Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA PRAPROPOSAL ILMIAH

KERANGKA PRAROPOSAL ILMIAH


Nama : Evia Firnadia
No. Pendaftaran : 004202010135
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia (S2)
A. Judul
TELAAH EKOLOGI SASTRA ERHADAP NOVEL SERDADU PANTAI
KARYA LAODE INSAN DAN NOVEL DARI RAHIM OMBAK KARYA
TISON SAHABUDDIN BUNGIN: SEBUAH STRATEGI PENANAMAN
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LINGKUNGAN
B. Latar Belakang
Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan pengarang untuk
mengkritisi suatu fenomena yang ia amati. Pengarang dapat menyampaikan
tanggapannya terhadap situasi pada masyarakat sekelilingnya. Kata sekelilingnya
ini merujuk pada konteks lingkungan. Oleh sebab itu, dapat diartikan bahwa karya
sastra merupakan refleksi atau cerminan dari lingkungan kehidupan pada
masyarakat yang diamati oleh pengarang yang dituangkan menjadi sebuah karya
sastra. Pengarang dapat menggambarkan perihal hubungan antara alam dan
manusia yang begitu komplek melalui karyanya. Tidak jarang seorang pengarang
membuat sebuah karya sastra yang menyinggung perihal bagaimana alam
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Rinahayu & Kristianto (2022) menyatakan bahwa penggunaan alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia menjadi persoalan utama dalam kompleksitas
hubungan alam dan manusia. Kejadian tersebut kemudian dituangkan oleh
pengarang ke dalam sebuah karya sastra dan dikategorikan pada ranah ekologi
sastra. Ekologi sastra adalah sebuah cara pandang memahami persoalan
lingkungan hidup dalam perspektif sastra dan sebaliknya, bagaimana memahami
kesastraan dalam perspektif lingkungan hidup. Ekologi sastra mempelajari
bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Implementasi kajian
ekologi sastra akan dapat mengungkap bagaimana peran sastra dalam
memanusiakan lingkungan (S. Endraswara 2016).
Purwanti (2017) menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter peduli
lingkungan adalah: a) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan pengelolaan lingkungan yang benar; b) Meningkatkan
kemampuan untuk menghindari prilaku yang dapat merusak lingkungan; c)
Memupuk kepekaan peserta didik terhadap kondisi lingkungan sehingga dapat
menghindari prilaku yang dapat merusak lingkungan; d) Menanam jiwa peduli
dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.
Tujuan pendidikan karakter peduli lingkungan yaitu untuk mendorong
kebiasaan mengelola lingkungan, menghindari prilaku merusak lingkungan,
memupuk kepekaan terhadap lingkungan, menanam jiwa peduli dan
tanggungjawab terhadap lingkungan, serta diharapkan dapat menjadi contoh
penyelamat lingkungan dalam kehidupan dimanapun dia berada.
Peserta didik yang berkarakter diharapkan mampu untuk melestarikan
lingkungan alam di sekitarnya dan mencegah terjadinya kerusakan alam. Peserta
didik yang mampu mendalami nilai-nilai tersebut dianggap telah berhasil
mempedomani nilai-nilai pendidikan karakter yaitu nilai karakter yang
hubungannya dengan alam sekitar/lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
membahas bagaimana telaah ekologi sastra terhadap novel Serdadu Pantai karya
Laode Insan dan novel Dari Rahim Ombak karya Tison Sahabuddin Bungin yang
dapat digunakan sebagai sebuah media dan strategi pembelajaran dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter berbasis lingkungan yang
memungkinkan diterapkan di kelas-kelas di sekolah.
Novel Serdadu Pantai karya Laode Insan dan novel berjudul Dari Rahim
Ombak karya Tison Sahabuddin Bungin sangat sarat akan nilai ekologi sastra
sehingga pembaca yang dapat menyelam dalam tulisan pengarang dan
menemukan hal-hal baik yang dapat dipedomani khususnya nilai ekologi sastra
yang dapat berguna sebagai media dan strategi penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter berbasis lingkungan di sekolah. Novel-novel bertemakan isu lingkungan
seperti novel Serdadu Pantai dan Dari Rahim Ombak dapat dijadikan media dan
strategi yang tepat oleh guru untuk menanamkan karakter peduli lingkungan
kepada peserta didik.
Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa telaah ekologi sastra terhadap novel Serdadu Pantai karya
Laode Insan dan novel Dari Rahim Ombak karya Tison Sahabuddin Bungin yang
dapat digunakan sebagai strategi penanaman nilai pendidikan karakter berbasis
lingkungan sangat menarik untuk diteliti. Dengan demikian, peserta didik tidak
hanya dibekalkan dengan ilmu pengetahuan saja untuk menghadapi era globalisasi
dan masyarakat industrial. Peserta didik perlu dibekali nilai pendidikan karakter,
pentingnya menanamkan hubungan keselarasan antara manusia dengan alam
terhadap peserta didik sejak dini juga sangat penting untuk dilakukan. Oleh sebab
itu, penulis tertarik untuk menulis penelitian dengan judul “Telaah Ekologi Sastra
terhadap Novel Serdadu Pantai Karya Laode Insan dan Novel Dari Rahim Ombak
Karya Tison Sahabuddin Bungin : Sebuah Strategi Penanaman Nilai Pendidikan
Karakter Berbasis Lingkungan”.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah telaah ekologi sastra yang
terdapat dalam Novel Serdadu Pantai Karya Laode Insan dan Dari Rahim Ombak
karya Tison Sahabuddin Bungin?
D. Kajian Teori
Kajian teori pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: (1) Hakikat Novel,
(2) Nilai Pendidikan Karakter pada Karya Sastra, dan (3) Ekologi Sastra.
1. Hakikat Novel
Novel merupakan salah satu jenis karya fiksi yang paling diminati oleh
pembaca. Nurgiyantoro (2015: 9-10) menyatakan bahwa sebutan novel dalam
bahasa Inggris berasal dari bahasa Italia yaitu novella. Secara harfiah novella
berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita
pendek dalam bentuk prosa. Saat ini istilah novella dan novelle mengandung
pengertian yang sama dengan istilah Indonesia, yaitu novelet
(Inggris:novelette) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Kejadian yang
digambarkan di dalam novel mengandung suatu konflik jiwa yang
mengakibatkan adanya perubahan nasib (Santoso dan Wahyuningtyas, 2011:
46).
Perubahan nasib yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel menyebabkan
novel menjadi salah satu jenis fiksi yang paling banyak digemari oleh pembaca.
Pengarang bisa mengambil satu ide cerita untuk dikembangkan menjadi cerita
yang menarik untuk diikuti oleh pembaca. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Wahyuni (2014:118) yang menjelaskan bahwa novel adalah prosa baru yang
menceritakan perjalanan hidup pelaku atau tokoh yang mengandung konflik
dan menarik minat pembaca untuk membaca.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka hakikat novel dapat disimpulkan adalah suatu karya sastra yang
panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, dan juga tidak terlalu pendek.
Kejadian yang digambarkan pada novel mengandung suatu konflik jiwa yang
mengakibatkan adanya perubahan nasib.

2. Nilai Pendidikan Karakter dalam karya Sastra


Tidak bisa dimungkiri bahwa isu merosotnya moral dan karakter masyarakat
saat ini sedang ramai diperbincangkan. Merosotnya moral dan karakter anak
bangsa merupakan salah satu permasalahan yang harus dihadapi oleh
pemerintah, khususnya di bidang pendidikan. Berdasarkan isu tersebut,
pendidikan dianggap belum mampu menyelesaikan permasalahan ini, dengan
kata lain pendidikan dianggap belum memaksimalkan pembentukan nilai
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah.
Untuk mengatasi fenomena tersebut, maka saat ini pemerintah telah
menggalakkan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa di sekolah. Berbagai
program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam upaya
mengimplementasikan pendidikan karakter sedang dilaksanakan. Kementerian
Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter
untuk semua tingkat pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi.
Upaya pemerintah yang begitu gencar untuk meningkatkan pendidikan
karakter bagi peserta didik merupakan suatu pertanda bahwa dalam pendidikan
tidak hanya mengembangkan ilmu, keterampilan, dan teknologi. Aspek lainnya
seperti kepribadian, etika, moral dan lain-lain juga harus dikedepankan. Perlu
juga disadari bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi
juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain lingkungan dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik juga memiliki peranan penting dalam
meningkatkan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah sebuah perjuangan bagi setiap
individu untuk menghayati kebebasannya dalam relasi mereka dengan orang
lain dan lingkungannya, sehingga ia dapat semakin mengukuhkan dirinya
sebagai pribadi yang unik dan khas, dan memiliki integritas moral yang dapat
dipertanggungjawabkan (Koesoema, 2007: 162). Sejalan dengan itu, Wibowo
(2013:16) mengatakan bahwa pendidikan karakter terintegrasi dalam proses
pembelajaran, artinya pengenalan nilai-nilai, kesadaran akan pentingnya nilai-
nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik
dapat melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di
luar kelas.
Menurut Saptono (dalam Chandra el al, 2021), pendidikan karakter adalah
upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang
baik (good character) berdasarkan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang
secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Asmani (2011: 36-40)
mengelompokkan nilai-nilai pendidikan karakter menjadi;
1) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan Tuhan. Nilai ini bersifat
religius untuk memperbaiki karakter individu, yang berhubungan dengan
Tuhan maupun kepercayaannya. Nilai ini dapat berupa percaya, berdoa,
taat, dan bersyukur kepada Tuhan.
2) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan diri sendiri. Nilai ini
merupakan tuntunan yang ditujukan untuk diri pribadi, yang menekankan
pada pengembangan rasa. Nilai ini meliputi jujur, bertanggung jawab,
bijaksana, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa
wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu, dan
cinta ilmu.
3) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan sesama. Pada dasarnya
manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial
dengan cara hidup berdampingan dengan orang lain. Nilai ini dapat berupa
sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan sosial,
menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, gotong royong, dan
demokratis.
4) Nilai karakter hubungannya dengan alam sekitar/lingkungan, berupa sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya.
5) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan kebangsaan. Nilai ini dapat
berupa nasionalis dan menghargai keberagaman.
Pada pengelompokan yang dinyatakan Asmani (2011:36), dapat dilihat bahwa
nilai karakter hubungannya dengan alam/sekitar lingkungan juga merupakan
aspek pembentuk karakter peserta didik. Dengan kata lain, tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya termasuk ke
dalam aspek pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna
Megawangi (dalam Najib, 2016: 62) yang mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter merupakan suatu usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya.
Marsanti (dalam Purwanti, 2017 :17), menyatakan bahwa tujuan
pendidikan karakter peduli lingkungan adalah: a) Mendorong kebiasaan dan
perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan pengelolaan lingkungan
yang benar; b) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat yang
dapat merusak lingkungan; c) Memupuk kepekaan peserta didik terhadap
kondisi lingkungan sehingga dapat menghindari sifat-sifat yang dapat merusak
lingkungan; d) Menanam jiwa peduli dan bertanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai pendidikan karakter serta
kaitannya dengan sikap peduli lingkungan, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan karakter peduli lingkungan yaitu untuk mendorong kebiasaan mengelola
lingkungan, menghindari sifat merusak lingkungan, memupuk kepekaan
terhadap lingkungan, menanam jiwa peduli dan tanggungjawab terhadap
lingkungan, serta diharapkan dapat menjadi contoh penyelamat lingkungan
dalam kehidupan dimanapun dia berada. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa peserta didik yang berkarakter diharapkan mampu untuk melestarikan
lingkungan alam di sekitarnya dan mencegah terjadinya kerusakan alam.
Peserta didik yang mampu mendalami nilai-nilai tersebut dianggap telah
berhasil mempedomani nilai pendidikan karakter yaitu nilai karakter
hubungannya dengan alam sekitar/lingkungan.

3. Ekologi Sastra
Lingkungan yang tidak bersahabat, maupun tindakan manusia yang tidak
bersahabat dengan alam seringkali memancing kreativitas pengarang dalam
melahirkan sebuah karya. Endraswara (2016:9) menyatakan bahwa melalui
cipta sastra, sastrawan bebas berekspresi tentang budaya dan lingkungannya.
Sebuah karya sastra yang terkait dengan lingkungan akan termasuk ke dalam
jenis ekologi sastra. Ekologi sastra adalah sebuah cara pandang memahami
persoalan lingkungan hidup dalam perspektif sastra. Atau sebaliknya,
bagaimana memahami kesastraan dalam perspektif lingkungan hidup
(Endraswara, 2016:17)
Upaya sastrawan dalam melahirkan karya berbau lingkungan merupakan
tindakan sastrawan untuk menyadarkan pembaca akan isu lingkungan yang
sastrawan angkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endraswara (2016:24)
bahwa konsep utama dari rantai ekologis yaitu menganjurkan terjalinnya
keharmonisan antara manusia dan alam untuk mencapai kelangsungan/bisa
bertahan hidup. Adanya keterkaitan antara alam dengan karya sastra
memunculkan sebuah konsep tentang permasalahan ekologi dalam sastra di
antara para kritikus sastra.
Melihat pentingnya ekologi sastra dalam sebuah karya, membuat
sastrawan melahirkan karya yang mengedepankan tokoh yang mencintai
lingkungan. Tokoh dengan karakter yang baik dapat dipedomani pembaca
untuk mengambil sikap dari apa yang ia baca. Sikap peduli merupakan salah
satu karakter yang harus dimiliki oleh setiap individu. Sikap peduli
lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Elmy, 2019).
Dengan melahirkan tokoh yang berkarakter peduli terhadap lingkungan
diharapkan mampu menyadarkan pembaca untuk ikut peduli dan mencintai
lingkungan seperti apa yang diharapkan oleh ahli ekokritik.
Berdasarkan nilai-nilai pendidikan karakter peduli lingkungan, maka
dapat menjadi dasar bahwa antara nilai pendidikan karakter dan ekokritik
memiliki keterkaitan yang cukup erat. Oleh sebab itu, penulis menganalisis
nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Serdadu Pantai karya Laode Insan
dan novel Dari Rahim Ombak karya Tison Sahabuddin Bungin menggunakan
analisis ekokritik. Ekokritik yang dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut:
sikap menghindari prilaku merusak lingkungan, sikap peduli dan tanggung
jawab terhadap lingkungan, serta sikap penyelamatan lingkungan.
E. Metode Penelitian
(DIKOSONGKAN SAJA)
F. Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
Di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Chandra, Afry Adi, Herman J. Waluyo, Nugraheni Eko Wardani, Universitas
Sebelas Maret, Jl Ir, and Sutami No. 2021. “Nilai Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan Novel.” 49(1):111–23.
Elmy, Muhammad &. Heru Puji Winarso. 2019. “Kepedulian Orang Tua Dalam
Menanamkan Karakter Peduli Lingkungan (Studi Terhadap Warga Di
Bantaran Sungai Kuin Kota Banjarmasin).” Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan 9(2).
Endraswara, S. 2016. Sastra Ekologis: Teori Dan Praktik Pengkajian.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman
Global. Jakarta: PT Grasindo.
Nurgiantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Purwanti, Dwi. 2017. “Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Dan
Implementasinya.” DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik 1(2):14–
20. doi: 10.20961/jdc.v1i2.17622.
Wibowo, Agus. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter Di Sekolah (Konsep Dan
Praktik Implementasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai