TENTANG
SATUAN GRAMATIK
DOSEN PEMBIMBING
Asri Wahyuni Sari
DISUSUN OLEH
KELOMPOK II :
Rama Yana (20080036)
Maharani Fajri (20080037)
Ervina (20080038)
Anggun Gusti Pratama (20080039)
Feronika Angggelina (20080048)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Satuan Gramatik" dengan tepat waktu.
Makalah ini disususun untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang unsur-unsur pembentuk
bahasa baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Asri Wahyuni Sari selaku dosen mata
kuliah Morfologi Bahasa Indonesia yang memberi kesempatan kepada kami untuk
menulis makalah ini. Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................... i
DAFTAR ISI............................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................... 1
1.2 Rumusan Masalah......................... 1
1.3 Tujuan................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian satuan gramatik............... 2
2.2 Satuan gramatik bebas dan terikat......... 9
2.3 Bentuk Tunggal dan bentuk komples.......... 11
2.4 Morfem, morf, alomorf dan kata................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHAHASAN
Satuan Gramatik
2
7. Kayu
8. Pintu
9. Rumah
10. Jalan
11. Buku
12. Sepatu
13. Papan tulis
14. Hidup
15. Sisir
16. Penghapus
17. Kapur
18. Sapu
19. Sandal
20. Cincin
21. Kalung
22. Jalan
23. Besok
24. Anda
25. Lahir
26. Dapat
15. Tidur
16. Kemarin
17. Diam
18. Senapan
19. Remaja
20. Manusia
21. Memukul
22. Laptop
23. Telepon
24. Tas
25. Sepatu
Contohnya
1. ia sedang berkunjung kerumah teman
2. usaha itu sangat baik
3. orang tua yang sudah sehat
4. Rima membaca buku
5. Orang itu pindah ke Jakarta
6. Ibu membeli susu
7. Andi belajar di kamar
8. Anak itu menendang bola
9. Indra memakan nasi
10. Dian memakan tahu
11. Anak itu pergi kesungai
12. Ayah membuat layang – laying
13. Lili seorang penari
14. kami bernyanyi bersama
15. Andi seorang pelajar
16. merokok dapat menyebabkan kanker
17. Nirina sedang belajar
18. Saya menulis artikel itu
19. Irfan rajin mengaji
20. Zahra mendorong Ela
5
1) Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat
bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa
jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada
masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.
Contoh paragraph di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu
pada klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan
klausa pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat
pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni
sebuah kata dulu kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap
terdengar atau sama sekali hilang dari pemakaian.
3) Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan enak, mereka ingin
mengenyangkan perut yang lapar dengan menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih
variatif. Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha
“mengenyangkan” mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke
tempat makan sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya
kalangan tertentu ini.
Pengusaha restoran tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung.
Akan tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan
yang menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu
yang diadakan sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.Dengan adanya inovasi tadi
maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha bisnis restoran
terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan
mendesain inding restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di
dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru
beberapa restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu
mengunjungi sebuah galeri lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup
datang ke restoran, duduk santai dan rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.Ternyata
adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi bagi banyak
seniman melakukan pameran lukisan di restoran. Hanya itu dilakukan sebagai penyegaran
sekaligus mencari suasana baru, keuntungan
dinding restoran dihiasi dengan lukisan, kalau sudah bosan bisa diganti.
4) Secara umum tugas dari guru untuk siswa dinamakan PR atau pekerjaan rumah. PR
meliputi berbagai bidang studi,seperti matematika,menggambar, keterampilan, dan
agama.PR diberikan agar anak melatih diri di rumah dan belajar sendiri tanpa bantuan
guru. Tidak ada salahnya jika seorang anak menanyakan satu atau dua soal yang kurang di
pahaminya. Jika anak bertanya mengenai semua soal, jelas ia tidak menangkap guru di
dalam kelas, berarti perhatian anak terbagi kemasalah lain di luar kelas. PR dapat juga di
kerjakan secara berkelompok. Namun, yang lebih efisien tentulah kelompok kecil yang
terdiri atas dua atau tiga orang. Namun, yang lebih baik apabila PR itu di kerjakan sendiri.
Setelah masing-masing selesai, barulah di periksa bersama kelompok dan hasilnya dapat
menunjukkan kemampuan individu. Yang terburuk jika anak tidak membuat PR atau hanya
mencontoh atau menjiplak pekerjaan teman yang pandai. Hal itu justru akan merugikan
siswa itu sendiri. Guru akan sangat kecewa apabila siswa tidak menerjakan PR yang
diberikannya. Guru memberikan PR bertujuan agar siswa secara tidak langsung belajar di
rumah bukan merupakan suatu hukuman. Namun,hal itu merupakn rasa tanggung jaeab
seorang murid terhadap tugas yang di berikan oleh guru. PR adalah salah satu bentuk
belajar. Jadi tanpa PR anak harus tetap menyisihkan waktu untuk belajar setiap hari dengan
teratur dan penuh tanggung jawab. Orang tua yang selalu memperhatikan kegiatan belajar
putra-putrinya akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya.Banyak guru
sependapat bahwa anak-anak yang rajin membuat PR apabila ulangan mereka akan
mendapatkan nilai yang memuaskan. Sayangnya, justru anak-anak yang pandailah lebih
rajin membuat PR daripada anak-anak yang kurang pandai. Ada anak yang kurang pandai,
tetapi rajin membuat PR. Namun, banyak pekerjaannya yang salah sehingga menjadi
malas. Anak model itu harus dibimbing dan selalu didekati.
Sesungguhnya tidak ada anak yang pandai secara tiba-tiba atau dalam waktu yang sangat
pendek. Semua keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap melalui kerja keras yang
dibina sejak kecil dan berkelanjutan terus-menerus. Tidak ada salahnya apabila kita
membiasakan diri untuk bekerja keras sejak usia dini dan menghargai waktu serta
menggunakannya dengan baik.latihan ini akan bermanfaat.
Diantara kata dan kalimat , ada dua satuan lain yang diakui oleh tata bahasa yakni Frasa
dan Klausa. Secara tradisional, perbedaan antara kedua satuan ini adalah satu kelompok
kata yang secara gramatikal sepadan dengan satu kata dan yang tidak mempunyai subjek
dan predikat. Maka , frasa dan klausa pada tata bahasa tradisional adalah satuan – satuan
sekunder yang didefinisikan menurut kesepadannya dengan satuan – satuan primer, kata
dan kalimat.
Hubungan antara kelima satuan deskripsi gramatikal adalah hubungan komposisi. Jika
“kalimat” kita sebut satuan paling tinggi dan morfem kita sebut satuan “ paling
rendah”, kita dapat mengatur kelima satuan itu pada skala tataran ( kalimat , klausa, frasa ,
kata dan morfem), dengan mengatakan bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi
tatarannya terbentuk dari satuan – satuan yang paling rendah tatarannya. Dengan kata lain
bahwa satuan – satuan yang lebih tinggi tatarannya dapat dianalisis menjadi satuan –
satuan yang paling rendah tatarannya.
Contoh satuan gramatik bebas atau yang dapat berdiri sendiri yaitu ;
1. rumah,
2. sepeda,
3. jalan,
4. kunci,
5. gembok ,
6. kancing,
7. rok ,
8. buku,
9. celana,
10. pakaian ,
11. pintu,
12. pohon,
13. meja ,
14. lemari,
15. televisi,
16. pulpen,
17. laptop ,
18. sapu,
19. ibu,
20. bapak,
21. saya ,
22. kamu,
23. kita,
24. dia
25. akan
Ada juga satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, melainkan
selalu terikat pada satuan lain, Misalnya :
Disamping itu ada yang secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan –
satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri, dikatakan satuan gramatik bebas
terikat sintaksis, misalnya ; dari, kepada, sebagai, karena, meskipun, sangat, amat. Dapat
dilihat jajarannya sebagai berikut
- dari pasar
- dari suatu pasar
- dari dua buah toko
- dari toko
- dari suatu toko
- dari dua buah toko
- hampir semua toko
- sangat cantik
- sangat cantik sekali
- sangat baik menarik sekali
- berjalanlah
- berjalan cepatlah
- berjalan ke utaralah
- berjalan ke utara sajalah
Bentuk dari kelihatannya terikat pada toko, tetapi dengan adanya frasa dari suatu toko, dua
buah toko, dan dari hampir semua toko, jelaslah bahwa bentuk dari secara gramatik dapat
dipisahkan dari toko.demikian pula dengan bentuk lah pada berjalanlah. Bentuk ini
kelihatannya terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya frasa berjalan cepatlah, berjalan ke
utaralah, berjalan ke utara sajalah, jelaslah bahwa lah secara gramatik tidak terikat pada
berjalan.
Bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, per-, -kan, –an, -i, ke-an, per-an, dan sebagainya, jelas tidak
dapat berdiri sendiri, baik dalam tuturan biasa, maupun secara gramatik. Bentuk-bentuk
tersebut bersama dengan bentuk lain membentuk bentuk kata, misalnya ber- bersama
dengan jalan membentuk kata berjalan, ter- bersama dengan pandai membentuk kata
terpandai, men- dengan alir membentuk mengalir, dan sebagainya. Dilihat dari sudut arti
satuan – satuan tersebut tidak memiliki art ileksikal, akan tetapi memiliki arti gramatikal atau
makna. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ber-, ter-, men-, dan sebagainya itu termasuk
dalam golongan afiks.
10
Bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri
sendiri, dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah bahwa bentuk-bentuk
itu termasuk golongan bentuk terikat, namun demikian, ada perbedaan antara bentuk terikat.
Namun demikian, ada perbedaan antara bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, dan sebagainya.
Perbedaannya ialah bentuk ku, mu, nya, dan sebagainya memiliki arti leksikal. Karena itu,
bentuk-bentuk seperti ku, mu, nya, dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam golongan
afiks, melainkan termasuk golongan yang dimaksud klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua
golongan ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku, pada kuambil,
kau pada kauambil, sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu
pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Bentuk juang misalnya dalam berjuang, perjuangan, pejuang, memperjuangkan, bentuk
temu misalkan dalam bertemu, pertemuan, menemukan, menemui, penemuan, juga
merupakan bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan secara
gramatik tidak memiliki sifat sebab.
Namun demikian, bentuk-bentuk itu tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks
maupun klitik karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat tersendiri ialah dapat dijadikan
bentuk dasar, seperti terlihat pada bentuk-bentuk berjuang, bertemu dan sebagainya. Karena
itu, bentuk-bentuk itu merupakan golongan tersendiri yang disebut pokok kata. Bentuk-
bentuk lain yang dapat dimasukkan ke dalam golongan pokok kata ialah alir, ketahu, sandar,
puluh, rangkak, dan sebagainya. (Ramlan, 1985: 25-28).
Contoh lain jika satuan sepeda dibandingkan dengan bersepeda, bersepeda di luar kota, ia
membeli sepeda baru, ternyata ada perbedaannya. Perbedaannya ialah bahwa satuan-satuan
sepeda tidak mempunyai satuan yang lebih kecil lagi; berbeda dengan bersepeda, yang
sebenarnya terdiri dari satuan ber- dan sepeda; bersepeda ke luar kota, yang terdiri dari satuan
ber- dan sepeda, ke, luar, dan kota; dan berbeda pula dengan satuan ia membeli sepeda baru,
yang terdiri dari satuan ia, men-, beli, sepeda, dan baru.
Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi itu disebut bentuk
tunggal, sedangkan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil disebut bentuk
kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke, luar, kota, ia, men, beli, dan baru, masing-masing
merupakan bentuk tunggal, sedangkan satuan-satuan bersepeda, bersepeda ke luar kota, ia
membeli sepeda baru, merupakan bentuk kompleks (Ramlan, 1985: 25).
11
Setiap bentuk tunggal, baik termasuk golongan satauan bebas, maupun terikat, merupakan
satu morfem. Satuan-satuan rumah, sepeda, jalan, ber-, meN-, di-, maha-, juang, lah, dan
sebagainya masing-masing merupakan satu morfem. Satuan bersepeda, terdiri dari dua
morfem, yaitu morfem ber- dan morfem sepeda; satuan bersepeda ke luar kota terdiri dari lima
morfem, yaitu ber-, sepeda, ke, luar, dan kota. Jadi yang dimaksud morfem ialah satuan
gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai
unsurnya.
Banyak morfem yang hanya mempunyai satu struktur fonologik, misalnya baca, yang fonem-
fonemnya, banyaknya fonem serta urutannya selalu demikian, ialah terdiri empat fonem,
yaitu /b, a, c, a/ dengan urutan fonem /b/ di muka sekali, diikuti /a/, /c/, dan /a/. Tetapi di
samping itu, ada pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. Misalnya morfem
meN- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-,
misalnya pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, mengebom, dan melerai. Bentuk-
bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- tersebut masing-masing disebut sebagai
morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Demikianlah morfem meN-
mempunyai morf-morf mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- sebagai alomorfnya.
Di samping istilah morfem, morf, dan alomorf, terdapat istilah kata. Kata merupakan dua macam
satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari
satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata
belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem, suku la terdiri
dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh fonem, ialah /b,
e, l, a, j, a, r/.
Satuan-satuan ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri
sendiri dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah satuan-satuan itu
termasuk golongan satuan terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara satuan-satuan itu
dengan satuan-satuan ber-, ter-, meN-, dan sebagainya yang tidak memiliki arti leksikal. Karena
itu, satuan-satuan seperti ku, mu, nya, dan lainnya, tidak dimasukkan ke dalam golongan afiks,
melainkan termasuk golongan klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, ialah
proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku pada kuambil, kau pada kauambil,
sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu pada rumahmu, nya
pada rumahnya.
Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai
satuan fonologik, kata
12
terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem.
Misalnya kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be, la, dan jar. Suku be terdiri dari dua fonem,
suku la terdiri dari dua fonem, dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh
fonem, ialah /b, e, l, a, j, a, r/.
Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Kata belajar terdiri
dari dua morfem, yaitu morfem ber- dan morfem ajar, kata terpelajar terdiri dari tiga morfem,
yaitu ter-, per-, dan morfem ajar.
Yang dimaksud kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu
satuan bebas merupakan kata. Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan,
kedudukan, negara, negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan, berkepemimpinan,
ruang, ruangan, buku, ketidakadilan, dan sebagainya, masing-masing merupakan kata karena
masing-masing nerupakan satuan bebas.
Satuan-satuan dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan sebagainya, juga
termasuk golongan kata. Satuan-satuan tersebut, meskipun tidak merupakan satuan bebas,
tetapi secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan
terdahulu.
Satuan-satuan rumah makan, kamar mandi, kamar tidur, mata pelajaran, kepala batu, keras
hati, keras kepala, panjang tangan, dan sebagainya, sekalipun terdiri dari dua satuan bebas, juga
termasuk golongan kata, karena satuan-satuan tersebut memiliki sifat sebagai kata, yang
membedakan dirinya dari frasa.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik disebut satuan
gramatik. Satuan gramatik itu dapat berupa kalimat, klausa, frasa, kata, morfem. Satuan
gramatik berupa morfem, misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang,
sedang, baca, baru, mungkin berupa kata misalnya rumah, membawa, diketahui, lempar
lembing, mereka, dari, mungkin juga berupa frasa, misalnya akan datang, kerumah teman,
akan minum, sudah sehat, sehat sekali, mungkin pula berupa klausa, misalnya Ia sedang
berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat, mungkin juga
berupa kalimat, misalnya Kami berlari di pagi hari., dan mungkin pula berupa wacana.
14
Daftar Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta: Andi Offset
Mulyono, Iyo. 2013. Morfologi: Teori dan Sejumput Problematika Terapannya. Bandung: CV
Yrama Widya.
Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis bahasa Indonesia. Jakarta: Cipta.
Emidar. Morfologi(bahan bacaan mahasiswa, tidak diterbitkan). Padang: FBSS UNP.
http://seputarbahasaindonesia.co.cc/?cat=103
http://yoviersariadi.blogspot.com/2011/06/satuan-gramatik.html
http://ahmadalirosidi.blogspot.com/2012/04/bab-ii-satuan-satuan-gramatikal-
padabab.htmlhttp://royaap.blog.ugm.ac.id/2010/10/30/satuan-satuan-gramatik/
15