Anda di halaman 1dari 20

Mengembangkan

Kemampuan Bersastra
Siswa SD

Dr. Imam Jahrudin Priyanto, Drs.,M.Hum.


Asisten : Nuri Annisa, S.Pd., M.Pd.
Kelompok 3

Hanifah Nur Irsani Kharima


01 Anggraeni 02
41154030200034 41154030200031
Pembelajaran
Sastra di SD
1. Hakikat
Pembelajaran
Sastra di SD
Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan
mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya
dan lingkungan hidup. Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan dalam
berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Adapun pemilihan bahan ajar tersebut dapat dicari pada sumber-sumber yang relevan
(Depdiknas, 2003).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Huck dkk (1987:630-632) bahwa pembelajaran sastra di SD harus
memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni

(1) pencarian kesenangan pada buku

(2) menginterpretasi bacaan sastra

(3) mengembangkan kesadaran bersastra

(4) mengembangkan apresiasi.


2. Tujuan Pembelajaran
Bahasa dan Sastra
di SD
Di sekolah dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih diarahkan pada
kompetensi siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Pelaksanaannya, pembelajaran sastra
dan bahasa dilaksanakan secara terintegrasi.
Di ungkapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003) bahwa dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, siswa harus dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, bukan dituntut lebih banyak untuk menguasai tentang bahasa. Sedangkan
pengajaran sastra, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati,
menghayati, dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang sastra hanyalah sebagai
penunjang dalam mengapresiasi.
BAHAN
PEMBELAJARAN
SASTRA DI SD
Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai bahan atau materi pelajaran yang disusun
secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen
1995). Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran haruslah dikembangkan
sesuai kebutuhan guru dan siswa (Ahmad 2010). Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan
mutu dari pembelajaran.
Sastra anak memberikan banyak tema, topik, muatan, atau fokus kehidupan dengan
nilai-nilai yang baik. Sastra anak sangat tepat digunakan sebagai sarana dalam dalam
mengajarkan nilai-nilai tersebut. Anak dapat belajar dari tokoh-tokoh yang ditampilkan
dalam cerita, bagaimana sikap tokoh dalam menghadapi suatu permasalahan. Anak akan
dapat memahami bahwa ada konsekuensi dari setiap sikap dan perilaku yang dimiliki tokoh.
Tiap sikap yang baik dan buruk pasti ada balasannya. Melalui berita anak yang baik dapat
mengubah sikap melalui internalisasi cerita yang dibaca anak (Tyra 2012).
1. Jenis Bahan Pembelajaran Sastra di
SD
Buku Bergambar Fiksi Realistik
Fiksi Sejarah
(Realistic Fiction)

Fiksi Ilmu
(Science Fiction) Fantasi Biografi
2. Standar Kompetensi Kemampuan
Bersastra di SD
Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar
dilakukan dalam berbagai jenis dan bentuk kegiatan, yaitu
melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
Huck dkk. (1987:1.6 -17) menyatakan bahwa dalam sastra
anak ada dua nilai mendasar yang dapat dipetik, yaitu nilai
personal (personal values) dan nilai pendidikan (educational
values).
3. Pemilihan Bahan Sastra untuk
Pembelajaran Bahasa di SD
Buku sastra yang layak dibaca anak-anak dapat memegang dan memainkan peranan
penting dalam perkembangan kehidupan anak-anak. Tapi sejauh mana buku-buku sastra
itu fungsional dalam kehidupan anak-anak sangat tergantung pada guru atau orang tua
yang membimbing mereka. Para guru dan orang tua bertanggung jawab untuk
memperkenalkan buku-buku sastra yang tepat dan layak dibaca anak-anak.
Tugas guru dan orang tua atau pustakawan dalam memilih buku sastra anak-anak
adalah melakukan penelitian lebih rinci terhadap unsur-unsur yang lazim ada dalam setiap
bacaan cerita (fiksi). Unsur-unsur itu meliputi :
1. Alur
Alur merupakan benang merah yang menjalin serta merangkaikan susunan cerita
menjadi terpadu satu sama lain dan membuat pembaca penasaran ingin terus membacanya
hingga selesai.
2. Latar Cerita
Menurut Wellek dan Werren (1989: 290), latar adalah lingkungan yang dapat dianggap
berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi dari tokohnya. Latar ada tiga macam, yaitu
latar waktu, latar tempat, dan latar suasana
3. Tema Cerita
Tema harus larut dalam alur, latar dan karakteristik tokoh. Kecenderungan didaktisisme yang
harus segera dihilangkan, karena tidak memberi peran kepada siswa untuk menemukan sendiri
moral dan isi hasil jerih payahnya membaca.
4. Tokoh Cerita
Dalam mengevaluasi tokoh cerita dalam buku sastra anak diperlukan kejelian dalam hal
melihat perkembangan perwatakannya. Ada pengarang yang gemar menuturkan perkembangan
watak tokoh cerita melalui gaya narasi. Artinya, perkembangan watak tokoh cerita digambarkan
secara parsial, tanpa melibatkannya dalam alur dan latar.
5. Gaya Cerita
Dalam karya fiksi, gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan
menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan
suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2001: 72).
6. Sudut Pandang Cerita ( Point Of View)
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkannya (Aminuddin, 2001: 90) atau menurut istilah Huck (1987) sudut pandang (point of
view) lazim diartikan dari arah mana atau dalam posisi apa pengarang menempatkan dirinya dalam
bercerita. Sebuah kejadian dapat diuraikan dalam istilah yang berbeda oleh beberapa orang yang
memiliki pengalaman yang sama.
7. Ilustrasi dan Format Buku
Ilustrasi adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak (Nurgiantoro,
2005:90). Kebanyakan dari buku sastra anak-anak menggunakan ilustrasi untuk daya tariknya.
Buku- buku yang tidak ada ilustrasinya, itu kurang cocok untuk dijadikan buku bacaan anak-anak.
Kehadiran ilustrasi untuk buku anak-anak menjadi keharusan terutama untuk anak-anak prasekolah.
Tanggapan Pembaca
dan Pengembangan
Kemampuan
Bersastra Siswa SD
1. Tanggapan Anak Usia SD Kelas Rendah
Tanggapan anak usia SD kelas rendah terhadap bacaan menurut Huck (1987: 75, Tarigan, 1995) sebagai
berikut.
• Berorientasi pada gerak.
• Secara spontan memerankan cerita atau sebagian cerita dengan menggunakan gerak dalam permainan
dramatik mereka.
• Responsi terhadap cerita lebih berupa penggalan-penggalan cerita daripada keseluruhan cerita.
• Bila anak-anak harus merespons dalam bentuk jawaban pertanyaan tentang cerita, maka respon mereka
dalam bentuk jawaban umum, karena anak-anak melihat dunia dalam berhubungan yang literal dan
konkret.

2.. Tanggapan Anak Usia SD Kelas Tinggi


Tanggapan anak yang berada pada usia SD kelas tinggi ini diungkapkan Huck (1987:76, Tarigan, 1995)
memiliki lima ciri utama, yaitu:
• Beralih dari penyimak menjadi pembaca
• Semakin mahir meringkas
• Semakin mahir mengklasifikasikan
• Mengaitkan responsi pribadi dengan cerita
• Menggunakan ciri, tema, dan pola yang ada pada cerita pada waktu mereka menulis (membuat cerita).
3. Mengembangkan Kemampuan Bersastra Siswa SD
Kompetensi dalam pembelajaran sastra di SD, harus mencakup beberapa kemampuan yaitu:
1) Kemampuan mengapresiasi sastra
2) Kemampuan berekspresi sastra
3) Kemampuan menelaah hasil sastra.
Kegiatan untuk memperoleh kemampuan mengapresiasi sastra dapat dilaksanakan melalui kegiatan
berikut:
Mendengarkan hasil sastra:
- Mendengarkan pembacaan puisi
- Mendengarkan pembacaan cerita pendek
- Mendengarkan penuturan dongeng
- Mendengarkan pembacaan atau pembawaan dialog/drama
- Mendengarkan pembacaan kutipan novel.
Menonton hasil sastra:
- Membaca puisi
- Membaca cerita pendek
- Membaca drama
- Membaca novel
- Membaca kritik tentang hasil sastra
- Membaca resensi tentang sastra.
Kegiatan tersebut untuk siswa sekolah dasar belum semua dilaksanakan, mengingat kemampuan siswa
SD masih terbatas, terutama untuk kegiatan menelaah hasil sastra. Namun secara bertahap sesuai dengan
kemampuan dan sesuai dengan bahan sastra yang cocok untuk siswa usia SD semua kegiatan tersebut dapat
mulai dicoba dilaksanakan.
Untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kemampuan bersastra siswa SD diperlukan kegiatan yang
menarik dan variatif. Dengan demikian, perlu dirancang kegiatan apa yang akan dilaksanakan oleh guru untuk
mencapai kemampuan-kemampuan bersastra dengan menyenangkan.

4. Mengembangkan Kesadaran Bersastra


Anak-anak yang masih berada di sekolah dasar juga harus diajak mulai mengembangkan kesadaran
pada sastra. Tak dapat dipungkiri bahwa pemahaman literer meningkatkan kenikmatan anak terhadap bacaan
(Huck, 1987).
Anak-anak harus pula diarahkan menemukan elemen-elemen sastra secara berangsur-angsur, karena
elemen-elemen itu memberikan bekal bagi siswa dalam pemahaman makna cerita atau puisi. Dengan demikian
guru harus menguasai pengetahuan tentang bentuk-bentuk cerita, elemen-elemen cerita, dan pengetahuan
tentang pengarang.
Ada yang Ingin
Bertanya ?
Kesimpulan
Kemampuan bersastra dapat dikembangkan sejak usia dini, yaitu pada siswa SD.
Pengembangan kemampuan bersastra pada siswa SD dapat dilakukan melalui
berbagai kegiatan, seperti membaca buku cerita, menulis cerita, mendongeng, dan
menyanyikan lagu. Pengembangan kemampuan bersastra pada siswa SD dapat
membantu meningkatkan kemampuan berbahasa, kreativitas, dan imajinasi.
Pengembangan kemampuan bersastra pada siswa SD juga dapat membantu
meningkatkan kemampuan memahami nilai-nilai budaya dan moral yang
terkandung dalam karya sastra. Pengembangan kemampuan bersastra pada siswa
SD dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan
siswa secara keseluruhan. Dengan demikian, pengembangan kemampuan bersastra
pada siswa SD perlu diperhatikan dan diimplementasikan secara terencana dan
konsisten oleh pihak-pihak yang terkait, seperti guru dan orang tua, untuk
mendukung perkembangan siswa secara optimal.
Sekian presentasi dari kami
Disini kami pamit undur diri
karena kalau maju saingannya
teman sendiri 

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai