswa Salah Satu SD Negeri di London: Pearson Education
Jakarta Utara)”. Tesis Jurusan Turmudi. (2009).Landasan Filsafat dan
Pendidikan Matematika UPI Teori Pembelajaran Matematika
Bandung. Tidak
Dipublikasikan.
Herman, Tatang. (2000). Strategi
Pemecahan Masalah (Problem
Solving) Dalam Pembelajaran
Matematika.Makalah.

Tidak Diterbitkan.
Lusby, Blair.(2009). Increasing Student's
Self-efficacy in Mathematics.St.
Mary’s College of Maryland.
Liu &Koirala. (2009). The Effect of
Mathematics Self-Efficacy on
Mathematics Achievement of
High School Students. NERA
Conference Proceedings 2009.
Paper 3
Ormrod, J. E. (2008). PsikologiPendidikan.
Jakarta: Erlangga
Pajares& Miller. (1994). Role of Self-
Efficacy and Self-Concept Beliefs
in mathematical Problem
Solving: A Path Analysis. Journal
of Educational Psychology
1994,
Vol. 86, No. 2, 193-203.
Pajares, F. (2002). Overview of
Social Cognitive Theory and of
Self- Efficacy.[Online].

Tersedia:
http://www.emory.edu/educati
on/mfp/eff.html.
Setiadi, Riswanda. (2010).
Self- Efficacy.Bandung
:Rizki Press
Suryadi, D. (2005).
Pembelajaran Matematika
Eksploratif di Sekolah
Dasar. [online].
Tersedia:http://file.upi.edu/Dire
ktori/FPMIPA/JUR._PEND._MA
TEMATIKA/195802011984031-

9
Berparadigma Eksploratif dan
Investigatif. Jakarta : PT. Leuseur
Cita Pustaka
Uyanto, Stanislaus S. (2009).
PedomanAnalisis Data dengan
SPSS. Yogyakarta: GrahaIlmu
Wiliwati, Beti. (2012). Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-
Efficacy Matematis Siswa SMA
dengan Menggunakan Pendekatan
Investigasi. Tesis Jurusana
Pendidikan Matematika UPI
Bandung.Tidak Dipublikasikan.
Yamin, Martinis. (2012). Desain Baru
Pembelajaran Konstruktivitik.
Jakarta: Referensi

10

Anda mungkin juga menyukai