Anda di halaman 1dari 14

STUDI LITERATUR; TRANSFORMASI METODE TRADITIONAL COSTING KE

ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

Yasril Noer Abady1, Alif Nur Ilham2, Desy Ramadhani3, Yulia Rahmah4, Putri Cahya
Wulandari5, Fitriariani6.

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menelusuri transformasi metode traditional costing ke


activity based costing (ABC) dalam penentuan harga pokok produksi. Studi ini melibatkan
analisis literatur yang komprehensif, dengan mengumpulkan dan mengevaluasi berbagai
sumber yang relevan. Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan data
yang bersumber dari penemuan beberapa literatur atas penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini dan
penelitian ini juga merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yang
merupakan pendekatan penelitian yang menghasilkan data berupa deskripsi. Data yang
dikumpulkan dan dianalisis merupakan data sekunder dengan menelaah jurnal yang terkait,
dengan menggunakan kata kunci atau keywords yaitu traditional costing, activity based
costing, harga pokok produksi pada jurnal penelitian tahun 2011-2023. Hasil studi literatur
menunjukkan bahwa penggunaan activity based costing (ABC) dalam penentuan harga pokok
produksi memiliki potensi untuk meningkatkan keakuratan dan ketepatan pengambilan
keputusan manajerial. Activity based costing dapat membantu mengungkapkan hubungan
antara aktivitas, biaya, dan produk, sehingga memungkinkan perusahaan mengidentifikasi
sumber-sumber biaya yang tidak terlihat sebelumnya. Dengan demikian perusahaan dapat
mengomptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan efesiensi operasional.
Kata Kunci: Tradisional Costing, Activity Based Costing, Harga Pokok Produksi

Abstract
This article aims to explore the transformation of the traditional costing method to
activity based costing (ABC) in determining the cost of production. This study involves a
comprehensive analysis of the literature, by collecting and evaluating various relevant
sources. The literature study used in this research uses data sourced from the discovery of
several literature on research that has been done previously to obtain data that is in
accordance with the needs of this research and this research is also a research that uses a
qualitative approach which is a research approach that produces data in the form of
descriptions. . The data collected and analyzed is secondary data by reviewing related
journals, using keywords, namely traditional costing, activity based costing, cost of
production in research journals in 2011-2023. The results of a literature study show that the
use of activity based costing (ABC) in determining the cost of production has the potential to
increase the accuracy and precision of managerial decision making. Activity based costing
can help reveal the relationship between activities, costs and products, thereby enabling
companies to identify sources of costs that were not seen before. Thus the company can
optimize the use of resources and improve operational efficiency.
Keywords: Traditional Costing, Activity Based Costing, Cost of Production
PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini dan diikuti oleh perkembangan dunia usaha yang semakin
berkembang dari tahun ke tahun mengakibatkan adanya persaingan bisnis yang semakin

tinggi pula. Untuk menarik dan mendapatkan kepercayaan konsumen, perusahaan harus
membuat strategi yang baik mengingat persaingan usaha saat ini semakin ketat. Persaingan
bisnis bukan hanya dibidang manufaktur/industri, saat ini bidang pelayanan jasa juga
memiliki persaingan yang tinggi (Budiman, 2012). Perkembangan industri manufaktur yang
baik suatu negara bisa di lihat dari segi kualitas yang dihasilkan. Perkembangan ini dapat di
lihat baik dan aspek kualitas produk yang di hasilkannya. Perusahaan manufaktur
(manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi
barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut (Lepar , Morasa, & Mawikere, 2014).

Sebuah perusahaan memiliki tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan atau laba
dan juga menjaga kelangsungan hidup perusahaan untuk tetap beroperasi dengan baik dan
semestinya. Perusahaan harus memiliki strategi yang baik dalam produksi, distribusi, maupun
pemasaran, untuk memberikan harga jual yang lebih murah atau sama dengan harga pasar
dan juga memberikan pelayanan yang baik untuk meningkatkan citra perusahaan di mata
konsumen (Tandiontong & Lestari, 2011). Perusahaan harus menentukan harga jual yang
tepat untuk produk atau jasa yang ditawarkannya. Harga jual yang ditawarkan sebaiknya
jangan terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Harga jual yang terlalu rendah dapat membuat
perusahaan sulit untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk
maupun jasanya sedangkan harga jual yang terlalu tinggi membuat perusahaan sulit untuk
bersaing dengan kompetitornya (Martusa et al., 2011). Oleh karena itu, perusahaan harus bisa
menghitung harga pokok produksi dengan tepat agar produk tidak mengalami overcosted atau
beban biaya yang lebih dari seharusnya dan juga tidak undercosted atau beban biaya yang
kurang dari seharusnya.

Harga Pokok Penjualan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mempengaruhi laba. Jika dalam sebuah usaha gagal dalam menentukan harga pokok
produksi, hal tersebut dapat mengakibatkan harga jual yang tidak tepat sehingga perusahaan
bisa mengalami kerugian maupun kebangkrutan. Oleh karena itu, perhitungan harga pokok
produksi merupakan faktor yang tidak boleh dilewatkan (Mahardika & Lantang, 2021).
Sehingga harga pokok barang dan jasa yang diproduksi dimasukkan dalam laporan laba rugi
dari sebuah laporan keuangan.
Pada umumnya, perusahaan manufaktur masih menggunakan metode akuntansi biaya
tradisional untuk menghitung harga pokok produk mereka. Metode ini melibatkan
perhitungan biaya berdasarkan jumlah unit produksi (Kaukab, 2019). Metode ini melibatkan
perhitungan biaya berdasarkan jumlah unit produksi. Dalam sistem ini, biaya bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung diatribusikan langsung ke produk, sedangkan biaya
overhead diestimasikan dengan menggunakan faktor penggerak aktivitas unit (Mutiah et al.,
2020). Meskipun biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dapat dilacak ke setiap unit
produk, biaya overhead diasumsikan berbanding lurus dengan jumlah unit yang diproduksi.
Akibatnya, sistem ini tidak dapat memberikan gambaran yang akurat tentang sebenarnya
berapa besar biaya overhead yang digunakan dalam setiap unit produk yang dihasilkan oleh
perusahaan (Rusli & Fahmi, 2019).

Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode traditional costing masih


memiliki beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam
perhitungannya, sehingga sulit untuk mencapai biaya yang sesuai dan keuntungan yang
optimal (Mahardika & Lantang, 2021). Metode akuntansi biaya traditional costing cenderung
mengalokasikan semua biaya berdasarkan ukuran volume atau jumlah unit. Namun, banyak
biaya yang sebenarnya tidak berkaitan secara langsung dengan volume produksi, sehingga
penggunaan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan jumlah unit dapat mengakibatkan distorsi
dalam perhitungan biaya atau subsidi silang. Menurut Musfitria et al (2022) distorsi ini
disebabkan oleh ketidakakuratan dalam alokasi biaya, yang berdampak pada kesalahan dalam
penentuan biaya, pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Distorsi ini juga
dapat mengakibatkan undercost atau overcost pada produk. Untuk mengurangi distorsi biaya
dalam penentuan harga pokok produksi.

Ketepatan dalam perhitungan biaya dapat memiliki dampak pada maksimalisasi laba
perusahaan, sehingga perusahaan dapat memiliki keunggulan kompetitif dan bersaing dengan
pesaingnya (Prastiti et al., 2016). Salah satu pendekatan yang dianggap dapat membantu
meningkatkan akurasi perhitungan adalah dengan mengalokasikan biaya ke produk dan
menghitung dasar pengalokasian biaya aktivitas untuk setiap produk yang berbeda.
Pentingnya menentukan harga jual yang tepat adalah agar harga tersebut tidak terlalu rendah
sehingga dapat menutupi biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dan mencapai
keuntungan yang diinginkan (Kamasih et al., 2015). Namun, harga jual juga harus wajar dan
tidak terlalu tinggi agar perusahaan tetap dapat bersaing dengan pesaingnya. Untuk mencapai
penentuan harga jual yang tepat, perusahaan harus melakukan perhitungan yang akurat atas
harga pokok penjualan agar harga yang ditetapkan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Dengan demikian, perusahaan perlu secara efektif dan efisien menghitung biaya harga pokok
produksi (Koeshardjono et al., 2016).

Akurasi penghitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting untuk


mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap biaya produksi secara lebih detail.
Harga pokok produksi yang dihitung secara tepat dan akurat menjadi suatu keharusan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Harga jual produk ditentukan oleh perhitungan harga pokok
produksi sehingga HPP sangat berperan penting dalam penentuannya. Ketepatan dalam
penentuan biaya dapat menghasilkan keakuratan atas harga pokok produk. Oleh karenanya,
dalam menangani harga pokok produksi perusahaan diharapkan menganggapnya sebagai hal
yang serius untuk diperhatikan (Ramadhani & Wawo, 2016). Harga pokok produksi
merupakan seluruh biaya yang memiliki kaitan secara langsung dalam proses produksi
(Suwirmayanti & Yudiastra, 2018). Harga pokok produksi berupa jumlah biaya yang di
keluarkan untuk kegiatan produksi oleh perusahaan agar produk tersebut dapat dipasarkan
dan siap untuk dijual.

Unsur dari biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
baiaya overhead pabrik (Vinella, Ovina, & Hanif, 2022). Keakuratan perhitungan ini yang
paling menyulitkan yakni karena jenis biaya yang beragam dan jumlah yang relatif besar
sehingga sulit dalam pengidentifikasiannya. Sehingga, kebutuhan akan keakuratan
perhitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting dilakukan oleh individu yang
memiliki keahlian dalam menganalisis biaya agar pengklasifikasian biaya menjadi lebih
akurat dan tepat. Hal ini memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih
tepat dalam pengendalian biaya, perencanaan anggaran, dan penetapan harga produk. Selain
itu, perhitungan harga pokok yang akurat dapat mengefisienkan biaya dan meningkatkan
kontrol terhadap perusahaan (Gowardy & Brata, 2015).

Menurut Zahro et al (2016) menghasilkan bahwa penentuan harga pokok produksi


terdapat perbedaan hasil perhitungan dengan menggunakan metode akuntansi traditional
costing dengan menggunakan metode activity based costing (system ABC). Perhitungan
dengan dua metode tersebut menghasilkan perbedaan biaya overhead pabrik yang
mengakibatkan adanya perbedaan hasil harga produksi. Berdasarkan hasil penelitian Zahro et
al (2016) menghasilkan temuan penelitian yang mengungkap bahwa dalam menghitung harga
pokok produksi ketika menggunakan activity based costing berbeda hasil perhitungannya jika
menggunakan metode traditional costing. Kedua model perhitungan ini, antara metode
traditional costing dengan metode activity based costing dalam menghitung harga pokok
penjualan menghasilkan perhitungan hasil akhir dari harga produksi yang memiliki
perbedaan.

Fokus perhitungan yang ada dalam metode activity based costing lebih menekankan
pada biaya yang lebih spesifik dan sangat berbeda dengan metode traditional costing karena
metode activity based costing menghitung biaya yang tidak bisa dihitung dengan metode
traditional costing. Metode activity based costing dalam penerapannya sebenarnya hanya
sederhana yaitu dengan menghitung setiap aktivitas dalam operasional perusahaan yang dapat
menimbulkan biaya, sehingga perhitungannya bukan hanya produk saja tetapi juga setiap
produk yang menggunakan aktivitas didalamnya (Lantang et al., 2020).

Suatu entitas bisnis dapat menggunakan suatu metode perhitungan harga pokok
produksi yang tepat dengan menggunakan metode activity based costing (Mahardika &
Lantang, 2021). Sistem activity based costing dalam pendefinisiannya dan perannya saat ini
mengandung pengertian sebagai sebuah konsep dalam sebuah sistem informasi yang dapat
mendorong dan memberi motivasi kepada individu dalam merubah suatu metode perhitungan
yang digunakan untuk menghitung harga yang digunakan dalam proses produksi barang/jasa
untuk pelanggan. Metode activity based costing digunakan untuk mengatasi kelemahan dan
menyempurnakan metode traditional costing yang selama ini digunakan dalam proses
perhitungan dalam perusahaan manufaktur (Martus et al., 2011). Suatu kondisi atau transaksi
yang menimbulkan biaya disebut aktivitas.

Maka metode activity based costing yang dipergunakan dalam tujuan suatu
perusahaan untuk menghitung biaya produksi dan juga untuk meminimalkan overcosting
dalam perhitungan harga produksi juga untuk mengindari terjadinya perhitungan yang
undercosting. Disisi lain, activity based costing (ABC) atau costing berbasis aktivitas adalah
pendekatan alternatif yang diperkenalkan untuk mengatasi kelemahan metode traditional
costing, di mana mencoba untuk mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya overhead secara
lebih akurat, berdasarkan aktivitas yang sebenarnya terlibat dalam produksi (Mahesa, 2022).

Jika dibandingkan dengan akuntansi traditional costing, metode activity based


costing mencerminkan penerapan penelusuran biaya dalam lingkup keseluruhan. Metode
activity based costing ini merupakan suatu sistem atau metode dalam menghitung biaya, lebih
tepatnya biaya overhead dengan jumlah yang lebih dari satu kemudian dilakukan alokasi
dengan menggunakan suatu alokasi dasar yang jumlahnya hanya mencakup satu atau lebih
dan mengaitkannya dengan suatu faktor yang memiliki kaitan dengan volume. Namun, dalam
hal ini metode activity based costing juga memiliki kelemahan diantarnya sulitnya mengubah
pola kebiasaan manajer, data activity based costing yang dapat disalah artikan (Purnomo &
Pujiono, 2022). Dalam kesimpulannya, activity based costing merupakan metode perhitungan
biaya yang menekan pada aktivitas yang menghasilkan jasa. Activity based costing tidak
hanya berkutat pada perhitungan biaya produk secara tepat, tetapi juga digunakan untuk
mengendalikan biaya dengan memberikan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab
biaya tersebut. Martini et al (2022) menyatakan bahwa activity based costing memberikan
informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya.

Menurut penelitian yang dilakukan Wijaya (2020) dan Hadi (2020), metode activity
based costing memliki manfaat dalam membantu perusahaan dalam mengelompokkan biaya
dan aktivitas yang diperuntukkan kepada produk dengan lebih rinci. Metode activity based
costing juga diketahui memiliki tingkat akurasi dan detail yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode traditional costing yang sederhana. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Fauzan (2020) disimpulkan bahwa metode activity based costing memberikan manfaat
signifikan bagi pelaku usaha dalam mengetahui biaya per unit secara akurat dan rinci untuk
setiap produk. Temuan ini juga di dukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Martini et al., 2022). Sebelumnya, peneliti seperti Martusa (2011) dan Suratinoyo (2013)
juga telah mengamati hal serupa. Penelitian Martusa menunjukkan bahwa penggunaan
system biaya berdasarkan aktivitas dapat menghasilkan perhitungan biaya produksi yang
lebih tepat, yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai dasar yang baik untuk menentukan
harga jual produk. Dalam menggunakan activity based costing, alokasi biaya tidak langsung
dilakukan dengan lebih akurat sehingga menghasilkan perhitungan HPP dan harga jual yang
berbeda jika dibandingkan dengan metode perhitungan traditional costing yang digunakan
oleh perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan Maulana et al (2016: 168) ditemukan bahwa


penggunaan metode activity based costing system menghasilkan harga pokok kamar yang
lebih rendah (understate) untuk enam tioe kamar, sementara dua tipe kamar memiliki harga
pokok kamar yang lebih tinggi (overstate) jika dibandingkan dengan metode traditional
costing yang digunakan oleh perusahaan. Panekenan dan Sabijono (2014: 1426)
menunjukkan bahwa menggunakan metode activity based costing menghasilkan nilai yang
lebig rendah dibandingkan dengan perhitungan tradisional yang digunakan oleh perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti berinisiatif untuk menelusuri
transformasi metode tradisional costing ke activity based costing (ABC) dalam penentuan
harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan studi literatur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan studi kepustakaan atau bisa juga
disebut sebagai studi literatur. Studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini,
menggunakan data yang bersumber dari penemuan beberapa literatur atas penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian ini dan juga penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif yang merupakan pendekatan penelitian yang menghasilkan data berupa deskripsi.
Penelitian dengan menggunakan data yang bersumber dari studi pustaka atau studi literatur
merupakan penelitian dengan kajian pustaka dimana penelitian ini tidak memiliki tempat
kajian yang artinya hanya memusatkan pada perhatian kepustakaan saja dengan
memanfaatkan literatur yang ada pada jurnal-jurnal penelitian maupun buku. Penelitian ini,
merupakan penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan bahan kajian literatur yang
berhubungan atau memiliki keterkaitan dengan penelitian (Purwanto, 2008: 168).

Penelitian ini dalam daftar pustaka yang dimiliki jika dilihat hanya bersumber dari data
sekunder atau dengan kata lain datanya bukanlah data yang langsung diperoleh atau
didapatkan dari sumber utama, penelitian ini memiliki keterbatasan pada ruang dan waktu
dalam daftar pustakanya (Zed, 2008: 2-30). Menurut (Hamza, 2009:2) berpendapat bahwa
penelitian studi kepustakaan dapat dianggap tepat, namun tidak dapat dikatakan benar atau
bisa diterima apabila ditinjau atau dibandingkan dengan tujuan penelitian maka harus ada
perbandingan dengan tujuan penelitian. Oleh karenanya, umumnya tujuan penelitian yang
dirumuskan sebagai berikut:

1. Dikatakan sebagai penemuan, jika data penelitian yang diperoleh merupakan suatu
data kebaruan yang belum pernah diketahui
2. Dapat dibuktikan, apabila data penelitian yang diperoleh dapat difungsikan untuk
melakukan suatu pembuktian mengenai suatu hal yang masih menjadi keraguan
terhadap pengetahuan tertentu
3. Dapat dikembangkan, dapat dikatakan sebagai pengembangan apabila penelitian yang
dilakukan diperoleh data-data yang dapat difungsikan untuk menambah dan
mengembangkan pengetahuan yang telah ada
Penelitian ini di awali dengan mencari data dari sumber-sumber yang terpercaya yang
umumnya digunakan yaitu google atau browser sebagai media pencarian yang utama karena
sebagai tempat untuk melakukan publikasi dari jurnal-jurnal penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Selain itu, peneliti melakukan pemilihan terhadap jurnal-jurnal yang diperoleh
dengan menyesuaikannya dengan topik penelitian agar dapat diperoleh data yang terbaru dan
terakurat dengan sumber yang terpercaya. Adapun topik yang berkaitan dengan penelitian
dengan memilih jurnal dengan tipok tradisional costing, activity based costing dan harga
pokok produksi. Peneliti melakukan analisis yang berkaitan dengan melakukan perhatian atas
beberapa aspek-aspek yang dipilah dalam pencarian jurnal seperti judul penelitian jurnal,
nama peneliti dari jurnal tersebut, jurnal peneliti, tahun dilakukannya atau diterbitkannya
jurnal, kerangka atau ruang lingkup pembahasan dalam jurnal, topik yang dipilih oleh
peneliti jurnal, metode yang dilakukan dalam penelitian, persamaan rumus atau formula yang
digunakan dalam penelitian, dan hasil-hasil yang diperoleh dari jurnal penelitian terdahulu.
Data yang dikumpulkan dan dianalisis merupakan data sekunder dengan menelaah jurnal
yang terkait dengan menggunakan kata kunci atau keywords yaitu tradisional costing,
activity based costing, harga pokok produksi penelitian tahun 2011-2023.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Mencari jurnal terdahulu menggunakan kata kunci spesifik (Tradisional costing,


Activity based costing, dan harga pokok produksi

Melakukan klasifikasi jurnal terdahulu berupa: judul penelitian, nama peneliti, jurnal
peneliti, tahun penelitian, ruang lingkup penelitian, topik penelitian, metode
penelitian, persamaan rumus yang digunakan, hasil dan pembahasan

Melakukan review terhadap jurnal terdahulu

Menyimpulkan hasil review untuk peneliti selanjutnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 41 artikel sampel yang ada, peneliti melakukan analisa berdasarkan beberapa
aspek seperti tahun penelitian, ruang lingkup penelitian, topik penelitian, metode penelitian,
persamaan rumus yang digunakan, dan hasil penelitian dari masing-masing jurnal terdahulu.
Berikut ini adalah uraian dari masing-masing aspek tersebut.

Distribusi Berdasarkan Tahun Penelitian

Berdasarkan 41 artikel yang berhasil dikumpulkan, terlihat bahwa jurnal dengan tema
traditional costing dan activity-based costing paling banyak dilakukan pada tahun 2022 yaitu
sebanyak 7 artikel dan paling sedikit pada tahun 2014, 2019, 2021 yang hanya terdapat 1
jurnal yaitu sebanyak 1 artikel. Karena tahun 2023 masih berjalan maka masih ada
kemungkinan terjadi penambahan jumlah artikel. Gambar 2 di bawah ini memperlihatkan
distribusi 30 artikel sampel berdasarkan tahun penelitiannya.

Distribusi Berdasarkan Tahun Penelitian


8
7
6
5
4
3
2
1
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

Distribusi Berdasarkan Ruang Lingkup Penelitian

Dari 41 artikel yang berhasil dikumpulkan, terdapat 31 jurnal nasional dan 10 jurnal
internasional dengan tema traditional costing dan activity-based costing. Gambar 3 di bawah
ini memperlihatkan distribusi 41 jurnal sampel tersebut berdasarkan ruang lingkup
penelitiannya.

Distribusi Berdasarkan Ruang Lingkup


Penelitian
35
30
25
20
15
10
5
0
Nasonal Internasional

Series 1
Distribusi Berdasarkan Topik Penelitian

Berdasarkan topik penelitiannya, terlihat bahwa jurnal yang paling diminati berjumlah
16, membahas perhitungan harga pokok produksi menggunakan traditional costing dan
activity based costing. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode yang lebih akurat dalam
menghitung harga pokok produksi, dan metode yang digunakan adalah activity-based
costing. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan distribusi 41 jurnal berdasarkan topik
penelitiannya.

Topik Penelitian Jumlah Artikel


Activity based costing 5
Traditional Costing 1
Perhitungan HPP berdasarkan activity based costing 12
Perhitungan HPP berdasarkan traditional costing dan 16
activity based costing
Kalkulasi biaya dengan sistem activity based costing 5
Penentuan HPP dengan activity based costing dan analisis 1
regresi linier
Perubahan Model dari traditional costing ke activity based 1
costing
Distribusi Berdasarkan Hasil Penelitian

1. Activity based costing

Hasil penelitian dari 9 jurnal yang membahas Activity Based Costing (ABC)
menunjukkan bahwa sistem penetapan biaya berdasarkan ABC, yang dirancang oleh
Cooper dan Kaplan, bertujuan untuk mengatasi kelemahan sistem penetapan biaya
tradisional. Sistem ini bertujuan untuk mengalokasikan biaya yang sesuai dengan setiap
aktivitas yang terkait, dibandingkan dengan sistem tradisional, dan menghitung harga
biaya berdasarkan alokasi tersebut. Meskipun demikian, model ABC memiliki beberapa
masalah yang perlu diperhatikan dalam konteks organisasi, seperti biaya yang tinggi
untuk melakukan wawancara dengan individu, penggunaan pendekatan subyektif dan
mahal untuk mengevaluasi alokasi waktu, kesulitan perlindungan, dan pembaruan sistem.
Meskipun demikian, sistem biaya baru seperti ABC dapat menjadi kekuatan dalam
meningkatkan daya saing dan efisiensi di berbagai sektor, termasuk Manufaktur, Sektor
Jasa, dan organisasi Pemerintah. ABC memiliki potensi untuk mengubah secara
signifikan cara manajer menentukan campuran produk mereka, menetapkan harga
produk, mengidentifikasi sumber komponen, dan mengevaluasi teknologi baru.

2. Traditional costing

Berdasarkan analisis dari 9 jurnal yang membahas Activity Based Costing, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil perhitungan HPP antara metode traditional
costing dan activity based costing pada otak-otak dan nugget. Metode traditional costing
cenderung mengalami undercosting pada otak-otak dan overcosting pada nugget. Selisih
rata-rata laba kotor antara kedua metode tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
metode activity based costing lebih sesuai dalam menghitung HPP. Perbedaan
perhitungan HPP antara kedua metode ini memiliki dampak signifikan pada laba kotor.
Metode traditional costing menghasilkan perbedaan laba kotor yang besar antara kedua
produk tersebut, sedangkan metode activity based costing menghasilkan perbedaan laba
kotor yang hampir sama. Selain itu, penerapan metode traditional costing dibandingkan
dengan metode activity based costing akan menyebabkan penurunan laba sebesar ± 5-
10% dari total penjualan pada produk nugget, sementara laba pada produk otak-otak akan
meningkat sebesar ± 19-25%.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, R. (2012). Implementasi Activity Based Costing system dalam Menentukan


besarnya tarif jasa rawat inap (Studi Kasus di RS XYZ). Jurnal ELKHA, 19-25.

Fauzan, R. (2020). Pengambilan Keputusan Strategis dalam Penentuan Harga Jual Produk
dengan Menggunakan Pendekatan Activity Based Costing. Studi Kasus UMKM Tia
Konveksi. Jurnal Profita Akuntansi dan Bisnis.

Hadi, A. S. (2020). Analisis Pebandingan Penentuan Harga Krupuk Pati Menggunakan


Metode Activity Based Costing dan Metode Tradisional (Studi pada "Krupuk Pati Cap
Mantri" di Gresik). Repository STIE Mahardhika.

Hamzah, A. (2019). Metode Penelitian Kepustakaan, Malang: Litersi Nusantara, 2.

Kamasih, J., Saerang, D. P. E., & Mawikere, L. 2015. Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) pada UD.
Cella Cake dan Bakery Manado
Kaukab, M. E., 2019. “Implementasi Activity-Based Costing Pada UMKM”, Journal of
Economic, Management, Accounting and Technology (JEMATech), Vol.2, No.1:69- 78

Koeshardjono, R. H., Hudzafidah, K., Marush, N. F. 2016. Analisis Penerapan Metode


Activity Based Costing Method Untuk Meningkatkan Akurasi Dalam Menentukan
Perhitungan Harga Pokok Produksi. Jurnal Ecobuss, 4(2)
Lantang, K., & Raimanu, G. (2020). Activity Based Costing (ABC) Pada Institusi Pendidikan
Tinggi (Studi pada PTS di Sulawesi Tengah). Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis,
4(2), 384-395.

Lepar , S. M., Morasa, J., & Mawikere, L. (2014). Penerapan Harga Pokok Produksi dengan
Metode Acitvity Based Costing pada PT. Fortuna Inti Alam di Manado Sulawesi
Utara. Jurnal EMBA, 1349-1360.

Mahardika, F. P., & Lantang, K. (2021). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Usaha
Mikro dengan Menggunakan Metode Acitivity Based Costing (Studi Kasus Pada
Usaha Tahu dan Tempe Gunung Sari di Kota Poso). Jurnal EKOMEN, 13-28.
Mahesha. V. (2022). A Comparative Study Of Activity Based Costing And Traditional
Costing As A Fragment Of Pricing. Saarj Journal On Banking & Insurance Research
(SJBIR), 1-9.

Martini , R., Chaerunisa, M. S., Sarikadarwati, Arifin, K. Z., & Sulaiman. (2022).
Rekomendasi Penentuan Harga Pokok Produksi Berbasis Activity Based Costing.
Journal of Economic, Management, Accounting and Technology (JEMATech), 160-
166.

Martusa, Riki dan Agnes Fransisca Adi. 2011. Peranan Activity Based Costing System
Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang Sebenarnya Untuk Penetapan
Harga Jual (Studi Kasus Pada PT. Panca Mitra Sandang Indah). Akurat Jurnal Ilmiah
Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2, JanuariApril.

Maulana, Ardi Helmy., Dzulkirom. dan Dwiatmanto. 2016. Analisis Activity Based Costing
(ABC System) Sebagai Dasar Menetukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus
pada Hotel Selecta Kota Batu Tahun 2014). Jurnal Administrasi Bisnis. 30. (1): 161-
170.

Musfitria, A., Sudjana, K., & Septiyani, D. (2022). Analisis Perbandingan Penerapan
Activity-Based Costing System Dengan Metode Tradisional Untuk Menentukan Harga
Pokok Produk. Al-Kharaj : Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, 4(6), 1554–
1570. Https://Doi.Org/10.47467/Alkharaj.V4i6.967

Mutiah, N. A., Hariyanti, W., & Harjito, Y. (2020). Analisis Penentuan Harga Pokok
Produksi Dengan Penerapan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada PT. Peni
Regency Tahun 2019). Edunomika, 4(2), 347–358.

Panekenan, Indah dan Sabijono, Harijanto. (2014). Penerapan Metode Activity Based Costing
Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Inap Pada Penginapan Vili Calaca Manado.
Jurnal EMBA. 2. (2): 1417-1428.

Prastiti, A. E. D., Saifi, M., & Zahro. 2016. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi
dengan Metode Activity Based Costing System (System ABC) (Studi Kasus pada CV.
Indah Cemerlang Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 39(1)
Purnomo , D. E., & Pujiono, A. (2022). Penerapan Activity Based Costing Pada Bengkel Las
dan Konstruksi "Artomoro" Pekalongan. Jurnal Neraca , 30-39.
Purwanto. (2008). Metodelogi penelitian kuantitatif untuk psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 168.

Rahmadani, N., & Wawo, A. 2016. Penentuan Harga Pokok Produksi Pembangunan Rumah
dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing (Studi Pada Perum Perumnas
Regional VII Makassar). Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, 2(1)
Rusli, A., & Fahmi, A. (2019). Prakiraan Dampak Penerapan Activity Based Costing System
Prakiraan Dampak Penerapan Activity Based Costing System.

Suratinoyo, Ayu W. 2013. Penerapan Sistem ABC Untuk Penentuan Harga Pokok Produksi
Pada Bangun Wenang Beverage. JURNAL EMBA Vol 1 No 3, September. Hal 658-
668.
Tandiontong, M., & Lestari, A. (2011). Peranan Acitivity Based Costing System dalam
Perhitungan Harga Pokok Terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan (Studi
Kasus pada PT. Retno Muda Pelumas Prima Tegal). Jurnal Ilmiah Akuntansi.

Vinella, C., Ovina, M. E., & Hanif, H. (2022). Studi Literatur: Penggunaan Metode Activity
Based Costing dalam Membebankan biaya Overhead Pabrik pada Cost Objektiv.
Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 427-440.

Wijaya, M. S. (2020). Perbandingan Penentuan Harga/Tarif Donat dengan Menggunakan


Metode Activity Based Costing dan Metode Traditional Costing (Home Industri
"Donat Wijaya" di Sidoarjo). Repository STIE Mahardika.

Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2-3

Anda mungkin juga menyukai