Anda di halaman 1dari 21

Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran)

Volume 5, Nomor 1, Juli-Desember 2021


e-ISSN : 2597-5218
p-ISSN : 2597-520X
DOI : https://doi.org/10.31539/kibasp.v5i1.2523

CITRA PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI RAHI(I)M KARYA


KEDUNG DARMA ROMANSHA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH

Feby Sonya1, Slamet Triyadi2, Imam Muhtarom3


Universitas Singaperbangsa Karawang1,2,3
1710631080059@student.unsika.ic.id1

Submit, 26-06-2021 Accepted, 30-08-2021 Publish, 31-08-2021

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra perempuan dalam puisi-puisi milik
sastrawan Kedung Darma Romansha serta mendeskripsikan hasil uraian makna citra
perempuan dengan pembelajaran Bahasa Indoensia yakni matapelajaran apresiasi puisi
di SMA kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif
berupa paradigma dalam uraian kata-kata untuk menggambarkan dan menganalisis fakta
secara alamiah lalu menginpretasikannya dengan tepat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) citra perempuan, terdiri dari citra diri dan citra sosial; 2) citra perempuan
yang terdapat dalam antologi puisi berjudul Rahi(i)m karya Kedung Rama Romansha
dapat dijadikan implikasi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Simpulan,(1) terdapat citra perempuan pada puisi dalam antologi berjudul Rahi(i)m
karya Kedung Darma Romansha; 2) implikasi dari antologi puisi Rahi(i)m dengan
pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah adalah sebagai referensi dalam mata
pelajaran apresiasi puisi di SMA kelas X.

Kata Kunci: Citra Perempuan, Rahi(i)m, Pembelajaran Bahasa Indonesia

ABSTRACT
This study aims to describe the image of women in the poems of the writer Kedung
Darma Romansha and describe the results of the description of the meaning of the
image of women by learning the Indonesian language, namely the subject of poetry
appreciation in high school class X. The research method used is a descriptive
qualitative method in the form of paradigms in word descriptions. -words to describe
and analyze facts naturally and then interpret them appropriately. The results showed
that: (1) the image of women, consisting of self-image and social image; 2) the image of
women in the anthology of poetry entitled Rahi(i)m by Kedung Rama Romansha can be
used as implications for learning Indonesian at school. Conclusions, (1) there is an
image of women in the poem in the anthology entitled Rahi(i)m by Kedung Darma
Romansha; 2) the implications of Rahi(i)m's poetry anthology with learning Indonesian
at school is as a reference in the subject of poetry appreciation in high school class X.

Keywords: Image of Women, Rahi(i)m, Indonesian Language Learning

30
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
membentuk kebiasaan, sikap dan kemampuan siswa untuk tahap perkembangan
selanjutnya. Pembelajaran bahasa juga dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berbahasa di lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi, tetapi
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya (Delvia, 2017).
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan
pendekatan berbasis teks.
Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Pembelajaran bahasa di
SMA yaitu terdiri dari pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran Sastra.
Tingkat SMA di semua jurusan baik kelas IPA, IPS, maupun Bahasa, siswa dihadapkan
dengan pembejalaran Bahasa Indonesia khususnya materi pembelajaran puisi yang akan
ditemui di bangku kelas X semester genap. Pembelajaran puisi memberikan banyak
manfaat bagi siswa, siswa dapat mengekspresikan diri dan memperkaya kosakata
(Mustopa & Junaidi, 2020). Puisi adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk susunan
kosa-kata konotatif yang dipilih sedemikian rupa sesuai dengan tuntutan konvensional
menyangkut irama, matra, rima, jumlah kata pada setiap baris dan jumlah baris pada
setiap bait (Ngatiyem, 2017).
Berdasarkan kompetensi dasar dan indikator RPP K13 mata pelajaran Bahasa
Indonesia tingkat SMA kelas X semester genap, salah satu tujuan pembelajaran puisi di
sekolah yaitu agar siswa mampu mengapresiasi puisi dengan rasa ingin tahu, kreatif,
tanggung jawab, teliti dan jujur. Belajar secara umum dapat dimaknai sebagai suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Santoso &
Subagyo, 2017). Menurut Kertayasa et al., (2019) tujuan lain dari pembelajaran
apresiasi puisi yaitu siswa diharapkan dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung
dalam puisi dengan menggunakan sudut pandang, bahasa sendiri, khususnya nilai yang
berhubungan dengan dunia pendidikan. Salah satu kegiatan mengapresiasi puisi adalah
kegiatan mengambil dan menemukan arti tambahan yang dikandung dalam puisi
tersebut, misalnya dengan menganalisis citra tertentu dalam puisi.
Karya milik Kedung Darma Romansha baru-baru ini terbit dan mendapat
banyak sorotan dari para pembaca, yakni puisi-puisi yang terdapat pada buku antologi

31
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

berjudul Rahi(i)m sebagai representasi citra seorang perempuan. Buku tersebut adalah
cetakan pertama pada tahun 2020 dengan berjumlah 25 puisi yang keseluruhannya
merujuk perempuan sebagai tokoh utama. Gaya berbahasa puisi dan sensitivitas penyair
Kedung Darma Romansha mencerminkan citra perempuan, pernikahan dan spritualitas,
bahkan sisi lain dari potret sosial yang selalu hadir dalam setiap peradaban (kehidupan
pekerja seks komersial) diberi ruang dalam buku ini. Beberapa hal tersebut merupakan
isu yang diangkat dari kepribadian, identitas dan pengalaman hidup yang terjadi di
kalangan perempuan. Hakikatnya perempuan memiliki persoalan dan pengalaman hidup
yang berbeda dengan laki-laki dalam masyarakat patriarkat sebagaimana diekspresikan
oleh penulis ke dalam karya puisi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji puisi dalam antologi berjudul Rahi(i)m
karya Kedung Darma Romansha. Peniliti menilai bahwa puisi-puisi yang ada di
dalamnya tergolong cocok untuk siswa tingkat Sekolah Menengah Atas, mulai dari segi
bahasa, kata dan makna yang dicantumkan dalam puisi. Penelitian ini terfokus pada
puisi yang mengandung citra seorang perempuan untuk menemukan kepribadian
perempuan yang dicerminkan secara konteks oleh penulis.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif berupaya memberikan gambaran menggunakan kata-kata dan angka atau
profil persoalan atau garis besar tahapan-tahapan guna menjawab pertanyaan, siapa,
kapan, di mana dan bagaimana untuk tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan demikian,
penelitian yang dilakukan menjadi mudah dan sesuai dengan apa yang hendak dicapai.
Berdasarkan hal tersebut, dalam mencapai tujuan penelitian, penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mengurai atau menafsirkan
citra perempuan yang terdapat pada puisi dalam antologi berjudul Rahi(i)m karya
Kedung Darma Romansha. Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, subjektif dan menekankan
makna dari kata-kata.
Dalam penelitian ini, data-data yang disajikan berisi citra perempuan yang
diantaranya citra diri berupa fisik dan psikis serta citra sosial berupa keluarga dan
masyarakat dalam antologi puisi berjudul Rahi(i)m karya Kedung Darma Romansha.

32
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

Dengan demikian berfokus pada pendeskripsian, penjernihan dan penempatan data. Dari
hal tersebut, ditentukan bahwa strategi analisis pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode analisis data kualitatif
berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis. Metode ini dimungkikan karena
mengambil data dari hasil menganalisis puisi dalam antologi berjudul Rahi(i)m karya
Kedung Darma Romansha.
Intrumen yang digunakan digunakanan untuk memproleh sumber data oleh
peneliti terhadap citra perempuan yakni dengan pendekatan deskriptif yakni
mengunakan teknik analisis data, maka subjek yang menjadi sumber data utamanya
adalah buku antologi berjudul Rahi(i)m yang ditulis oleh penyair Kedung Darma
Romansha dan diterbitkan pada tahun 2020 dengan nama penerbit Shira Media,
ketebalan antologi ini bejumlah 96 halaman.
Selanjutnya, aktivitas dalam analisa data ini dilakukan secara pasif terhadap
puisi dalam antologi berjudul Rahi(i)m karya Kedung Darma Romansha.Dalam
menganalisis data, penulis menggunakan prosedur analisis data secara kualitatif yang
dibagi menjadi lima tahap, yaitu: 1) mengorganisasikan data, 2) memadukan kategori
dan ciri-ciri, 3) membatasi lingkup teori, 4) mengekplanasikan alternatif data dan 5)
menyusun hasil. Kelima tahap tersebut dilakukan secara simultan sesuai dengan ciri-ciri
penelitian kualitatif.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh citra perempuan dalam antologi puisi
Rahi(i)m yang meliputi citra diri berupa fisik dan psikis dan citra sosial berupa keluarga
dan masyarakat. Adapun penjabarannya dapat dilihat dari data berikut:

Citra Perempuan Aspek Fisik


“mak,
aku yang terlahir dari darah
sebelum tulang-tulang tumbuh
dari bumimu
aku menangis minta disusui

33
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

dari jantung yang kering


dan banyak retakan itu.”
(Rahi(i)m: 1)

Data di atas menunjukkan tentang citra perempuan dari aspek fisik. Melalui
kutipan larik tersebut mengambarkan sosok seorang ibu yang melahirkan dan menyusui.
Sebagaimana kaum perempuan yang dikaruniai rahim dan kelenjar susu pada tubuhnya,
yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki. Hal ini yang selalu menjadi pembeda antara
perempuan dan laki-laki berdasarkan fisiknya.

“mak
air susu dan tuba
sama payaunya?”
(Rahi(i)m: 2)

Kutipan larik tersebut menggambarkan perbandingan fisik perempuan yang


memiliki air susu dengan contoh lain berupa air tuba. Jika ditinjau kembali dari kutipan
puisi tersebut adalah pertanyaan seorang anak kepada ibunya tentang air susu dan air
tuba seperti apa rasanya, apakah rasanya sama-sama tidak enak seperti air di laut.
Namun pada kenyataannya, air susu yang dikaruniai kepada sorang ibu
memiliki rasa yang enak dan baik untuk diminum, terutama bagi seorang anak sejak
usia masih bayi sangat dianjurkan mengonsumsi air susu dari ibunya. Sementara air
tuba adalah cairan pahit yang berasal dari pohon tuba dan biasa digunakan untuk
meracuni ikan.

“mak,
sejak lama tanah ini memanggilmu
karena sentuhan kasar kasih sayangNya”
(Rahi(i)m: 3)

Kalimat kutipan Rahi(i)m: 3 menjelaskan tentang tubuh seorang ibu yang lelah
melewati perjalanan hidup yang keras dan telah mengeluarkan banyak pengorbanan
bagi dirinya sendiri, anak, suami dan lingkungan sekitarnya, serta terbilang sudah cukup

34
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

tua dan kerap kali hendak dipanggil yang Maha Kuasa. Seorang perempuan akan lebih
merasakan lelah, baik pada tubuh, hati maupun pikiran. Sebab selain sibuknya
mengurus urusan rumah, perempuan juga saat menghadapi masalah-masalah dalam
rumah tangga lebih menggunakan batinnya.
Tanah yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah tanah pemakaman, di
mana manusia yang mati akan kembali ke tanah dan yang dimaksud sentuhan kasar
kasih sayangNya adalah sebagaiama Pencipta menyayangi hambanya (salah satunya
ibu) dengan memberikan berbagai bentuk cobaan dan ujian agar hambanya menjadi
semakin kuat dan berpegang teguh pada keyakinannya kepada Penciptanya.

“langit berpindah alamat


seperti juga nasib yang subur di tubuh anak-anakmu
kini pelan-pelan mulai layu
tentang riwayat tanah
dan rahim ada”
(Rahi(i)m: 4)

Kutipan larik tersebut menggambarkan bahwa kematian seorang ibu yang telah
merubah segalanya, menjadi suasana duka bagi anak-anaknya yang ditinggalkan.
Sebagaimana seorang ibu yang telah melahirkan dan membesarkan anaknya menjadi
sosok yang paling dekat dengan anak-anaknya, sehingga kepergiannya akan membuat
seisi rumah begitu merasa kehilangan sosok ibu, seperti ada yang kurang.
Secara biologis, kematian merupakan berhentinya proses aktivitas dalam tubuh
biologis seseorang yang ditandai denga hilangnya fungsi organ tubuh seperti otak,
berhentinya detak jantung, tekanan aliran darah dan pernafasan. Demikian hal tersebut
dapat menimpa setiap individu, baik perempuan maupun laki-laki.

“untuk mengingatmu
barangkali tak perlu kujaga
gugur daun di halaman
melihat usia meranggas
dari helai-helai rambutmu
dan angka kalender kamarku

35
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

jatuh di telapak tanganmu”


(Rahi(i)m: 5)

Data di atas menunjukkan citra perempuan dari aspek fisik. Melalui puisi di
atas yang berjudul Uterus sebagaimana uterus yang disebut juga rahim merupakan salah
satu alat reproduksi milik perempuan yang berfungsi sebagai tempat janin berkembang.
Lalu makna dari judul dan isi puisi tersebut adalah menggambarkan seorang ibu yang
mengingat anaknya yang berada dalam kandungan. Hal ini merupakan suatu masa yang
selalu dilakukan oleh para ibu sebagai bentuk penantian atas kelahiran anaknya.

”Kamu mau menjadi harimau?”


aku hanya tersenyum dan tak tahu.
waktu itu,
alangkah jujurnya senyummu”
(Rahi(i)m: 6)

Kutipan puisi tersebut menggambarkan seorang anak yang mengenang masa


ketika sedang bersama-sama denga ibunya, saat itu kedekatan anak dengan ibu sangat
harmonis dan hal yang paling dikenang olehnya adalah senyum tulus yang berikan oleh
sang ibu.

“di sini,
ketika hari patah dalam nafasmu
segala peristiwa diciptakan
dari rahimmu yang suci.”
(Rahi(i)m: 7)

Kutipan puisi tersebut memnggambarkan segala yang terjadi dalam kehidupan


adalah karena adanya kelahiran dari rahim ibu, sebab rahim merupakan gerbang
pertama manusia untuk hidup di dunia. Di mana kita yang dilahirkan dengan begitu
besar perjuangan seorang ibu yang bertaruh nyawa, lalu kemudian kita akan melalui
perjalanan hidup yang panjang sesuai takdir masing-masing.

36
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

“lalu kita diberangkatkan


oleh kesakitan yang sama
bersama tangis dan darah”
(Rahi(i)m: 8)

Gambaran kutipan puisi tersebut yakni rahim menjadi sebuah awal mula
keberangkatan manusia untuk menempuh perjalanan hidupnya. Bahwasanya dalam
kehidupan tidak seorangpun dapat menghindari peristiwa duka. Kerasnya hidup menjadi
masalah utama yang menyulitkan individu, namun hal tersebut telah menjadi takdir
yang dimiliki setiap orang sejak ia dilahirkan ke bumi lewat rahim ibu.

“demikian ibu melepaskanku


dari tangannya
yang beraroma tumbuhan
dan kaki ayah yang perkasa
menghentakku
dari mimpi paling purba.”
(Rahi(i)m: 9)

Berdasarkan kutipan di atas, terdapat gambaran sebuah peristiwa kesedihan


seorang anak yang mengalami duka dari masalah broken home karena perselisihan
antara ibu dan ayahnya. Namun jika dilihat dari dua perbedaan gestur tubuh, seorang
ibu tidak menunjukkan kekasaran, sedangkan ayah menampilkan kerasnya saat ia
emosional. Dari sini dapat disimpulkan bahwa seorang ibu lebih mampu meredam
emosinya dibandingkan ayah.

“malam sudah lama menelanku


lidah-lidah menjulur dari masa lalu
menjilati buah dadaku yang hijau
dan getah tubuhku.”
(Rahi(i)m: 10)

37
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

Kutipan pada Rahi(i)m: 10 memiliki gambaran tentang kehidupan seorang


perempuan yang bekerja di bidang seks komersial, yang menggunakan tubuhnya
sebagai sumber mata pencarian. Pada umumnya hal ini selalu dilakukan dalam waktu
tertentu, yakni di malam hari. Tampak jelas pada larik puisi kedua, tiga dan empat yang
menceritakan bagaimana seorang laki-laki memanfaatkan tubuh perempuan semau
mereka.

Citra Perempuan Aspek Psikis


“aku teringat saat malam sujud
dalam gerimis
pada setiap airmata perempuan
yang menggadaikan mimpinya
di pulau-pulau, kota-kota,
tanpa peta
tanpa jaminan
untuk kembali
menganak-pinakkan
mimpi yang ditebusnya
dengan doa dan airmata.”
(Rahi(i)m: 1)

Data di atas menunjukkan citra perempuan dari aspek psikis. Melalui kutipan
puisi tersebut menggambarkan perempuan adalah mahluk yang memiliki perasaan
ketika dirinya merasakan kesedihan saat harus mempertaruhkan dirinya sebagai takdir
seorang ibu. Perempuan walaupun dianggap mahluk yang lemah tetapi sebagai seorang
ibu akan rela melakukan apa saja, seperti bekerja dan beketurunan.

“kesedihan mana lagi yang kutulis


ketika ibu menyusun airmata ditubuhku.”
(Rahi(i)m: 2)

Kutipan di atas menggambarkan perasaan sedih seorang ibu yang kerap kali
meneteskan airmata karena begitu berat beban seorang ibu yang harus menanggung

38
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

banyak beban masalah. Dalam hal ini, hati seorang perempuan tidak lebih kuat dari hati
seorang laki-laki. Saat sedih, perempuan akan lebih melibatkan perasaannya sehingga
begitu mudah terbawa emosional.

“aku rindu kamu menambal bajuku


yang berlubang oleh airmataku/-mu.
tapi kamu pergi bersama bayangmu
yang membuatmu jadi linglung
kapan mesti pulang
ke dalam ciuman
ke dalam ingatan
yang basah oleh hujan.”
(Rahi(i)m: 3)

Penggalan kutipan tersebut merupakan sebuah gambaran dari perasaan seorang


perempuan yang sedang kecewa dan meninggalkan kekasihnya, namun pada akhirnya ia
seperti menyesal. Artinya seorang perempuan ia kerap kali mengambil keputusan di atas
kekecewaan yang pada akhirnya membuat bingung dirinya sendiri.

“sekarang aku dikutuk untuk melupakan


lendir anjing di tubuhku
segala darah yang kusesalkan
dan janji yang kuludahkan.”
(Rahi(i)m: 4)

Hal yang bisa tergambarkan dari kutipan di atas adalah perasaan menyesal
seorang perempuan yang telah menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki yang salah,
dengan begitu ia merasa bahwa dirinya merasa telah dirusak. Tidak sedikit perempuan-
perempuan yang dirinya dirusak oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

“kupecah cermin di tubuhku


karena menanggung malu
bagi cinta yang lahir dari dengus anjing.”
(Rahi(i)m: 5)

39
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

Adanya keadaan psikis yang menanggung rasa malu yang begitu besar karena
peristiwa hubungan cinta yang tidak seharusnya bersama laki-laki yang salah. Hal ini
seringkali terjadi di dalam kehidupan nyata, bahwa seorang perempuan yang akan lebih
banyak menanggung rasa malu dan menyesal karena apa yang terjadi akan selalu
membekas pada diri perempuan karena adanya perubahan bentuk fisik. Berbeda dengan
laki-laki yang tidak terjadi perubahan bentuk fisik, maka kebanyakan kaum laki-laki
jarang ada yang menyesali perlakuannya atau bahkan akan mengulanginya kembali
kepada perempuan yang lainnya.

„”perbangkara ayahku,
sampai kapan kutukan
memperkosa usiaku?
setiap malam anjing itu menyalak
menagih cinta dalam rahimku.”‟
(Rahi(i)m: 6)

Ungkapan di atas merupakan citra perempuan dari aspek psikis. Melalui


kutipan puisi tersebut menggambarkan seorang wanita yang mengalami rasa takut atau
bisa dibilang trauma karena kesalahannya yang menjalani hubungan terlarang tersebut
tidak beranglangsung hanya sekali, bagaikan sebuah kutukan yang akan terus-terus
menghantui dirinya. Karena seorang laki-laki akan terus merasa ketagihan, sementara Ia
tidak sadar bahwa hal ini merupakan bagian dari bentuk penindasan perempuan.

“maka aku mengungsi dari kenangan


sebab mungkin aku gagal menjadi ibu.
diusir rasa malu
dan cinta yang mendarah dalam dagingku.”
(Rahi(i)m: 7)

Kutipan puisi tersebut menggambarkan rasa menyesal terhadap kejadian di


masalalu, penyesalan ini membuat seorang perempuan dalam kutipan puisi tersebut
merasa gagal menjadi seorang ibu karena ada rasa malu dan kegagalan cinta yang ia
tanggung.

40
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

“biarkan aku menjadi tawanan cintamu


yang durhaka dan rahasia tubuhmu
seperti halnya kusimpan luka masa lalu
di tubuhku.”
(Rahi(i)m: 8)

Data di atas menunjukkan citra perempuan dari aspek psikis. Melalui kutipan
puisi tersebut menggambarkan adanya rasa penyesalan karena bagi seorang perempuan
tubuhnya adalah kehormatannya. Namun dalam kutipan tersebut, seolah menandakan
bahwa meskipun kesalahan yang ia lakukan di masa lalu adalah dosa, tetapi takdir tetap
menuntutnya sebagai seorang ibu, sehingga ia rela mengubur dalam-dalam
penyesalannya.

“duh, Windardi
perempuan yang dikutuk kesepian
cinta memalingkan wajahnya yang masai
dan langit meludahimu dalam hujan.”
(Rahi(i)m: 9)

Kutipan puisi tersebut menggambarkan perempuan sebagai mahluk perasa


sangat rentan merasakan kesedihan apabila iya berada dalam situasi kesepian, bahwa
saat sepi akan lebih mendukung seseorang untuk merasa sedih karena bisa saja
memikirkan hal-hal yang mengundang emosional atau membayangkan kejadian-
kejadian yang membuat hati berduka.

“setelah gugur daun terakhir di wajah bumi


ibu simpan kemarau hatinya yang gersang
selebihnya sisa embun pada sebuah ruang
di dadanya yang pengap dan kosong.”
(Rahi(i)m: 10)

Penggalan kutipan puisi di atas menggambarkan ketabahan seorang ibu yang


menahan segala beban dan duka di hatinya. Kebanyakan perempuan adalah mahluk

41
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

yang lemah, ketika memiliki perasaan yang kurang enak akan lebih memilih disimpan
sendiri.

Citra Perempuan Aspek Keluarga

“tak ada yang diwariskan


atas kelahiran
kecuali makam
bagi masa laluku
di mana aku menimbun
kemiskinan dan kesakitan
anak-anakku.”
(Rahi(i)m: 1)

Kutipan puisi tersebut sebuah gambaran peran seorang ibu dalam keluarga bagi
anak-anaknya, seorang ibu begitu kuat dan rela menanggung sulitnya hidup di tengah
kemiskinan dan masalah-masalah yang lain, namun seorang ibu akan selalu
memperjuangkan kesejahteraan hidup anak-anaknya, terlebih Ia merawat dan
membesarkan annaknya seorang diri. Tidak hanya itu, sebagian besar perempuan yang
juga seorang ibu selain mengurus urusan anak di rumah, seorang ibu juga mencari
nafkah di luar.

“bau bumbu tanganmu


adalah aroma surga yang pernah kukenal.”
(Rahi(i)m: 2)

Kutipan tersebut menunjukkan citra perempuan dari aspek keluarga. Melalui


puisi tersebut menggambarkan tugas seorang ibu dalam keluarga yang paling utama
adalah mengurus urusan makanan bagi anak dan suami. Maka tidak heran jika tangan
ibu beraroma bumbu-bumbu masakan karena pekerjaan utama ibu saat di rumah adalah
di dapur untuk memasak. Namun hal ini menjadi pandangan yang dangkal, sebab untuk
urusan memasak sesungguhnya tidak hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Karena
merupakan sebuah kebiasaan masyarakat menganggap bahwa tugas dapur diserahkan

42
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

sepenuhnya kepada perempuan, sehingga adanya asumsi bahwa perempuan untuk apa
sekolah tinggi-tinggi sebab setelah menikah akan masuk dapur.

“aku ingin kaugaruki punggungku yang gatal


dan berpura-pura tidur di sampingmu.
aku juga ingin memperlihatkan
gambar haraimau terbaruku.”
(Rahi(i)m: 3)

Kalimat pada kutipan menggambarkan citra perempuan dari aspek keluarga.


Kutipan puisi tersebut menggambarkan peran seorang perempuan sebagai sosok ibu
dalam keluarga adalah menjalin kedekatan dengan anak-anaknya, sebagai tempat anak
bercerita dan bermanja-manja. Ibu akan lebih mudah dekat dengan anak-anaknya
dibandingkan dengan ayah. Anak-anak akan canggung atau malu untuk lebih dekat,
terlebih ayahnya adalah sosok yang dingin di depan anak-anaknya.

“tapi malam ini kaugaruki kesepianku


dan kuu gambar wajahmu
di sebidang kanvas puisi
lalu waktu merampasnya
di usiaku yang dewasa.”
(Rahi(i)m: 4)

Data tersebut menunjukkan citra perempuan dari aspek keluarga. Melalui


kutipan puisi tersebut menggambarkan kepergian sosok ibu dalam keluarga seiring
berjalannya waktu dan seiring bertambahnya usia. Peran ibu dalam keluarga sangat
begitu berarti bagi anak-anaknya, sehingga saat ibu tidak lagi ada maka suasana rumah
akan sangat berubah.

“mak, usia memang bukan patokan


untuk menggadaikan kesetiaan
sebab kematian adalah kehidupan lain
seperti katamu, segala yang dilahirkan
akan mengalami kematian

43
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

dan setiap kematian


akan mengalami kelahiranlain.”
(Rahi(i)m: 5)

Kutipan puisi tersebut menggambarkan peran perempuan dalam keluarga


sebagai seorang ibu mengajarkan makna tentang niali-nilai dari kehidupan dan
kematian. Dari hal tersebut, peran lain yang dapat dipetik adalah seorang ibu
mengenalkan bahwa kehidupan adalah hal yang harus disyukuri dan kematian adalah
hal yang tidak perlu dikhatawatirkan.

“bu, buat apa kita berdoa?


supaya kita punya harapan.
harapan itu apa?
harapan itu ketika kamu bekerja.
aku belum bekerja.
berarti aku tidak punya harapan?
kamu sudah bekerja menyenangkan ibumu.
kalau aku tidak menyenangkan?
kamu tidak punya harapan.
kalau aku tidak punya harapan?
kamu sudah mati sebelum mati.”
(Rahi(i)m: 6)

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa peran ibu dalam keluarga bagi anak-
anaknya adalah untuk mengajarkan kerohanian, kebaikan dan kasih sayang kepada
orangtuanya. Seorang anak diwajibkan menyenangkan orangtuanya agar memperoleh
kehidupan yang baik. Menyenangkan seorang ibu adalah hal yang penting, sebab siapa
saja percaya kepada pepatah yang berkata “Surga ada di telapak kaki ibu”. Hanya ibulah
yang bisa melahirkan anak-anaknya sehingga dapat menjalankan kehidupan di dunia.

“dan ibu yang tak pernah bohong


pada bumbu masakan.”
(Rahi(i)m: 7)

44
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

Penggalan puisi pada Rahi(i)m: 7 menggambarkan tentang peran perempuan


dalam keluarga yang bertugas mengelola segala urusan di dapur. Perihal bumbu masak,
ibu akan sangat mengerti. Namun hal ini menjadi asumsi bahwa tugas memasak hanya
dilakukan oleh seorang perempuan, segala urusan dapur hanyalah tugas ibu bagi
keluarganya.

“kelahiran telah mengajarkan ibu


cara bercocok tanam yang baik
setelah kepergian bapak kita
menggenapkan sunyi yang meleleh
di matanya
pada deting jam pertama
di muka pintu”
(Rahi(i)m: 8)

Data di atas menunjukkan citra perempuan dari aspek keluarga. Melalui


kutipan puisi tersebut menggambarkan seorang perempuan sebagai sosok ibu yang
ditinggalkan suami, sehingga hanya ibu menjadi satu-satunya orangtua di dalam rumah
yang harus mengurus sendiri segala keperluan di rumah. Hal ini banyak terjadi di
kehidupan nyata, bahwa seorang ibu yang ditinggalkan suami akan bekerja keras
menghidupi keluarganya, walau perempuan adalah mahluk yang lemah namun jika
memperjuangkan kesejahteraan keluarga maka perempuan yang merupakan seorang ibu
akan rela melakukan apapun, sekuat tenaga tanpa sosok suami.

“blek-blek kekeluruk
Saya ayam si Panji Klaras
ibunya di gubuk buruk
ayahnya di istana bermalas-malas”
(Rahi(i)m: 9)

Kutipan di atas merupakan citra perempuan dari aspek keluarga. Melalui


kutipan puisi tersebut menggambarkan nasib seorang ibu yang hidup miskin dan
sederhana bersama anaknya, sementara suaminya hidup mewah dan serba kecukupan di

45
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

istana yang besar. Dari sini terlihat adanya peran ibu yang sangat luar biasa dalam
membesarkan anaknya, seperti yang kita ketahui dalam dongeng bahwa Panji Klaras
adalah sosok anak laki-laki yang hebat yang dididik dan hanya hidup berdua bersama
ibu. Ibu yang tidak memiliki apa-apa tersebut berhasil membesarkan seorang anak.

“usai kubaca dongengmu,


aku teringat jejak ibu
yang berdoa dalam tidurku.”
(Rahi(i)m: 10)

Kutipan puisi tersebut menggambarkan perempuan sebagai sosok ibu yang


tulus mendoakan anak-anaknya. Bahwasannya selain melahirkan dan membesarkan, ibu
juga perlu mendoakan hal-hal baik bagi anak-anaknya.

Citra Perempuan Aspek Masyarakat


“untuk menambal laparnya
mereka membanting tubuhnya
di ladang-ladang,
di batu-batu, di ranjang-ranjang,
di meja-meja, di rumah-rumah doa,
di jalan-jalan, di sampah-sampah,
di atas tubuhnya sendiri.”
(Rahi(i)m: 1)

Kutipan tersebut menggambarkan sebuah kehidupan perempuan sebagai


mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Sehingga mereka bekerja membanting
tulang di tempat manapun sebagai upaya menafkahi dirinya. Di masa sekarang, untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi perempuan
juga turut berperan.

“aku membeli masa depan


di sekolah-sekolah.”
(Rahi(i)m: 2)

46
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

Kutipan puisi tersebut menggambarkan peran seorang perempuan sebagai


mahluk sosial, salah satunya adalah kebutuhan pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan
dibutuhkan perempuan untuk jaminan bagi masa depan. Tentunya dalam dunia
pendidikan akan membutuhkan seorang guru, teman dan individu lainnya. Pendidikan
yang lahir di tengah-tengah masyarakat akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan
hidup masyarakat tersebut.
Namun pandangan lain sering kali berasumsi bahwa perempuan tidak perlu
sekolah tinggi karena dapat menyaingi kaum laki-laki, tetapi hal ini dilawan keras dan
ditolak oleh tokoh pelopor kebangkitan perempuan Indonesia yakni Raden Ajeng
Kartini. Sejak saat itulah, hak-hak perempuan dibangun, terutama hak dalam
berpendidikan dan mengejar ilmu yang tinggi, sehingga sampai saat ini dan nanti,
perempuan bebas menjalankan pendidikannya serupa dengan laki-laki.

“di tubuhmu
aku melihat kota bising dengan rencana
lampu-lampu memancar
seperti percikan bom di Palestina.”
(Rahi(i)m: 3)

Data di atas menunjukkan citra perempuan dari aspek masyarakat. Melalui


kutipan puisi tersebut menggambarkan kehidupan urban yang begitu bebas dan di
mencintai dunia luar. Pada zaman urban, masyarakat mengedepankan gaya hidup
kekinian. Pada kutipan puisi tersebut juga tercermin bahwa sosok perempuan menjadi
sorotan utama, di mana perempuan lebih identik dengan kehidupan modern dan
berpenampilan mewah. Hal ini berkaitan dengan kehidupan dunia malam, hampir di
setiap daerah terdapat tempat khusus bagi pekerja seks komersial, yang mana
perempuan bekerja di sana dengan menggadaikan tubuhnya dengan berpenampilan
mencolok untuk menarik perhatian laki-laki. Namun hal ini sering kali mejadi
penolakan sebagian masyarakat, sebab dianggap meresahkan. Walau kenyataannya
perempuan-perempuan yang bekerja di tempat hiburan seperti itu adalah untuk bertahan
hidup.

47
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

“aku dilahirkan untuk dilupakan


karena sejarah tak pernah mengajariku
bertutur yang benar”
(Rahi(i)m: 4)

Kutipan larik tersebut menggambarkan pesan anak kepada ibunya yang


berisikan bahwa dirinya hidup di dunia seolah tidak begitu banyak arti, sebab ia merasa
hidup di dunia kurang menemukan ketulusan dan pembelajaran antara manusia dengan
manusia serta manusia dengan Tuhan.

PEMBAHASAN
Adanya pembelajaran apresiasi puisi di sekolah adalah sebagai upaya agar
siswa mampu mendalami puisi, memberikan nilai dan menaik makna tertentu dari puisi
yang dihadapkan. Penulisan puisi dapat memberikan kenikmatan rasa, memperkaya
kehidupan batin, menghaluskan budi dan juga sering membangkitkan semangat hidup
yang menyala bahkan mempertinggi keimanan. Selain itu, puisi juga dapat menjadi
sarana untuk mengungkapkan gagasan, rasa kagum, cita-cita dan perasaan dalam bentuk
bahasa yang singkat dan penuh makna dengan mempertimbangkan segi keindahan
(Andayani, 2017).
Hasil analisis buku antologi puisi Rahi(i)m pada penelitian ini menunjukkan
bahwa puisi tersebut mengandung citra perempuan berupa citra diri (fisik dan psikis)
dan citra sosial (keluarga dan masyarakat) seperti yang diuraikan pada poin hasil
penelitian sebelumnya membuktikan bahwa citra perempuan yang terkandung dalam
puisi mewakili bagaimana kondisi fisik, keadaan, pola kehidupan, kedudukan serta
peran seorang perempuan. Sehingga, antologi puisi Rahi(i)m dapat dijadikan referensi
lain selain buku teks dalam pembelajaran puisi di SMA.
Citra perempuan yang terkandung dalam antologi puisi Rahi(i)m dinilai cocok
untuk siswa tingkat SMA. Sebab dari segi bahasa dan isi merupakan puisi-puisi yang
sederhana namun kaya akan maknanya, terlebih memiliki makna yang dekat dengan
kehidupan nyata. Dituangkannya citra perempuan dapat menjadi salah satu tema untuk
diapresiasi, sementara buku antologi pusi Rahi(i)m dapat menjadi sumbangsih bagi
pembelajaran apresiasi puisi.

48
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

Analisis yang sama juga dilakukan oleh Zulfadli (2018) terhadap citra
perempuan dalam kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Menurutnya citra
perempuan yang diuraikan dalam penelitian tersebut adalah semua gambaran atau
lukisan mental spiritual dan tingkah laku keseharian perempuan. Hasil tersebut
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, citra perempuan aspek fisis, psikis dan sosial.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2019) terhadap citra
perempuan dalam kumpulan puisi karya Joko Pinurbo mengangkat tema perempuan
dalam seluruh aspek yang ada di kehidupan masyarakat dan kesetaraan hak perempuan
dengan hak laki-laki.
Menurut Suliantini et al., (2021) pada dasarnya pemilihan citra perempuan
sebagai objek analisis adalah karena citra perempuan merupakan wujud emosional,
spiritual dan aktivitas sehari-hari yang diimplementasikan oleh perempuan dalam
berbagai cara, termasuk aspek fisik dan psikologis sebagai citra diri perempuan, serta
aspek keluarga dan masyarakat sebagai citra sosial. Wanita distereotipkan sebagai
pribadi yang lembut, menarik, emosional dan keibuan.
Wandira et al., (2021) menyebutkan bahwa pada era modernisasi dan
globalisasi, posisi perempuan tidak saja tersubordinasi, tetapi juga makin tertindas dan
rentan terhadap proses eksploitasi, komodifikasi serta kekerasan, baik dalam lingkup
publik maupun pribadi. Perempuan dianggap tidak mempunyai hak untuk mendapatkan
pendidikan, perempuan harus tinggal di rumah saja dan tidak mempunyai andil dalam
kehidupan masyarakat, dipaksa kawin diwarisi dan tidak mewarisi, dikuasai dan tidak
pemah menguasai. Hal ini menjadikan kajian mengenai citra perempuan menjadi
penting untuk dipelajari guna menunjukkan citra diri positif seseorang perempuan yang
membuat dirinya berharga di mata orang lain. Dengan demikian, pembelajaran puisi
tentang citra perempuan di sekolah dapat berperan dalam membangun jiwa yang ramah,
penuh penghargaan dan budi pekerti yang baik bagi para siswa.

SIMPULAN
Buku antologi puisi Rahi(i)m karya Kedung Darma Romansha mengandung
citra perempuan yang terdiri dari citra diri dan citra sosial. Implikasi dari buku tersebut
dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah adalah sebagai referensi dalam mata
pelajaran apresiasi puisi di SMA kelas X.

49
2021. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran) 5(1): 30-50

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T. (2017). Upaya Peningkatan Apresiasi Puisi Melalui Pendekatan
Kontekstual dan Unjuk Karya Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Jurnal Komunikasi Pendidikan, 1(1), 89–99.
https://doi.org/10.32585/jkp.v1i1.20
Cahyaningrum, D. (2019). Citra Perempuan dalam Kumpulan Puisi. Prosiding
SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra), 3(2), 236–244.
http://research-
report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA/article/view/3110/2823
Delvia, D. (2017). Kompetensi Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa. PENTAS:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(2), 36–46. http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/pentas/article/view/1128
Kertayasa, I. W., Suandi, I. N., & Utama, I. D. G. B. (2019). Pembelajaran Menulis
Puisi Berdasarkan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas X MIA 2 SMA N
1 Sukasada. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha, 8(2),
248–259. https://doi.org/10.23887/jjpbs.v8i2.20618
Mustopa, E., & Junaidi, F. (2020). Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi
dengan Teknik Akrostik di SMK Negeri 1 Ketapang. Prosiding Seminar
Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 58–64.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13427
Ngatiyem, N. (2017). Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Bebas dengan
Menggunakan Media Video pada Kelas VII MTsN Banjar Selatan 1 Kota
Banjarmasin. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 84–97.
https://jurnal.upgriplk.ac.id/index.php/meretas/article/view/36
Santoso, H. B., & Subagyo, S. (2017). Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar dengan
Metode Problem Basic Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Tune Up Motor
Bensin Siswa Kelas XI di SMK Insan Cendekia Turi Sleman Tahun Ajaran
2015/2016. Taman Vokasi, 5(1), 40-45.
https://doi.org/10.30738/jtvok.v5i1.1428
Suliantini, N. W., Martha, I. N., & Artawan, G. (2021). Citra Perempuan dalam Buku
Puisi Tubuhmu Selembar Daun Karya Gede Artawan. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia, 10(1), 113–118.
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_bahasa/article/view/396/288
Wandira, A., Rokhmansyah, A., & Hanum, I. S. (2021). Citra Perempuan dalam
Kumpulan Puisi Ibu Mendulang Anak Berlari Karya Cyntha Hariadi. Kandai,
17(1), 30–44. https://doi.org/10.26499/jk.v17i1.1847
Zulfadli, Z. (2018). Citra Perempuan dalam Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko
Damono. Jurnal Bahasa dan Sastra, 3(9), 1–11.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/9950

50

Anda mungkin juga menyukai