Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat dan budaya adalah dua hal yang tak mungkin dipisahkan, di mana

berkembang sekelompok masyarakat di situlah berakarnya budaya masyarakat

tersebut. Hal itu berlaku pada masyarakat dahulu sampai masyarakat sekarang untuk

mengetahui keberadaan budaya masyarakat dahulu dapat kita lakukan melalui

penelitian fakta sejarah. Salah satu fakta sejarah adalah karya hasil tulis berupa karya

sastra. Dunia karya sastra sangat lekat dengan kegiatan apresiasi, seorang apresiator

selain melakukan kegiatan menikmati, juga diharapkan mampu menilai terhadap

sebuah karya sastra.

Pembelajaran cerita pendek di dalam kurikulum dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Kegiatan

mengapresiasi sastra berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran,

serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Untuk

memahami dan menghayati karya sastra antara lain melalui pengenalan langsung

dengan karya sastra. Selain itu, cara yang terpenting untuk mengenal karya sastra

adalah dengan membacanya (Rosidi, 2009:21).

Melalui tulisan, seseorang dapat mengemukakan perasaan, pikiran, dan

pengetahuan kepada orang lain. Mengarang adalah tulisan yang dibuat berdasarkan

pertimbangan, pemikiran yang objektif, maka isi karangan harus jujur, tidak

1
2

dipengaruhi pendapat pribadi serta sesuai dengan kenyataan yang ada. (Keraf,

1994:59).

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. (Keraf, 2004:1). Sedangkan menurut

Widjono (2007:141) Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan

untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Berdasarkan pengertian di atas

dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi berupa sistem lambang

bunyi yang digunakan antara anggota masyarakat.

Dalam pembelajaran bahasa mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan

menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

menulis, Keempat keterampilan itu harus saling berkaitan dan dalam penyampaian di

sekolah hendaklah seimbang. Pembelajaran bahasa yang dimaksudkan disini adalah

pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis. Menulis adalah

satu dari keempat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau

komponen dari komunikasi tulisan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu

kegiatan atau aktifitas yang kompleks untuk menyalurkan gagasan yang ada dalam

diri individu. Menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan membaca dan menulis, maka wawasan akan bertambah serta

memperoleh isi atau pesan yang terdapat dalam bacaan maupun tulisan, baik dalam

bentuk sastra. Tanpa membaca dan menulis maka kita tidak akan pernah mendapatkan

ilmu untuk selama-lamanya.


3

Menurut Tarigan (2008:22), Menulis ialah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis

merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspensi bahasa. Hal ini

merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis.

Melukis gambar bukan menulis, seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina,

tetapi dia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis

bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak memahami bahasa Cina beserta huruf-hurufnya.

Dengan kriteria yang seperti itu, Dapatlah dikatakan bahwa menyalin atau

mengkopi huruf-huruf tertentu untuk dicetak, bukanlah menulis kalau orang-orang

tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta representasinya. (Lado dalam

Tarigan, 2008:22).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka menulis sebenarnya merupakan salah

satu aspek kegiatan berbahasa yang tidak asing lagi bagi kita. Novel, cerpen, puisi,

roman dan karya sastra lainnya adalah produk berbahasa tulis yang akrab dengan

kehidupan sehari-hari.

Menurut KBBI, Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam

bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang

melalui tulisan yang dituliskan. Salah satu butir pembelajaran yang sukar bagi siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai.


4

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Netta Apriana (2002), mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSRI Palembang

dengan judul Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 2 SLTP Cendekia Pagar Agung. Berdasarkan hasil

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa antara penguasaan kosakata dengan hasil

belajar bahasa Indonesia kelas 2 SLTP cendekia Pagar Agung, nilai siswa terhadap

penguasaan kosakata termasuk kategori baik sekali yaitu diperoleh nilai rata-rata

siswa 69,25 termasuk tinggi. Hasil perhitungan penguasaan kosakata dan dan hasil

belajar bahasa Indonesia, setelah di analisis dengan teknik korelasi product moment r

xy = 0,5518. Dari tabel r diperoleh rt = 0,320. Secara sistematis dapat ditulis r xy

rt, berarti koefisien itu menunjukkan arah hubungan yang positif. Dengan demikian

hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis, yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara penguasaan kosakata dengan hasil belajar bahasa

Indonesia siswa kelas 2 SLTP Cendekia Pagar Agung

Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai Hubungan antara Pengusaan Kosakata dengan Kemampuan Menulis

Cerpen Siswa KelasVIII SMP Negeri 2 Rantau Alai karena belum pernah diadakan

penelitian.

Pemilihan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai sebagai tempat

penelitian karena sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa

kelas VIII semester 1 sudah diajarkan tentang cerita pendek. Meskipun siswa telah

diajarkan tentang cerita pendek, tetapi tingkat pemahaman siswa dalam materi cerita
5

pendek belum maksimal. Rata-rata hasil belajar siswa pada materi cerita pendek

adalah 78. Dengan kata lain, ada 35% siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar

secara klasikal yang ditetapkan sekolah yakni 90% siswa mendapat nilai 78.

Kurangnya kemampuan menulis cerita pendek disebabkan karena kurangnya

penguasaan tentang kosakata. Jadi, antara penguasaan tentang kosakata dengan

kemampuan menulis cerita pendek memiliki korelasi yang saling terkait. Siswa akan

terampil menulis cerita pendek jika ia memiliki penguasaan tentang kosakata.

Sebaliknya, siswa tidak akan terampil menulis cerita pendek jika ia kurang memiliki

penguasaan tentang kosakata.

Untuk membuktikan adanya hubungan antara penguasaan kosakata dengan

keterampilan menulis cerita pendek perlu dikaji lebih lanjut dalam suatu penelitian.

Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan penelitian terhadap para siswa kelas VIII

ini dengan judul Hubungan antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan

Menulis Cerpen Kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai.

B. Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penguasaan kosakata siswa kelasVIII SMP Negeri 2 Rantau Alai?

2. Bagaimanakah kemampuan menulis cerpen siswa kelasVIII SMP Negeri 2 Rantau

Alai?

3. Bagaimanakah hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan

menulis cerpen siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai?

C. Tujuan Penelitian
6

Penelitian ini bertujuan adalah sebagai berikut.

1. Mendiskripsikan tingkat penguasaan kosakata bahasa Indonesia.

2. Serta mendiskripsikan hubungan antara penguasaan kosakata bahasa Indonesia

dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai?

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010:112), Hipotesis adalah suatu pernyataan yang penting

kedudukannya dalam penelitian.

Adapun hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara

penguasaan tentang kosakata dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai, artinya jika nilai penguasaan kosakata siswa baik,

maka keterampilan menulis suatu cerpen juga baik. Sebaliknya jika nilai penguasaan

kosakata siswa kurang. Maka nilai keterampilan menulis cerpen juga kurang.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, guru, siswa, dan peneliti.

1. Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, khusunya pengajaran kosakata dan

pengajaran menulis cerpen di SMP Negeri 2 Rantau Alai kelas VIII.

2. Guru dan siswa SMP Negeri 2 Rantau Alai dapat meningkatkan hasil pengajaran

kosakata dan menulis cerpen.


7

3. Bagi siswa, hendaknya dapat meningkatkan penguasaan tentang kosakata dan

keterampilan menulis menulis surat resmi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau

Alai.

4. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam pengajaran bahasa dan

sastra Indonesia.

F. Asumsi Penelitian

Menurut Surakhmad dalam Arikunto (2006:65), Asumsi penelitian adalah

sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Asumsi

penelitian atau anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. SMP Negeri 2 Rantau Alai dalam melaksanakan pengajaran berpedoman pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahasa dan sastra Indonesia

kelas VIII semester 1 terdapat materi pengajaran penulisan cerpen.

3. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai telah menerima pengajaran mengenai

penulisan cerpen.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang Lingkup

a. Lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Rantau alai.

b. Siswa yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau

Alai.
8

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar hasil penelitian ini

lebih jelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah hubungan antara penguasaan kosakata dengan

kemampuan menulis cerpen pada siswa kelasVIII SMP Negeri 2 Rantau Alai.

H. Defenisi Istilah atau Defenisi Operasional

Pada judul hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis cerpen

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai terdapat defenisi operasional sebagai

berikut.

1. Kosakata adalah perbendaharaan kata yang dimiliki seseorang atau keseluruhan

kata yang ada pada suatu bahasa (Lukman,1994:451).

2. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung tidak secara tatap muka dengan orang lain,

menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan,

2008:22).

3. Cerpen adalah sebuah cerita pendek yang dirangkai, baik dalam kehidupan nyata

maupun dalam dunia imajinasi yang mempunyai unsur intrinsik seperti tema,

alur, amanat, dan lain sebagainya.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Penguasaan

Menurut KBBI, (2008:746) Pengertian penguasaan adalah proses, cara,

perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan untuk

menggunakan (pengetahuan, kepandaian).

B. Penguasaan Kosakata

1. Pengertian Kosakata

Kosakata adalah perbendaharaan kata. (Alya, 2009:479). Kualitas keteram-

pilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas kosakata yang

dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang kita miliki maka semakin besar pula

kemungkinan kita terampil dalam berbahasa. Selain itu, (Lukman,1994:451)

kosakata adalah perbendaharaan kata yang dituliskan yang merupakan perwujudan

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa suatu bentuk

komunikasi tertulis yang dilakukan antar organisasi. Tim Prima Pena (1994:453)

Menyatakan pengertian kosakata adalah perbendaharaan kata yang telah dibakukan.

Keraf dalam Apriana (2002:5) Menyatakan bahwa pengertian kosakata adalah

perbendaharaan kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah

bahasa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa

kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang yang merupakan

bagian dari suatu bahasa tertentu.


9
10

2. Tujuan Pengajaran kosakata

Menurut kurikulum bahasa Indonesia 1994, tujuan pengajaran kosakata di

Sekolah Menengah Pertama agar siswa mampu memahami dan menggunakan

kosakata sesuai dengan konteks. Selain itu, mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia merupakan program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa, dan sikap positif bahasa Indonesia.

3. Ruang Lingkup Materi Pengajaran Kosakata

Pengajaran Kosakata dapat dikembangkan atas dasar bentuk pengembangan

kosakata yang dikemukakan Dale yang dikutip dari Tarigan dalam Apriana (2002:6)

adalah sebagai berikut.

a. Ujian atau tes


b. Petunjuk konteks
c. Sinonim, antonim, dan homonim
d. Asal usul kata
e. Afiksasi
f. Akar kata
g. Majas
h. Ungkapan dan peribahasa
i. Sastra
j. Ucapan dan Ejaan

4. Tes Kosakata

Tes kosakata adalah tes yang dimaksudkan mengukur kompetensi peserta didik

terhadap kosakata dalam bahasa tertentu baik yang bersifat reseptif maupun

produktif. Pembicaraan tentang tes kosakata berikut juga akan berkisar pada

masalah: (i) pemilihan kosakata yang akan diteskan, dan (ii) pemilihan bentuk dan
11

cara pengetesan khususnya yang menyangkut penyusunan tes sesuai dengan

tingkatan-tingkatan aspek kognitif tertentu. (Nurgiyantoro, 2011:338)

C. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam

lambang-lambang tulisan (Atar,1995:16). Menurut Tarigan (1992:34),Menulis

merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menurut Deporter dalam

Komaidi (2010:29), Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan

emosional dan belahan otak kiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa menulis

adalah proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan

menuangkannya melalui pikiran atau perasaan ke dalam bentuk tulisan untuk

disampaikan kepada pembaca.

D. Langkah-langkah Dalam Menulis Cerpen

a) Menentukan Tema

Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok

masalah dalam cerita. Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita yang dipercakapkan,

dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak (KBBI, 2008:1429).

b) Alur Cerita

Rangkaian cerita yang disusun secara runtut. Alur cerita bisa maju maupun

mundur. Alur adalah unsur fiksi yang penting bahkan tak sedikit orang yang

menganggapnya sebagai yang terpenting diantara unsur fiksi yang lain.


12

c) Penokohan dan Tokoh

Penokohan adalah gambaran sifat/ watak tokoh cerita. Berdasarkan sifatnya,

tokoh cerita ada dua yaitu antagonis, dan protagonis. Antaogonis adalah tokoh yang

jahat, sedangkan protagonis adalah tokoh yang bersifat baik. Sedangkan tokoh cerita

menurut Abarms dalam Nurgiyantoro (1994:165), Adalah orang-orang yang

ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

d) Latar

Menurut Abrams dalam Nurgiantoro (1994:216) latar menyarankan pada

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan.

e) Style atau Gaya Bahasa

Adalah cerita yang melukiskan kekuatan untuk menarik simpatik pembaca.

f) Amanat

Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada

pembaca. Menurut Kenny dalam Nurgiyantoro (1994:321) dimaksudkan sebagai

suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis,

yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa

unsur-unsur intrinsik karya sastra ada tujuh. Ketujuh unsur intrinsik itu adalah tema,

amanat, alur, penokohan, latar, pusat pengisahan, dan gaya bahasa.


13

E. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah cerita pendek (KBBI,2008:24). Sebuah cerpen menarik untuk dibaca

kerena kepiawaian pengarangnya dalam mengangkat tema cerita. Selain itu juga,

pengarang bertutur dengan gaya bahasa yang memikat. Tanpa sadar, pembaca di

bayangi rasa ingin tahu sehingga ia mau menuntaskan bacaan cerita tersebut. Sebuah

cerpen yang memikat tentu dituturkan dan dituliskan secara memikat pula (Tim

Edukatif,2007:56). Menurut Aminuddin cerpen adalah kisahan cerita yang diemban

oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian

cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi penceritanya sehingga menjalin suatu

cerita.4.

Menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1999:30), Cerita Pendek adalah cerita

yang berbentuk prosa yang relatif pendek.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa cerita

pendek adalah cerita rekaan kurang dari sepuluh ribu kata yang masalahnya jelas, dan

memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi atau keadaan, sehingga memberikan

kesan tunggal pada pembaca.

Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur-unsur intrinsik cerita pendek menurut Sudjiman (1999:35), Intrinsik

adalah (1) dari dalam, batiniah; (2) merupakan sifat dasar atau bagian dasar Dalam

sebuah cerpen yang singkat, seorang pengarang memerlukan kecerdikan dalam

membangun unsur-unsur intrinsik cerpen agar kisahnya tampil utuh di hadapan


14

pembaca. Seorang penulis cerpen seringkali memperbarui unsur-unsur itu sehingga

lahir karya yang mengejutkan. Akan tetapi, ada pula seorang penulis cerpen yang

mengikuti gaya penulisan yang lazim tanpa melakukan pembaruan unsur-unsur

intrinsik. Kemampuan pengarang melakukan penjelajahan salah satu atau beberapa

unsur intrinsik memungkinkan cerita itu tampil menarik.

Unsur-unsur Intrinsik Cerpen yaitu :

a) Tema
b) Latar
c) Tokoh dan penokohan
d) Alur
e) Sudut Pandang
f) Amanat (Jakob Sumardjo dan Saini K.M, 1999:37)
g) Tema

Setiap cerita pasti memiliki gagasan pokok yang diangkat sebagai ide cerita.

Hal tersebut dinamakan tema cerita. Misalnya kesetiakawanan, persahabatan,

percintaan, dan sebagainya.

h) Latar

Latar menunjukan kepada waktu dan tempat berlangsung kisah cerita itu.

Misalnya disebuah bukit pada pagi hari, disebuah rumah tua pada malam 1 syura,

dan sebagainya. Dalam cakupan yang lebih luas, latar dapat menjelaskan sebuah

kurun waktu, misalnya zaman pemerintahan kerajaan. Latar juga dapat merujuk

pada strata kehidupan, misalnya sebuah kisah cerita berlangsung dikalangan

konglomerat atau cerita dikalangan masyarakat miskin, dan sebagainya.


15

i) Penokohan atau Perwatakan

Hal yang menarik dalam sebuah cerita berupa diciptakannya konflik

antarpelaku akibat gesekan perbedaan karakter atau watak para tokoh. Hal itu

disebut dengan penokohan atau perwatakan. Pemberian karakter tokoh atau pelaku

dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Penokohan langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang

menyebutkan secara langsung perwatakan tokohnya. Dalam teknik penokohan jenis

ini, pembaca tidak perlu menyimpulkan perwatakan pelaku.

Penokohan tidak langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang

melukiskannya melalui tingkah laku, sikap, lingkungan maupun gambaran fisik

tokoh. Bahkan, melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh yang dimaksud. Dalam

teknik penokohan jenis ini, pembaca harus menyimpulkan sendiri perwatakan

tokoh.

Perhatikan contoh penokohan berikut!

Penokohan secara langsung.

Kutipan Cerita Penokohan atau Perwatakan Pelaku


Mang sayur tersenyum. Ia memang Watak tokoh Mamang Sayur adalah:
selalu tersenyum. Tidak pernah marah sabar, baik hati, dan murah senyum
meskipun anak-anak suka
mengganggu. Kami tinggal di asrama
di Bandung, terdiri dari 20 keluarga.
Oleh karena itu mang sayur lama
dikerumuni oleh ibu-ibu yang malas
pergi ke pasar karena jauh. Anak-anak
asrama suka mengganggu. Mengambil
tomat. Mengambil ikatan kacang
16

bukan untuk dimakan , hanya untuk


mengganggu mang sayur yang baik.
Sumber: cerpen Mamang Sayur dari
kumpulan cerpen orang-orang
tercinta oleh Sukanto SA

Penokohan secara tidak langsung

Kutipan Cerita Penokohan atau Perwatakan Pelaku


Pagar besi rumahnya melebihi tinggi Watak Raden Bagus adalah seorang
yang diizinkan oleh dinas perizinan yang egois, tidak perduli lingkungan
dan tata kota. Pagar itu senantiasa sekitar.
terkunci. Jika Raden Bagus pulang,
seorang pembantu wanita tua
bergegas setelah mendengarkan
klakson mobil mercedesnya hamper
sepanjang sirine kebakaran. Bunyi
klakson itu tidak saja menyentakkan
lamunan pembantu tuanya tetapi juga
mengganggu ketenangan tetangganya

j) Alur

Cerita dibangun atas jalinan peristiwa yang sambung menyambung membentuk

satu kesatuan cerita yang disebut alur cerita. Alur terbagi atas tahapan-tahapan yang

dibahas pada bagian laindalam buku ini.

k) Sudut Pandang
17

Sudut pandang adalah posisi pengarang saat menuturkan cerita. Pengarang dapat

memerankan dirinya sebagai pelaku yang seolah-olah menceritakan kisahnya sendiri

atau pengarang sebagai pengamat yang menceritakan kisah orang lain.

l) Amanat

Selain berkarya, pengarang cerita berupaya menyampaikan pesan moral kepada

pembaca cerita melalui amanat harus disimpulkan sendiri oleh pembaca.

BAB lll
18

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode adalah seperangkat pemecahan masalah penelitian yang

dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan

simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan

keadaan (Syamsudin,2009:14). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode korelasi. Metode korelasi adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi

sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan dengan faktor lain berdasarkan

koefisien korelasi (Suryabrata,2003:26). Penlitian ini dilakukan untuk mencari

korelasi antara penguasaan tentang kosakata dengan kemampuan menulis cerpen pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Alai.

a.Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik tolak perhatian
18
suatu penelitian, (Arikunto,2006:89). Variabel yang mempengaruhi disebut variabel

penyebab atau variabel bebas, sedangkan variabel terikat disebut variabel tak bebas.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebasnya adalah penguasaan tentang kosakata, sedangkan variabel

terikatnya adalah kemampuan menulis cerpen.

18

B. Populasi dan Sampel


19

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto,2006:130)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Rantau Alai tahun

ajaran 2013/2014 yang berjumlah 201 siswa yaitu 97 orang laki-laki dan 95 orang

perempuan.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau

Alai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Populasi Penelitian


Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
No Kelas Jumlah
1 VII.1 16 20 36
2 VII.2 18 19 37
3 VIII.1 13 12 29
4 VIII.2 20 16 34
5 IX.1 17 15 32
6 IX.2 20 13 33
Jumlah 201
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 2 Rantau Alai

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto,

2006:131). Penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (2006:134) yang

mengatakan apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika subjeknya besar dapat

diambil antara 10%--15% atau 20%--25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut
20

penulis menetapkan jumlah sampel penelitian ini sebanyak 19% x 201 siswa = 38,19

siswa dibulatkan menjadi 38 siswa.

Tabel 2. Sampel Penelitian

Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 VIII.1 9 11 20

2 VIII.2 10 8 18
Jumlah 19 19 38

C.Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:160), Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah. Dari pendapat di atas, penulis menggunakan berbagai

instrumen, yaitu tes, angket, dan wawancara.

1. Tes

Menurut Arikunto (2006:54), Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan

untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-

aturan yang sudah ditentukan. Menurut Arikunto (2010:192), Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes membuat karangan

atau cerita pendek (cerpen) dengan tema yang ditentukan.

2. Angket
21

Menurut Dewa Ktut Sukardi, 1983, Kuesioner atau angket merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.

Angket minat belajar siswa diberikan kepada semua siswa kelas VIII untuk

memperoleh data tentang minat belajar siswa pada mata pelajaran sistematis dalam

bentuk penguasaan kosakata terhadap menulis cerpen.

3. Wawancara

Menurut Tarigan (2010:198), Wawancara adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (interview) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara. Wawancara ini dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia mengenai model penguasaan kosakata dalam pembelajaran menulis cerpen.

Data wawancara digunakan sebagai data pendukung penelitian.

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tes sebagai satu-satunya teknik untuk mengambil

data.Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2006:150). Tes digunakan untuk

mendapatkan data penguasaan tentang kosakata dan cerita pendek dengan

memberikan 25 soal yaitu 20 soal objektif dengan empat pilihan alternatif jawaban

dan 5 soal esai. Selanjutnya diberikan pula tes kemampuan menulis certita pendek

sesuai dengan ilustrasi yang diberikan dalam soal. Melalui teknik tes diharapkan

dapat memperkuat data tentang penguasaan mengenai kosakata dengan menulis cerita
22

pendek. Soal kemampuan menulis cerita pendek mengambil tema yaitu Liburan

Sekolah. Tes dikerjakan siswa selama 2 jam pelajaran.

2. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknik korelasi. Data

yang diperoleh meliputi data tes. Langkah-langkah analisis data tes adalah sebagai

berikut.

1) Menetukan nilai yang diperoleh siswa dari tes objektif, penguasaan tentang

kosakata dan cerita pendek dengan menggunakan rumus : =B (Slameto,

1988:71).

Keterangan :

N = nilai

S = jumlah jawaban yang salah

B = jumlah jawaban yang benar

N = banyaknya option

Jawaban kosong tidak diperhitungkan

2) Menentukan nilai yang diperoleh siswa dari tes esai, penguasaan tentang

kosakata dan cerita pendek dengan menggunakan kriteria sebagai berikut. Untuk

2 soal mudah dengan bobot nilai 5,2 soal sedang dengan bobot nilai 10, dan

untuk 1 soa; sulit dengan bobot nilai 15.

3) Menentukan nilai akhir tes penguasaan tentang kosakata dan cerita pendek

dengan rumus:
23

Keterangan

N= nilai akhir, N1 = nilai tes objektif, N2 = nilai tes esai.

4) Selanjutnya, untuk menghitung nilai tes kemampuan menulis cerita pendek yaitu

menggunakan penilaian dengan berdasarkan format pedoman penskoran sebagai

berikut.

Tabel 3

Rubrik penilaian menulis cerita pendek

No Aspek yang dinilai Rentangan skor Skor


1 Ejaan dan tata tulis 3 - 10
2 Keefektifan kalimat 5 - 15
3 Pemilihan kata 3 - 15
4 Keterpaduan paragraf 7 - 20
5 Tanda baca 1 - 15
6 Kebulatan wacana 5 - 25
Jumlah Skor
(sumber di kutip Nurgiyantoro, 2010:437 dengan pengubahan seperlunya)

Tabel 4

Penentuan Patokan dengan perhitungan persentase untuk skala sepuluh

Interval Persentase Nilai ubahan Skala Keterangan

Penguasaan sepuluh
24

96-100 10 Sempurna

86-94 9 Baik sekali

76-85 8 Baik

66-75 7 Cukup

56-65 6 Sedang

45-55 5 Hampir sedang

36-45 4 Kurang

26-35 3 Kurang sekali

16-25 2 Buruk

1-15 1 Buruk sekali

(sumber di kutip dari Nurgiyantoro, 2010:253)

5) Penilaian dikonversikan pada skala 0-100 siswa dianggap memiliki penguasaan

tentang kosakata dan cerita pendek jika 60 % atau lebih siswa sampel mendapat nilai

76-100, sedangkan siswa tidak memiliki penguasaan kosakata dan cerita pendek

kurang dari 60% siswa sampel mendapat nilai 76-100. untuk mengetahui korelasi

digunakan rumus korelasi product moment. Menurut Sugiyono (2010:248), rumus

yang digunakan dalam penghitungan product moment adalah:

rxy=

arti lambang statistik :


25

rxy = Pearson r

= Jumlah skor distribusi x

= Jumlah skor distribusi y

= Jumlah perkalian skor x dan y

N = Jumlah subjek

= Jumlah Kuadrat skor distribusi x

= Jumlah Kuadrat skor distribusi y

Tabel 5

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 0,199 Sangat rendah
0,20 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 0,799 Kuat
0,80 0,000 Sangat kuat
(sumber di kutip dari Sugiyono,2010:250)
6) Menginterpretasikan yaitu harga r dengan cara membandingkan table korelasi

product moment debgan tarif signifikan 5% untuk N = 46% maka harga r di lihat

sesuai dengan memperhatikan butir-butir jawaban yang dipilih oleh responden pada

tiap-tiap pertanyaan. Kemudian, tiap-tiap butir jawaban dihitung jumlah persentase

pemilihannya untuk diklasifikasikan, setelah itu ditarik kesimpulan. Data yang


26

diperoleh dari wawancara dideskripsikan melalui kalimat. Jawaban tersebut

diklasifikasikan sesuai topik pertanyaan yang diajukan, kemudian ditarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai