Disusun oleh:
Fina Ayuni Puspitasari (41032121181002)
Gina Ayu Fitriani (41032121181003)
Laksmi Alda Mawarni(41032121181009)
Hanna Fauziyah Adzkia(41032121181012)
Shelly Nur Aida (41032121181014)
Sri Rizki Dwiyanti (41032121181023)
Nurin Dwi Kurniasih(41032121181025)
Rena Krismayanti (41032121181029)
Andi Ramadhan (41032121181060)
Muhammad J Masang (41032121171007)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “OBSERVASI PROBL
EMATIK SASTRA DI KELAS XII MA NURUL IMAN BANDUNG”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat salah satu tugas mata kuliah Proble
matik Bahasa Indonesia dan Pengajarannya. Keberhasilan kami menulis makalah ini tidak terlepa
s dari kerja sama berbagai pihak, terutama N. Yeffa Afnita Apriliyani, M. Pd. sebagai dosen mat
a kuliah Problematik Bahasa Indonesia.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat positif dan membangun demi kemaju
an dan kesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya b
agi penulis dan pembaca.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
D. Jadwal Kegiatan 2
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 3
A. Pembelajaran Sastra 3
B. Problematika Pembelajaran Sastra 3
C. Mengatasi Permasalahn Pembelajaran Sastra 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 10
A. Hasil Observasi dan Wawancara Guru 10
B. Hasil Observasi dan Wawancaara Peserta Didik 11
C. Pembahasan Hasil Observasi dan Wawancara Guru 25
D. Pembahasan Hasil Observasi dan Wawancara Peserta Didik26
E. Solusi Pembelajaran Sastra Bagi Guru 28
F. Solusi Pembelajaran Sastra Bagi Peserta Didik 28
BAB IV SIMPULAN 29
A. Simpulan 29
B. Saran 29
II
III
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja problematika pembelajaran sastra di kelas XII Agama dan kelas XII IPS sekolah
MA Nurul Iman Bandung?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pembelajaran sastra?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan problematika pembelajaran sastra yang terdapat di kelas XII Agama dan
kelas XII IPS sekolah MA Nurul Iman Bandung.
2. Mendeskripsikan bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan pembelajaran sastra yang
terdapat di MA Nurul Iman Bandung.
1
D. Manfaat
1. Mengetahui faktor problematika pembelajaran sastra yang terdapat di kelas XII Agama dan
kelas XII IPS sekolah MA Nurul Iman Bandung.
2. Mengetahui bagaimana cara mengatasi permasalahan pembelajaran sastra.
E. Jadwal Kegiatan
No. Hari/Tanggal Waktu Uraian Kegiatan Keterangan
2
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pembelajaran Sastra
Menurut Trianto pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan pembelajaran
dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
“mengarahkan siswa dengan sumber interaksi lainnya” dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Menurut Syaiful Sagala (2009) berpendapat bahwa pembelajaran adalah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dapat
dilakukan pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar oleh peserta didik.
Kelompok kami menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang didalamnya terdapat interaksi antara dua orang biasanya dilakukan antar pendidik dan
pesrta didik. Yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Sastra menurut Plato adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan
model kenuyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
Menurut sapardi sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan
dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Dapat disimpulkan bahwa satra adalah sebuah mengungkapan atau bahasa dari seseorang
tentang gambaran kehidupan yang nyata. Jadi,dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra
merupakan suatu proses interkasi antara guru dan peserta didik dengan karya sastra secara
langsung atau tentang kehidupan yang nyata (sastra)
3
unsur apresiasi sastra indonesia sebagai salah satu pokok bahasan disamping pokok lainnya
dalam mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia.
2. Proses pembelajaran sastra di sekolah dinilai belum optimal, berlangsung seadanya, kaku,
dan membosankan sehingga tidak mampu membangkitkan minat dan gairah siswa untuk
belajar sastra secara total dan intens. Akibatnya, apresiasi sastra siswa tidak bisa tumbuh dan
berkembang secara maksimal.
3. Buku-buku sastra yang disiapkan di perpustakaan sekolah dibiarkan tidak tersentuh. Kurang
membaca buku sastra akan berdampak pada kurang kepekaan moral dan nurani yang rendah
menipis.
4. Kondisi siswa dan buku-buku sastra juga dibicarakan dalam kaitannya dengan pengajaran
sastra. berbqagai survei melaporkan tentang brendahnya minat baca termasuk membaca
karya sastra pada siswa dengan berbagai nalasan. Minimnya jumlah buku sastra di banyak
sekolah turut menciptakan kondisi yang kurang menguntungkan.
5. Guru sastra sering dituding sebagai penyebab hampanya atmosfir pengajaran sastra.
6. Penyempitan makna pembelajaran sastra. Masalah-masalah sekitar pembelajaran sastra
berawal dari kerurang pahaman bahkan ketidakpahamanan akan makna penting
mengajarkan sastra sehingga lahirlah sikap meremehkan dan mengabaikan pentingnya
pengajaran sastra.
7. Gagasan butir 7 sampai 9 diambil dari pengamatan Kaswanti (1991). Pengajaran dari
apresisasi sastra merupakan bagian dari pengajaran bahasa indonesia. Selain itu, materi
pengajaran lebih menekannkan hafalan istilah serta pengertian sastra serta pengenalan
sejarah sastra dalam jalur kronologi semata daripada mengakrabkan diri dengan karya sastra
itu sendiri sembari mendalami makna sejarah bagi perkembangan satra.
8. Bahan pengajaran seorang guru bahasa indonesia menjadi semakin membentuk lingkaran
setan karena tuntutan pengajaran sastra. jika yang pertama lebih mengarah pada
keterampilan, maka yang kedua lebih mengsyaratkan keakraban yang berlapang dada
dqalam rengkuhan pengetahuan yang melampaui batas-batas kebahasaan.
9. Pilihan materi pengajaran dihadapkan pada kenaytaaan yang menantang kebijakan
pendididkan yang telah digariskan. Artinya penambahan ragam satsra yang terjadi dalam
masyarakat berkecepatan jauh lebih tinggi daripada kemampuan penyesuaian kurikulum
pendidikan yang sudah sarat dengan berbagai hamabatan.
4
10. Sistem kurikulum yang tidak berppihak pada pembelajaran sastra, ketersediaan buku teks
sastra yang terbatas, sistem evaluasi tidak mengakrabkan siswa pada karya sastra tetapi
beralih kepada lembaga bmbingan tes, pendekatan, strategi, dan metode yang digunakan
guru dalam pembelajaran sastra yang hanaya mengarahkan siswa pada dimensi pengetahuan
(hafalan) tentang sastra dan bukannya pengalaman mereka bersastra.
5
tra Indonesia yang tersedia. Alokasi waktu menurutnya sangat tidak adil. Sebab bagaimana mung
kin guru akan dapat memberikan pengjaran sastra yang sempuma kalau waktunya sangat sedikit
dan sempit. Alokasi yang dibutuhkan untuk pengajaran sastra dan pengajaran sastra, setidak-tida
knya harus disediakan dengan perbandingan 60:40. Artinya, pengajaran bahasa sebanyak-banyak
nya diberikan 60% sedangkan pengajaran sastra setidak-tidaknya diberikan sebanyak 40% dari ju
mlah alokasi yang tersedia. Itu pun kalau pengajaran sastra masih merupakan bagian dari pengaja
ran bahasa seperti apa yang terjadi selama ini. Namun, andainya pengajaran sastra itu sudah oton
om dan "terlepas" dari pengajaran bahasa, tentulah alokasi waktunya pun sudah lebih banyak sert
a lebih khusus pula. Selain itu menurutnya pengajaran sastra. Seharusnya bukanlah merupakan b
agian tambahan atau pelengkap pengajaran sastra. Apabila hal itu terjadi, pengajaran sastra. itu ti
dak akan mencapai tujuannya. Pengajaran sastra tentunya tidak akan menghasilkan apa-apa. Kar
ena yang dipentingkan adalah pengajaran bahasa bukan pengajaran sastra, ujarnya.
Mengatasi terhadap problematika pembelajaran sastra :
a. Jadikan sekolah sebagai lahan sastra
Pertama yang paling baik dan terarah untuk menumbuh kembangkan minat sastra adalah
sekolah. Melalui pengajaran sastra yang bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nil
ai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai sosial, atau pun gabungan keseluruhan nilai-nilai it
u, maka guru yang akrab dengan sastra dapat menumbuhkembangkan minat sastra pada siswa. D
alam perkembangan selanjutnya, siswa yang telah berminat pada sastra niscaya akan terus menge
mbangkan minat sastranya secara mandiri. kedua “membaca, mempelajari, dan mendalami sastr
a”. Pada tingkat ini, pembaca mulai menghargai sastra, dan mengagumi sesuatu yang tidak terkat
akan di balik relung-relung kehidupan yang tersirat dalam karya sastra yang dibaca. Ketiga, “ket
erlibatan jiwa” antara pembaca dan sastrawan, atau antara pembaca dan tokoh tertentu maupun p
eristiwa tertentu yang dikisahkan dalam karya sastra yang dibaca.
Langkah ke arah mengakrabi sastra sebagaimana dijelaskan di atas ini merupakan suatu p
roses yang saling berhubungan secara aktif dan dinamis. Semakin tinggi minat sastra seseorang,
semakin tekun pula orang itu membaca karya-karya sastra yang diminatinya. Dan bersamaan den
gan itu, proses perkembangan segenap daya-daya roh atau aspek-aspek spiritual orang itu semaki
n baik dari waktu ke waktu. keempat adalah “mengungkapkan penghayatan dan pengalaman sast
ra” yang diperoleh dari ketekunaan mengakrabkan sastra. Langkah ini dapat dilakukan melalui fo
rum pembacaan karya sastra (cerpen, novel, puisi), dialog dan diskusi dan seminar sastra. Foru
6
m-forum ini merupakan kegiatan yang positif dalam menumbuhkembangkan minat sastra ke arah
semakin mengakrabi sastra.
b. Pembelajaran yang inovatif
Upaya untuk meningkatan kualitas pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat
dilakukan dengan melaksanakan inovasi pembelajaran termasuk dalam memanfaatkan alat-alat
teknologi atau information communication technology (ICT) School Models.
1. Inovasi kurikulum
Inovasi yang dapat dilakukan terutama pihak yang berkepentingan: (1) ketuntasan
belaajar, (2) biasakan berbudi pekerti luhur, disiplin, tertib, (3) sajikan kurikulum pilihan yang
sesuai dengan kemampuan sumber daya. dll
2. Inovasi pembelajaran
Kegiatan pembelajaran supaya menarik perhatian siswa dapat juga dilakukan dengan
membawa siswa pada suasana belajar di luar kelas atau di alam terbuka dengan mengambil objek
alam (laut, pantai, sungai, gunung, perkebunan, pesawahan, dan pedesaan), lingkungan di sekitar
sekolah, budaya (peninggalan sejarah, museum, kesenian, kerajinan), industri, teknologi, dan
sebagainya.
3. Inovasi manajemen kelas
Dalam menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan guru dapat
memanfaatkan berbagai media misalnya Tape Recorder, OHP, LCD, maupun VCD, yang
memutar pembacaan puisi, cerpen, pergelaran drama, atau film yang kental unsur sastranya.
Sekali-kali guru juga dapat mencoba menghadirkan sastrawan lokal atau nasional di kelas untuk
langsung berdiskusi dengan para siswa.
c. Pembelajaran sastra dengan pendekatan pragmatik sastra
Kurikulum pembelajaran sastra bukan sekadar formalitas dan menekankan hafalan saja
tetapi diharapkan sastra memiliki peranan bagi kehidupan peserta didik. Ketika belajar sastra,
peserta didik melibatkan totalitas kejiwaan dan memiliki target tertentu yang ditentukan sendiri
oleh peserta didik. Untuk itu dibutuhkan kejelian guru dalam memilih tema karya sastra yang
sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu. “Pelaksanaan pembelajaran sastra
sebelumnya gagal karena tidak menyentuh esensi apresiasi sastra. Peserta didik diajak dinggauli
langsung karya sastra, mengoptimalkan pengalaman hidup, sumber-sumber belajar dari
lingkungan peserta didik dan sebagainya.” (Endraswara,2008:191)
7
Pemilihan tema pembelajaran sastra bersumber dari lingkungan dan kebutuhan peserta
didik akan memudahkan peserta didik dalam mengapresiasi karya sastra secara optimal
berdasarkan pengalaman hidup. “Arah pembelajaran sastra tidak hanya sebagai teori sastra,
melainkan pembelajaran mengarah pada aspek pragmatik atau aspek kegunaan (Endraswara,
2008:192).
a. Bergerak dari praktik bersastra ke teori bersastra
Pertama, berusaha menghadirkan sastra yang menarik minat peserta didik dalam
mengapresiasi karya sastra. Cara yang ditempuh misalnya membaca karya sastra (cerpen, puisi,
teks drama) karya peserta didik, dari majalah atau koran. Hal ini dilakukan agar karya sastra
sungguh-sungguh bersentuhan dan berkaitan dengan dunia peserta didik, sehingga mereka
mudah berinteraksi atau berpartisipasi. Kedua, setelah minat tumbuh barulah menanamkan
konsep teori melalui kegiatan bersastra. Cara ini ditempuh agar peserta didik tidak merasakan
belajar secara teoretis sebagaimana yang telah dilakukan banyak guru selama ini.
Jika langkah ini berjalan dengan menyenangkan, maka ketiga, guru membawa peserta
didik pada karya sastra yang ringan, diambil dari karya peserta didik sendiri. keempat
mengaitkan nilai karya sastra dengan kehidupan. Agar kebermaknaan karya sastra diperoleh
maka nilai-nilai yang dapat ditemukan dalam proses mengapresiasi karya itu dikaitkan dengan
dengan kehidupan seharihari peserta didik. kelima, memvariasikan strategi pembelajaran yang
dengan strategi itu peserta didik interaktif dalam pembelajaran. Dengan strategi kooperatif,
jigsaw, misalnya, siswa berkesempatan dapat bekerja sama dalam kelompk. Setiap kelompok
diberi satu karya sastra dengan tugas menganalisis salah satu unsur intrinsik karya sastra
tersebut. Keenam, memvariasikan strategi pembelajaran yang dengan strategi itu peserta didik
interaktif dalam pembelajaran.
b. Otonomi sekolah sebagai peluang
Konsep otonomi sekolah hendaknya dimaknai sebagai peluang bagi setiap sekolah untuk
menerapkan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa di sekolah.
a. Tugas guru dan sekolah
Guru harus didasarkan atau lebih tepat “dipaksakan” untuk memahami sastra sebagai
sesuatu yang penting dalam pembentukan karakter karena itu guru harus mampu menjadikan
sastra sebagai instrumen pemanuisaan manusia.
8
Guru dalam koordinasi dengan kepala sekolah hendaknya menyelenggarakan kegiatan
cerdas cermat secara rutin dan terprogram. Materi yang dilombakan berkaitan dengan karya
sastra yang disipkan di sekolah. Kegiatan ini, tentu akan lebih bermakna jika guru mata pelajaran
mewajibkan semua siswa untuk membaca dan meringkas sejumlah buku dan diperhitungkan
sebagai bagian penilaian belajar.
b. Peran lembaga penyedia guru dan pemberdayaan berkelanjutan
Untuk menghindari kesan terpaksa pada pembelajaran sastra karena guru kurang
berminat pada sastra maka lembaga penyedia tenaga guru dalam hal ini perguruan tinggi
hendaknya lebih selektif dalam merekomendasikan seseorang untuk menjadi guru. Akta
mengajar untuk guru bahasa Indonesia hendaknya ditambah dengan akta atau sertifikat yang
berkaitan dengan komptensi bidang sastra.
c. Sistem evaluasi khusus sastra
Untuk mendorong semangat apresiasi siswa terhadap karya sastra maka sistem evaluasi
Sastra harus menggunakan bentuk atau pola yang lain menghindari kebiasaan sastra diuji dalam
bentuk tees pilihan ganda yang sifatnya hafalan. Sistem evaluasi sastra harus menggunakan
kriteria produk dan unjuk kerja. Apresiasi sastra harus dapat diukur dengan kriteria seberapa
banyak siswa dalam waktu tertentu (semester) membaca dan membuat ringkasan, menyusun
resensi, mengomentari karaya sastra, menulis sastra (cerpen, puisi). Produk dalam bentuk
portofolio harus dijadikan pilihan dalam sistem evaluasi.
d. Penerapan dalam konteks di sekolah
Tujuan pengajaran sastra sebenarnya memiliki dua sasaran, yaitu agar siswa memperoleh
pengetahuan dan pengalaman sastra. Pertama, pengetahuan sastra diperoleh dengan membaca
teori, sejarah, dan kritik sastra. Kedua, pengalaman sastra dengan cara membaca, melihat
pertunjukan karya sastra, dan menulis karya sastra.
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
menggunakan video ataupun power point. Jika materi tersebut berupa puisi maka media yang
digunakan berupa video. Namun, jika materi berupa cerpen ataupun novel maka media yang
digunakan berupa power point.
5. Strategi yang digunakan ketika melaksanakan proses pembelajaran sastra
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Fajar Rizkia, M.Pd. selaku
guru mata pelajaran bahasa indonesia kelas X maupun kelas XII MA Nurul Iman, tidak
mempunyai strategi khusus tetapi harus berpikir bagaimana supaya pembelajaran sastra menjadi
menyenangkan dan peserta didik menjadi lebih aktif terhadap materi yang disampaikan. Terlebih
jika materi tersebut berupa pusi maka strategi yang digunakan berupa video dan mengajak
peserta didik untuk membacakan beberapa puisi ke depan. Tujuannya agar peseta didik memiliki
pengalaman.
6. Apresiasi terhadap sebuah karya sastra
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Fajar Rizkia, M.Pd. selaku
guru mata pelajaran bahasa indonesia kelas X maupun kelas XII MA Nurul Iman, apresiasinya
terhadap sebuah karya sastra berupa pemberian buku puisi kepada peserta didik yang membaca
puisi terbaik di kelasnya. Tujuannya untuk memotivasi peserta didik untuk tetap berkarya dan
percaya diri terhadap hasil karyanya.
7. Kesulitan ketika menyampaikan materi yang berkaitan dengan pembelajaran sastra
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Fajar Rizkia, M.Pd. selaku
guru mata pelajaran bahasa indonesia kelas X maupun kelas XII MA Nurul Iman Bandung,
kesulitan tersebut berupa literasi. Banyak diantaranya peserta didik yang kesulitan untuk
membaca. Terlebih membaca novel, membutuhkan waktu yang cukup lama. Padahal banyak
materi yang harus disampaikan.
8. Fasilitas sekolah sudah menunjang kegiatan pembelajaran sastra
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Fajar Rizkia, M.Pd. selaku
guru mata pelajaran bahas indonesia kelas X maupun kela XII , belum sepenuhnya maksimal
seperti buku- buku penunjang pembelajaran sastra.
11
No Pertanyaan Ya Tida Alasan Harapan Kesan
k
1. Apakah Anda me 17 2 Untuk alasan tidak A. Agar lebih m A. saat saya pr
ngalami kesulitan emperhatikan lag esentasi seperti
dalam pembelajar -Karena emang suka sama i yang memiliki k tentang anekdo
an sastra? sastra. eterampilan sisw t, dan puisi jad
- karena gurunya mudah d a terhadap sastra i beradi dan pe
iresapi dalam pembelajara rcaya diri.
nnya B. semoga kedep
annya pembelajar
Untuk alasan Ya an sastra tidak ter
lalu monoton dan
-Karena dalm mempelajari mudah untuk dip
sastra banyak hal yang har ahami dan semog
us dikaji. a lebig banyak pe
- Belum sepenuhnya meng nggemar sastra.
erti.
-Karena kurangnya Sosiali C. saya berharap
sasi dalam pembelajaran s untuk calon guru
astra. yang mengajar sa
- karena tidak ada ketertari stra harus lebih m
kan. enguasai mata pel
ajaran tersebut. a
gar materinya tid
ak monoton dan t
idak menggunaka
n LKS atau buku
paket saja
D. saya berharap
12
penyampaian mat
eri disampaikan d
engan lebih mena
rik dan mudah di
pahami, tidak terl
alu membebanka
n siswa dengan tu
gas.
E. semoga sastra
bisa lebih dilestar
ikan lagi agar par
a remaja memilik
i gambaran untuk
karya sastra yang
indah.
2. Apakah Anda me 11 8 Untuk alasan tidak
nyukai pembelaja
ran yang berkaita -Karena kurang dimengert
n dengan sastra? i
-Karena tidak tertarik
-Menyulitkan terkadang
Alasan pilih ya
-karena ceritanya yang me
narik
-Karena sangat seru.
3. Apakah Anda suk 18 1 Alasan pilih ya
a membaca karya -sebagian karena saya suk
sastra? a novel, tapi kurang suka
13
puisi.
-Hanya novel dan beberap
a cerita.
-Ya karena sastra memilik
i keindahan yang khas.
- karena ceritanya menari
k, contohnya kaya novel.
Alasan pilih ya
-Suka, bosen
14
adai.
-Mungkin lain waktu seko
lah baru akan menyediaka
n atau memfasilitasi.
15
astra Anda? - karena belumada perinta
h tugas dalam membuat ka
rya sastra.
-saya tidak mencoba mem
buat karya sastra jadi tidak
ada hasil karyanya.
Alasan pilih ya
-lomba tahunan
-saat kelas 10
Kelas 12 IPS 2
16
jangan terpaku ke
Pilih alasan ya pada buku/ LKS
-Terkadang suka tidak pah biar murid lebih
am. gampang untuk
-karena saya belum mema mencerna atau m
hami sastra. emahaminya.
-karena menerangkan mat
erinya tidak banyak. c. semoga banyak
anak muda yang t
erus-menerus mel
estarikan cabang
sastra, baik sastra
Indonesia, inggri
s dan sastra lainn
ya.
17
-karena suka dengan pem
belajarannya.
-karena saya suka dengan
menerangkannya.
-Karena menerangkannya
sedikit.
-Terkadang suka tidak pah
am.
Untuk alasan ya
-tapi tidak terlalu suka, ka
rena saya orangnya lebih s
uka pada praktik.
-seperti novel dan cerpen
-karena bisa memahami p
engetahuan.
18
agi kehidupan mulai dari
bertutur bertutur kata dan
lainnya.
-Karena bisa menambah
wawasan.
Untuk alasan ya
-Bisa menambah wawasan
-Saya jadi lebih rapid an e
nak dalam berbicara maup
un mandiri.
-Pembeljaran hidup lebih
bermakna.
19
nah mempublikas -Waktu membuat lamaran
ikan hasil karya s kerja.
astra Anda? - Waktu membuat lamara
n kerja.
-pernah
Kelas 12 IPS 3
Total angket nya ada 8
No Pertanyaan Ya Tida Alasan Harapan Kesan
k
1. Apakah Anda me 6 2 Untuk alasan ya - Semoga lebih b -saat pembelaj
20
ngalami kesulitan -mungkin dalam hal penge anyak lagi pembe aran kadang ga
dalam pembelajar rtian kata. lajarannya dan ju mpang, kadang
an sastra? --karena memang susah ga lebih mengasi sulit, kadang s
-kadang meyukai, kadang kkan. emangat, kada
tidak bagaimana guru men - semoga pembel ng males.
yampaikannya. ajaran sastra kede
pannya lebih men
Untuk alasan tidak ciptakan lagi kary
-kadang-kadang a sastra dan semo
-kadang-kadang ga banyak orang
yang suka pembe
lajarn sastra.
- semoga lebih ba
nyak lagi yang m
enciptakan karya
sastra dan banyak
lagi orang-orang
yang menghargai
karyasastra denga
n adanya karya-k
arya yang menari
k bisa menarik pa
ra milenial untuk
rajin membaca.
- Mungkin lebih
banyak sharing la
gi.
2. Apakah Anda me 6 2 alasan untuk ya
nyukai pembelaja -menyukai, karena setiap s
ran yang berkaita astra pasti ada cerita dan s
n dengan sastra? aya menyukai cerita.
21
- karena menyukainya
Untuk alasan ya
-karena tidak suka memba
ca
-lumayan suka novel
22
uk dilestarikan lewat sosia
l media juga bisa.
23
7. Apakah Guru per 1 7 Untuk alasan ya
nah mempublikas -Banyak dan jadi lupa.
ikan hasil karya s
astra Anda? Untuk alasan tidak
-
24
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di MA Nurul Iman Bandung
terkait Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, kami mendapatkan informasi yang menyatakan bahwa
ada beberapa problematika pengajaran khususnya pengajaran sastra.
Probelamatika tersebut tentunya sangat menghambat proses mengajar dan pembelajaran.
Diantaranya penerapan literasi kepada peserta didik, kurangnya fasilitas yang menunjang proses
pembelajaran sastra, media, dan strategi.
Minimnya fasilitas menjadi problematika utama yang menghambat proses pembelajaran
sastra. Terlebih jika materi tersebut berupa puisi yang diharuskan memiliki banyak contoh puisi
untuk diterapkan kepeda peserta didik.
Penerapan literasi ternyata sangat diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
sastra, terlebih banyak peserta didik mengeluh jika membaca beberapa karya sastra. Padahal
pembelajaran sastra diharuskan untuk memperbanyak membaca supaya dapat menerapkan ke
dalam kehidupan sehari-hari.
25
siswa merasa tidak memiliki ketertarikan terhadap sastra, yang memungkinkan munculnya
alasan-alasan selanjutnya seperti yang telah dituliskan sebelumnya.
Dalam jawaban angket yang telah diberikan kepada kelas 12 IPS 2 sebanyak 3 orang dari
8 menjawab ya dan sisanya menjawab tidak. Alasan menjawab tidak karena pembelajaran sastra
dianggap terlalu mudah sehingga tidak ada kesulitan yang dirasakan. Lalu alasan lain karena
ketertarikan dan rasa suka terhadap sastra itu sendiri. Alasan lain yang cukup menarik adalah
menurutnya manusia membutuhkan cerminan agar bisa bertutur kata yang baik dan benar.
Sedangkan untuk alasan karena menjawab ya adalah tidak jauh berbeda dengan alasan
dari kelas 12 agama, karena tidak paham, dan belum memahami sastra.
Dari jawaban angket kelas 12 IPS 3, sebanyak 6 orang dari 8 menjawab ya dan 2
menjawab tidak. Dengan alasan sebagai berikut, merasa kesulitan dalam memahami pengertian
dari kata-kata dalam sastra, karena memang merasa sastra itu susah.
Untuk pertanyaan kedua yang diberikan kepada siswa di kelas 12 Agama, sebanyak 11
orang mengatakan ya dan sisanya menjawab tidak. Alasan siswa menjawab ya karena kurang
mengerti, karena tidak tertarik, karena menyulitkan entah dalam hal apa. Sedangkan alasan untuk
yang menjawab tidak adalah karena menganggap cerita dalam karya sastra yang menarik dan
seru.
Jawaban angket di kelas 12 IPS 2 sebanyak 3 orang menjawab ya dan 5 orang sisanya
menjawab tidak. Alasannya seperti berikut karena sastra membuat hidup lebih berwarna, namun
ada juga siswa yang merasa kesukaannya terhadap sastra tergantung apa yang dipelajari dan
bagaimana lingkungan belajarnya.
Jawaban angket di kelas 12 IPS 3 adalah sebanyak 6 orang menjawab ya dan 2 orang
menjawab tidak. Alasan yang disertai adalah sebagai berikut karena di setiap pembelajaran sastra
pasti ada cerita, dan saya menyukai cerita. Untuk alasan jawaban tidak adalah berikut, karena
kurang suka dan tidak menyukai semua karya sastra.
Ketika diberikan pertanyaan mengenai kesukaan terhadap membaca karya sastra,
sebanyak 18 orang di kelas 12 Agama menjawab ya, sebanyak 5 orang di kelas 12 IPS 2, dan
sebanyak 6 orang di kelas 12 IPS 3 menjawab ya. Sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak
1 orang dari kelas 12 Agama, sebanyak 3 orang dikelas 12 IPS 2, dan sebanyak 2 orang di kelas
IPS 3. Alasannya cukup beragam, para siswa yang menjawab ya rata-rata memiliki alasan seperti
26
kegemarannya membaca buku novel untuk menambah wawasan, berbeda dengan para siswa
yang menjawab tidak karena mereka akan cepat merasa bosan ketika disuruh membaca.
Dari contoh jawaban angket yang telah diberikan kepada para siswa, dapat disimpulkan
bahwa problematik terhadap pembelajaran sastra masih lumayan banyak terjadi. Problematik
tersebut dirasakan oleh peserta didik baik yang menyukai sastra maupun tidak. Alasan yang
diberikan para siswa lebih banyak yang mengatakan jika sastra itu membosankan dan merupakan
pelajaran yang mudah sehingga tidak memerlukan perhatian lebih dari para siswa. Untuk
menyikapi hal ini, alangkah baiknya jika guru memberikan penjelasan jika sastra itu luas dan
menarik dari yang terlihat jika dipelajari lebih jauh. Hal lain yang bisa dilakukan oleh guru untuk
menghilangkan rasa bosan siswa terhadap pembelajaran sastra adalah mencari metode lain yang
lebih ekspresif dan menyenangkan, sehingga sebagian siswa yang lebih menyukai pembelajaran
dengan lebih menekankan kepada praktik, dapat turut merasakan kesenangan ketika mengikuti
pembelajaran sastra. Hal lain yang perlu guru ingatkan kepada para siswa adalah, jika karya
sastra tidak hanya berpaku pada bacaan novel atau cerita saja, lagu yang mungkin sering
didengar oleh para siswa pun dapat dikategorikan ke dalam sastra. Dengan begitu para siswa
yang lebih suka mendengarkan lagu atau menonton film pun sudah ikut menyukai sastra tersebut.
27
mengesankan, sehingga dapat menghasilkan inspirasi dan motivasi melalui potensi yang dimiliki.
Pembelajaran sastra juga sebagai sarana untuk dapat mengembangkan minat dan bakat
terpendam dari setiap peserta didik pada bidang sastra. Dengan hal yang mendatangkan rasa
bahagia, bisa saja suatu saat nanti salah satu dari peserta didik menjadi guru khusus yang
profesional dalam mengajarkan pembelajaran sastra dan atau bisa juga menjadi salah satu ahli
ternama di bidang sastra melalui karya-karya dan perjuangannya.
28
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Pertama Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa pembelajaran sastra Indonesia kepada peserta didik sebenarnya kondisoanal karena jika
dipersenlan rata-rata yang menyukai Sastra 60% dan yang biasa saja 40% dari kondisi guru
namun ada juga kedala atau Kesulitan tentu ada terlebih,ketika menyuruh peserta didik membaca
karya sastra berupa novel. Karena, ketika mereka dipaksa untuk membaca novel sangat
menyulitkan. Terkadang mereka memakan waktu lama untuk membacanya, padahal materi yang
harus saya sampaikan masih banyak. Tetapi, jika karya sastra tersebut berupa puisi ataupun
cerpen sangat cepat bagi peserta didik dapat menyelesaikannya.
Akan tetapi sebagai Guru pasti menginginkan dan memotivasi siswa agar lebih menyukai
sastra, dan mengembangkan kemampuan siswa untuk dijadikan karya sastra mereka. Oleh karena
itu sebagai guru juga wajib memberikan contoh contoh karya sastra yang bisa dikembangkan
oleh peserta didik, dan bisa dilakukan oleh semua peserta didik untuk membuat karya sastra,
guru juga wajib memberikan support kepada peserta didik, memberikann motivasi untuk mereka
mengembangkan pentingnya karya sastra, dan guru harus meyakinkan peserta didik bahwa
pembelajaran sastra tidak hanya menawarkan hiburan tetapi juga memberi banyak manfaat bagi
peserta didik. Guru harus berusaha mengubah teknik pembelajaran sastra di sekolah agar lebih
menarik peserta didik agar lebih semangat untuk pembelajaran sastra ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpula di atas, berikut ini dikemukakan saran untuk mengatasi
problematika siswa dan guru MA Nurul Iman Bandung.
1. Siswa
a. Memperbanyak memiliki buku sastra.
b. Meluangkan waktu untuk membaca buku sastra di perpustakaan.
2. Guru
a. Diharapkan intensitas guru dalam memberikan bimbingan untuk mencipta dan
mengapresiasi karya sastra ditingkatkan.
29
b. Guru mata pelajaran sebaiknya melakukan persiapan sebelum mengajar dengan membuat
RPP agar lebih jelas hal-hal yang ingin dicapai dalam setiap pembelajarannya.
3. Pimpinan Sekolah
a. Diharapkan pimpinan sekolah untuk menambah fasilitas penunjang untuk pembelajaran
sastra sebagai salah satu upaya peningkatan pembelajaran sastra.
b. Diharapkan pihak sekolah turut memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas dan
kretivitas sastra dengan melaksanakan cipta dan apresiasi karya sastra.
c. Perlu dibentuk sebuah wadah sebagai tempat bagi siswa untuk menyalurkan minat dan
bakatnya dalam bersastra.
30