Anda di halaman 1dari 58

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333642268

TINJAUAN PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BAN DENGAN METODE


ACTIVITY PROCESS COSTING PADA PT. GOODYEAR INDONESIA, TBK

Thesis · November 2014


DOI: 10.13140/RG.2.2.35747.30241

CITATIONS READS

0 1,526

2 authors, including:

Desi Efrianti
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Indonesia, Bogor
23 PUBLICATIONS   90 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Accounting Research View project

All content following this page was uploaded by Desi Efrianti on 06 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TINJAUAN PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI
BAN DENGAN METODE ACTIVITY PROCESS COSTING
PADA PT. GOODYEAR INDONESIA, TBK

MUHAMMAD RIZAL SANUSI

DESI EFRIANTI

ABSTRAK

PT. Goodyear Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan di dunia


yang memproduksi satu produk saja yaitu ban secara berkelanjutan
(homogen). Dalam penetapan harga pokok produksinya metode biaya
proses atau process costing merupakan salah satu alternatif yang
digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi.

Tujuan dari peninjauan ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan


metode biaya proses dalam penentuan harga pokok produksi ban pada PT.
Goodyear Indonesia, Tbk adalah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum.

Dari hasil peninjauan yang dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa


penetapan harga pokok produksi yang ditetapkan PT. Goodyear Indonesia,
Tbk dalam melakukan alokasi biaya pada setiap departemen produksi
berdasarakan anggaran tahunan yang ditetapkan perusahaan. Pada
komponen perhitungan harga pokok produksinya faktor produk gagal
menjadi salah satu komponen yang harus dipertimbangkan.

Keywords : Metode activity process costing


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengambilan Judul

Proses merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi

secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian

atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses

mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat – sifat dari

satu sifat atau lebih objek dibawah pengaruhnya. Definisi lain dari proses

adalah serangkaian kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi yang

mengubah input (masukan) menjadi output (keluaran). Kegiatan ini

memerlukan alokasi sumber daya (seperti orang dan peralatan, bahan

baku atau komponen) atau intangible (tidak berwujud seperti energi atau

informasi). Output (keluaran) juga dapat tidak diinginkan seperti limbah

atau polusi.

Sistem merupakan sekumpulan objek yang mencakup hubungan

fungsional antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek secara

keseluruhan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan

tertentu. Organisasi sangat tergantung pada sistem informasi agar dapat

kompetitif dalam segmentasi perkembangan bisnisnya. Sistem informasi

mempunyai arti penting dalam pengumpulan data, penyimpanan data dan

pengolahan data, mengidentifikasi masalah serta peramalan bisnis.

Sebuah sistem informasi dapat mempermudah pengambilan keputusan

oleh manajer dalam suatu perusahaan.

Laporan keuangan yang baik sangat membantu manajemen dalam

melakukan pengambilan keputusan – keputusan penting bagi kemajuan

perusahaan atau organisasi yang dipimpin. Dalam rangka menyiapkan

1
laporan keuangan yang baik, maka diperlukan kemampuan yang mumpuni

dari jajaran manajemen dalam melakukan perhitungan biaya – biaya yang

terkait. Salah satu sistem perhitungan biaya tersebut adalah perhitungan

biaya berdasarkan proses.

Perhitungan biaya dalam proses atau process costing termasuk

dalam salah satu desain sistem yang penting dalam pembuatan laporan

keuangan, sehingga laporan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu

sumber informasi yang akurat oleh manajemen demi menentukan

keputusan – keputusan penting bagi perusahaan. Bagi perusahaan atau

industri yang memproduksi produk yang homogen (sejenis) secara terus

menerus, perhitungan biaya dalam proses atau process costing menjadi

alternative yang efektif dalam menetapkan harga pokok produksi.

Dari pemaparan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul

“Tinjauan Penetapan Harga Pokok Produksi Ban Dengan Metode Activity

Proses Costing pada PT.Goodyear Indonesia, Tbk”.

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk lebih terarahnya penulisan dan pembahasan dalam tugas

akhir ini, terdapat beberapa masalah yang akan diidentifikasi antara lain :

1. Bagaimana alokasi biaya pada setiap masing – masing departemen

pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk?

2. Bagaimana cara perhitungan penetapan harga pokok produksi ban

pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk?

2
1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui secara jelas dan tepat mengenai bagaimana

sistem dan prosedur penetapan harga pokok produksi ban dengan

menggunakan metode process costing.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam

mengatasi kekurangan dan kelemahan pada perusahaan ,

khususnya mengenai penerapan metode process costing sistem

dalam penentuan harga pokok produksi.

3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti antara teori dalam

metode process costing sistem dalam menentukan harga pokok

produksi yang diterima di perkuliahan dengan keadaan yang

sebenarnya yang terjadi di perusahaan.

4. Untuk meninjau alokasi pembiayaan dalam menetapkan harga

pokok produksi ban.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui apakah untuk

meninjau penerapan metode process costing dalam penentuan

harga pokok produksi yang sesuai dengan prinsip Akuntansi yang

berlaku umum.

1.4 Waktu dan Tempat Praktek Kerja

Penulis merupakan salah satu bagian dari asosiasi pekerja pada

PT. Goodyear Indonesia, Tbk dan melakukan tinjauan dan pengolahan

data yang berlokasi di Jalan Pemuda No. 27 Kebon Pedes Tanah Sereal,

Kecamatan Tanah Sereal, Bogor Jawa Barat Kode pos 16161 Telp (+62

251) 8332071 Fax (+62 251) 8328088.

3
Pelaksanaan peninjauan dan penulisan berlangsung 2 bulan yaitu

mulai tanggal 1 April 2014 sampai dengan tanggal 31 Mei 2014.

Peninjauan dan pengolahan data dilakukan selama 3 hari kerja yaitu setiap

hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Dimulai dari pukul 15.00 sampai dengan

18.00 WIB.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Biaya

a) Pengertian Biaya

Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan memerlukan

biaya. Menurut Mulyadi (2009 : 8) “Biaya dalah pengorbanan sumber

ekonomi yang diukur dalam uang, yang terjadi atau kemungkinan akan

terjadi untuk mencapai tujuan tersebut”. Dalam akuntansi di Indonesia,

biaya sering kali diartikan rancu antara beban dengan biaya.

Secara spesifik biaya dan beban sebenarnya sama - sama

merupakan pengembangan nilai dari sumber – sumber ekonomi atau

faktor – faktor produksi. Walaupun keduanya merupakan pengorbanan

nilai – nilai sumber ekonomi namun tujuannya tidak sama. Tujuan dari

biaya adalah untuk menghasilkan barang atau produk.

b) Penggolongan Biaya

Biaya dapat digolongkan dalam berbagai macam cara.

Penggolongan biaya umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang

hendak dicapai, karena untuk tujuan yang berbeda diperlukan suatu

cara penggolongan yang berbeda pula atau dengan kata lain tidaka ada

satu konsep biaya yang memenuhi berbagai tujuan. Biaya yang terjadi

dalam perusahaan perlu digolongkan secara sistematis kedalam

golongan yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih

punya arti bagi manajemen.

Menurut Mulyadi (2009 : 14) penggolongan biaya dapat

dikelompokkan menjadi 5 golongan yaitu :

5
1) Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran

Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran merupakan

penggolongan biaya yang lebih sederhana, dimana nama objek

pengeluaran yang merupakan dasar penggolongan biaya.

Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka

semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar

disebut “biaya bahan bakar”.

2) Penggolongan biaya berdasarkan fungsi – fungsi pokok dalam

perusahaan

Fungsi – fungsi pokok yang terdapat dalam perusahaan

manufaktur adalah biaya pabrik dan biaya non pabrik. Biaya –

biaya yang terjadi selalu berhubungan dengan masing – masing

fungsi tersebut, maka sesuai dengan fungsinya masing – masing

biaya dapat digolongkan menjadi :

1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi dalam

hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi

produk jadi dengan menggunakan fasilitas – fasilitas pabrik.

2. Biaya non pabrik

Biaya non pabrik adalah biaya yang terjadi dalam perusahaan

tetapi tidak berhubungan dengan proses produksi, atau tujuan

utama terjadinya bukan dalam rangka proses produksi. Biaya

non pabrik terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi

dan umum.

6
Biaya penjualan terdiri dari biaya untuk mendapatkan dan

memenuhi pesanan pelanggan. Contohnya : biaya iklan, biaya

promosi, dan biaya angkutan.

Sedangkan biaya administrasi terdiri dari semua biaya

eksekutif, organisasi dan biaya tulis menulis yang menunjang

kebijaksanan dan pengarahan secara keseluruhan. Contohnya :

biaya gaji karyawan, gaji direksi, gaji biaya pemeriksaan

akuntan, dan sebagainya.

3) Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu

yang dibiayai

Atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

dapat dibagi dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak

langsung.

a. Biaya Langsung

Biaya langsung terdiri dari biaya – biaya bahan dan tenaga

kerja langsung, yaitu secara langsung dan tanpa banyak

kesulitan dapat dihubungkan dengan kesatuan – kesatuan

suatu produk.

b. Biaya Tidak Langsung

Biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasi

pada objek atau sub biaya yang manfaatnya dinikmati oleh

beberapa objek atau pusat biaya.

4) Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap

perubahan volume kegiatan

Untuk kepentingan pengendalian biaya, biaya dapat

digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam

7
hubungannya dengan volume produksi, yaitu biaya tetap,

biaya variable, dan semi variable.

c. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak akan

mengalami perubahan walaupun volume produksi

mengalami perubahan sampai kepada batas kapasitas

maksimum, dimana semakin besar produksi maka biaya per

unit semakin kecil.

Biaya ini berhubungan dengan kapasitas volume, karena

pemisahan biaya dan karakteristiknya diperlukan dalam

membuat keputusan.

Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Biaya total yang tidak berubah atau dipengaruhi oleh

periode yang ditentukan atau kegiatan tertentu.

2. Biaya per intinya berbanding terbalik dengan perubahan

volume, pada volume terndah biaya tetap per unitnya

tinggi, sebaliknya pada volume yang tinggi biaya per

unitnya rendah.

d. Biaya Variabel

Biaya variable adalah biaya yang jumlahnya berubah –

ubah secara optimal dengan berubahnya volume

produksi, akan tetapi secara unti atau kesatuan

jumlahnya tetap.

Biaya ini memiliki pola sebagai berikut :

1. Total biaya variable berubah proporsional dengan

perubahan volume atau kapasitas, makin besar

8
kapasitas yang digunakan semakin besar pula total

biaya variable, demikian sebaliknya.

2. Per unit biaya variable konstan / tetap

e. Biaya Semi variable

Biaya semi variable adalah biaya yang mengandung

unsur biaya tetap dan variable. Biaya ini akan berubah –

ubah jumlah totalnya sesuai dengan perubahan aktivitas

produksi tetapi perubahannya tidak sebanding dengan

perubahan volume produksi.

5) Penggolongan biaya atas dasar waktunya

Agar perhitungan laba / rugi dan penetuan harga pokok produksi

dapat dilakukan secara teliti, maka biaya – biaya digolongkan

sesuai dengan pembebanannya ke dalam periode akuntansi atas

dasar waktunya.

Biaya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu

pengeluaran modal (Capital Expenditure) dan pengeluaran

penghasilan / pendapatan (Revenue Expenditure).

a) Pengeluaran modal adalah biaya yang dapat dinikmati lebih

dari satu periode akuntansi. Pada saat terjadinya pengeluaran

modal tersebut dicatat sebagai harga pokok aktiva yang akan

dialokasikan sesuai dengan periode dimana pengeluaran

tersebut dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan yang

diperoleh.

b) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang dinikmati oleh

periode akuntansi saat biaya tersebut terjadi yang disajikan

dalam laporan laba rugi.

9
2.1.2 Biaya Produksi

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak

dibidang pengolahan bahan baku menjadi barang jadi, atau dengan kata

lain untuk memberikan nilai tambah terhadap barang yang diolah sebagai

bahan baku. Proses pengolahan bahan baku pada perusahaan manufaktur

hingga menjadi barang jadi tidaklah terjadi dengan sendirinya. Proses

pengolahan ini melibatkan secara fisik tenaga kerja (buruh) dan overhead

pabrik yang berfungsi merubah bahan baku menjadi barang jadi. Oleh

karena itu unsur bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik

merupakan unsur – unsur utama didalam proses produksi.

Menurut Mulyadi (2009 : 14) : “Biaya produksi adalah biaya – biaya

yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap

dijual”. Sedangkan menurut Karyana (2008 : 81) : “Biaya produksi adalah

biaya – biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi atau semua beban

yang ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu barang / jasa”.

a) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah merupakan biaya yang jumlahnya relative

sangat besar dalam rangka menghasilkan suatu jenis output. Bahan

baku yang diolah dalam perusahaan industri dapat diperoleh dari

pembelian atau pengolahan sendiri. Contoh bahan baku langsung

yaitu karet dalam pembuatan ban atau tepung terigu dalam

pembuatan roti.

Apabila perusahaan memperoleh bahan baku dari pembelian maka

selain harga pembelian juga diperhitungkan unsur – unsur lainnya

yaitu potongan pembelian, biaya angkut bahan baku dan biaya

penyimpanan. Untuk biaya angkut bahan baku perusahaan dapat

10
mengalokasikan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang

dibeli dan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Untuk mencatat besarnya biaya bahan baku yang dipakai dapat

dilakukan dengan dua sistem yaitu :

1) Sistem Periodik

Pada sistem ini setiap pencatatan persediaan hanya dilakukan

pada akhir periode

2) Sistem Perpetual

Dalam sistem perpetual setiap mutasi persediaan selalu dicatat

pada kartu persediaan. Dalam sistem ini bahan baku yang

dipergunakan dan yang tersedia dapat dilihat dari kartu

persediaan sedangkan untuk sistem periodik terlebih dahulu

harus dilakukan inventory taking untuk mengetahui besarnya

bahan baku yang dipakai.

b) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung terlibat

dalam proses produksi, serta dapat ditelusuri dengan mudah

terhadap produk yang dihasilkan dan merupakan tenaga kerja

utama untuk menghasilkan suatu produk. Biaya tenaga kerja

langsung (direct labour cost) adalah upah atau kompensasi yang

dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yang bekerja di bagian

produksi. Contoh tenaga kerja langsung adalah pekerja yang

langsung mengoperasikan alat di pabrik. Unsur – unsur dalam biaya

tenaga kerja langsung meliputi gaji pokok, upah lembur, premi shift,

bonus, gratifikasi, dan tunjangan lainnya.

11
c) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan elemen biaya produksi selain

biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terdiri dari

macam – macam biaya yang semuanya tidak dapat ditelusuri

secara langsung kepada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya

perusahaan untuk merealisasi pendapatan.

Walaupun biaya overhead pabrik tidak langsung pada prosuk yang

dihasilkan, tetapi tetap diperlukan sebagian biaya overhead pabrik

seringkali berubah – ubah dari waktu ke waktu, baik karena faktor

musiman, perubahan kapasitas produksi, maupun sejenisnya.

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara

penggolongan yaitu penggolongan biaya overhead menurut

jenisnya, menurut perilaku dalam hubungan dengan perubahan

volume produksi, dan hubungan antar departemen.

1) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut jenisnya yaitu:

a. Biaya bahan penolong merupakan biaya bahan yang diolah

menjadi bagian dari produk jadi tetapi kadang – kadang sulit

teridentifikasi keberadaannya pada produk yang dihasilkan.

Dengan kata lain, biaya bahan penolong merupakan biaya

bahan baku penunjang agar produk jadi yang dihasilkan

lebih sempurna.

b. Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya suku

cadang, biaya bahan baku habis pakai dan harga perolehan

jasa dari pihak luar perusahaan. Untuk perbaikan dan

pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik, mesin – mesin

dan aktiva lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

12
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja

pabrik yang upahnya tidak diperhitungkan secara langsung

kepada produk atau pesanan tertentu. Contohnya upah

lembur, tunjangan, dan biaya kesejahteraan.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva

tetap yang mencakup biaya – biaya depresiasi emplacement

pabrik, bangunan pabrik, peralatan mesin – mesin, dan

perkakas laboratorium dan aktiva lainnya yang digunakan

pabrik.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu yang

mencakup biaya asuransi gedung, asuransi mesin dan

peralatan, asuransi kecelakaan karyawan, dan lain – lain.

f. Biaya overhead pabrik lainnya yang mecakup biaya secara

langsung memerlukan pengeluaran tunai meliputi biaya

reparasi yang diserahkan pada pihak luar perusahaan

misalnya biaya listrik, air, telepon, internet, dan sebagainya.

2) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilaku dalam

hubungan dengan perubahan volume produksi dapat

digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik

yang tidak berubah sebanding dengan perubahan kegiatan

tertentu.

b. Biaya overhead pabrik variable adalah biaya overhead

pabrik yang berubah – ubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan.

13
c. Biaya overhead pabrik semi variable adalah biaya overhead

pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan

volume kegiatan.

3) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungan antar

departemen, yaitu :

a. Biaya overhead pabrik departemen, merupakan biaya

overhead pabrik yang dinikmati oleh satu departemen

tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen

itu sendiri. Contohnya yaitu biaya gaji dari departemen itu

sendiri.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen

merupakan biaya overhead yang dinikmati oleh lebih dari

satu departemen.

d) Biaya Mutu

Biaya mutu (Quality cost) adalah biaya yang bersangkutan dengan

penciptaan, pengidentifikasian,perbaikan dan pencegahan produk

cacat. Biaya mutu diperlukan oleh manajemen dalam melakukan

perencanaan,pengendalian dan pengambilan keputusan tentang

mutu produk. Manajemen perlu memahami biaya mutu (quality cost)

yang merupakan biaya yang terjadi karena adanya atau

kemungkinan mutu produk yang rendah.

Biaya mutu dapat dibagi menjadi empat kelompok :

1. Biaya pencegahan ( Prevention Cost )

Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat dalam

produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaa /biaya-biaya yang

berhubungan dengan upaya pencegahan kegagalan internal

maupun eksternal. Tujuan dikeluarkan biaya pencegahan ini adalah

14
untuk menurunkan kuantitas produk yang tidak memenuhi

spesifikasi mutu yang telah ditetapkan, sehingga menurunkan biaya

kegagalan.

Contoh Biaya pencegahan adalah :

a. Perencanaan kualitas : Biaya –biaya yang berkaitan dengan

aktivitas perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk

penyiapan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk

mengkomunikasikan rencana kualitas keseluruh pihak yang

berkepentingan. Contohnya : biaya perencanaan mutu,

b. Tinjauan ulang produk baru ( New product Review ) : Biaya –

biaya yang berkaitan dengan rekayasa keandalan (reliability

engineering) dan aktivitas - aktivitas lain yang terkait dengan

kualitas yang berhubungan dengan pemberitahuan desain baru.

Contonya: biaya pelaporan mutu , biaya penelaahan terhadap

terhadap desain produk, gugus kendali mutu (quality circle).

c. Pengendalian Proses : Biaya –biaya inspeksi dan pengujian

dalam proses untuk menentukan status dari produk.

d. Audit kualitas : Biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi

atas pelaksanaan aktivitas dalam rencana kualitas secara

keseluruhan.Contohnya : biaya rekayasa mutu

e. Pelatihan ; biaya –biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan

pelaksanaan program-program pelatihan yang berkaitan

dengan kualitas.Contohnya : biaya program pelatihan mutu

2. Biaya penilaian ( Appraisal Cost ) yaitu : biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk menentukan apakah produk & jasa sesuai (

derajat konformansi ) dengan persyaratan kualitas ( spesifikasi

yang ditetapkan ).

15
Contoh biaya penilaian adalah :

a. Inspeksi dan pengujian kedatangan material : biaya–biaya yang

berkaitan dengan penentuan kualitas dari material yang dibeli,

apakah melalui inspeksi pada saat penerimaan, dilakukan oleh

pemasok, atau inspeksi yang dilakukan oleh pihak ketiga.

Contohnya : biaya pengujian bahan baku, biaya inspeksi

pembungkusan, verifikasi pemasok, pengujian dilapangan,

biaya penilaian pemasok

b. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses: biaya-biaya yang

berkaitan dengan evaluasi tentang kesesuaian produk dalam

proses terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang

ditetapkan.

c. Inspeksi dan pengujian produk akhir: biaya-biaya yang

berkaitan dengan evaluasi tentang kesesuaian produk akhir

terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang ditetapkan.

d. Audit kualitas produk: biaya-biaya untuk melakukan audit

kualitas pada produk dalam proses atau produk akhir.

Contohnya biaya aktivitas pengawasan. Product Acceptance

adalah pengambilan sampel dari satu batch produk jadi untuk

menentukan apakah produk dalam batch tersebut memenuhi

mutu yang telah ditetapkan. Process Acceptance adalah

pengambilan sampel dari proses produksi yang sedang berjalan

untuk melihat apakah proses produksi berjalan dalam kendali

dan tidak menghasilkan produk cacat.

e. Pemeliharaan akurasi (ketepatan, ketelitian) peralatan

pengujian : biaya-biaya dalam melakukan penyesuaian untuk

mempertahankan akurasi pengukuran dan peralatan.

16
f. Evaluasi stok : biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian

produk dalam penyimpanan untuk menilai degradasi (

penurunan tingkat ) kualitas.

3. Biaya kegagalan intern (internal failure costs) yaitu : biaya-biaya

yang berhubungan dengan kesalahan atau terjadinya

ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah

ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) sebelum

produk sampai ke konsumen.

Contohnya adalah :

a. Scrap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja,

material dan overhead pada produk cacat yang secara

ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali.

b. Pekerjaan ulang (rework) merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk memperbaiki kesalahan (mengerjakan ulang) produk

guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan .

c. Analisis kegagalan (Failure Analysis) merupakan biaya yang

dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk

yang telah mengalami pengerjaan ulang atau perbaikan

kembali.

d. Inspeksi ulang dan pengujian ulang (reinspection and retesting)

merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang

dan pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan

ulang atau perbaikan kembali.

e. Down grading adalah selisih antara harga jual normal dan

harga yang dikurangi karena alasan kualits.

f. Avoidable Process Losses merupakan biaya-biaya kehilangan

yang terjadi, meskipun produk itu tidak cacat.

17
4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure costs) yaitu biaya -

biaya yang berhubungan dengan kesalahan atau terjadinya

ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah

ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) setelah

produk sampai ke konsumen.

Contohnya adalah :

a. Jaminan (warranty) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penggantian atau perbaikan kembali produk yang masih berada

dalam masa jaminan.

b. Penyelesaian keluhan (complaint adjustment) merupakan

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan dan

penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.

c. Produk dikembalikan (Returned Product) merupakan biaya-

biaya yang berkaitan dengan penerimaan dan penempatan

produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.

d. Allowances merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan

konsesi pada pelanggan karena produk yang berada dibawah

standar kualitas yang sedang diterima oleh pelanggan atau

yang tidak memenuhi spesifikasi dalam penggunaan.

2.1.3 Harga Pokok Produksi

Menurut Supriyono (2006 : 11) “Harga pokok produksi adalah aktiva

atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan

termasuk biaya produksi”. Menurut Bustami dan Nurlela (2008 : 40) :

“Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya

kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan

18
dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya

memasukkan unsur biaya produksi variabel saja”.

a) Metode perhitungan harga pokok produksi

Metode penentuan harga pokok produksi suatu barang

merupakan tujuan pokok akuntansi biaya. Harga pokok produksi

tersebut diperoleh melalui pengumpulan biaya –biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Ada tiga metode

perhitungan harga pokok produksi yaitu :

1. Metode harga pokok sesungguhnya (actual cost)

Dalam metode ini perhitungan harga pokok produksi per unti

berdasarkan biaya bahan baku sesungguhnya, biaya tenaga

kerja langsung sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik

sesungguhnya. Metode perhitungan harga pokok produksi

sesungguhnya biasanya digunakan pada metode harga pokok

proses yang menggunakan pencatatan persediaan produk jadi

dengan metode periodik.

2. Metode harga pokok normal (normal costing)

Pada metode ini, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung berdasarkan biaya sesungguhnya karena biaya

tersebut mudah untuk ditelusuri kepada produk tertentu, dan

biaya overhead pabrik menggunakan tarif pembebanan di muka.

Metode ini biasanya digunakan pada metode harga pokok

pesanan (job order costing) yang menggunakan pencatatan

persediaan produk jadi dengan metode perpetual.

3. Metode harga pokok standar (standard costing)

Dalam metode ini, perusahaan terlebih dahulu menetapkan

harga pokok produk per unit dengan menggunakan standar

19
tertentu, sehingga harga pokok produk per unit bukan harga

pokok sesungguhnya, tetapi harga pokok yang seharusnya.

Metode harga pokok standar ini biasanya digunakan pada

perusahaan yang memproduksi secara massal dan

menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan

metode perpetual. Dalam suatu sistem harga pokok semua

biaya lebih dulu ditetapkan dimuka sebelum produksi dimulai.

Produk – produk dalam operasi – operasi atau proses- proses

dihitung biayanya dengan menggunakan standar baik mutu

maupun untuk jumlah uangnya.

b) Metode penentuan harga pokok produksi

Ada beberapa cara yang digunakan untuk menentukan harga pokok

produksi yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok

proses.

1. Metode harga pokok pesanan (Job order Costing)

Harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok

dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau

jasa secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat

dipisahkan identitasnya. Metode harga pokok pesanan biasanya

digunakan oleh perusahaan – perusahaan yang membuat

produksinya berdasarkan pesanan, bentuk dan kualitas produk

dibuat sesuai dengan keinginan pemesan seperti industri pesawat

terbang, industri galang kapal, industri percetakan, industri mebel,

dan industri mesin – mesin pesanan. Karakteristik perusahaan yang

menggunakan metode harga pokok pesanan adalah :

20
a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai

spesifikasi pemesanan dan setiap jenis produk perlu dihitung

harga pokok produksinya secara individual.

b. Untuk meringkas data dan biaya yang dikeluarkan,

dibuatkan kartu harga pokok untuk setiap pesanan

c. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja

langsung diperhitungkan secara langsung kepada pesanan

yang bersangkutan berdasarkan biaya yang sesungguhnya

terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan

berdasarkan tarif yang ditentukan terlebih dahulu.

2. Metode harga pokok proses (Process Costing)

Menurut bustami (2008 : 99) : “Dalam penentuan biaya proses,

semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi

dapat diiktisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing –

masing departemen”. Ada lima langkah yang perlu dilakukan untuk

metode harga pokok proses (process costing sistem) yaitu :

a. Mengidentifikasi masing – masing pusat pengolahan

b. Mengakumulasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

biaya overhead pabrik untuk masing – masing pengolahan

yang terpisah selama beberapa periode tertentu.

c. Mengukur keluaran masing – masing pusat pengolahan

yang terpisah yang dinyatakan dalam satuan produksi

ekuivalen.

d. Membagi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik dengan satuan ekuivalen untuk

mendapatkan harga pokok produksi satuan masing –

masing pusat pengolahan yang terpisah.

21
e. Menjumlahkan harga pokok satuan masing – masing pusat

pengolahan yang terpisah untuk mendapatkan total harga

pokok suatu produk yang sudah jadi sepenuhnya.

Dalam penerapan metode process costing sistem dalam penetuan

harga pokok produksi harus diperhatikan faktor – faktor sebagai

berikut :

a. Jenis dan jumlah yang dihasilkan

b. Jangka waktu proses produksi

c. Jumlah tahap – tahap operasi atau departemen produksinya

d. Jumlah departemen dimana harus ditambahkan serta akibat

tambahan terhadap produk yang dihasilkan

e. Ada atau tidaknya produk yang hilang, rusak selama proses

produksi berlangsung

f. Ada atau tudaknya produk dalam proses awal periode

Karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok

proses (process costing sistem) yaitu :

a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar

b. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu,

misalnya bulan, tahun, dan sebagainya

c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah

produksi berisi produksi standar untuk jangka waktu tertentu

d. Tujuan produksi tidak dimaksudkan untuk memenuhi

permintaan khusus dari pelanggan tertentu. Produksi

dilaksanakan untuk mengisi persediaan yang selanjutnya

dijual dengan mengingat permintaan pasar yang sudah

diperkirakan terlbih dahulu untuk suatu jangka waktu

tertentu.

22
3. Metode Full Costing

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk

dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai

unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead

pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik

yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk

yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada

kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik

sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan

melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum

dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok

penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.

Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan

ternyata menyerap jasa biaya overhead Tetap walaupun tidak

secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan

sebagai komponen pembentuk produk tersebut.

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga

pokok produksi , yanag terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berprilaku

variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi

dengan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langusung, biaya overhead pabrik

variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya

non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

23
4. Metode Variable Costing

Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok

yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat

variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

variabel.

Variable costing beranggapan bahwa FOH Tetap tadi tidak

secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau

dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya biaya

overhead tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya

periode).

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langung dan biaya overhead

pabrik variabel.

Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing

laporan keuangan yang disusun berdasar metode Variable Costing

bermanfaat bagi manajemen untuk :

a. Perencanaan laba jangka pendek

b. Pengendalian biaya dan

c. Pembuatan keputusan.

5. Langkah – langkah penyusunan laporan harga pokok produksi

adalah sebagai berikut :

a. Menyusun skedul kuantitas

Skedul kuantitas mencatat unit yang menjadi tanggung

jawab dari masing – masing departemen yang menunjukkan

24
arus fisik, mulai dari persediaan awal, unit yang mulai

diproses berjalan, unit yang dikeluarkan baik yang ditransfer

maupun yang hilang dan persediaan akhir.

b. Menghitung unit ekuivalen

Dalam proses produksi tertentu, biasanya pada akhir

periode terdapat unit yang belum selesai menjadi produk

yang lazim disebut persediaan barang dalam proses. Untuk

itu, total biaya produksi yang terjadi pada periode itu harus

dialokasikan kepada dua jenis persediaan yaitu barang jadi

dan barang dalam proses. Oleh karena itu barang dalam

proses mengkonsumsi lebih sedikit sumber daya

dibandingkan unit selesai, maka pembagian total biaya

dengan unit fisik tidaklah tetap dan unit persediaan dalam

proses perlu dikonversi kedalam unit yang ekuivalen dengan

barang jadi, sehingga diperlukan penaksiran tingkat

penyelesaian masing – masing unsur biaya produksi.

c. Pertanggungjawaban biaya departemen

Biaya yang dibebankan ke departemen menunjukkan

penggabungan biaya antara persediaan awal, biaya dari unit

yang diterima dari departemen terdahulu dan biaya yang

terjadi pada periode yang dilaporkan.

d. Rekapitulasi biaya

Total biaya yang dikeluarkan sampai pada suatu

departemen akan dialokasikan agar dapat diketahui berapa

besar biaya per unit yang ditransfer dan berapa nilai

persediaan yang tertinggal. Perbedaan kalkulasi harga

25
pokok persediaan dengan kalkulasi harga pokok proses

yaitu :

a) Pengumpulan biaya

Kalkulasi biaya pesanan mengumpulkan biaya produksi

menurut pesanan, sedangkan kalkulasi biaya proses

mengumpulkan biaya produksi per periode

b) Perhitungan harga pokok per satuan

Kalkulasi biaya pesanan menghitung harga pokok produk

per unit yang dihasilkan dengan cara membagi total biaya

yang dikeluarkan unutk pesanan tertentu dengan jumlah

satuan produk yang dihasilkan pada pesanan.

Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan selesai

diproduksi.

Kalkulasi biaya proses menghintung harga pokok per

satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang

dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah unit

produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.

Perhitungan ini dilakukan setaip satuan periode, biasanya

akhir bulan

6. Tujuan perhitungan harga pokok produksi

Menurut Kardinata (2008 : 80) : “Perhitungan harga pokok dalam

produksi dilakukan untuk setiap tahapan proses produksi”. Adapun

tujuan perhitungan harga pokok produksi adalah :

a. Pengendalian biaya

Tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk

mengawasi biaya – biaya yang sudah terjadi maupun yang

akan terjadi. Suatu pengawasan berarti mencegah terjadinya

26
penyimpangan yang akan menyebabkan perusahaan tidak

berjalan dengan efisien. Dengan adanya perhitungan harga

pokok untuk produk, akan diketahui biaya – biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut, sehingga

pada masa yang akan dating, biaya tersebut dapat

dievaluasi agar biaya dapat digunakan secara efektif dan

efisien.

b. Penetapan harga jual

Harga pokok produksi per unit merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan harga jual. Dalam hal penentuan

hargajual per unit, maka harga pokok produksi per unit harus

diketahui dan perusahaan juga harus dapat menaksir biaya

lain yang akan terjadi dalam hubungannya dengan produk

serta laba yang diinginkan sehingga harga jual per unit

dapat ditetapkan. Harga produk yang akan dijual harus

diatas harga pokok produksi per unit sehingga laba dapat

dicapai.

c. Perencanaan dan pengukuran prestasi

Umumnya sebelum operasi perusahaan dimulai akan dibuat

terlebih dahulu suatu perencanaan mengenai kegiatan –

kegiatan yang akan dilakukan. Perncanaan ini dinyatakan

dalam anggaran yaitu suatu rencana menyeluruh terhadap

kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk

kuantitatif per unit moneter untuk jangka waktu tertentu. Dari

laporan harga pokok produksi akan diketahui bagaimana

kinerja para karyawan dalam menghasilkan suatu produk.

Misalnya untuk menghasilkan suatu produk dengan kualitas

27
tertentu. Apakah sesuai dengan biaya yang dikeluarkan

dalam menghasilkan produk tersebut? Apabila perusahaan

dapat memenuhi keinginan dari masyarakat atau konsumen,

kemungkinan untuk pencapaian laba akan semakin besar.

d. Penilaian persediaan

Ada beberapa jenis persediaan dalam perusahaan

manufaktur yaitu persediaan barang jadi (produk),

persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses,

persediaan bahan penolong, dan persediaan perlengkapan.

Dengan adanya laporan harga pokok produksi dapat

diketahui berapa banyak persediaan dari masing – masing

jenis persediaan tersebut. Selain tujuan – tujuan tersebut

ada beberapa lagi tujuan penetapan harga pokok produksi

yaitu :

a) Alat perencanaan laba sehingga dapat diketahui

berapa laba yang akan diperoleh dan pada tingkat

unit dan harga berapa tercapai break even point atau

titik timbal balik.

b) Membantu manajemen untuk mengambil keputusan

khusus seperti keadaan pasar, pengadaan pesanan

atau perluasan dan pengembangan produk.

2.1.4 Penerapan Metode Process Costing

Laporan biaya produksi setiap departemen memiliki format yang

beragam, dengan informasi menunjukkan skedul kuantitas, memuat produk

dalam proses awal, produk masuk proses pada periode bersangkutan,

28
produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang,

roduk dalam proses akhir, produk hilang, produk rusak, dan produk cacat.

Untuk biaya yang dibebankan, memuat informasi biaya produk

dalam proses awal, biaya yang dibebankan periode bersangkutan, unti

ekuivalen, dan biaya per unit masing – masing elemen biaya. Sedangkan

untuk pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer

ke departemen berikutnya atau gudang, biaya produk hilang akhir porses,

biaya produk rusak, dan biaya produk cacat.

Pada metode process costing, umumnya tidak semua produk yang

dimasukkan dalam produk selesai pada akhir periode bersangkutan,

seringkali adanya persediaan awal dan akhir dari produk dalam proses

dengan tingkat penyelesaian yang beragam. Untuk pembebanan biaya

apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian

tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut

menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi atau

ekuivalen produksi. Jadi unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk

jadi dan unit produk dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi.

Ada dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk

dalam proses yaitu :

1. Aliran biaya rata – rata tertimbang

Dengan merata – ratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk

dalam proses periode sebelumnya dengan menambahkan biaya

periode berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit persediaan

awal menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit yang

baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan. Sehingga

semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per unit yang sama.

Contoh:

29
PT. JACO adalah perusahaan pengolahan nanas yang dikemas dalam

kaleng, pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu

melalui departemen pengolahan.

Awal September perusahaan baru mulai beroperasi, dengan mengolah

nanas sebanyak 8.000 kg, pada akhir September produk selesai yang

ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg, sedangkan yang 400 kg

masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku

100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead pabrik 80%. Biaya

yang dikeluarkan untuk mengolah nanas tersebut adalah:

Biaya bahan baku Rp6.000.000

Biaya tenaga kerja Rp4.740.000

Biaya FOH Rp3.168.000

Diminta:

Berikut ini ilustrasi laporan biaya produksi PT. JACO untuk periode

bulan September 2012

PT. JACO

Departemen Pengolahan

Laporan Biaya Produksi

Untuk Bulan September 2012

Skedul Kuantitas

Produk Masuk Proses 8.000 kg

Produk Selesai 7.600 kg

Produk dalam proses akhir 400 kg

(100% bahan, 75% Tenaga kerja, 80%

BOP)

8.000 kg

30
Biaya dibebankan

Elemen Biaya Total Unit Biaya/kg

Ekuivalen

Bahan baku 6.000.000 8.000 kg 750

Tenaga kerja 4.740.000 7.900 kg 600

BOP 3.168.000 7.920 kg 400

Total 13.908.000 1.750

Unit Ekuivalen : Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)

Bahan baku 7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg

Tenaga Kerja 7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg

BOP 7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg

Pertanggungjawaban Biaya

Biaya produk selesai 7.600 kg x Rp1.750 Rp13.300.000

ditransfer

Produk dalam proses

akhir:

Bahan baku 400 kg (100% x Rp750 Rp300.000

Tenaga Kerja 400 kg (25% x Rp600 Rp180.000

BOP 400 kg (80% x Rp400 Rp128.000

Rp608.000

Total Rp13.908.000

Kebaikan dari metode ini adalah sederhana, dengan

memperlakukan unit pada persediaan awal produk dalam proses sebagai

produk periode berjalan, semua unit ekuivalen akan termasuk dalam

kategori yang sama pada saat perhitungan biaya per unit. Sedangkan

31
kelemahan metode ini mengurangi keakuratan perhitungan biaya per unit

untuk output periode berjalan dan untuk unit pada persediaan awal produk

dalam proses. Jika biaya per unit dalam suatu proses relative stabil dari

periode berikutnya, metode rata- rata tertimbang ini cukup akurat. Akan

tetapi, jika input pabrikasi meningkkat secara signifikan dari periode satu ke

periode lainnya, biaya per unit output saat ini dinyatakan terlalu rendah,

dan biaya per unit awal produk dalam proses dinyatakan terlalu tinggi. Jika

menginginkan keakuratan yang lebih dalam perhitungan biaya per unit,

perusahaan sebaiknya menggunakan metode FIFO.

2. Aliran biaya FIFO (First In First Out)

Aliran biaya ini dilakukan dengan memisahkan biaya per unit yang

terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang

dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya

produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari

periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan

diselesaikan selama periode berjalan.

Unit ekuivalen produksi = Produk selesai +

(PDP Akhir x Tingkat Penyelesaian) –


(PDP Awal x Tingkat Penyelesaian)

32
BAB III

3.1 Sejarah Perusahaan

PT Goodyear Indonesia, Tbk adalah pembuat ban mobil pertama

sekaligus merupakan pabrik ban tertua di Indonesia yang didirikan pada

tahun 1935 diatas lahan seluas 172.00 m2 dan beralamat di Jalan Pemuda

No. 27 Tanah Sereal kota Bogor, Jawa Barat.

Pada tahun 1994 PT. Goodyear Indonesia, Tbk mendapatkan

sertifikasi ISO 9001 (mengenai quality sistem) dan 14001 (mengenai

environment) dan pada tahun 2006 PT. Goodyear Indonesia, Tbk meraih

ISO T/S 16949 – 2002 (mengenai quality management sistem for

automotive).

Perusahaan ini memiliki karyawan sejumlah 948 orang yang dimana

81% atau sejumlah 764 orang karyawan adalah tenaga kerja langsung dan

19% atau sejumlah 184 orang karyawan merupakan staff support. PT

Goodyear Indonesia, Tbk memiliki 180 mesin produksi diantara lain yaitu :

1. Bussiness Center A atau departemen pengolahan bahan baku memiliki

12 mesin,

2. Bussiness Center B atau departemen perakitan memilik 57 mesin,

3. Bussiness Center C atau departemen penyelesaian memiliki 111

mesin.

Dalam produksinya PT Goodyear Indonesia tidak hanya memproduksi

ban untuk mobil tetapi untuk jenis kendaraan lainnya seperti, ban truk, ban

bus, ban pesawat, dan juga ban untuk kendaraan angkut lainnya. Produk –

produk ban tersebut dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu :

1. Consumer Radial Passenger yaitu ban yang diproduksi untuk mobil

dengan ukuran rim 12, 13, 14, 15, 16 dan 17 inch,

33
2. Commercial Bias Passenger yaitu ban yang diproduksi untuk

kendaraan angkut berskala besar dengan ukuran rim 16, 17, 18,

sampai dengan 24 inch.

Dari data yang penulis dapatkan, pada tahun 2013 rata – rata

produksi ban PT. Goodyear Indonesia, Tbk adalah 239555 ban per

bulannya. Dimana 70% ban consumer radial passenger lebih banyak

diproduksi dibanding ban commercial bias passenger yang hanya 30%

saja. Perusahaan ini memiliki struktur kepemilikan saham yaitu 85 % milik

Goodyear Tire Rubber, Company dan 15 % nya untuk public yang

sekarang dimiliki oleh PT Kalibesar Asri.

3.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Kerangka yang melandasi hidupnya suatu organisasi adalah dapat

diketahui struktur organisasi, karena dengan struktur organisasi yang baik

dapat menimbulkan arus kerja yang jelas dan terarah sehingga

mempermudah pimpinan dalam mengawasi dan mengambil keputusan

yang benar. Dengan memperhatikan struktur organisasi dan membaca

uraian tugas dan tanggung jawab yang telah disusun perusahaan, maka

penulis dapat menjelaskan secara singkat fungsi utama dan tanggung

jawab masing – masing bagian pokok dalam organisasi. Berikut struktur

organisasi pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk serta tugas dan tanggung

jawab yang dimaksud :

34
Managing
Director

Human
Finance Director Manufacturing Marketing Supply Chain
Resourches Sales Director
Direector Director Director
Director

General Corporate Salaried


Production Regional Sales Material Control
Accounting Marketing Associate Global

Manufacturing
Factory Consumer Consumer After
Engineering Associated Export
Accounting Product Sales
Global

Environment OTR & Farm


Treasury Traffic & Logistic
Health & Safety Sales

Information & Quality & Demand


Technology Technology Planning

Purchasing

Production
Control

Uraian pekerjaan :

1. Managing Director

Managing director atau presiden direktur mempunyai tugas

memegang kendali penuh terhadap operasional perusahaan yang

membawahi direktur keuangan, direktur pabrik, direktur personalia,

direktur penjualan, direktur pemasaran, dan supply chain direktur.

Presiden direktur adalah sebagai pemberi keputusan akhir terhadap

kewenangan yang menyangkut kebijaksanaan perusahaan.

2. Finance Director

Direktur keuangan bertugas sebagai pengatur keuangan dan

pengambil keputusan mengenai penjualan dan pembelian perusahaan,

direktur keuangan membawahi general accounting, factory accounting,

treasury, dan departemen Information & Technology.

35
3. Manufacturing Director

Direktur pabrik bertugas sebagai pengatur operasional pabrik dari

mulai pengadaan pembelian bahan – bahan untuk produksi, proyek

perbaikan sarana dan prasarana pabrik, serta bertanggung jawab atas

pencapaian produksi ban. Direktur pabrik membawahi beberapa

departemen yaitu departemen produksi yang terdiri dari Bussines Center

A (Departemen pengolahan), Bussines Center B (Departemen Perakitan),

Bussines Center C (Departemen Penyelesaian), Departemen Engineering

yang bergerak di bidang pemeliharaan mesin, Departemen EHS

(Environment, Health, & Safety) yaitu departemen yang bergerak di

bidang keselamatan kerja dan lingkungan, Departemen Quality dan

Technology merupakan departemen yang bertugas menguji, mengamati,

mengembangkan, serta mengontrol pembuatan ban dari awal sampai

dengan akhir proses. Dari semua departemen yang terkait adalah

tanggung jawab direktur pabrik

4. Marketing Director

Direktur pemasaran membawahi langsung corporate marketing dan

consumer product, yang bertugas sebagai berikut :

a. Membuat program pemasaran ban berdasarkan AOP (Annual

Operating Planning)

b. Mengikuti pertemuan dengan customer

c. Mengawasi korespondensi yang sehat antara staff marketing

terhadap customer

d. Bekerja sama dengan pihak produksi dalam mengatur jadwal

produksi yang sesuai dengan kedatangan material bahan baku

sehingga tidak terjadi delay shipment dalam proses produksi

e. Bertanggung jawab atas tercapainya target penjualan perusahaan

36
5. Human Resourches Director

Direktur HR (Human Resourches) atau direktur personalia

bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan

mengendalikan atas pengadaan tenaga kerja berdasarkan 3 kriteria jenis

kategori karyawan yang dibagi atas waktu kerja, yaitu :

a. Office Associate (Senin s/d Jumat dengan jam kerja dari 07.30 –

17.00)

b. Salaried Associate (Senin s/d Sabtu dengan jam kerja dari 07.30 –

17.00, untuk hari Sabtu hanya bekerja 3,5 jam dan Urgent response

24 jam)

c. Hourly Associate (Senin s/d Minggu dengan jam kerja dari 08.00 –

16.00, untuk hari libur ditentukan oleh departemennya masing –

masing)

Selain itu, tugas dan kewajiban dari direktur personalia adalah

a. Membuat perencanaan perekrutan karyawan sesuai dengan

kebutuhan masing – masing departemen

b. Mengikuti pertemuan pembahasan ketenagakerjaan antara Serikat

pekerja dengan Dinas Ketenagakerjaan

c. Ikut serta menyusun (PKB) Perjanjian Kerja Bersama dengan

Serikat pekerja.

d. Mengontrol kinerja karyawan.

6. Sales Director

Direktur penjualan bertanggung jawab atas penjualan ban

Goodyear yang dibagi dalam 2 kategori yaitu penjualan ekspor dan

lokal (Regional Sales), Penjualan ban merk Goodyear untuk regional

sales dibagi dalam 3 wllayah yaitu Indonesia Barat, Indonesia Tengah,

dan Indonesia Timur. Akan tetapi penjualan ban Goodyear didominasi

37
oleh penjualan ekspor yang mencapai angka 60% dari penjualan lokal.

Selain itu tugas dari direktur penjualan adalah membuat program

penjualan yang berhubungan dengan distributor – distributor asing

maupun lokal untuk mencapai target penjualan yang diharapkan.

7. Supply Chain Director

Supply chain director bertugas merencanakan pengadaan bahan

baku serta meliputi rangkaian penerimaan bahan baku dari penyalur

serta manajemen persediaan. Adapun tugas dari supply chain director

adalah sebagai berikut :

a. Sebagai perencana sumber daya perusahaan

b. Melakukan audit dan memantau pemasok bahan baku

c. Melakukan cost saving (biaya inisiatif penghematan) terhadap

sumber daya

d. Bernegosiasi dengan para supplier dan mengelola kontrak.

Supply chain membawahi beberapa departemen yaitu departemen

Material control, export, traffic dan logistic, serta demand planning.

3.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk dibagian

atau divisi dimana penulis melakukan riset adalah :

1. Departemen supply chain yang dipimpin oleh seorang direktur yang

berpengalaman di bidang supply chain dan mengepalai beberapa

manajer yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan

deskripsi pekerjaan yang berbeda, latar belakang pendidikan strata satu

ekonomi atau lainnya.

2. Departemen accounting yang dibagi dua menjadi general accounting

dan factory accounting dimana khususnya penulis mendapatkan

38
beberapa data yang dibutuhkan. Departemen accounting dipimpin oleh

seorang manager yang mengepalai beberapa akuntan dengan latar

belakang strata satu akuntansi dan mempunyai pengalaman di bidang

akuntansi selama lebih dari 1 tahun.

3.4 Sarana dan Prasarana

3.4.1 Sarana

Beberapa sarana yang digunakan dalam pembuatan ban pada PT.

Goodyear Indonesia, Tbk :

1. Banbury Mixer

Proses ini merupakan tahapan awal pengolahan bahan baku karet

dengan bahan campuran lainnya (compounding process), diolah

menggunakan mesin banbury yaitu mesin pengolah karet yang

didatangkan langsung dari Ohio, Amerika Serikat yang berjumlah 4

mesin dan dibutuhkan 4 operator untuk menjalankan mesin tersebut tiap

shiftnya. Pengolahan bahan baku tersebut diidentifikasi dengan nama

“compound” yang merupakan hasil dari proses mixing, lalu compound

siap di giling kembali dengan persyaratan harus lulus tes dari pengujian

karet yang ada di laboratorium PT. Goodyear Indoesia, Tbk.

2. Extruder 8 inch dan 10 inch

Extrusion merupakan proses penggilingan compound menjadi

beberapa komponen ban dengan menggunakan mesin 8 inch dan 10

inch Extruder. Output yang dihasilkan oleh proses extrusion ini berupa,

tread, apex, dan sidewall yang menjadi komponen utama ban. Mesin ini

dioperasikan oleh 5 orang operator produksi tiap shiftnya.

39
3. 3 Rolls Calendaring & 4 Rolls Calendaring Machines

Mesin ini merupakan mesin penghasil ply yaitu lapisan dalam ban

yang dilapisi benang yang merupakan salah satu komponen penguat

ban. Mesin ini dibagi dalam dua ukuran yaitu 3 rol benang dan 4 rol

benang, mesin ini dioperasikan oleh 5 orang operator dan 3 orang

asisten operator.

4. Building Machines, VMI & Taku

Proses building atau merakit adalah proses perakitan komponen ban

pada mesin building dimana beberapa komponen ban disatukan dalam

satu jenis yaitu green tyre atau ban yang belum matang dan proses

perakitan ini dirakit menggunakan mesin VMI (vendee mecanique

industrie) dan mesin Taku

5. Curing Machinary

Curing proses merupakan proses pemasakan green tyre ke dalam

mesin hidrolik dimana press tersebut terdapat cetakan ban (moulding).

Rata – rata waktu pemasakan ban adalah untuk kategori Radial

passenger adalah 10 menit. Sedangkan untuk Bias passenger adalah

30 menit menggunakan mesin Bagomatic presses, Kobelco, Mc Neil,

Super Curex dan Herbert presses.

6. FVM & DBM

Proses ini merupakan proses inspeksi ban yaitu pengecekan uji

kelayakan ban yang meliputi trimming inspection (inspeksi penyisiran

ban), balancing inspection (inspeksi keseimbangan ban) dan 2nd

Inspection (Pemeriksaan akhir keseluruhan ban) dengan menggunakan

mesin FVM (Force Variation Machines) dan DBM (Dynamic Balancing

Machines). Selanjutnya apabila proses ini selesai maka ban akan

langsung dikirim ke gudang.

40
3.4.2 Prasarana

Saat ini kantor pusat dan pabrik PT.Goodyear Indonesia, Tbk yang

beralamatkan di Jalan Pemuda No.27, Tanah Sereal, Bogor 16161. Untuk

kantor pusat difasilitasi beberapa unit komputer dengan fasilitas internet

dan printer yang diawasi pemakaiannya oleh departemen IT (Information &

Technology). Untuk keamanan fasilitas juga disediakan kamera cctv dari

berbagai sudut kantor, dan juga disediakannya generator set untuk

menghindari terjadinya pemadaman listrik.

Untuk fasilitas pabrik di bagi beberapa area yang difasilitasi unit

komputer, pendingin ruangan, printer, mesin fax, dan mesin foto kopi yaitu

pada departemen pengolahan (Bussines Center A). departemen perakitan

(Bussiness Center B), dan departemen penyelesaian (Bussiness Center

C).

3.5 Uraian Singkat Kegiatan Magang

Kegiatan magang penulis di PT. Goodyear Indonesia, Tbk diisi

dengan melakukan beberapa penijauan terhadap penyajian data dan

beberapa dokumen yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini,

diberikan oleh departemen akunting, departemen supply chain, dan

departemen produksi. Penyajian bukti data dan dokumen diberikan oleh

manager dari departemen supply chain dan akunting serta disetujui oleh

manajemen personalia PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Peninjauan yang

dikerjakan penulis dibawah pengawasan langsung supervisi produksi dan

proses spesialis. Penulis merupakan karyawan dari PT. Goodyear

Indonesia, Tbk dan diberikan waktu untuk melakukan peninjauan dan

penyusunan tugas akhir 3 hari dalam seminggu yaitu pada hari Selasa,

Rabu, dan Jumat dari jam 15.00 sampai dengan 18.00 WIB. Dan berikut ini

41
adalah tabel aktivitas magang dan penijauan di PT. Goodyear Indonesia,

Tbk

Tabel 3.1 Aktivitas Magang

Hari Tanggal Aktivitas

Senin 5-May-14 Training Keamanan Bekerja oleh Departemen EHS

Selasa 6-May-14 Pertemuan dengan Material Control manajer

Rabu 7-May-14 Pertemuan dengan Factory Accounting manajer

Pertemuan dengan HR Staf dan Bussiness Center C


Jumat 9-May-14
manajer

Selasa 20-May-14 Analisa data bahan baku

Rabu 21-May-14 Analisa lampiran data tire costing

Jumat 23-May-14 Analisa data produksi

Selasa 10-Jun-14 Input data bahan baku

Rabu 11-Jun-14 Simulasi tire costing (Software T-Cost)

Jumat 13-Jun-14 Simulasi data produksi (Web IDCRPT1 on Level 2)

Plan walk di Bussiness Center A (Departemen


Selasa 24-Jun-14
Pengolahan)

Rabu 25-Jun-14 Plan walk di Bussiness Center B (Departemen Perakitan)

Plan walk di Bussiness Center C (Departemen


Jumat 27-Jun-14
Penyelesaian)

Selasa 15-Jul-14 Plan walk di Warehouse (Gudang barang jadi)

42
Rabu 16-Jul-14 Perapihan berkas - berkas data produksi

Mengikuti pertemuan bulanan bersama direktur pabrik

beserta jajaran manajemen dalam rangka pengukuran


Jumat 18-Jul-14
kinerja perusahaan dan pengumuman karyawan terbaik

bulan Juli 2014

3.6 Perbandingan Teori dan Praktek

3.6.1 Alokasi Biaya Pada Setiap Departemen PT. Goodyear

Indonesia, Tbk

Berdasarkan data yang penulis peroleh, berikut ini adalah

komponen biaya yang digunakan yang terbagi atas tiga bagian yaitu biaya

bahan baku langsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

1) Biaya bahan baku langsung

Bahan baku yang digunakan untuk departemen pengolahan ini terdiri

dari dua jenis yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung

1. Biaya bahan baku langsung

Berikut ini adalah rincian daftar bahan baku langsung yang digunakan

dalam pembuatan ban :

a. Carbon Black (CB) adalah komponen yang digunakan dalam

pelarutan karet dalam ban. Komposisi yang digunakan sesuai dengan

skedul permintaan dari produksi.

b. Creel Wire (WIRE) merupakan kawat untuk menopang telapak ban

yang terdapat dalam komponen karet ban yang sudah melewati

proses extrusion.

c. Fabric (FAB) merupakan benang yang terdapat dalam komponen ban

terutama untuk sidewall atau dinding sisi ban.

43
d. Natural Rubber (NR) adalah karet alami atau sumber komponen

dalam pembuatan ban

e. Pig / Oils / Chemical (PCO) merupakan zat adiktif yang dilarutkan

dalam komponen ban sehingga dapat menghasilkan karet yang

sintetis dan elastis

f. Synthetic rubber (SR) merupakan salah satu jenis dari natural rubber

yang dipakai untuk pelapis telapak ban bagian dalam.

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan departemen pengolahan bulan

Maret 2014

Harga / Kg Total Harga

Jenis Bahan Kode Jumlah (Kg) (USD) (USD)

A-CARBON BLACK CB 268900.95 $0.27 $72,307.72

B-CREEL WIRE WIRE 158051.47 $0.16 $24,980.27

C-FABRIC FAB 1894004.18 $1.89 $3,587,251.82

D-NATURAL RUBBER NR 351380.25 $0.35 $123,468.08

E-PIG/OILS/CHEM PCO 1352600.58 $1.35 $1,829,528.32

F-SYNTHETIC

RUBBER SR 3785903.52 $3.79 $14,333,065.49

Total 7810840.95 $7.81 $19,970,601.69

2. Biaya bahan baku tidak langsung

Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang digunakan

untuk melengkapi pembuatan ban dimana rincian biaya bahan baku tiap

harinya dikontrol oleh masing – masing departemen yang menggunakan

44
bahan baku tidak langsung tersebut yang merupakan salah satu proses

pengendalian keuangan pada perusahaan PT. Goodyear Indonesia, Tbk.

Permintaan bahan baku langsung maupun tidak langsung ini

dilakukan dengan memakai aplikasi perangkat lunak SAP (Sistems

Applications Products) sesuai dengan skedul permintaan bahan baku dari

pihak produksi.

Berikut ini adalah rincian biaya bahan baku yang digunakan :

Tabel 3.3 Bahan baku tidak langsung yang digunakan bulan Maret 2014

Total Harga
Jenis Bahan Kode Jumlah Harga
(USD)

Hand Tools – V 57047404 25 $107.90 $2,699.74

Bldg slee/Blad- 57047407 89 $252.26 $22,477.74

Polyethylene-V 57047410 4 $201.11 $877.11

Banbury Cleaner 57047412 33 $78.90 $2,576.10

Curing Bladders 57047416 177 $208.96 $36,939.42

Solvents -V (Belline) 57047430 73 $115.00 $8,382.14

Promolic – V 57047433 31 $361.00 $11,125.92

Supplies-Gen-V 57047401 2049 $15.50 $31,759.75

Gloves – V 57047405 1437 $1.25 $1,796.64

Water Treat Sup 57047408 312 $18.58 $5,801.10

Liners – V 57047409 5 $89.98 $437.09

Gasoline/Lubric 57047428 134 $115.00 $15,406.27

Tire serials – V 57047431 154 $16.80 $2,580.49

Masks – V 57047432 285 $0.85 $242.42

Knives – V 57047502 7274 $0.98 $7,128.58

45
Processing tools – V 57047435 2541 $1.13 $2,871.57

Total 14623 $153,102.08

PT Goodyear Indonesia, Tbk melakukan sistem pencatatan

persediaan dengan menggunakan sistem perpetual, dimana setiap mutasi

persediaan diinput secara komputeriasi dan untuk pengendalian di

lapangan mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan, Bahan –

bahan tersebut memiliki kartu persediaan masing – masing, sehingga

penggunaannya dapat diawasi dan pihak manajemen (Departemen

Material Control) dapat mengetahui berapa persediaan bahan baku yang

tersedia secara fisik dan sistem.

Setiap permintaan bahan baku langsung adalah merupakan tugas

dari departemen Production Control yang merupakan sub departemen dari

departemen pengolahan (Bussiness Center A) yang bertugas menghitung

jumlah persediaan bahan baku dan membuat skedul produksi tiap harinya.

Permintaan bahan baku tersebut dilakukan bertahap sesuai dengan level

persediaan bahan baku, sedangkan untuk permintaan bahan baku tidak

langsung diatur oleh departemen produksi masing – masing sesuai dengan

kebutuhannya.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pemberian gaji karyawan pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk

ditentukan berdasarkan jabatan masing – masing serta lamanya bekerja.

Pemberian gaji dilakukan secara bulanan.

Berikut ini adalah jumlah karyawan produksi yang berjumlah 764 karyawan

produksi yang dibagi beberapa kelompok yaitu :

46
a. Karyawan departemen pengolahan (Bussiness Center A) terdiri dari

90 karyawan dan 4 orang supervisor produksi.

b. Karyawan departemen perakitan (Bussiness Center B) terdiri dari 399

karyawan dan 4 orang supervisor produksi.

c. Karyawan departemen penyelesaian (Bussines Center C) teridiri dari

275 karyawan dan 4 orang supervisor produksi.

Dengan ketentuan mengenai biaya tenaga kerja sebagai berikut:

a. Gaji pokok untuk tenaga kerja langsung dan supervisor untuk satu

bulan adalah Rp. 2.550.500,00

b. Tunjangan – tunjangan yang diberikan untuk setiap karyawan adalah

sebagai berikut :

 Tunjangan masa kerja Rp. 55.000,00


 Tunjangan perumahan Rp. 35.000,00
 Tunjangan jabatan (Khusus supervisor) Rp. 250.000
 Tunjangan transportasi dan makan Rp. 35.000
 Bonus kerja malam hari Rp. 44.000
 Bonus kerja rotasi Rp. 350.000

Sehingga dapat dihitung biaya tenaga kerja pada PT. Goodyear Indonesia,

Tbk untuk bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut :

Sumber
Daya
Rincian Biaya Biaya Manusia Jumlah

Gaji Pokok 2,550,500.00 764 1,948,582,000.00

Tunjangan masa kerja 55,000.00 764 42,020,000.00

Tunjangan perumahan 35,000.00 764 26,740,000.00

Tunjangan transportasi 35,000.00 764 26,740,000.00

Bonus kerja malam 44,000.00 764 33,616,000.00

Bonus kerja rotasi 350,000.00 764 267,400,000.00

Tunjangan jabatan 250,000.00 12 3,000,000.00

Total 2,348,098,000.00

47
3) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik yang terdapat pada PT. Goodyear Indonesia,

Tbk dibagi menjadi 3 komponen biaya overhead yaitu :

1. Biaya Persiapan (Preparatory Overhead)

2. Biaya Proses (Process Overhead)

3. Biaya jasa dan karyawan staf (Staff & Services Overhead)

Pengalokasian dana oleh perusahaan kepada beberapa divisi dan

dilanjutkan ke masing – masing departemen yang bertujuan untuk

mengubah bahan baku dan bahan pembantu menjadi produk yang siap

untuk dijual adalah menjadi sebuah tanggung jawab setiap departemen

yang terkait. Proses alokasi ini merupakan suatu rangkaian kegiatan

keuangan, sehingga masukan atau input dari anggaran yang direncanakan

dapat diolah menjadi suatu produk atau jasa, yang akhirnya dapat dijual

kepada pelanggan untuk memungkinkan perusahaan memperoleh

keuntungan yang diharapkan.

PT. Goodyear Indonesia, Tbk melakukan penganggaran terhadap

operasional produksi ban kepada masing – masing departemen yang

terlibat yaitu setiap satu tahun sekali (AOP atau Annual Operating

Planning), AOP disusun berdasarkan hasil pembahasan dari pertemuan

antara presiden direktur beserta jajarannya yaitu direktur keuangan,

direktur pabrik, direktur penjualan, direktur pemasaran, direktur personalia,

dan direktur supply chain. Berikut ini merupakan alokasi biaya ke

departemen yang terdapat pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk yang dibagi

dalam beberapa komponen biaya yang dibebankan kepada masing –

48
masing departemen yang terlibat dan dibagi berdasarkan proses

pembuatan ban, yaitu :

1. Departemen Pengolahan Bahan Baku

Dalam departemen pengolahan ini ada 3 kategori departemen yang

terlibat dalam pengolahan bahan baku tersebut dan dibagi menurut area

mesin (Bussiness Center A) diantaranya yaitu :

1) Banbury Departement (Kode departemen : 4100)

2) Extruder Departement (Kode departemen : 4300)

3) Roll Calendar Departement (Kode departemen : 4200)

2. Departemen Perakitan

Pada departemen perakitan ini merupakan transfer dari bahan baku

yang diolah menjadi produk dalam proses yaitu departemen building 5110

(Bussiness Center B) departemen ini dibagi dalam dua jenis kategori

produk ban yaitu :

1) Radial Passenger Departement (Kode departemen : 5110A)

2) Bias Passenger Department (Kode departemen : 5110B)

3. Departemen Penyelesaian

Departemen penyelelsaian pada PT. Goodyear Indonesia

(Bussiness Center C), Tbk dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Curing Departement (Kode departemen : 5120)

2) Finisihing Departement (Kode departemen : 5130)

3.6.2 Perhitungan Penetapan Harga Pokok Produksi Ban

Dalam perhitungan penetapan harga pokok produksi ban pada

PT.Goodyear Indonesia, Tbk membagi 2 cara perhitungan untuk biaya

pabrikase yaitu untuk bahan baku menggunakan (biaya komponen ban)

49
sedangkan untuk biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

dijadikan satu perhitungan (biaya struktur ban).

1. Tire component cost (biaya komponen ban) yang terdiri dari perhitungan

biaya bahan baku, perhitungan biaya compound, perhitungan biaya

proses treatment (lapisan dalam ban) serta milling waste factor (Faktor

bahan baku yang terbuang)

2. Tire cost structure (biaya struktur ban) yang terdiri dari perhitungan

bahan baku penunjang, tenaga kerja langsung dari setiap departemen

produksi, biaya overhead pabrik (variable preparatory overhead dan

fixed preparatory overhead), process overhead, staff and services

overhead, input bladder variable, serta presentase produk gagal.

Berikut ini liustrasi perhitungan biaya produksi dan komponen biaya

yang penulis dapatkan datanya untuk departemen pengolahan pada

PT. Goodyear Indonesia, Tbk periode bulan Maret 2014 yaitu

perusahaan akan memproduksi ban sebanyak 243700 unit ban, dengan

produk selesai yang akan ditransfer ke gudang sebanyak 231480 unit,

dan sebanyak 12220 unit masih dalam proses.

1. Biaya bahan baku $19,970,601

2. Biaya tenaga kerja langsung :

Departemen Banburry 4 orang x 3 shift = 12 tenaga kerja

Departemen Calendar 5 orang x 3 shift = 15 tenaga kerja

Departemen Extruder 8 orang x 3 shift = 24 tenaga kerja

Total tenaga kerja 51 x Rp 3.069.000 = Rp. 156.519.000

Dikonversi ke USD ( $ 1 = 12000) menjadi $ 13,043.25

3. Biaya overhead pabrik.

Untuk biaya overhead pabrik penulis mengestimasi sebesar 75%

dari total biaya bahan baku ditambah bahan baku tidak langsung

50
dikarenakan penulis tidak mendapatkan data yang dibutuhkan untuk

perhitungan biaya overhead karena data tersebut bersifat

confidential / rahasia.

4. Milling waste (Produk gagal) periode bulan Maret sebesar 0.12%dari

bahan baku. Untuk persentase nilai produk gagal diambil dari

akumulasi produk gagal bulan sebelumnya.

Penyelesaian :

PT. Goodyear Indonesia,Tbk

Departemen Pengolahan

Laporan Biaya Produksi (USD)

Untuk bulan Maret 2014

Produk masuk proses 243700 Unit

Produk selesai 231480 Unit

Produk dalam proses

akhir 12220 Unit

(90% Bahan, 10% Tenaga kerja, 75% BOP) 243700 Unit

Biaya dibebankan

Elemen biaya Total Unit Ekuivalen Biaya/Kg

Bahan baku $19,970,601.69 243700 Unit $81.95

Tenaga kerja $13,043.25 182775 Unit $0.54

Overhead pabrik $14,977,951.27 194960 Unit $81.95

Total $34,961,596.21 $164.43

51
*Unit Ekuivalen

Bahan baku 231480 Unit + (12220 Unit x 90%) = 439812

Tenaga kerja 231480 Unit + (12220 Unit x 10%) = 254628

Overhead Pabrik 231480 Unit + (12220 Unit x 75%) = 405090

Pertanggungjawaban biaya

Biaya produk selesai 231480 Unit x $164.43 $38,062,299.03

Produk dalam proses

akhir

Bahan baku 12220 unit (90%) x $81.95 $901,258.42

Tenaga kerja 12220 unit (10%) x $0.54 $654.04

Overhead pabrik 12220 unit (75%) x $76.83 $751,048.68

Total $1,652,961.14

Total $39,715,424.60

Milling waste / faktor produk gagal 0.12% $4,765,850.95

Subtotal $44,481,275.55

52
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil peninjauan dan pembahasan dari bab – bab

sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Alokasi biaya pada setiap departemen di PT. Goodyear Indonesia,

Tbk dibagi dalam dua pengalokasian biaya yaitu :

a. Departemen produksi, yang meliputi biaya bahan baku

langsung, biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja

langsung, biaya overhead (yang terdiri dari biaya persiapan,

biaya proses, dan biaya staf dan jasa).

b. Departemen pendukung, yaitu meliputi biaya energi (seperti

biaya listrik, biaya bahan bakar gas, biaya air), biaya mutu

(faktor bahan baku yang terbuang dan barang cacat) serta

biaya penyusutan mesin yang berada disetiap departemen

produksi.

Dua komponen tersebut bertujuan untuk menghitung

profitabilitas lini produk dalam memperoleh harga yang

disepakati bersama.

2. Metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan

PT.Goodyear Indonesia, Tbk adalah menggunakan metode aktifitas

biaya berdasarkan proses (activity process costing) dimana terdapat

komponen biaya fabrikase yaitu pembebanan biayanya dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik

serta memasukkan unsur produk gagal yang menjadi salah satu

komponen perhitungan harga pokok produksi. Jumlah produk gagal

53
ditentukan berdasarkan persentase produk gagal dari masing –

masing departemen.

4.2 Saran

Berikut ini saran dan kritikan yang penulis sampaikan kepada PT.

Goodyear Indonesia, Tbk berdasarkan peninjauan yang dilakukan yaitu

dalam perhitungan harga pokok produksi yang diilustrasikan pada

departemen pengolahan, terdapat komponen perhitungan faktor milling

waste atau biaya produk gagal dalam bentuk persentase yang dibebankan

sebagai penambah dalam perhitungan harga pokok produksi. Saran dari

penulis yaitu sebaiknya perusahaan dapat mempertimbangkan komponen

faktor milling waste atau biaya produk gagal tersebut kedalam biaya mutu,

sehingga perusahaan dapat menekan nilai persentase biaya produk gagal

tersebut dengan seminimal mungkin melalui beberapa perencanaan

pencegahan produk gagal, penilaian aset dan uji material yang termasuk

biaya pemeliharaan aset, biaya perbaikan aset, dan biaya pengujian

material serta memperhatikan kegagalan proses produksi baik internal

maupun eksternal.

54
DAFTAR PUSTAKA

Bustami, 2008, Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut, Jakarta: Erlangga

Kardinata, 2008, Akuntansi Manajemen, Jakarta: Erlangga

Karyana, 2008, Pengantar Akuntansi Edisi 9, Jakarta: Salemba Empat

Hall, James A. 2007, Accounting Information System, Buku edisi empat,


Jakarta: Salemba Empat

Hansen & Mowen, 2009, Managerial Accounting Book 1 Edition 8, Jakarta:


Salemba Empat

Hansen & Mowen, 2009, Akuntansi Manajerial Edisi 8, Jakarta: Salemba


Empat

Mulyadi, 2009, Akuntansi Biaya Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi, 2010, Sistem Akuntansi Edisi 10, Jakarta: Salemba Empat

Supriyono, 2006, Akuntansi Biaya Edisi 9, Jakarta: Erlangga

Wikipedia Indonesia, www.wikipedia.com ensiklopedia bebas berbahasa


Indonesia

Mulyana, M., 2012. Faktor-faktor yang Membentuk Intensi Berwirausaha


sertaPengaruhnya terhadap Perilaku dan Kinerja Pedagang Kaki
Lima di Kota Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Safitri, H.W. and Nurendah, Y., 2013. STRATEGI PELAYANAN PADA
PENJUALAN SEPEDA MOTOR HONDA PADA PT. SANPRIMA
SENTOSA BOGOR. Jurnal Online Mahasiswa-Manajemen, 1 (1).
Angga, A. and Nurendah, Y., 2013. STRATEGI PROMOSI TERHADAP
PENJUALAN MOTOR HONDA PADA PT. SANPRIMA SENTOSA
BOGOR. Jurnal Online Mahasiswa-Manajemen, 1 (1).
Munawar, A., 2010. Analisis Nilai Tambah Dan Pemasaran Kayu Sengon
Gergajian (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor).
Soelehan, A. and Sukartaatmadja, I., 2009. Pengaruh Disiplin Kerja,
Lingkungan Kerja, dan Semangat Kerja terhadap Prestasi Kerja
Warga SMP Perintis, Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Jurnal
Ilmiah Ranggagading (JIR), 9(1), pp.61-69.
Yanuar, D. and Rosita, I., 2013. Studi komparatif sistem bagi hasil
pembiayaan mudharabah dan sistem bunga kredit pinjaman
(Comparative study Mudharabah sharing system and the system

55
interest rate loan). Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 1(3), pp.215-
220.
Sutarti, E.T., Budianto, E.T. and Saesar, A., 2012. Evaluasi Atas
Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101 Dalam
Kaitannya Dengan Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan Pada
PT. Bank Jabar Banten Syariah. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR),
12(2), pp.102-109.
Tachyan Budianto, E., Magdalena Marpaung, A. and Kenshy, I., 2011.
Penerapan Sistem Penjualan Cash Dan Credit Card Dalam
Kaitannya Dengan Member Card Discount. Jurnal Ilmiah
Ranggagading (JIR), 11(1), pp.28-35.
Kusmala, A.R., 2014. Pengaruh Penerapan PSAK No. 46 Terhadap
Laporan Laba Rugi Pada Tiga Perusahaan Yang Terdaftar di BEI.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 2(1), pp.031-046.
Sumiati, R., Murdihardjo, L. and Nurjanah, Y., 2014. TINJAUAN ATAS
PRINSIP ISTISHNA Studi Kasus Pada PT. Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Bogor. Jurnal Online Mahasiswa-Manajemen, 1(2).
Murdihardjo, L. and Effendy, M., 2013. Peranan Pengendalian Intern
Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang Efektivitas
Pengelolaan Persediaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 1(1).
Supriyani, E. and Bintang Sahala, M., 2014. Pengaruh Tata Letak
Terhadap Kepuasan Pelanggan Ritel. Jurnal Ilmiah Manajemen.
Diakses, 22.
Rosadi, R. and Suardy, W., 2005. Analisis Kelayakan Kredit Investasi Studi
Kusus Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Jurnal Ilmiah
Kesatuan (JIK), 7(2), pp.27-37.
Tobing, M.L., 2006. Kajian implementasi kebijakan manajemen berbasis
sekolah pada pendidikan dasar di propinsi daerah khusus ibukota
jakarta (Doctoral dissertation, Institut Pertanian Bogor).
Achmad, N. and Srihandoko, W., PENGARUH STOCK BUYBACK
TERHADAP KINERJA SAHAM DAN KINERJA KEUANGAN.
Haryanti, A., Muktiadji, N. and Setiana, A., 2013. Analisis Dividen Tunai
dan Earning Per Share Terhadap Tingkat Imbal Hasil Investor.

56

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai