Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

TENTANG
SATUAN GRAMATIK

DOSEN PEMBIMBING
Asri Wahyuni Sari

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II :
Rama Yana (20080036)
Maharani Fajri (20080037)
Ervina (20080038)
Anggun Gusti Pratama (20080039)
Feronika Angggelina (20080048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Satuan Gramatik" dengan tepat waktu.

Makalah ini disususun untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang unsur-unsur pembentuk
bahasa baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Asri Wahyuni Sari selaku dosen mata
kuliah Morfologi Bahasa Indonesia yang memberi kesempatan kepada kami untuk
menulis makalah ini. Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, September 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................... i
DAFTAR ISI............................ ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................... 1
1.3 Tujuan................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian satuan gramatik............... 2
2.2 Satuan gramatik bebas dan terikat......... 9
2.3 Bentuk Tunggal dan bentuk komples.......... 11
2.4 Morfem, morf, alomorf dan kata................ 12

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................... 14
3.2 Daftar Pustaka .................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Morfologi mengkaji morfem dan seluk beluknya, dan sudah banyak dibicarakan oleh para
Linguist.
Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang
paling besar adalah berupa kata.
Pembicaraan tentang satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa afiks termasuk
dalam bidang morfologi, sedangkan pembicaraan tentang satuan gramatik yang semua
unsurnya berupa ; kata, frasa, klausa, dan kalimat termasuk dalam bidang sintaksis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan satuan gramatik?
2. Apa yang dimaksud dengan satuan gramatik bebas dan satuan gramatik terikat?
3. Apa yang dimaksud dengan bentuk tunggal dan bentuk kompleks ?
4. Apa yang dimaksud dengan morfem, morf,alomorf dan kata ?

1.3 Tujuan masalah


1. Untuk mendeskripsikan satuan gramatik
2. Untuk mendeskripsikan satuan gramatik bebas dan satuan gramatik terikat
3. Untuk mendeskripsikan bentuk tunggal dan bentuk kompleks
4. Untuk mendeskripsikan morfem, morf,alomorf dan kata

BAB II
PEMBAHAHASAN

Satuan Gramatik

2.1 Pengertian Gramatik


Jika kita mendengarkan tuturan seseorang atau seorang informan dengan saksama, ternyata
terdapat satuan-satuan yang berulang-ulang dapat kita dengar, misalnya sepeda, bersepeda,
sepeda-sepeda, bersepeda-bersepeda, bersepeda ke pasar, aku membeli sepeda, sepeda baru,
dan lain sebagainya. Satuan-satuan yang mengandung arti, baik leksikal maupun arti gramatik
tersebut disebut satuan gramatik. Satuan gramatik mungkin berupa morfem, misalnya ber-, ke,
ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang, sedang, baca, baru, mungkin berupa kata
misalnya rumah, membawa, diketahui, lempar lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa
frasa, misalnya akan datang, kerumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, mungkin
pula berupa klausa, misalnya Ia sedang berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik,
orang tuanya sudah sehat, mungkin juga berupa kalimat, misalnya Kami berlari di pagi hari., dan
mungkin pula berupa wacana.

Jelasnya, jika diurutkan satuan gramatik itu dapat berupa:


 Morfem
 Kata
 Frasa
 Klausa
 Kalimat
 Wacana

a. Satuan gramatik berupa morfem


Morfem adalah bentuk yang paling kecil yang mempunyai arti yang terdapat dalam dalam
pembentukan kata dari setiap bahasa. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel dan
kata dasar.Jika ditinjau dari segi bentuknya,kata dasar tergolong sebagai morfem karena
wujudnya hanya sebagai satu morfem,misalnya:
1. Imbuhan atau afiks ber-, meN-, ber-an-, ke-, ke-an-, peN-, peN-an
2. Partikel lah-,kah-, pun-,
3. Baju
4. Pulpen
5. Handuk
6. Dari

2
7. Kayu
8. Pintu
9. Rumah
10. Jalan
11. Buku
12. Sepatu
13. Papan tulis
14. Hidup
15. Sisir
16. Penghapus
17. Kapur
18. Sapu
19. Sandal
20. Cincin
21. Kalung
22. Jalan
23. Besok
24. Anda
25. Lahir
26. Dapat

b. Satuan gramatik berupa kata


Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari kalimat, .misalnya ;
1. Rumah
2. Membawa
3. Kelupaan
4. Diketahui
5. Mereka
6. Mengikuti
7. Menulis
8. Berbicara
9. Tanah
10. Benda
11. Jumlah
12. Datang
13. Dari
14. Terpelajar
3

15. Tidur
16. Kemarin
17. Diam
18. Senapan
19. Remaja
20. Manusia
21. Memukul
22. Laptop
23. Telepon
24. Tas
25. Sepatu

c. Satuan gramatik berupa frasa


Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdiri dari
subyek dan predikat.

Ciri-ciri frasa ada tiga, yaitu:


a.Terdiri dari dua kata atau lebih,
b.Tidak melampaui batas fungsi,
c. Bisa diperluas atau disisipi dan atau yang.

Contohnya sebagai berikut ;


1. akan datang
2. kerumah teman
3. akan minum
4. akan tidur
5. sudah sehat
6. sehat sekali
7. sangat cantik
8. tampan sekali
9. sangat pintar
10. usaha yang baik
11. sedang belajar
12. belum muncul
13. baru menyadari
14. tidak mandi
15. tinggi sekali
16. pendek sekali
17. lebar sekali
18. akan pergi
19. ingin tidur
4

20. minggu lalu


21. amat jelek
22. untuk kamu
23. sedang belajar
24. kurang pandai
25. hampir baik

d. Satuan gramatik berupa klausa


Klausa adalah tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan dibawah
tataran kalimat. Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K
maupun tidak. Unsur klausa berupa S dan P, sedangkan O, Pel, dan K bukan unsur utama. S
juga bisa dilesapkan sehingga unsur pokok klausa adalah P, rumusnya adalah (S) P, (O) (Pel).

Ciri-ciri klausa, yaitu:


a. Terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
b. Unsur klausa berupa S dan P,
c. Unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
d. Mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).

Contohnya
1. ia sedang berkunjung kerumah teman
2. usaha itu sangat baik
3. orang tua yang sudah sehat
4. Rima membaca buku
5. Orang itu pindah ke Jakarta
6. Ibu membeli susu
7. Andi belajar di kamar
8. Anak itu menendang bola
9. Indra memakan nasi
10. Dian memakan tahu
11. Anak itu pergi kesungai
12. Ayah membuat layang – laying
13. Lili seorang penari
14. kami bernyanyi bersama
15. Andi seorang pelajar
16. merokok dapat menyebabkan kanker
17. Nirina sedang belajar
18. Saya menulis artikel itu
19. Irfan rajin mengaji
20. Zahra mendorong Ela
5

e. Satuan gramatik berupa kalimat


Kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil
(kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta
disertai dengan intonasi final., misalnya:

1. Siswa kelas V membuang sampah di sembarang tempat


2. Anak itu memetik bunga-bunga di taman
3. Rina gemar bermain boneka
4. Wanita itu berhias di depan cermin
5. Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayang
6. Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor
7. Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur
8. Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya
9. Bibi kesepian karena tidak mempunyai anak
10. Ketika saya membaca buku, dia datang
11. Orang itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu
12. Jika ingin berhasil dengan baik, Anda harus belajar dengan tekun.
13. Presiden SBY membeli buku gambar kemaren
14. Tina membaca komik di toko buku
15. Ibu membeli ikan di pasar baru
16. Ayah membawa tasnya ke kantor
17. Bulan lalu Bibi menjual baju
18. Kakak selalu menonton televisi setiap sore
19. Hari ini kami bermain drama di sekolah
20. Anna menjahit baju dengan baik
21. Tanaman itu tumbuh dengan subur di tamanku
22. Petani membajak sawah di pagi hari
23. Ibu memarahi Dodi karena kenakalannya
24. Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
25. Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.

f. Satuan gramatik berupa wacana


Wacana merupakan satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap. Wacana ini
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia, dan
sebagainya.Misalnya ;

1) Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat
bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa
jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada
masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.

Contoh paragraph di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu
pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan
klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat
pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni
sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap
terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.

Adapun contoh lain dari wacana adalah sebagai berikut


2) Jika melihat kejadian beberapa hari kebelakang, banyak peristiwa yang membuat bulu
kuduk kita merinding dan hati pun bergetar, tanpa terasa air mata kesedihan pun
bercucuran. Kita pun sedih an menangis, begitu bahyak bencana yang terjadi di bumi
nusantara yang kita cintai. Kejadian ini bukan hanya disaksikan di layar atau mendengar
dalam radio bahkan kita melihatnya dengan mata kepala sendiri.Di mulai dari bencana
yang diakibatkan kecelakaan pesawat yang mengakibatkan ratusan korban jiwa ditambah
dengan kerugian materil yang sangat luar biasa besar.Sementara itu, pemerintah
menaikkan harga BBM yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang
sangat fantastis 120% kenaikannya.Kenaikan BBM ini juga bertepatan dengan umat Islam
yang mayoritas pendudukan Indonesia memasuki bulan Ramadhan yang biasanya diikuti
oleh harga-harga kebutuhan pokok akan meningkat tajam.Genaplah sudah penderitaan
masyarakat. Sekali lagi air mata kesedihan semakin bercengkrama dengan mesra, dan
seolah-olah tidak mau lepas dari kehidupan rakyat Indonesia ini.Biasanya saya hanya
terdiam, sebab memang tidak ada alasan yang terlalu jelas, tambahnya.Yang dirasakannya,
adalah memang hanya sebuah kenyataan bahwa negeri ini sedang melintasi sebuah
persimpangan sejarah yang rumit.Kendati demikian, menurut pendapatnya, krisis dan
bencana yang melilit setiap sudut kehidupan negeri ini tidak perlu ditakuti dan dirisaukan,
sebab itu adalah takdir semua bangsa.Hal yang sangat memiriskan hati adalah bahwa pada
saat krisis dan bencana besar ini terjadi, justru negeri kita mengalami kelangkaan
pahlawan.

3) Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan enak, mereka ingin
mengenyangkan perut yang lapar dengan menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih
variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha
“mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke
tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya
kalangan tertentu ini.
Pengusaha restoran tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung.
Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan
yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu
yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.Dengan adanya inovasi tadi
maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran
terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan
mendesain inding restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di
dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru
beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu
mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup
datang ke restoran, duduk santai dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.Ternyata
adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi bagi banyak
seniman melakukan pameran lukisan di restoran. Hanya itu dilakukan sebagai penyegaran
sekaligus mencari suasana baru, keuntungan

dinding restoran dihiasi dengan lukisan, kalau sudah bosan bisa diganti.

4) Secara umum tugas dari guru untuk siswa dinamakan PR atau pekerjaan rumah. PR
meliputi berbagai bidang studi,seperti matematika,menggambar, keterampilan, dan
agama.PR diberikan agar anak melatih diri di rumah dan belajar sendiri tanpa bantuan
guru. Tidak ada salahnya jika seorang anak menanyakan satu atau dua soal yang kurang di
pahaminya. Jika anak bertanya mengenai semua soal, jelas ia tidak menangkap guru di
dalam kelas, berarti perhatian anak terbagi kemasalah lain di luar kelas. PR dapat juga di
kerjakan secara berkelompok. Namun, yang lebih efisien tentulah kelompok kecil yang
terdiri atas dua atau tiga orang. Namun, yang lebih baik apabila PR itu di kerjakan sendiri.
Setelah masing-masing selesai, barulah di periksa bersama kelompok dan hasilnya dapat
menunjukkan kemampuan individu. Yang terburuk jika anak tidak membuat PR atau hanya
mencontoh atau menjiplak pekerjaan teman yang pandai. Hal itu justru akan merugikan
siswa itu sendiri. Guru akan sangat kecewa apabila siswa tidak menerjakan PR yang
diberikannya. Guru memberikan PR bertujuan agar siswa secara tidak langsung belajar di
rumah bukan merupakan suatu hukuman. Namun,hal itu merupakn rasa tanggung jaeab
seorang murid terhadap tugas yang di berikan oleh guru. PR adalah salah satu bentuk
belajar. Jadi tanpa PR anak harus tetap menyisihkan waktu untuk belajar setiap hari dengan
teratur dan penuh tanggung jawab. Orang tua yang selalu memperhatikan kegiatan belajar
putra-putrinya akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya.Banyak guru
sependapat bahwa anak-anak yang rajin membuat PR apabila ulangan mereka akan
mendapatkan nilai yang memuaskan. Sayangnya, justru anak-anak yang pandailah lebih
rajin membuat PR daripada anak-anak yang kurang pandai. Ada anak yang kurang pandai,
tetapi rajin membuat PR. Namun, banyak pekerjaannya yang salah sehingga menjadi
malas. Anak model itu harus dibimbing dan selalu didekati.
Sesungguhnya tidak ada anak yang pandai secara tiba-tiba atau dalam waktu yang sangat
pendek. Semua keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap melalui kerja keras yang
dibina sejak kecil dan berkelanjutan terus-menerus. Tidak ada salahnya apabila kita
membiasakan diri untuk bekerja keras sejak usia dini dan menghargai waktu serta
menggunakannya dengan baik.latihan ini akan bermanfaat.

Menurut Jhon Lyons , ada tiga satuan deskripsi gramatikal yakni ;


- Kalimat
- Kata
- Morfem

Diantara kata dan kalimat , ada dua satuan lain yang diakui oleh tata bahasa yakni Frasa
dan Klausa. Secara tradisional, perbedaan antara kedua satuan ini adalah satu kelompok
kata yang secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan yang tidak mempunyai subjek
dan predikat. Maka , frasa dan klausa pada tata bahasa tradisional adalah satuan – satuan
sekunder yang didefinisikan menurut kesepadannya dengan satuan – satuan primer, kata
dan kalimat.
Hubungan antara kelima satuan deskripsi gramatikal adalah hubungan komposisi. Jika
“kalimat” kita sebut satuan paling tinggi dan morfem kita sebut satuan “ paling
rendah”, kita dapat mengatur kelima satuan itu pada skala tataran ( kalimat , klausa, frasa ,
kata dan morfem), dengan mengatakan bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi
tatarannya terbentuk dari satuan – satuan yang paling rendah tatarannya. Dengan kata lain
bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi tatarannya dapat dianalisis menjadi satuan –
satuan yang paling rendah tatarannya.

2.2 Satuan Gramatik Bebas dan Terikat


Dalam tuturan biasa , diantara satuan – satuan gramatik ada yang dapat berdiri sendiri dan
ada yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terikat pada satuan lain.

Contoh satuan gramatik bebas atau yang dapat berdiri sendiri yaitu ;
1. rumah,
2. sepeda,
3. jalan,
4. kunci,
5. gembok ,
6. kancing,
7. rok ,
8. buku,
9. celana,
10. pakaian ,
11. pintu,
12. pohon,
13. meja ,
14. lemari,
15. televisi,
16. pulpen,
17. laptop ,
18. sapu,
19. ibu,
20. bapak,
21. saya ,
22. kamu,
23. kita,
24. dia
25. akan

Ada juga satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, melainkan
selalu terikat pada satuan lain, Misalnya :

1 ber- + jalan à berjalan


2 meN- + tulis à menulis
3 peN- + lukis à pelukis
4 ke-an + raja à kerajaan
5 ber- + sepeda à besepeda
6 meN- + kalah à mengalah

7 ber- + lari à berlari


8 ber- + rantai à berantai
9 peN- + baca à pembaca
10 peN- + garis à penggaris
11 peN- + cukur à pencukur
12 peN- + bantu à pembantu
13 meN- + lerai à melerai
14 peN- + bom à pengebom
15 meN- + fitnah à memfitnah

Disamping itu ada yang secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan –
satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri, dikatakan satuan gramatik bebas
terikat sintaksis, misalnya ; dari, kepada, sebagai, karena, meskipun, sangat, amat. Dapat
dilihat jajarannya sebagai berikut

- dari pasar
- dari suatu pasar
- dari dua buah toko
- dari toko
- dari suatu toko
- dari dua buah toko
- hampir semua toko

- sangat cantik
- sangat cantik sekali
- sangat baik menarik sekali
- berjalanlah
- berjalan cepatlah
- berjalan ke utaralah
- berjalan ke utara sajalah

Bentuk dari kelihatannya terikat pada toko, tetapi dengan adanya frasa dari suatu toko, dua
buah toko, dan dari hampir semua toko, jelaslah bahwa bentuk dari secara gramatik dapat
dipisahkan dari toko.demikian pula dengan bentuk lah pada berjalanlah. Bentuk ini
kelihatannya terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya frasa berjalan cepatlah, berjalan ke
utaralah, berjalan ke utara sajalah, jelaslah bahwa lah secara gramatik tidak terikat pada
berjalan.
Bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, per-, -kan, –an, -i, ke-an, per-an, dan sebagainya, jelas tidak
dapat berdiri sendiri, baik dalam tuturan biasa, maupun secara gramatik. Bentuk-bentuk
tersebut bersama dengan bentuk lain membentuk bentuk kata, misalnya ber- bersama
dengan jalan membentuk kata berjalan, ter- bersama dengan pandai membentuk kata
terpandai, men- dengan alir membentuk mengalir, dan sebagainya. Dilihat dari sudut arti
satuan – satuan tersebut tidak memiliki art ileksikal, akan tetapi memiliki arti gramatikal atau
makna. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ber-, ter-, men-, dan sebagainya itu termasuk
dalam golongan afiks.

10

Bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri
sendiri, dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah bahwa bentuk-bentuk
itu termasuk golongan bentuk terikat, namun demikian, ada perbedaan antara bentuk terikat.
Namun demikian, ada perbedaan antara bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, dan sebagainya.
Perbedaannya ialah bentuk ku, mu, nya, dan sebagainya memiliki arti leksikal. Karena itu,
bentuk-bentuk seperti ku, mu, nya, dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam golongan
afiks, melainkan termasuk golongan yang dimaksud klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua
golongan ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku, pada kuambil,
kau pada kauambil, sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu
pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Bentuk juang misalnya dalam berjuang, perjuangan, pejuang, memperjuangkan, bentuk
temu misalkan dalam bertemu, pertemuan, menemukan, menemui, penemuan, juga
merupakan bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan secara
gramatik tidak memiliki sifat sebab.
Namun demikian, bentuk-bentuk itu tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks
maupun klitik karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat tersendiri ialah dapat dijadikan
bentuk dasar, seperti terlihat pada bentuk-bentuk berjuang, bertemu dan sebagainya. Karena
itu, bentuk-bentuk itu merupakan golongan tersendiri yang disebut pokok kata. Bentuk-
bentuk lain yang dapat dimasukkan ke dalam golongan pokok kata ialah alir, ketahu, sandar,
puluh, rangkak, dan sebagainya. (Ramlan, 1985: 25-28).

2.3 Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks


Kalau satuan kuda dibandingkan dengan berkuda, maka akan ternyata bahwa kedua bentuk
itu berbeda. Perbedaannya ialah bentuk kuda, tidak mungkin dapat diuraikan ke dalam bentuk
yang lebih kecil. Dengan kata lain, bentuk kuda tidak mempunyai bentuk yang lebih kecil lagi.
Kita dapat menguraikan bentuk kuda menjadi ku dan da akan tetapi dalam kaitannya dengan
bentuk kuda, ku dan da tersebut tidaklah merupakan satuan-satuan yang mengandung arti.
Jadi, bukan bentuk linguistik. Lain halnya dengan bentuk berkuda. Bentuk tersebut dapat
diuraikan menjadi bentuk-bentuk yang lebih kecil, yakni ber- yang berarti “memakai” atau
“memiliki” dan kuda “sebangsa binatang yang berkaki empat”. Jadi dapat dikatakan bahwa
bentuk berkuda terdiri atas dua bentuk yang lebih kecil daripada bentuk berkuda itu sendiri.
(Prawirasumantri, 1985: 115).

Contoh lain jika satuan sepeda dibandingkan dengan bersepeda, bersepeda di luar kota, ia
membeli sepeda baru, ternyata ada perbedaannya. Perbedaannya ialah bahwa satuan-satuan
sepeda tidak mempunyai satuan yang lebih kecil lagi; berbeda dengan bersepeda, yang
sebenarnya terdiri dari satuan ber- dan sepeda; bersepeda ke luar kota, yang terdiri dari satuan
ber- dan sepeda, ke, luar, dan kota; dan berbeda pula dengan satuan ia membeli sepeda baru,
yang terdiri dari satuan ia, men-, beli, sepeda, dan baru.

Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi itu disebut bentuk
tunggal, sedangkan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil disebut bentuk
kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke, luar, kota, ia, men, beli, dan baru, masing-masing
merupakan bentuk tunggal, sedangkan satuan-satuan bersepeda, bersepeda ke luar kota, ia
membeli sepeda baru, merupakan bentuk kompleks (Ramlan, 1985: 25).

11

2.4 Morfem, Morf, alomor dan Kata


Morfem adalah unsure yang terkecil secara individual mengandung pengertian dalam ujaran
seseuatu bahasa ( Hockett, 1958 ). Morfem pun dapat pula dibatasi secar negative, misalnya : “
suatu bentuk linguistic yang tidak mempunyai hubungann secara fonetik – semantic dengan
bentuk lain adalah bentuk sederhana atau morfem”(Bloomfield,1955).

Setiap bentuk tunggal, baik termasuk golongan satauan bebas, maupun terikat, merupakan
satu morfem. Satuan-satuan rumah, sepeda, jalan, ber-, meN-, di-, maha-, juang, lah, dan
sebagainya masing-masing merupakan satu morfem. Satuan bersepeda, terdiri dari dua
morfem, yaitu morfem ber- dan morfem sepeda; satuan bersepeda ke luar kota terdiri dari lima
morfem, yaitu ber-, sepeda, ke, luar, dan kota. Jadi yang dimaksud morfem ialah satuan
gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai
unsurnya.

Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik, misalnya baca, yang fonem-
fonemnya, banyaknya fonem serta urutannya selalu demikian, ialah terdiri empat fonem,
yaitu /b, a, c, a/ dengan urutan fonem /b/ di muka sekali, diikuti /a/, /c/, dan /a/. Tetapi di
samping itu, ada pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem
meN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-,
misalnya pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, mengebom, dan melerai. Bentuk-
bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- tersebut masing-masing disebut sebagai
morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Demikianlah morfem meN-
mempunyai morf-morf mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- sebagai alomorfnya.
Di samping istilah morfem, morf, dan alomorf, terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam
satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari
satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata
belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri
dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem, ialah /b,
e, l, a, j, a, r/.

Satuan-satuan ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri
sendiri dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah satuan-satuan itu
termasuk golongan satuan terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara satuan-satuan itu
dengan satuan-satuan ber-, ter-, meN-, dan sebagainya yang tidak memiliki arti leksikal. Karena
itu, satuan-satuan seperti ku, mu, nya, dan lainnya, tidak dimasukkan ke dalam golongan afiks,
melainkan termasuk golongan klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, ialah
proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku pada kuambil, kau pada kauambil,
sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu pada rumahmu, nya
pada rumahnya.

Satuan juang, misalnya dalam berjuang, perjuangan, pejuang, memperjuangkan, satuan


temu dalam bertemu, pertemuan, menemukan, mempertemukan, penemuan, juga merupakan
satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak
mempunyai sifat bebas. Namun demikian, satuan-satuan itu tidak dapat dimasukkan ke dalam
golongan afiks maupun klitik, karena satuan-satuan itu memiliki sifat tersendiri, yaitu dapat
dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada satuan-satuan berjuang, pejuang, bertemu, dan
sebagainya. Karena itu, satuan-satuan itu merupakan golongan tersendiri yang di sebut sebagai
pokok kata. Satuan-satuan lain yang dapat dimasukkan ke dalam gologan pokok kata ialah, alir,
sandar, baca, ambil, perbesar, pertiga, ketahu, jabat, main, rangkak, dan masih banyak lagi.

Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai
satuan fonologik, kata

12

terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem.
Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem,
suku la terdiri dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh
fonem, ialah /b, e, l, a, j, a, r/.

Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Kata belajar terdiri
dari dua morfem, yaitu morfem ber- dan morfem ajar, kata terpelajar terdiri dari tiga morfem,
yaitu ter-, per-, dan morfem ajar.
Yang dimaksud kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu
satuan bebas merupakan kata. Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan,
kedudukan, negara, negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan, berkepemimpinan,
ruang, ruangan, buku, ketidakadilan, dan sebagainya, masing-masing merupakan kata karena
masing-masing nerupakan satuan bebas.

Satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan sebagainya, juga
termasuk golongan kata. Satuan-satuan tersebut, meskipun tidak merupakan satuan bebas,
tetapi secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan
terdahulu.

Satuan-satuan rumah makan, kamar mandi, kamar tidur, mata pelajaran, kepala batu, keras
hati, keras kepala, panjang tangan, dan sebagainya, sekalipun terdiri dari dua satuan bebas, juga
termasuk golongan kata, karena satuan-satuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang
membedakan dirinya dari frasa.
13

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik disebut satuan
gramatik. Satuan gramatik itu dapat berupa kalimat, klausa, frasa, kata, morfem. Satuan
gramatik berupa morfem, misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang,
sedang, baca, baru, mungkin berupa kata misalnya rumah, membawa, diketahui, lempar
lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa frasa, misalnya akan datang, kerumah teman,
akan minum, sudah sehat, sehat sekali, mungkin pula berupa klausa, misalnya Ia sedang
berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat, mungkin juga
berupa kalimat, misalnya Kami berlari di pagi hari., dan mungkin pula berupa wacana.
14

Daftar Pustaka

Pasaribu, Elfrida( 2014).Morfologi,diktat.Pematangsiantar

Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT


Gramedia Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.

Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono

Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset

Mulyono, Iyo. 2013. Morfologi: Teori dan Sejumput Problematika Terapannya. Bandung: CV
Yrama Widya.

Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis bahasa Indonesia. Jakarta: Cipta.
Emidar. Morfologi(bahan bacaan mahasiswa, tidak diterbitkan). Padang: FBSS UNP.

http://seputarbahasaindonesia.co.cc/?cat=103
http://yoviersariadi.blogspot.com/2011/06/satuan-gramatik.html
http://ahmadalirosidi.blogspot.com/2012/04/bab-ii-satuan-satuan-gramatikal-
padabab.htmlhttp://royaap.blog.ugm.ac.id/2010/10/30/satuan-satuan-gramatik/

15

Anda mungkin juga menyukai