Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS HERMENEUTIK

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER


PADA CERPEN CERPEN KARYA I.B. KENITEN
SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF
BAHAN PEMBELAJARAN CERPEN
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

G.S. Artajaya, I.B. Putrayasa, I.N. Martha

Program Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: sidi.artajaya@pasca.undikshaid,bagus.putrayasa@pasca.undiksha.ac.id,
nengah.martha@pasca.undiksha.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan 1) aspek hermeneutik struktur formal


yang terkandung pada cerpen cerpen karya I.B. Keniten, 2) analisis hermeneutik
nilai-nilai pendidikan karakter pada cerpen cerpen karya I.B. Keniten, dan 3)
pendapat siswa kelas XI SMAN 4 Denpasar mengenai nilai-nilai pendidikan
karakter pada cerpen cerpen karya I.B. Keniten. Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kumpulan cerpen karya I.B.
Keniten dan 72 siswa kelas XI SMAN 4 Denpasar. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah 1) metode dokumentasi dan 2) metode
angket/kuesioner. Data dianalisis dengan tahapan, di antaranya 1) reduksi data, 2)
penyajian data, dan 3) penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
aspek hermeneutik yang terkandung pada cerpen-cerpen karya I.B. Keniten,
terdapat 11 cerpen dengan tema yang mengandung nilai pendidikan karakter.
Tokoh-tokoh yang ditampilkan dominan protagonis sehingga memberikan nilai-nilai
positif bagi pembaca. Selain itu, antara alur dan latar juga memiliki relevansi yang
mendukung nilai-nilai pendidikan karakter, 2) secara hermeneutik cerpen-cerpen
karya I.B. Keniten mengandung 17 nilai dari 18 nilai karakter bangsa, yaitu
relegius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan dan sosial, serta tanggung
jawab. Dari 17 nilai pendidikan karakter di atas, nilai agama dan kejujuran yang
paling dominan karena 12 dari 14 cerpen yang dianalisis terkandung nilai agama
dan kejujuran. Secara hermeneutik makna yang tersurat (eksplisit) lebih banyak
terkandung dalam kumpulan cerpen I.B. Keniten daripada makna secara tersirat
(implisit), dan 3) siswa berpendapat nilai-nilai pendidikan karakter pada cerpen-
cerpen karya I.B. Keniten mudah dipahami dengan bahasa yang sederhana,
mengandung tema pendidikan, dan dapat dijadikan bahan pengayaan
pembelajaran sastra di SMA.

Kata kunci: analisis hermeneutik, nilai karakter, cerpen.


ABSTRACT

The purposes of this research are; 1) to describe the formal structure included in a
short story compilation written by I. B. Keniten; 2) to describe the Values of
Character Education in Short Story Compilation written by I.B Keniten; and 3) to
describe the opinions of students in grade XI SMAN 4 Denpasar toward the Values
of Character Education in Short Story Compilation written by I.B Keniten. This
research used a descriptive qualitative research method. The subject of this study
is short story compilation written by I.B. Keniten and 72 students in grade XI SMAN
4 Denpasar. The method used this research is 1) documentation method and
questionnaires method. Data are analyzed by following some stages namely 1)
data reduction, 2) data presentation, and 3) data interpretation. The result of this
research revealed that: 1) the short stories written by I B. Keniten contains a good
quality of literature value. This can be seen from the presence of a good and solid
unity among the elements constructing those short stories. Moreover, this can be
proved as the themes used by I.B Keniten mostly contain Values of Character
Education. 2) Short Story Compilation written by I.B Keniten contains values of 18
National Character Values such as religious, honest, tolerant, discipline, hard
working, creative, autonomous, democratic, curious, nationalism, loving country,
appreciating achievement,friendly/communicative, loving peace, caring social and
environment, and responsible. Among all those values of character education,
Religious and honest are the most dominating values appear in the short story
compilation by I.B Keniten. 3) Mostly, students assumed that the values of
character education in the short story compilation written by I.B. Keniten is easy to
understand with simple language, educational theme, and can also be used as
enrichment material for literature in high school.

Keywords : Hermeneutic Analyses, Values of Character, Short Story

PENDAHULUAN dengan karya sastra yang harus


Hermeneutik dipakai untuk diinterpreatasi dan dimaknai. Semua
menginterpretasi sebuah teks supaya kegiatan kajian sastra terutama dalam
dapat dipahami. Gadmer (2008) prosesnya pasti melibatkan peranan
mengatakan bahwa untuk memahami konsep hermeneutika. Oleh karena itu,
karya sastra diperlukan tiga tahapan, hermeneutika menjadi hal yang prinsip
yaitu pemahaman, penafsiran, dan dan tidak mungkin diabaikan. Atas dasar
penerapan di kehidupan nyata. Dalam itulah hermeneutika perlu dianalisis
proses aplikasi, seorang pembaca dapat secara komprehensif guna memperoleh
memahami teks karya sastra jika pemahaman yang memadai dalam
cakrawala kesejarahan teks melebur bidang pendidikan, khususnya belajar
dengan cakrawala pembaca. sastra.
Hermeneutik menurut pandangan kritik Sastra adalah suatu bentuk dan
sastra ialah sebuah metode untuk hasil pekerjaan seni kreatif yang
memahami teks yang diuraikan dan objeknya manusia dan kehidupannya
diperuntukkan bagi penelaahan teks dengan menggunakan bahasa sebagai
karya sastra. Hermeneutik cocok untuk mediumnya (Atar Semi dalam Sutresna:
membaca karya sastra karena dalam 2006). Sastra sebagai karya kreatif yang
kajian sastra, apapun bentuknya, mengandung emosi, imajinasi, dan budi.
berkaitan dengan suatu aktivitas yakni Keberadaan sastra di tengah peradaban
interpretasi (penafsiran). Kegiatan manusia sebagai realitas sosial yang
apresiasi sastra dan kritik sastra, pada dapat memberi kepuasan estetik dan
awal dan akhirnya, bersangkutpaut intelektual masyarakat peminat sastra.
Karya sastra membicarakan manusia siswa bukan hanya memahami dan
dengan segala kompleksitas persoalan mendalami teks, tetapi juga mampu
hidupnya. Maka antara karya sastra memproduksi atau mengahsilkan teks.
dengan menusia memiliki hubungan Namun, kondisi pengajaran sastra yang
yang tidak dapat dipisahkan. Sastra “terlunta-lunta” tampaknya belum juga
merupakan pencerminan dari segi mengalami perubahan dan kemajuan
kehidupan manusia yang didalamnya yang signifikan. Tetap saja pengajaran
tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, sastra di sekolah mengalami
pengetahuan, tanggapan, perasaan, peminggiran, bahkan seolah-olah
imajinasi serta spekualiasasi mengenai tereliminasi dari habitatnya.
manusia itu sendiri. Hal ini sudah tentu membawa
Sejalan dengan itu, dalam kurikulum dampak terhadap karakter anak. Dewasa
yang baru yaitu Kurikulum 2013, yang ini telah terjadi degradasi moral yang
lebih menekankan pada teks pengajaran dialami anak bangsa. Fenomena ini
Bahasa dan Sastra Indonesia pada dibuktikan dengan ditemukannya anak-
jenjang Pendidikan Menengah Atas anak sekolah yang sering membolos,
(SMA/MTs) masih menuntut agar subjek ugal-ugalan di jalan, melanggar tata
didik memiliki kemampuan (kompetensi) tertib, dan tidak patuh kepada orang tua.
berbahasa dan bersastra. Kompetensi Orang tua siswa sering mengeluh bahwa
berbahasa dan bersastra mencangkup anaknya jarang mau belajar dan berdoa.
empat aspek keterampilan berbahasa, Gejala ini tidak boleh dibiarkan begitu
seperti yang dijelaskan Keraf (1994). saja. Guru mempunyai tugas yang
Kompetensi bersastra harus diajarkan sangat strategis di dalam mengatasi
sesuai dengan pembelajaran yang degradasi moral yang dialami anak didik.
bersifat apresiatif, artinya pembelajaran Salah satu alternatif yang bisa dilakukan
sastra tersebut ditujukan ke arah guru adalah mengajak siswa agar
apresiasi sastra, bukan diberikan mengapresiasi karya sastra.
pengetahuan tentang kesastraan, seperti Sastra sebagai produk kehidupan
teori sastra, sejarah sastra, dan mengandung nilai-nilai sosial, etika,
sebagainya yang berhubungan dengan estetika, religius, budaya, filosofis, dan
teori-teori belaka. Dengan kata lain siswa sebagainya. Nilai-nilai tersebut ada yang
diharapkan mampu melakukan apresiasi bertolak dari pengekspresian kembali
terhadap sastra. Namun demikian, ataupun penyodoran konsep baru.
kenyataan di lapangan masih sangat Sastra tidak dapat dilepaskan dengan
memprihatinkan terutama pembelajaran tata nilai kehidupan manusia dan
sastra. Sastra belum mampu perubahan sosial yang menyertainya.
memberikan pencerahan bagi siswa. Dalam perspektif kehidupan manusia
Hasil Ujian Nasional (2012) yang disebut kebudayaan maka sastra
menunjukkan hampir sebagian besar menempati posisi yang sangat urgen.
ketidaklulusan siswa atau sebagai mesin Peneliti berpendapat bahwa semakin
pembunuh disebabkan oleh bahasa akrab seseorang dengan sastra maka
Indonesia, yaitu soal tentang apresiasi semakin halus kepribadian dan lebih
sastra. utuh rasa kemanusiaannya. Untuk
Realitas yang terjadi di lapangan membaca dan memahami sastra
sangat menyedihkan. Pengajaran sastra diperlukan pengetahuan yang kompleks.
di sekolah pada beberapa dekade Artinya, pembaca bukan hanya sekadar
terakhir ini, lebih banyak memberikan memiliki pengetahuan kebahasaan,
teori tentang sastra khususnya cerpen melainkan dia harus mempunyai
daripada menganalisis dan menciptakan pengetahuan yang lain, misalnya etika
karya sastra. Hal ini sudah tentu tidak dan sosial. Dalam sastra, kita
sesuai dengan harapan atau tuntutan berhadapan dengan sistem komunikasi
yang ada dalam kurikulum. Dalam sastra dan kode estetik lainnya yang
kurikulum 2013 pengajaran bahasa dan menarik (Roehayah dan Suhayati, 1996:
sastra berbasis pada teks. Hal ini berarti 86). Kode estetik terkait erat dengan
penggunaan bahasa sebagai media Dalam karya sastra, hermeneutik
komunikasi yang digunakan untuk dipakai untuk menginterpretasi sebuah
mengeksplorasi ide/gagasan pengarang. teks supaya dapat dipahami. Gadmer
Sejalan dengan pendapat tersebut, (2008) mengatakan bahwa untuk
Effendi dalam (Aminuddin, 2002) memahami karya sastra diperlukan tiga
mengemukakan bahwa apresiasi sastra tahapan, yaitu pemahaman, penafsiran,
adalah kegiatan menggauli karya sastra dan penerapan di kehidupan nyata.
secara sungguh-sungguh sehingga Dalam proses aplikasi, seorang
menumbuhkan pengertian, pembaca dapat memahami teks karya
penghargaan, kepekaan kritis, dan sastra jika cakrawala kesejarahan teks
kepekaan perasaan yang baik terhadap melebur dengan cakrawala pembaca.
karya sastra. Juga disimpulkan bahwa Secara etimologis hermeneutika berasal
kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan dari kata hermenenuein, bahasa Yunani,
baik apabila pembaca mampu yang berarti menafsirkan atau
menumbuhkan rasa akrab dengan teks menginterpretasikan. Pada dasarnya
sastra yang diapresiasinya, medium pesan adalah bahasa, baik lisan
menumbuhkan sikap sungguh-sungguh maupun bahasa tulisan. Jadi, penafsiran
serta melaksanakan kegiatan apresiasi disampaikan lewat bahasa, bukan
itu sebagai bagian dari hidupnya, dan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu
sebagai suatu kebutuhan yang mampu ditafsirkan sebab di satu pihak karya
memuaskan rohaniahnya. sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain,
Belajar apresiasi sastra pada di dalam bahasa sangat banyak makna
hakikatnya adalah belajar tentang hidup yang tersembunyi, atau dengan sengaja
dan kehidupan. Melalui karya sastra, disembunyikan.
manusia akan memperoleh gizi batin, Analisis hermeneutik sangat urgen
sehingga sisi-sisi gelap dalam hidup dan dimiliki oleh seorang apresiator di dalam
kehidupannya bisa tercerahkan lewat mengungkap makna yang terkandung
kristalisasi nilai yang terkandung dalam dalam karya sastra, khususnya cerpen.
karya sastra. Teks sastra tak ubahnya Karya sastra yang berbentuk cerpen
sebagai layar tempat diproyeksikan mempunyai makna yang sangat
pengalaman psikis manusia. Seiring kompleks. Salah satu makna yang
dengan dinamika peradaban yang terus terkandung dalam cerpen adalah
bergerak menuju proses globalisasi, pendidikan karakter. Nilai pendidikan
sastra menjadi makin penting dan urgen karakter ini sangat kental tertuang dalam
untuk disosialisasikan dan “dibumikan” kumpulan cerpen karya I.B. Keniten.
melalui institusi pendidikan. Karya sastra Cerpen yang ditulis Keniten sangat
memiliki peranan yang cukup besar urgen diapresiasi oleh siswa kelas XI
dalam membentuk watak dan SMAN 4 Denpasar. Siswa dituntut bukan
kepribadian seseorang. Dengan bekal hanya sekadar memahami nilai
apresiasi sastra yang memadai, pendidikan karakter, tetapi yang jauh
diharapkan mampu bersaing pada era lebih penting adalah siswa diharapkan
global dengan sikap arif, matang, dan melaksanakan secara nyata dalam
dewasa. kehidupan sehari-hari di sekolah maupun
Berdasarkan pendapat para pakar di di masyarakat. Karakter adalah ciri khas
atas, apresiasi sastra dapat diartikan yang dimiliki oleh suatu benda atau
sebagai upaya memahami karya sastra, individu. Ciri khas tersebut adalah asli
di antaranya upaya bagaimana cara dan mengakar pada kepribadian benda
untuk mengerti sebuah karya sastra atau individu tersebut, serta merupakan
yang dibaca, mengerti maknanya, dan “mesin” yang mendorong bagaimana
mengerti seluk-beluk strukturnya. Hal ini seorang bertindak, bersikap, berucap,
sejalan dengan pendapat Teeuw (1980: dan merespon sesuatu. Menurut kamus
24) yakni apresiasi sastra merupakan psikologi, karakter adalah kepribadian
upaya “merebut makna” karya sastra ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
sebagai tugas utama seorang pembaca. misalnya kejujuran seseorang dan
biasanya berkaitan dengan sifat-sifat sebagai salah satu alternatif materi
yang relatif tetap. Ada 18 butir nilai-nilai pembelajaran sastra.
pendidikan karakter yaitu, religius, jujur, Sudah merupakan keharusan bagi
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, setiap peneliti untuk memiliki konsep dan
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, teori yang kuat dan benar, sehingga
semangat kebangsaan, cinta tanah air, dapat digunakan sebagai landasan
menghargai prestasi, dalam penelitian. Masalah dalam
bersahabat/komunikatif, cinta damai, penelitian tidak akan dapat dipecahkan
gemar membaca, peduli lingkungan, dengan baik apabila tidak didukung oleh
peduli sosial, dan tanggung jawab. teori yang relevan. Landasan teori
Analisis hermeneutik nilai-nilai sangat penting di dalam memecahkan
pendidikan karakter dalam kumpulan masalah yang akan diteliti. Sehubungan
cerpen karya I.B. Keniten sangat penting dengan hal tersebut, landasan teori yang
diteliti untuk memberikan sumbangan dipakai dalam penelitian ini, yaitu : (1)
pemikiran kepada guru bahasa Karya Sastra, (2) Konsep Analisis
Indonesia di SMAN 4 Denpasar agar Hermeneutik, (3) Nilai Pendidikan
kreatif dan inovatif di dalam Karakter, (4) Cerpen, dan (5)
pembelajaran sastra. Berdasarkan aspek Pembelajaran Sastra di Sekolah.
penerimaan pembaca terhadap karya
sastra maka penulis menekankan pada
kajian hermeneutik yang dikaitkan METODE PENELITIAN
dengan salah satu genre sastra yaitu Penelitian ini menggunakan
cerpen. Pada sisi lain, penggunaan metode deskriptif kualitatif. Subjek
pendekatan hermeneutik dengan nilai- penelitian ini adalah kumpulan cerpen
nilai pendidikan karakter dalam karya I.B. Keniten dan siswa kelas XI
kumpulan cerpen karya I.B. Keniten akan SMAN 4 Denpasar. Peneliti mengambil
berimplikasi pada kemampuan siswa subjek kumpulan cerpen, karena cerpen
kelas XI SMAN 4 Denpasar dalam ini yang mempunyai kedudukan yang
menanamkan nilai pendidikan karakter paling sentral dan data tentang variabel
dalam belajar sastra khusunya cerpen. yang diteliti berada dalam cerpen. Objek
Cerpen dipilih karena memiliki potensi penelitian adalah aspek hermeneutik
strategis dalam pengajaran, selain struktur formal, nilai-nilai pendidikan
sebagai bagian mata pelajaran bahasa karakter, dan pendapat siswa terhadap
dan sastra Indonesia. Kelebihan lain nilai-nilai karakter yang terkandung pada
yang dimiliki cerpen dibandingkan cerpen-cerpen karya I.B. Keniten.
dengan jenis karya sastra yang lain ialah Cerpen yang peneliti kumpulkan
dilihat dari aspek waktu dan ruang. berjumlah 14 judul cerpen. Objek
Pengajaran cerpen dapat berlangsung penelitian ini adalah struktur yang
dalam jangka waktu yang relatif pendek terkandung pada kumpulan cerpen karya
atau singkat. Cerpen yang dipilih pun I.B. Keniten, analisis hermeneutik nilai-
memiliki tema yang tidak jauh dari nilai pendidikan karakter yang
realitas sosial masyarakat Indonesia terkandung pada kumpulan cerpen karya
sekarang. Masalah yang diangkat dalam I.B. Keniten, dan implikasi nilai-nilai
penelitian ini adalah: (1) aspek pendidikan karakter pada kumpulan
hermeneutik struktur formal yang cerpen I.B. Keniten sebagai alternatif
terkandung pada cerpen cerpen karya materi pembelajaran Sastra Indonesia
I.B. Keniten, (2) analisis hermeneutik kelas XI SMAN 4 Denpasar.
nilai-nilai pendidikan karakter yang Sumber data yang diperoleh adalah
terkandung pada cerpen cerpen karya kumpulan cerpen karya I.B. Keniten yang
I.B. Keniten, (3) pendapat siswa kelas XI diterbitkan setiap hari Minggu halaman 7
SMAN 4 Denpasar mengenai nilai-nilai tahun 2010-2013 oleh Denpost. Adapun
pendidikan karakter yang terkandung judul-judul cerpen tersebut yaitu: Ayah,
pada cerpen cerpen karya I.B. Keniten Guru Kita, Anakku Polisi, Rembulan
Masih Bersinar, Akimura, Merdeka, Baju
Putih, Ayahku Buaya, Perempuan di Data dianalisis dengan tahapan, di
Tengah Kabut, Catatan Harian, Maafkan antaranya 1) reduksi data, 2) penyajian
Aku Istriku, Perempuan Malam, data, dan 3) penyimpulan.
Galungan, dan Derai-Derai Mimpi.
Sumber data kedua yaitu mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
pendapat siswa kelas XI SMAN 4 Pembangunan pendidikan semetara
Denpasar dalam menganalisis nilai-nilai ini, lebih fokus pada kecerdasan
pendidikan karakter cerpen yang intelektual (hard skill) daripada
berjudul Anakku Polisi dan Galungan. kecerdasan lainnya (soft skill). Sirikit
Siswa yang dijadikan subjek dalam (2011 : 35), menyatakan bahwa sspek
penelitian ini diambil dengan teknik karakter dalam proses pembelajaran
sampel, yakni purposive sampling. sering sekali dikesampingkan. Karakter
Dengan teknik ini siswa yang dijadikan lebih sering dianggap sebagai efek
sumber data adalah siswa kelas XI MIA pengiring (nurturant effets) bukan efek
1 dan XI IIS 1 SMAN 4 Denpasar. Alasan pembelajaran (instructional effect).
peneliti memilih sumber data kedua Kondisi ini cenderung menghasilkan
kelas tersebut karena memiliki tingkat insan-insan yang egoistis, superior, dan
kemampuan yang hampir sama. Peneliti kurang humaniti sehingga mereka
memilih sumber data tersebut, karena kurang berhasil dalam kehidupannya.
data-data itu yang memberikan informasi Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
bagi peneliti terkait dengan masalah Heckman dkk, kecerdasan intelektual
yang diteliti. seseorang (verbal dan logis matematis)
Metode dokumentasi menjadi hanya berkontribusi 20% saja dari
metode utama dalam penelitian ini, keberhasilan seseorang di masyarakat.
karena peneliti memperoleh data dengan Yang 80% lebih banyak ditentukan oleh
mencatat bagian-bagian pada kumpulan kecerdasan emosional atau kualitas
cerpen karya I.B. Keniten yang karakter seseorang.
menunjukkan adanya nilai-nilai Pendidikan karakter yang
pendidikan karakter yang terkandung merupakan kemampuan soft skill, adalah
dan struktur yang terkandung pada proses tuntutan kepada anak didik agar
cerpen tersebut. Metode kedua yang menjadi manusia seutuhnya yang
digunakan adalah angket/kuesioner. berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
Penyebaran angket atau kuesioner ini raga serta rasa dan karsa. Karakter
bertujuan untuk mengetahui pendapat individual dimaknai sebagai hasil
siswa kelas XI SMAN 4 Denpasar keterpaduan antara olah hati, olah pikir,
mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dan olah raga serta perpaduan olah rasa
pada kumpulan cerpen I.B. Keniten dan karsa.
sebagai alternatif materi pembelajaran Dalam kaitan dengan pendidikan,
Sastra Indonesia. maka masyarakat yang menjunjung
Dalam penelitian ini ada tiga jenis tinggi nilai kesantunan akan menjadikan
data yang dicari, yaitu petikan-petikan sastra sebagai bagian penting dari
yang memiliki nilai-nilai pendidikan proses pendidikan. Untuk menumbuhkan
karakter dan struktur yang terkandung karakter bangsa yang bermartabat,
pada kumpulan cerpen karya I.B. seharusnya pendididkan budaya dan
Keniten, dan implikasinya terhadap karakter bangsa segera dilaksanakan
pembelajaran sastra di sekolah. Untuk dan diimplementasikan dalam semua
mecari data pertama dan kedua, peneliti bidang termasuk mata pelajaran
menggunakan metode dokumentasi, khususnya sastra (cerpen) atau mata
sedangkan data ketiga digunakan kuliah, baik di sekolah maupun di
metode angket/ kuesioner. Data ketiga perguruan tinggi.
adalah implikasi mengenai pendapat Dalam konteks itu guru sastra
siswa terhadap cerpen sebagai alternatif harus mampu membaca apa yang
pembelajaran sastra di sekolah. diinginkan atau diminati siswa. Artinya,
guru harus menggunakan perspektif
siswa, bukan perspektifnya sendiri yang memiliki kualitas sastra yang baik. Hal ini
sering berbeda dengan siswa. Dengan dibuktikkan tema, tokoh, dan watak dari
demikian, guru sastra akan dapat kumpulan cerpen karya I.B. Keniten
menyajikan karya sastra yang memenuhi sebagian besar mengandung nilai
kemampuan imajinatif para siswa, yang pendidikan karakter yang positif. Di
dekat dengan dunianya. Oleh karena itu, samping itu pula tema cerpen yang
perlu dipilih karya sastra dengan latar diangkat oleh I.B. Keniten lebih banyak
belakang budaya sendiri. Sebagai membicarakan tentang pendidikan.
ilustrasi, jelas latar belakang budaya Bali Beberapa cerpen yang berjudul Guru
berbeda dengan luar Bali seperti Jawa, Kita, Galungan, Anakku Polisi, Akimura,
Lombok, Jakarta, Kalimantan, dan Ayah, dan Derai-Derai Mimpi banyak
sebagainya. sekali mengangkat tema pendidikan.
Bahan ajar yang inovatif tidak (Jakob, 2007:99) menyatakan, sebuah
hanya didapatkan dari buku paket, LKS, cerpen yang baik adalah cerpen yang
atau modul yang dimiliki guru. Bahan merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh,
ajar juga bisa diambil dari media yang menunggal (tidak ada bagian-bagian
lain, seperti koran. Pendidik bisa mulai yang tidak perlu), tetapi juga tidak ada
mencari alternatif yang lain terkait sesuatu yang terlalu banyak, semuanya
inovasi pembelajaran. Salah satunya pas, integral dan mengandung arti.
dengan menggunakan kumpulan cerpen Menurut Esten (1984: 87),
karya I.B. Keniten dalam pembelajaran kehadiran sebuah karya sastra sudah
sastra, khususnya cerpen. Kumpulan pasti menyajikan sebuah cerita yang
cerpen karya I.B. Keniten sangat relevan dapat menimbulkan kenikmatan
digunakan karena mengandung banyak tersendiri pada pembacanya. Seorang
sekali nilai-nilai pendidikan karakter. pengarang tidak sekadar merangkai
Mengingat penelitian ini merupakan sebuah cerita, tetapi lebih dari itu
usaha untuk menggambarkan pengarang ingin menyampaikan sebuah
bagaimana struktur yang terkandung pesan kepada pembacanya melalui
pada kumpulan cerpen karya I.B. persoalan yang dimunculkannya di
Keniten, penerapan analisis hermeneutik dalam karya sastranya. Persoalan inilah
nilai-nilai pendidikan karakter pada yang disebut tema. Sudjiman (1990: 74)
kumpulan cerpen karya I.B. Keniten, dan mengemukakan bahwa tema adalah
implikasinya terhadap pembelajaran gagasan, ide, atau pikiran utama dalam
sastra di kelas XI SMA Negeri 4 sebuah karya sastra. Tema dapat
Denpasar maka penelitian ini tidak terwujud secara eksplisit ataupun
melakukan atau memberikan perlakuan implisit.
khusus atau pengkondisian terhadap Dalam menganalisis tema sebuah
subjek dan objek yang diteliti. Dengan karya sastra ada tiga langkah dalam
demikian, penelitian ini menggunakan menentukannya, yaitu (1) dengan
metode deskriptif kualitatif, yaitu melihat persoalan yang paling menonjol,
mendeskripsikan subjek dan objek apa (2) dengan melihat persoalan yang
adanya, kemudian data yang diperoleh menimbulkan konflik yang melahirkan
diolah dengan gaya pemaparan yang peristiwa-peristiwa, dan (3) mencatat
menggunakan bahasa verbal. waktu penceritaan, yaitu waktu yang
Berdasarkan hasil penelitian dipergunakan untuk menceritakan
tersebut dapat ditemukan berbagai hal peristiwa-peristiwa atau tokoh-tokoh
sebagai berikut. Pertama, dari beberapa dalam cerita (Esten,1989: 88). Selain itu,
cerpen yang sudah dianalisis dapat judul karya sastra merupakan kunci
disimpulkan cerpen yang dibuat I.B. utama bagi penafsiran keseluruhan
Keniten sebagian besar mengangkat karya sastra (Sutrisno, 1983: 129).
tema yang mengandung nilai pendidikan Salah satu contoh cerpen yang
karakter. Hal ini terlihat dari adanya satu berjudul Anakku Polisi menyiratkan
kesatuan yang utuh antar unsur yang bahwa selain memberikan petuah yang
membangun cerpen tersebut sehingga terkait dengan mensyukuri hidup dalam
keadaan apapun juga tersirat makna kumpulan cerpen karya I.B. Keniten
implisit. Makna tersebut mengandung berfungsi sebagai pendukung alur dan
proses penanaman nilai-nilai pendidikan perwatakan. Gambaran situasi yang
karakter kerja keras, kejujuran dan kasih tepat akan membantu memperjelas
sayang. Kerja keras ditunjukkan dari peristiwa yang sedang dikemukakan.
sikap Gede Wijawan dalam menggapai Untuk dapat melukiskan latar yang tepat,
cita-cita orang tua untuk menjadi polisi. pengarang harus mempunyai
Dalam melaksanakan tugasnya pun ia pengetahuan yang memadai tentang
sangat jujur, bersahabat, dan selalu keadaan atau waktu yang akan
memegang teguh aturan yang berlaku. digambarkan. Hal itu dapat diperoleh
Tokoh yang paling berperan dalam melalui pengamatan langsung atau
cerpen Anakku Polisi adalah Gede melalui bacaan-bacaan atau informasi
Wijawan. Tokoh ini merupakan tokoh dari orang lain.
sentral dan menjadi pusat pencitraan. Secara tradisional, pola alur
Perwatakan dari masing-masing tokoh kumpulan cerpen karya I.B. Keniten
memberikan nilai-nilai karakter yang disusun berdasarkan urutan, yaitu
sangat positif bagi pembaca. Hal ini perkenalan, pertikaian, perumitan,
memang menyiratkan bahwa tokoh klimaks, dan penyelesaian. Apabila
utama dalam cerpen bertindak sebagai pengarang mengikuti pola tradisional,
tokoh protagonis. biasanya pada bagian permualaan,
Tokoh-tokoh yang paling dominan pengarang menggambarkan situasi dan
dalam kumpulan cerpen karya I.B. memperkenalkan tokoh-tokohnya. Pada
Keniten lebih banyak mengangkat tokoh bagian ini, pengarang melukiskan
protagonis. Tokoh ini merupakan tokoh keadaan alam dan situasi lingkungan
sentral dan menjadi pusat pencitraan. hidup yang melatarbelakangi ceritanya,
Perwatakan dari masing-masing tokoh misalnya di sekolah, tempat suci, dan di
memberikan nilai-nilai karakter yang rumah masing-masing tokoh utama.
sangat positif bagi pembaca. Hal ini Pada bagian ini pula, pengarang
memang menyiratkan bahwa tokoh menampilkan watak tokoh, kebiasaan
utama dalam cerpen bertindak sebagai hidup, dan perilakunya.
tokoh protagonis. Esten (1989: 27) Alur yang dominan ditampilkan
mengemukakan bahwa penokohan oleh I.B. Keniten dalam kumpulan cerpen
adalah bagaimana cara pengarang yang peneliti analisis adalah
menggambarkan dan mengembangkan menampilkan alur maju. Alur adalah
watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita jalan cerita yang berupa peristiwa-
rekaan. Ada beberapa cara dalam peristiwa yang disusun dan saling
menggambarkan tokoh-tokoh, yaitu berkaitan menurut hukum sebab akibat
secara analitik dan dramatik. Secara dari awal sampai akhir cerita. Dari
analitik, pengarang langsung pengertian tersebut jelas bahwa tiap
menceritakan bagaimana watak tokoh peristiwa tidak berdiri sendiri. Peristiwa
ceritanya, sedangkan secara dramatik yang satu akan menimbulkan peristiwa
pengarang tidak langsung menceritakan yang lain, peristiwa yang lain itu akan
bagaimana watak tokoh-tokoh ceritanya. menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa
Misalnya, melalui penggambaran tempat berikutnya dan terus sampai cerita
dan lingkungan tokoh, bentuk-bentuk berakhir.
fisik (potongan tubuh dan sebagainya), Kedua, kumpulan cerpen karya
melalui percakapan (dialog), atau melalui I.B. Keniten mengandung 17 nilai yang
perbuatan sang tokoh. Penokohan dalam terkandung dalam 18 karakter bangsa,
kumpulan cerpen karya I.B. keniten lebih yaitu relegius, jujur, toleransi, disiplin,
banyak menggambarkan tokoh secara kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
dramatik. rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
Latar adalah penggambran cinta tanah air, menghargai prestasi,
situasi tempat dan waktu serta suasana bersahabat/komunikatif, cinta damai,
terjadinya peristiwa. Latar pada
peduli lingkungan dan sosial, serta dalam kumpulan cerpen tersebut. Beliau
tanggung jawab. menyatakan cerpen yang sangat
Konsep di atas ditindaklanjuti menonjol mengandung nilai agama
dengan penelitian yang menelaah adalah cerpen yang berjudul Galungan.
mengenai nilai-nilai pendidikan karakter Pada saat Galungan diharapkan
yang terkandung dalam kumpulan manusia mampu melakukan
cerpen karya I.B Keniten dengan fokus pengendalian diri. Pada saat melakukan
struktur, nilai-nilai, dan tanggapan siswa upacara agama seperti Galungan umat
terkait dengan nilai yang terkandung di Hindu seharusnya menjalankan ajaran-
dalam cerpen. Dari hasil penelitian dapat ajaran dharma tetapi masih juga
dirumuskan beberapa nilai selain 18 nilai ditemukan umat Hindu yang melanggar
karakter bangsa, yaitu kemampuan ajaran agama tersebut seperti berjudi,
memberi pandangan dan pertimbangan minum-minuman keras, dan perkelahian
moral, mengenal/memahami diri sendiri, antar banjar. Pengarang juga
work (pandangan terhadap pekerjaan), berpendapat bahwa kumpulan cerpen
katahati/hati nurani, harga diri, empati, tersebut sangat cocok diapresiasi oleh
cinta pada kebaikan, pengendalian diri, siswa. Hal ini disebabkan kumpulan
rendah hati, compassion (rasa terharu), cerpen tersebut mengandung nilai-nilai
honesty (kejujuran), loyalty (loyalitas), pendidikan karakter. Peneliti
faith (keyakinan/ kepercayaan). Selain berpendapat hasil wawancara yang
itu, juga terdapat kompetensi moral, diperoleh setelah dikomparasikan
kemauan, kebiasaan, self- dengan biografi pengarang ditemukan
discipline,responsibility, friendship adanya kesesuaian tema-tema cerpen
(persahabatan), courage (keberanian yang ditulis dengan profesi pengarang.
dan keteguhan hati), dan perseverance Pengarang menjadi guru SMPN 3
(ketekunan). Abang, guru SMAN 2 Amlapura, dan
Dari beberapa komponen nilai yang terakhir sebagai pengawas Dikmen
pendidikan karakter di atas nilai agama Disdikpora Karangasem.
dan kejujuran yang paling dominan Analisis hermeneutik terlihat pada
terdapat pada kumpulan cerpen karya salah satu contoh cerpen yang berjudul
I.B. Keniten. Hal ini disebabkan karena Galungan terkandung makna kehidupan
manusia sebagai makhluk yang sebuah keluarga yang hidup seadanya
beragama sangat percaya dengan dan selalu bersyukur merupakan hal
kebesaran Tuhan. Agama diyakini yang paling berharga seperti yang
sebagai penuntun dan pencerahan bagi tampak dalam kutipan….Meskipun hidup
manusia di dalam berpikir, berkata, dan kita pas-pasan kita mesti bersyukur.
berprilaku yang baik. Ketiga hal tersebut Kalau tidak pernah bersyukur, kita sudah
seharusnya dilaksanakan secara kalah meskipun masih bernapas. Masih
harmonis. Di dalam kehidupan sehari banyak saudara-saudara kita yang
hari manusia berbuat yang tidak sesuai berada di bawah kita.” Makna yang lain
dengan pikiran dan perkataannya. juga ditemukan adalah orang yang
Contoh, seorang anak ditanyai oleh memiliki harta belum tentu akan menjadi
orang tuanya apakah sudah pilihan seorang wanita. Hal ini tampak
sembahyang tiga kali sehari (beragama dalam kutipan….”Yang naksir ibumu
Hindu). Mereka menjawab iya, namun orang-orang berada. Lucunya bapa yang
kenyataannya mereka sembahyang dipilih. Padahal bapa waktu itu sekadar
hanya sekali dan bahkan sama sekali coba-coba.” Makna tersirat laiinya yang
tidak. ditemukan dalam cerpen adalah tokoh
Berdasarkan hasil wawancara yang bekerja keras sehingga
melalui telepon pada hari Selasa tanggal mengeluarkan keringat yang bercucuran.
23 September 2014 pukul 19.15 wita Tampak dalam kutipan….”Ah, kau mulai
diperoleh informasi bahwa pengarang nakal juga.”Kami tertawa. Keringat kami
(I.B. Keniten) setuju nilai agama dan berlomba-lomba membasahi tubuh. Tapi
kejujuran yang dominan ditemukan hati kami merasa damai. Makna
selanjutnya adalah kekayaan yang memiliki karakter kuat bersumber dari
diperoleh secara tidak benar (hasil nilai-nilai yang digali dari budaya
korupsi) yang sudah melekat di kalangan masyarakatnya. Salah satu penanaman
pejabat seperti pada kutipan…Kekayaan budaya dan karakter bangsa yang dapat
yang dikumpulkannya selama ini hasil diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa
dari menilep uang rakyat yang sudah Indonesia di sekolah ialah melalui materi
mendarah daging. Makna implisit terakhir dalam buku pelajaran, khususnya mata
yaitu melaksanakan yadnya berupa pelajaran Bahasa Indonesia. Isi materi
sedekah (membantu orang miskin) yang bertema pembinaan budaya dan
merupakan salah satu bagian dari karakter bangsa yang baik akan dapat
kemenangan hati. Tampak pada kutipan membentuk budaya dan karakter bangsa
berikut… Aku keluar rumah. Di jalan yang bermartabat. Materi pelajaran
kutemui peminta-minta dengan dua dapat dijadikan batu loncatan untuk
orang anaknya. Anaknya menangis. Ia menonjolkan nilai pendidikan karakter.
mengatakan sudah dua hari tidak Penyajian komponen-komponen bahan
makan. Tubuhnya kurus kering. ajar yang apik, terstruktur, dan secara
Pakaiannya tak kelihatan warnanya. eksplisit menekankan nilai pendidikan
Sudah kusam, bau badan jangan ditanya karakter memberi arah yang jelas
lagi. Hatiku tak sampai hati. Kurogoh tentang materi yang akan diajarkan.
sakuku. Aku tak jadi membeli daging. Nilai-nilai pendidikan karakter
Aku pulang, Ayahku menanyaiku. tercermin dari keberadaan materi yang
Kukatakan yang kualami. Beliau tak dimuati oleh nilai-nilai pendidikan
marah dan memeluk tubuhku. “Nyoman, karakter. Bahan ajar itu tidaklah sekadar
kau sudah megalungan.” Aku tak memberikan pemahaman tetapi juga
mengerti maksud perkataan ayahku. harus mampu menanamkan nilai dalam
Ketiga, siswa berpendapat nilai- diri peserta didik. Dalam konteks
nilai pendidikan karakter pada cerpen- demikian, menjadi menarik ketika
cerpen karya I.B. Keniten mudah pendidik mampu menginjeksikan nilai-
dipahami dengan bahasa yang nilai berwawasan pendidikan karakter ke
sederhana, mengandung tema dalam bahan ajar. Bahan ajar yang
pendidikan, dan dapat dijadikan bahan inovatif tidak hanya didapatkan dari buku
pengayaan pembelajaran sastra di SMA. paket, LKS, atau modul yang dimiliki
Dapat diketahui bahwa rata-rata guru. Bahan ajar juga bisa diambil dari
pendapat siswa terhadap nilai-nilai media yang lain, seperti koran. Pendidik
pendidikan karakter pada kumpulan bisa mulai mencari alternatif yang lain
cerpen karya I.B. Keniten dalam terkait inovasi pembelajaran. Salah
pembelajaran cerpen adalah sesuai satunya dengan menggunakan
dengan bahan pembelajaran sastra, kumpulan cerpen karya I.B. Keniten
yaitu berdasarkan hasil angket/kuesioner dalam pembelajaran sastra, khususnya
kelas XI MIA 1 dengan rata-rata 79,79% cerpen. Kumpulan cerpen karya I.B.
dan kelas XI IIS 1 dengan rata-rata Keniten sangat relevan digunakan
76,92% sesuai pedoman konversi skor karena mengandung banyak sekali nilai-
siswa yaitu skor 70-84 (sesuai). Hal ini nilai pendidikan karakter.
berarti kumpulan cerpen karya I.B. Peneliti memperoleh data
Keniten dapat dijadikan salah satu angket/kuesioner pada saat akhir
alternatif pembelajaran cerpen di sekolah pelajaran di kelas. Namun, siswa dalam
khusunya pada siswa kelas XI SMA. mengisi angket tetap berada di kelas.
Penyusunan bahan ajar yang didasari Hal ini dapat dilakukan karena
oleh nilai pendidikan karakter memiliki sebelumnya peneliti sudah melakukan
kontribusi yang sangat besar terhadap koordinasi dengan guru bahasa
penanaman pengetahuan peserta didik Indonesia untuk menyisakan waktu 45
tentang nilai pendidikan karakter. menit dari dua jam pelajaran. Waktu 45
Wagiran (2012), menyatakan menit tersebut peneliti gunakan untuk
bangsa yang besar adalah bangsa yang menyebar angket dan memperoleh data
mengenai tanggapan siswa terhadap nilai-nilai pendidikan karakter. Alur yang
dua buah cerpen yang berjudul dominan digunakan adalah alur maju.
Galungan dan Anakku Polisi. Peneliti Kedua, secara hermeneutik
menyebar sebanyak 72 buah angket di kumpulan cerpen karya I.B. Keniten
kelas XI MIA 1 dan XI IIS 1 pada akhir mengandung 17 nilai yang terkandung
pengambilan data. dalam 18 karakter bangsa, yaitu relegius,
Berdasarkan data jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
angket/kuesioner, dapat dinyatakan kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
bahwa dari dua kelas yaitu XII MIA 1 dan tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
XI IIS 1 yang berjumlah 72 siswa yang air, menghargai prestasi,
mengisi angket, ada 20 siswa yang bersahabat/komunikatif, cinta damai,
menyatakan respons sangat sesuai dan peduli lingkungan dan sosial, serta
47 siswa yang menyatakan respons tanggung jawab. Dari 17 komponen nilai
sesuai serta 5 siswa yang menyatakan pendidikan karakter di atas, nilai agama
cukup sesuai terhadap nilai-nilai dan kejujuran yang paling dominan
pendidikan karakter yang terkandung terdapat pada kumpulan cerpen karya
pada dua buah cerpen berjudul I.B. Keniten. Secara hermeneutik makna
Galungan dan Anakku Polisi. Dari 72 yang tersurat atau eksplisit lebih banyak
siswa yang dijadikan sampel, tidak ada terkandung dalam kumpulan cerpen I.B.
satu pun siswa yang menyatakan kurang Keniten daripada makna secara tersirat
sesuai, bahkan sangat kurang sesuai atau implisit.
terhadap nilai-nilai pendidikan karakter Ketiga, siswa berpendapat nilai-
yang terkandung pada cerpen yang nilai pendidikan karakter pada cerpen-
berjudul Galungan dan Anakku Polisi cerpen karya I.B. Keniten mudah
karya I.B. Keniten. dipahami dengan bahasa yang
Dari data di atas, dapat diketahui sederhana, mengandung tema
bahwa rata-rata pendapat siswa pendidikan, dan dapat dijadikan bahan
terhadap nilai-nilai pendidikan karakter pengayaan pembelajaran sastra di SMA.
pada cerpen dalam pembelajaran adalah Dapat diketahui bahwa rata-rata
sesuai dengan bahan pembelajaran tanggapan siswa terhadap nilai-nilai
sastra. Dalam konteks demikian, menjadi pendidikan karakter pada kumpulan
menarik ketika pendidik mampu cerpen karya I.B. Keniten dalam
menginjeksikan nilai-nilai berwawasan pembelajaran cerpen adalah sesuai
pendidikan karakter ke dalam bahan dengan bahan pembelajaran sastra,
ajar. Pendidik bisa mulai mencari yaitu kelas XI MIA 1 dengan rata-rata
alternatif yang lain terkait inovasi 79,79% dan kelas XI IIS 1 dengan rata-
pembelajaran. Salah satunya dengan rata 76,92% sehingga kumpulan cerpen
menggunakan kumpulan cerpen karya karya I.B. Keniten dapat dijadikan salah
I.B. Keniten. satu alternatif pembelajaran cerpen di
sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan penelitian
Pertama, aspek hermeneutik yang telah disimpulkan, berikut
struktur formal yang terkandung pada disampaikan beberapa saran yang
kumpulan cerpen karya I.B. Keniten lebih berkaitan dengan manfaat penelitian.
menekankan pada nilai pendidikan. Hal Hasil penelitian ini menunjukkan
ini dibuktikkan berdasarkan tema yang bahwa rata-rata tanggapan siswa
diangkat dalam cerpen sebagian besar terhadap nilai-nilai pendidikan karakter
mengandung nilai pendidikan karakter. pada kumpulan cerpen karya I.B.
Tokoh-tokoh yang ditampilkan dominan Keniten dalam pembelajaran cerpen
protagonis dengan teknik dramatik adalah sesuai, sehingga kumpulan
sehingga memberikan nilai-nilai positif cerpen karya I.B. Keniten dapat dijadikan
bagi pembaca. Selain itu antara alur dan salah satu alternatif pembelajaran
latar memiliki relevansi yang mendukung cerpen di sekolah. Untuk itu cerpen
karya I.B. Keniten perlu diperkenalkan
dan dikembangkan lebih lanjut kepada Pradopo, Rachmad Djoko. 1995.
guru dan praktisi pendidikan lainnya Beberapa Teori Sastra. Metode
sebagai salah satu alternatif dalam Sastra dan Penerapannya.
pemilihan media pembelajaran Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
khususnya sastra (cerpen). . 2002. Kritik Sastra
Kepada guru pengajar Bahasa Indonesia Modern. Yogyakarta :
Indonesia sebaiknya menggunakan Gama Media.
media yang inovatif dalam pembelajaran Rochayah dan Suhayati, 1996.
sastra agar siswa dan siswi tidak merasa Saussure. Jakarta : Pusat
bosan, seperti memberikan media Pembinaan dan Pengembangan
cerpen dari karya I.B. Keniten untuk Bahasa. Depdikbud.
meningkatkan keterampilan berpikir Sudiati, Vero dan Widya Martaya. 1995.
kreatif dan prestasi belajar siswa secara Kiat Menulis Cerita. Yogyakarta:
optimal, khususnya dalam bidang sastra. yayasan pustaka Nusantara.
Bagi peneliti lain yang ingin Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah
melaksanakan penelitian yang sejenis Sastra. Jakarta : University
diharapkan lebih dapat mengembangkan Indonesia.
penelitian ini dengan melibatkan sampel Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
yang lebih luas. Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1991.
Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
DAFTAR RUJUKAN Gramedia.
Sutresna, Ida Bagus. 2006. Modul
Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sejarah Sastra Indonesia.
Sastra. Malang : Yayasan Asah Singaraja: Undiksha.
Asih Asuh. Sutrisno, Sulastin. 1983. Hikayat Hang
Dantes, Nyoman. 2008. “Pendidikan Tuah: Analisis Struktur dan Fungsi.
Teknohumanistik (Suatu Rangkian Yogyakarta: Gadjahmada
Persspektif dan Kebijakan University Press.
Pendidikan Mengahadapi Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai
Tantangan Global)” (Makalah). Sastra : Pengantar teori sastra.
Disampaikan Pada Seminar Jakarta: Pustaka Jaya.
Pendidikan Diselenggarakan oleh Wagiran. 2012. “Pengembangan
S2 Pendas PPs Undiksha 22 Juli Karakter Berbasis Kearifan Lokal
2008. Hamemayu Hayuning Bawana
Endraswara. Suwardi. 2008. Metodologi (Identifikasi Nilai-Nilai Karakter
Penelitian Sastra. Yogyakarta : Berbasis Budaya)” dalam Jurnal
Pustaka Widyatama. Pendidikan Karakter, Tahun II,
Esten, Mursal. 1984. Kesusastraan. Nomor 3, Oktober 2012 hlm. 329.
Bandung : Angkasa.
Junus, Umar. 1985. Resespsi
Sastra:Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia.
Keniten, I.B.W. 2013.Kumpulan Cerpen
dalam Denpost yang Terbit Setiap
Minggu pada Halaman 7.
Keraf, Gorys. 1998. Komposisi. Flores :
ND Pustaka.
Moleang, Lexy J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Karya.
Nursito.2000. Ikhtisan Kesusastraan
Indonesia. Yogyakarta: Adicipta
Karya.

Anda mungkin juga menyukai