PENDAHULUAN
Secara umum sastra merupakan karya fiksi yang merupakan hasil kreasi
Sastra (karya sastra) merupakan karya seni yang pergunakan bahasa sebagai
bahasa yang indah. Karya sastra diungkapkan melalui ekspresi dan bahasa yang
itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang
melingkupi manusia.
Untuk dapat mengekspresikan karya sastra dengan baik pada diri peserta didik
tentunya harus di tanamkan rasa cinta terhadap karya sastra. Rasa cinta itu dapat
ini karena di dasarkan pada karya-karya satra yang terdapat pengalaman hidup
tokoh-tokoh yang imajinatif yang dapat dijadikan teladan bagi peserta didik.
1
Karya sastra dibedakan atas puisi, drama dan prosa. Prosa merupakan sejenis
karya satra yang bersifat paparan, sering juga disebut karangan bebas karena
tidak diikat oleh aturan-aturan khusus misalnya ritme, seperti halnya pada puisi.
Ragam prosa terdiri dari dua macam, yaitu prosa lama dan prosan baru. Prosa
perubahan cerara lambat. Sebaliknya prosa baru bersifat dinamis yang senantiasa
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Yang termasuk prosa lama seperti
hikayat, mitos, dongeng, fabel dan legenda. Sedangkan prosa baru seperti novel,
Kedua jenis karya sastra tersebut perlu diterapkan pada siswa terutama siswa
kelas X hal ini seperti yang tercantum dalam kurikulum K13 dengan kompetensi
dasar mengidentifikasi jenis gaya bahasa yang terkandung dalam cerita rakyat
dalam memahami sebuah karya satra agar siswa dapat lebih mencintai dan dapat
Salah satu karya sastra yang perlu diajarkan pada siswa adalah hikayat. Hikayat
ialah salah satu bentuk prosa lama yang merupakan karya sastra melayu klasik
2
yang berisi cerita, keagamaan dan sejarah. Selain sebagai suatu hiburan, hikayat
juga dapat dijadikan sebagai pembangkit semangat juang, untuk mengenang jasa
para pahlawan. Hikayat disebarkan secara lisan dari mulut ke mulut. Di dalam
gaya bahasa dan konjungsi. Penggunaan gaya bahasa dalam suatu karya terutama
perbandingan ini biasanya digunakan dalam hikayat. Selain gaya bahasa yang
cerita yang digunakan sebagai pengantar cerita seperti alkisah, sebermula, dan
melibatkan guru bahasa Indonesia Bapak Ferdi Rado, S.Pd. Data yang
kurikulum 2013, guru telah menyusun RPP. Adapun sarana dan prasarana untuk
3
kemampuan siswa terhadap mengidentifikasi gaya bahasa dan konjungsi dalam
1. Rumusan Masalah
PELAJARAN 2018-2019.
2. Fokus Penelitian
Ambarawa
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2019.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
hikayat.
b. Manfaat Praktis
hikayat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Mengidentifikasi
tanda diri; bukti diri; penentu atau penetapan identitas seseorang benda, dan
sebuah metode yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur yang membentuk suatu
hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan tepat dan
jelas. Dalam keseharian kita sering menggunakan metode ini untuk menjawab
pertanyaan seperti apa itu? Atau seperti itu? Di mana sesuatu yang
diidentifikasi dapat bersifat, fisik atau konkret, dapat pula nonfisik atau abstrak.
6
2. Gaya Bahasa
Menurut Dale (dalam Tarigan, 2013: 4) gaya bahasa adalah bahasa indah
serta membandingkan sesuatu benda atau hal tertetu dengan benda atau hal
lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu
buku Bright Learning Center (2017: 89) gaya bahasa adalah bentuk dari
majas. Majas adalah peristiwa pemakaian kata yang menyimpang dari arti
bahasa merupakan bahasa yang indah atau bentuk kiasan yang digunakan
sastra akan membuat pembaca atau pendengar menjadi lebih tertarik dan
terkesan.
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang harus diperhatikan, yakni menurut
7
1) Gaya Bahasa Perbandingan
sengaja kita anggap sama. Itulah sebabnya maka sering pula kata
8
Contoh: perpustakaan gudang ilmu
dipakai dalam drama’ + fic ‘membuat’. Oleh karena itu, apabila kita
9
memanfaatkan kata-kata kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila,
seandainya, seumpama.
dan tujuan terselubung namun bagi pembaca yang jeli justru jelas
(2) Parabel, yakni cerita yang berkaitan dengan Kitab Suci yang
10
(1) Fabel, adalah majas yang menyatakan perilaku binatang
penggambarannya.
11
kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri.
sebenarnya.
itu. Ironi ringan merupakan suatu bentuk humor, tetapi ironi berat
12
(d) Gaya Bahasa Paradoks
fakta yang ada. Paradoksdapat juga berarti semua hal yang menarik
pendidikan di Indonesia.
13
suatu gagasan yang penting. Katabasis adalah gaya bahasa
14
atau memberikan sesuatu kepada apa yang disebutkan. Dengan kata
sebuah epitet untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau
upacara itu
15
4) Gaya Bahasa Perulangan
masyarakat.
16
(d) Gaya Bahasa Kiasmus
satu.
yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap
kalimat.
17
Contoh: lupakah engkau bahwa merekalah yang membesarkan dan
mengasuhmu?
berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat
berurutan.
18
(l) Gaya Bahasa Anadiplosis
repetisis di mana kata atau frase akhir dari suatu klausa atau kalimat
menjadi kata atau frase pertama dari kalusa atau kalimat berikutnya.
Contoh: dalam raga ada darah, dalam darah ada tenaga, dalam
3. Konjungsi
a. Pengertian Konjungsi
Menurut Abdul Chaer (2011: 140) konjungsi sering disebut juga dengan
kata hubung yaitu kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata
dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Menurut
Iyo Mulyono (2013: 62) Ikhwal konjungsi ada tiga pokok kajian, yakni
fungsi, klasifikasi dan makna konjungsi.
b. Fungsi Konjungsi
Konjungsi merupakan kata tugas yang berfungsi membentuk hubungan
antar kata, antar frase, dan antar klausa. Menurut Abdul Chaer (2011: 140)
fungsi konjungsi dapat dibedakan menjadi dua macam kata penghubung,
yaitu:
19
c) Menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan,
sebaliknya.
hanya.
kemudian, selanjutnya.
menggabungkan:
apabila, asal.
sesudah, tatkala.
20
e) Menyatakan akibat, yaitu kata penghubung sampai, hingga,
sehingga.
laksana.
c. Klasifikasi Konjungsi
Berdasarkan sifat hubungan antar komponan yang dihubungkannya, ada
subordinatif.
1) Konjungsi Koordinatif
tergolong jenis konjungsi ini adalah dan, atau, tetapi, namun, lalu,
lantas kemudian.
2) Konjungsi Subordinatif
21
konjungsi jenis ini di antaranya adalah bahawa, karena, jika,
(1) diantara dua buah kata benda. Misalnya, Ibu dan Ayah
pergi ke Bogor. (2) diantara dua buah kata kerja. Misalnya,
mereka makan dan minum di kelas. (3) diantara dua buah
kata sifat yang tidak bertentangan. Misalnya, Anak itu rajin
dan pandai. (4) diantara duabuah klausa (bagian kalimat)
dalam sebuah kalimat majemuk/luas. Misalnya, Ali belajar
bahasa Inggris dan kakaknya belajar bahasa Arab.
halaman.
22
(b) Kata Penghubung Dengan
Contoh: Ibu dengan Ayah pergi ke Bogor. Dalam hal ini tidak
(1) dua buah kata benda atau frase. Misalnya, nama orang itu
Adi atau Andi? (2) dua buah kata kerja. Misalnya, jangan
menegur atau mengajak bicara anak-anak nakal itu. (3) dua
buah kata sifat yang berlawanan maknanya. Misalnya, mahal
atau murah akan kubeli rumah itu. (4) kata kerja atau kata
sifat dengan bentuk ingkarnya. Misalnya, jujur atau tidak
jujur orang-orang itu, saya tidak tahu. (5) dua buah klausa
dalam sebuah kalimat majemuk setara. Misalnya, sebaiknya
kita berangkat sekarang saja, atau kita tunggu dulu
kedatangan beliau.
Berdasarkan penjelasan di atas perlu memperhatikan hal-hal
berikut, jika yang harus dipilih terdiri dari lebih dari dua unsur,
23
maka kata penghubung ‘atau’ di tempatkan diantara kedua unsur
yang terakir. Contoh: nama anak itu Nita, Rita atau Rika?
digunukan diantara:
24
Contoh: sejak kecil daia kami asuh, kami didik, dan kami
sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang besar dia lupa
kepada kami.
suka menolong.
25
mempertentangkan dengan tegas dapat digunakan diantara dua
bertentangan.
melawan kita.
ditipunya.
diundang.
26
(l) Kata Penghubung Apalagi
Contoh: Kamu saja yang lulusan SMA tidak tahu, apalagi Saya
dapat diikuti kata ‘kalau atau jika’ bila digunakan pada kalimat
Contoh: hanya lima orang yang hadir dalam rapat itu. itupun dua
27
orang diantara mereka sudah akan meninggalkan rapat sebelum
selesai.
antara dua buah klausa. Contoh, Semua orang setuju hanya dia
28
yang tidak setuju. (2) untuk menyatakan menggabungkan
luas.
(1) di depan kata benda atau frase benda. Contoh, semua sudah
29
Berdasarkan Penjelasan diatas ada beberapa hal yang perlu
usaha-usaha yang akan digabungkan itu terdiri lebih dari dua buah
klausa.
30
(u) Kata Penghubung Yakni
cat.
31
(y) Kata Penghubung Bahwa
kalimat. Misalnya, Ayah berkata bahwa hari ini dia akan pergi
meninggal sewaktu dia berusia empat tahun. Jadi, sejak kecil dia
32
keterangan di dalam sebuah kalimat majemuk setara. Misalnya,
Jadi, kalimat: dia tidak masuk sekolah karena sakit perut. Dapat
akibat. Contoh, kami tidak diundang karena itu kami tidak datang.
yang jelas beliau marah kepada kami, tidak dapat menjadi: tanpa
33
(e) Kata Penghubung Sebab Itu
akan ikut.
34
(h) Kata Penghubung Asal
dengan baik.
andaikata.
35
(j) Kata Penghubung Meskipun
harus dicuci dulu supaya bersih (2) di depan klausa yang menjadi
sekolah.
36
(l) Kata Penghubung Agar
37
Berdasarkan paparan di atas, hal-hal yang perlu diperhatikan,
tepat digunakan: (1) di depan kata benda atau frase benda yang
minggu yang lalu. (2) di depan kata benda atau frase benda yang
38
(q) Kata Penghubung Untuk
majemuk bertingkat.
lintas.
dengan: (1) kata sifat atau frase sifat. Contoh, anak yang baik
39
Contoh: rumah yang baru dibangun sudah hancur lagi.
bertingkat.
40
(t) Kata Penghubung Sambil
hantu.
atau sebagai.
41
d. Makna Konjungsi Koordinatif
Konjungsi setara bisa menyatakan empat macam makna hubungan, yakni
Terkandung dalam penggunaan konjungsi dan, selain ... juga, lagi pula,
di samping ... juga ..., tetapi juga, tidak hanya ... namun juga ...,
melainkan juga ..., tetapi juga, tidak hanya ... namun juga ..., bukan
42
1) Makna waktu, terkandung dalam penggunaan konjungsi sebelum,
ketika, begitu, selagi, sesudah, sesuai, tatkala, pada saat, kapan, saat
untuk, guna.
sampai, sampai-sampai.
seraya, sembari.
meskipun,
43
11) Makna penegasan, terkandung dalam penggunaan konjungsi bahkan,
yang.
4. Pengertian Hikayat
Menurut Hooykaas (dalam Rachmadie, dkk. 1985, 4-5) hikayat adalah nama
daerah pantai pulau-pulau lainnya. Bahasa ini sudah dipakai pada zaman
Sebelum bangsa Melayu mengenal huruf yang berasal dari abjad bahasa Arab,
sastra Melayu disebarluaskan dalam bentuk lisan, yaitu diceritakan oleh nenek
dan ibu kepada anak cucunya pada saat-saat tertentu, oleh pencerita yang
mempunyai hajat, atau sedang bersantai melepas lelah. Cara penyebaran yang
44
demikian itu membutuhkan kepandaian dan keterampilan pencerita
pendengar.
Melayu atau beberapa versi dalam satu cerita. Lain halnya dengan pendapat
Hikayat berasal dari bahasa Arab, yakni haka, yang berarti menceritakan atau
bercerita. Hikayat sebagai istilah sastra untuk pertama kalinya ditemukan
dalam sebuah karya yang ditulis oleh Abu Al-Mutakhir al-azdi, yang berjudul
Hikayat Abi al Qasim al-Bagdadi. Karya tersebut menggambarkan suasana
hidup keseharian di Bagdad dalam bentuk kisah yang sederhana. Konon
bermula dari sanalah istilah hikayat itu dipergunakan, sebagaimana tampak
pada judul-judul cerita yang diantaranya telah disebutkan di atas. Istilah
hikayat tidak digunakan dalam karya-karya sastra yang berupa syair, satra
kitab, sejarah, dan silsilah. Pelabain hikayat hanya dijumpai dalam karya-
karya yang berbentuk cerita.
Abdullah, 1991: 16) istilah hikayat yang sekarang terpakai dalam sastra Aceh
dan Melayu yang berasal dari bahasa Arab yakni hikayat yang mulanya berarti
mimikri dan akhirnya dikenal dengan arti tale, narrative, story legend.
45
Telah dikemukakan di atas bahwa istilah hikayat itu merupakan serapan dari
bahasa Arab. Itu menegaskan bahwa di dalam sastra Melayu klasik, pemakain
menarik bahwa ternyata tidak hanya pada karya-karya keislaman saja istilah itu
digunakan. Dalam karya-karya yang notabene berasal dari Hindu dan Jawa
penamaan tersebut digunakan pula. Contoh, hikayat Sri Rama, hikayat Pandawa
a) Fungsi Hikayat
Mengenai fungsi hikayat dapat diketahui lewat tuangan isi yang ada di
Sutrisno (dalam Kosasih, 2008: 63-64) ialah sebagai berikut: (1) untuk
sebagai hiburan. (4) untuk mengebadikan kejadian yang dialami oleh para
raja. Berbeda dengan pendapat dari Braginsky (dalam Abdullah, 1991: 44-
(1) lingkarang fungsi keindahan, yaitu tidak hanya bertumpu pada cara
penyampaiannya saja, tetapi berkaitan struktur pembangunan cerita
dan sistem pemaparannya, atau secara keseluruhan dapatlah dikatakan
sistem sastra yang membangun jenis karya tersebut. (2) lingkaran
fungsi kemanfaatan, dibagi menjadi dua kelompok lagi, yaitu sastra
cermin, seperti hikayat Bayan Budiman, dan sastra kesejahteraan,
seperti jenis kronika dinasti yakni HMA, hikayat kayat Pocut
Muhammad, hikayat Prang Guedong. (3) lingkaran fungsi
kesempurnaan jiwa, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
cerita tentang orang-orang suci, termasuk cerita tentang para nabi,
sahabat-sahabat nabi, dan musuh-musuh nabi, serta kelompok sastra
kitab, seprti semua karya tambeh dan charah.
46
b) Jenis-Jenis Hikayat
bertolak pada asumsi bahwa certia rakyat pastilah lebih dahulu hisup dalam
Propp, (dalam Abdullah, 1991: 38-39) ada dua jenis plot yang umum
terlihat, yaitu:
usul, tetapi dalam cerita biasa juga terdapat. Dalam cerita asal-usul
47
c) Ciri-Ciri Hikayat
Menurut Kosasih (2008: 59-61) ada beberapa ciri-ciri dalam hikayat yaitu
sebagai berikut:
Jenis sastra yang menamakan diri sebagai hikayat adalah karya sastra
Raja Khaibar.
Abdullah.
Ali.
2) Cerita Rekaan
48
Dalam hikayat banyak cerita-cerita semacam mite, legenda, dan
unsur utama hikayat. Tetapi, tidak berarti semua karya sastra yang
karya prosa bergaya baru (modern), tidaklah layak bila disebut hikayat.
karya yang terlahir pada zaman Melayu klasik. Hikayat tidak bisa
cerita, memang masih tidak jelas. Tidak setiap karya klasik yang
49
masih berupa sastra lisan, yang dalam hal ini umumnya berupa cerita-
Sama halnya dengan yang di paparkan oleh Baried (1985: 6-8), yaitu
sebagai berikut:
meliputi berbagai ragam cerita, mulai dari jenis cerita rakyat, epos dari
2) Cerita Rekaan
50
usul. Kedatangan kebudayaan Hindu membuat cerita rekaan itu berupa
dengan memunculkan cerita para nabi, ara sahabat, cerita hari kiamat,
yang ditopang oleh gaya penalaran rasional. Oleh karena itu, ciri
51
3) Cerita Lama (Kuno)
Pengertian bahwa hikayat adalah cerita lama atau cerita kuno dapat
dan Malik. Karangan ini banyak dipengaruhi unsur cerita pelipur lara.
d) Contoh Hikayat
Miskin.
Hikayat Si Miskin
Alkisah maka tersebutlah perkataan Mara Karmah berjalan dua bersaudara itu, maka
tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis hendak minum susu, maka Mara Karmah
pun menangis seraya berkata, “Diamlah adinda jangan menangis, karena kita orang
celaka, di manakah kita boleh mendapat susu, lagi kita sudah dibuangkan orang.”
Maka diberinyalah kepada adiknya ketupat itu sebelah, maka dimakannyalah. Maka
ía pun diamlah. Maka sampai tujuh hari tujuh malam Ia berjalan itu, maka ketupat
yang tujuh biji itu habislah dimakan oleh tuan Puteri Nila Kesuma itu, karena
diberikannya kepada adiknya pagi sebelah, dan petang sebelah. Setelah habis ketupat
itu, maka tuan Puteri Nila Kesuma itu pun menangis pula hendak makan. Maka
diambil oleh Mara Karmah segala tarik kayu dan umbut-umbut dan buah-buahan
kayu yang di dalam hutan itu yang patut dimakannya, maka diberikannya kepada
saudaranya itu. Dan barang di mana ia bertemu dengan air, maka dimandikannyalah
akan saudaranya.
52
Syahdan beberapa lamanya, ía berjalan itu, maka beberapa bertemu dengan gunung
yang tinggi-tinggi dan padang-padang yang luas-luas, dan tasik yang berombak
seperti lain, tempat segala dewa—dewa, peri mambang indera candara jin. Maka raja-
raja jin di sanalah tempat bermain lancang, berlomba-lomba. Di sanalah ia banyak
beroleh kesaktian, diberi oleh segala anak raja-raja itu, diangkat saudara oleh mereka
itu sekalian akan dia dan beberapa ia bertemu dengan binatang yang buas-buas,
seperti ular naga buta raksasa. Sekaliannya mereka itu memberi kesaktian kepada
Mara Karmah.
Hatta, dengan demikian, maka ia pun sampailah kepada sepohon kayu beringin,
terlalu amat besar, dan adalah air turun dari atas gunung itu. Maka di sanalah ia
berhenti dan memandikan saudaranya. Maka tiba-tiba, melayanglah seekor burung
dari atas kepalanya, maka tuan Puteri Nila Kesuma pun menangis, minta
ditangkapkan burung yang terbang itu. Maka Mara Karmah pun melompat, lalu
disambarnya burung itu, dapat ditangkapnya, lalu diberikannya kepada saudaranya.
Maka sukalah hati saudaranya itu sambil katanya, “Bakarlah kakanda burung ini kita
makan!” Maka kata Mara Karmah, “Sabarlah dahulu tuan!” Maka kedengaranlah
bunyi ayam berkokok sayup-sayup, karena hutan itu dekat dengan dusun orang negeri
Palinggam Cahaya. Maka kata Mara Karmah kepada saudaranya itu, “Tinggallah tuan
di sini dahulu, biarlah kakanda pergi mencari api akan membakar burung adinda itu”
Maka sahut Puteri itu, “Baiklah kakanda pergi, jangan lama-lama kakanda pergi itu.”
Maka dipeluk dan diciumnya akan saudaranya itu seraya katanya, “Janganlah tuan
berjalan-jalan ke sana sini sepeninggal kakanda ini, kalau-kalau tuan sesat kelak tiada
bertemu dengan kakanda lagi” Maka sahutnya, “Tiada hamba pergi kakanda.” Mara
Karmah pun berjalan menuju bunyi ayam berkokok itu, tetapi hati Mara Karmah itu
tiada sedap berdebar—debar rasanya, setelah sampai ia kepada dusun orang itu. Maka
dilihatnya kebun orang dusun itu terlalu banyak jadi tanam-tanaman, seperti ubi
keladi, dan tebu, pisang, kacang, dan jagung. Maka ia pun berjalanlah berkeliling
pagarnya itu menanti orang yang empunya kebun itu. Ia hendak meminta api. Setelah
dilihat oleh orang yang empunya kebun itu, maka katanya, “Anak si pencuri,
demikianlah sehari-hari perbuatanmu mencuri segala tanam-tanamanku ini sehingga
habislah jagung pisangku tiada berketahuan. Engkaulah yang mencuri. Maka
sekarang hendak ke mana engkau melarikan nyawamu itu daripada tanganku
sekarang; sedanglah lamanya aku menantikan engkau tiada juga dapat; baharulah
sekarang aku bertemu dengan engkau.” Maka ia berkata-kata itu sambil berlari
menangkap tangan Mara Karmah itu. Maka kata Mara Karmah, “Tiada aku lari,
karena aku tiada berdosa kepadamu; bukan aku orang pencuri, aku ini orang sesat,
datangku ini dari negeri asing hendak meminta api kepadamu.” Maka
53
ditamparinyalah dan digocohnya akan Mara Kanmah itu seraya katanya, “Bohonglah
engkau ini!” Maka kemala yang digendong oleh Mara Karmah yang diberi oleh
bundanya itu pun jatuhlah dari punggungnya. Setelah dilihat oleh orang dusun itu,
maka diambilnyalah, seraya katanya, inilah kemalaku engkau curi.’ Maka kata Mara
Karmah itu, “Nyatalah engkau ini berbuat aniaya kepadaku” Maka ia pun
terkenanglah akan saudaranya yang ditinggal di dalam hutan seorang dirinya itu,
Maka katanya dalam hatinya, “Wahai adinda tuan, betapa gerangan hal tuan
sepeninggal kakanda ini kelak, karena dianiaya oleh orang, matilah kakanda tiada
bertemu dengan tuan lagi. ”Maka ia pun menangis terlalu sangat, lalu rebah pingsan
tiada khabarkan dirinya. Maka kata orang dusun itu, “Apa yang engkau tangiskan,
sebab salahmu; itulah balasnya engkau makan jagungku” Maka dilihatnya segala
tubuh Mara Karmah itu habis bengkak-bengkak dan berlumur dengan darah, dan
tiada ia bergerak lagi. Maka pada sangka orang dusun itu, sudahlah mati rupanya,
maka diikatnyalah dengan tali dari bahunya sampai kepada kakinya, seperti orang
mengikat lepat, demikianlah lakunya ia mengikat Mara Karmah itu. Setelah sudah
diikatnya, maka diseretnyalah, dibawanya ke tepi taut, lalu dibuangkannya ke dalam
laut itu. Maka ia pun kembalilah ke rumahnya.
Miskin.
Setelah dilihat orang banyak itu akan Si Miskin itu datang dua
gemparlah.
raja-raja itu, diangkat saudara oleh mereka itu sekalian akan dia
54
dan beberapa ia bertemu dengan binatang yang buas-buas, seperti
c. Konjungsi
B. Kerangka Pikir
Hikayat adalah nama jenis sastra yang menggunakan bahasa Melayu sebagai
daerah sekitarnya, seperti Jazilah Malaka, daerah Riau, Kepulauan Lingga, dan
selanjutnya ke daerah pantai pulau-pulau lainnya. Bahasa ini sudah dipakai pada
zaman kerajaan Sriwijaya sebagai bahasa resmi, tidak terbatas dalam bidang
55
Sebelum bangsa Melayu mengenal huruf yang berasal dari abjad bahasa Arab,
sastra Melayu disebarluaskan dalam bentuk lisan, yaitu diceritakan oleh nenek
dan ibu kepada anak cucunya pada saat-saat tertentu, oleh pencerita yang
mempunyai hajat, atau sedang bersantai melepas lelah. Cara penyebaran yang
bahasa dan konjungsi dalam hikayat pada siswa kelas X semester ganjil SMK
56
Bagan I. Skema Kerangka Pikir I
Indikator:
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah
No. 29. Kecamatan Ambarawa, kabupaten Pringsewu. Adapun kelas yang akan
B. Informan Penelitian
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti baik mengenai situasi maupun kondisi.
akan diteliti. Pada kesempatan ini peneliti memperoleh informasi dari guru
bidang studi bahasa Indonesia yaitu Bapak Ferdi Rado, S.Pd. tentang jumlah
terbagi atas empat kelas dan dua jurusan. Pada kelas X Akuntansi berjumlah 71
58
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011: 80). Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/sunjek
Populasi adalah semua anggota dari suatu kelompok orang, kejadian, atau
2016: 39). Karena dalam penelitian ini akan meneliti tentang Kemampuan
sebanyak 36 siswa.
2. Sampel
Arikunto, 2010: 174). Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat Maolani
59
dan Cahyana (2016: 39) yang menyatakan bahwa sampel merupakan suatu
3. Teknik Sampling
datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi
politik disuatu daerah, maka sapel sumber datanya adalah oranng yang
dihasilkan dari suatu percobaan maka sampel diambil dari mereka yang
ahli boga.
60
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
2018-2019 pada siswa kelas X semester ganjil. Teknik dan alat pengumpulan
1. Observasi
tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
2. Wawancara
data/peneliti dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorde, atau alat
61
Sama halnya dengan pendapatnya Sugiyono (2011: 138) yang mengatakan
telepon.
3. Tes
Menurut Arikunto (2010: 193) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan
kelompok. Penelitian ini peneliti menggunakan teknik tes urain yaitu siswa
Tabel 3
Indikator Penelitian Kemampuan Mengidentifikasi
Gaya Bahasa dan Konjungsi
1 Mengidentifikasi gaya
bahasa:
2 Mengidentifikasi
konjungsi:
a. Konjungsi antar
62
kalimat 1–4 20
Jumlah 1 – 20 100
Oleh: Peneliti
Deskripsi indikator:
63
- Siswa mampu menemukan 3 gaya bahasa simile dan tidak mampu
64
2. Mengidentifikasi Konjungsi
65
- Siswa mampu menemukan 2 konjungsi intra kalimat tetapi tidak
dalam hikayat dengan menghitung persentase yang dapat dicapai, tolak ukur
tabel berikut:
Tabel 2
Tolak Ukur Menentukan Nilai Kemampuan Siswa
Menurut Sugiyono (2011: 245) analisis data kualitatif adalah bersifat induktif,
66
dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data
dalam fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajib terhadap
setting yang alami, yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada
fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. (Galang
(Sulistyo dan Basuki, dalam Prabowo, Heriyanto, 2013: 4). Penelitian kualitatif
kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan
angka. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian tidak
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan mengumpulkan data-data yang
data sesuai yang diperoleh, setelah itu mengidentifikasikan data sesuai dengan
67
2018-2019. Langkah-langkah penelitian dalam menganalisis data sebagai
berikut:
2019.
3. Mengoreksi lembar jawaban siswa dan memberi skor sesuai dengan hasil
4. Menghitung jumlah jawaban yang benar yang diperoleh pada setiap butir
X
xbobot
= Y
N
Y= Skor maksimal
n
P¿ x 100 %
N
68
n= skor yang diperoleh siswa
N= Skor maksimal
7. Apabila siswa telah mencapai nilai di atas 71 maka siswa dapat dinyatakan
telah mencapai ketuntasan.
Tabel 3
Tolak Ukur Kemampuan Siswa
69