Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326344196

Model Analisis Penyimpangan

Article · July 2018

CITATIONS READS

0 4,783

1 author:

Herispon Herispon
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru
37 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Causes of Micro, Small and Medium Enterprises Do Not Have Financial Reports (Case in Pekanbaru City, Indonesia) View project

All content following this page was uploaded by Herispon Herispon on 12 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi
Pada Sebuah Perusahaan
(Cost Variance Analisis Model)

HERISPON
Akademi Keuangan & Perbankan Riau (AKBAR)
Jl. H.R. Subrantas No. 57 Panam Pekanbaru 28293 (Telp. 0761-63237)
E-mail : akbar_stier@yahoo.com

Abstract: In preparation of the budget in a company there are many factors into
consideration, not only internal factors but also external factors such as economic
circumstances, political, market prices, product competition, therefore the preparation of
budgets, particularly the production budget must be done with careful planning and assess the
conditions that have been passed in the process of product creation in the form of goods for
example, so that for the future can be done to prepare and establish improvements in the
production budget.

Keywords: Cost Variance, Production

Penetapan anggaran biaya produksi Pengawasan melalui anggaran dapat


bagi sebuah perusahaan, khususnya dilakukan dengan cara membandingkan
perusahaan pengolahan / perusahaan antara anggaran dan realisasinya. Bila
manufaktur yang mengelola bahan baku terdapat penyimpangan maka pihak yang
menjadi produk barang jadi atau setengah berwenang (pimpinan/manajer) perusahaan
jadi adalah hal yang mutlak dilakukan karena dapat mengambil tindakan korektif, preventif,
akan berhubungan dengan penetapan harga dan persuasif sehingga kegiatan perusahaan
pabrikasi, harga pokok penjualan dari produk tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang
yang dihasilkan oleh perusahaan. telah ditetapkan.
Untuk itu diperlukan suatu kajian Berdasarkan dari uraian pada latar
yang teliti dalam menganalisis dan belakang masalah, maka penulis dapat
menetapkan anggaran biaya produksi merumuskan permasalahan yaitu
terhadap suatu produk, tujuan dari kajian ini “Bagaimanakah model perhitungan dan
adalah untuk menghindarkan perusahaan dari analisis penyimpangan anggaran biaya dalam
pemborosan biaya yang tidak berhubungan berproduksi”.
dengan produksi atau terjadi pembengkakan Suatu penelitian yang dilakukan
harga (mark up), sehingga pada akhirnya terhadap suatu objek atau subyek tentunya
akan merugikan atau mengurangi keuntungan mempunyai tujuan-tujuan tertentu, sehingga
bagi perusahaan. ada arah yang akan dituju dan dicapai.
Adanya anggaran biaya produksi yang Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan
dibuat oleh perusahaan, maka dalam adalah :
pelaksanaan fungsi perencanaan secara lebih a. Untuk mengetahui penyebab dan
terperinci terhadap unsur-unsur biaya terjadinya penyimpangan anggaran biaya
produksi dapat dilaksanakan, dengan kata dalam berproduksi pada PT. Tirta Sari
lain anggaran biaya produksi harus didukung Surya Rengat.
oleh anggaran modal kerja, anggaran bahan b. Untuk mengetahui kebijaksanaan dan
baku dan persediaan, anggaran biaya tenaga tindak lanjut sebagai usaha perusahaan
kerja langsung, dan anggaran biaya overhead dalam mengatasi permasalahan yang
pabrik. Agar pelaksanaan anggaran yang dihadapinya.
telah disusun dapat mencapai sasaran yang Istilah anggaran dalam bahasa Inggris
diinginkan, maka pihak-pihak dalam dikenal dengan nama ; business budget, profit
perusahaan harus melakukan pengawasan. planning and control, comprehensive

131
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 132

budgeting, budgeting business and control. pengertian anggaran biaya produksi.


Dalam bahasa Perancis juga dijumpai istilah Anggaran biaya produksi adalah perencanaan
anggaran yaitu bougette yang berarti dompet secara sistematis tentang biaya-biaya yang
atau tas, sehingga sampai saat ini pengertian akan dikeluarkan terhadap pengadaan bahan
anggaran telah menjadi luas bukan hanya baku pokok, bahan baku penolong, dan
sekedar dompet atau tas saja. Untuk lebih pengeluaran biaya tenaga kerja langsung
jelasnya pengertian tentang anggaran penulis pada suatu kegiatan produksi.
menyajikan kutipan dari beberapa ahli yaitu : Penyimpangan biaya (cost variance)
M. Munandar (1992: 1) adalah selisih antara biaya yang sesunguhnya
mengemukakan anggaran adalah “suatu terjadi dengan biaya standard. Selisih ini
rencana yang disusun secara sistematis yang dapat dibedakan menjadi dua selisih yaitu
meliputi seluruh aktivitas perusahaan yang biaya sesungguhnya lebih kecil dari biaya
dinyatakan dalam kesatuan unit moneter yang ditetapkan (standard), biaya yang
(rupiah) yang berlaku dalam jangka waktu sesungguhnya lebih besar dari biaya yang
tertentu dimasa datang. ditetapkan (standard).
Glenn A. Welch (1990: 4) Dalam rangka tindakan perbaikan
mengemukakan anggaran adalah “merupakan untuk masa yang akan datang penyimpangan
suatu rencana yang sistematis dan formal atau selisih biaya tersebut perlu dianalisa
untuk mencapai perencanaan, untuk mengetahui apa yang menyebabkan
pengkoordinasian, dan pengendalian dari terjadinya penyimpangan. Dengan
manajemen. mengetahui penyebabnya maka dapat
John R Bartizal (1987: 17) diputuskan apa yang harus diperbaiki.
mengemukakan anggaran adalah “suatu Selamat Sinuraya (1987: 87)
forecast yang detail dari hasil rencana mengemukakan bahwa analisis
kegiatan usaha yang berdasarkan pada penyimpangan biaya produksi dapat
pengharapan tentang keefisienan usaha. dibedakan menjadi :
Dari pengertian anggaran yang telah 1) Penyimpangan harga barang (material
dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa price variance)
anggaran mempunyai 4 (empat) inti yang Yaitu selisih harga beli barang yang
terkandung didalamnya yaitu ; a) harus sesungguhnya dengan harga menurut
bersifat formal artinya anggaran tersebut standard. Apabila harga actual perunit
harus disusun dengan sengaja dan lebih besar dari harga standar maka
bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis, penyimpangan yang merugikan,
b) bersifat sistematis artinya anggaran sebaliknya apabila harga aktual perunit
disusun berurutan dan berdasarkan logika, c) lebih kecil dari harga standard maka
hasil keputusan artinya setiap selisih merupakan selisih yang
manajer/pimpinan dihadapkan pada suatu menguntungkan.
tanggung jawab untuk mengambil keputusan 2) Penyimpangan pemakaian bahan
itu berdasarkan beberapa asumsi, d) aplikasi (material quantity variance)
fungsi manajemen artinya keputusan yang Selisih antara pemakaian bahan yang
diambil merupakan pelaksanaan fungsi sesungguhnya dengan pemakaian
manajer dari perencanaan dan pengawasan. menurut standar. Apabila pemakaian
Dapat disimpulkan bahwa produksi bahan yang sesungguhnya lebih besar
adalah keinginan yang berkaitan dengan dari pemakaian menurut standar berarti
usaha penambahan faedah atau kegunaan dari terjadi penyimpangan yang merugikan.
faktor-faktor produksi, sehingga out put yang Bila pemakaian yang sesungguhnya lebih
dihasilkan berupa barang atau jasa berguna kecil dari pemakaian standar maka terjadi
dan bermanfaat bagi manusia. Setelah penyimpangan yang menguntungkan.
melihat kepada pengertian anggaran dan 3) Penyimpangan tarif upah (labor rate
pengertian produksi maka dapat diberikan variance)
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 133

Selisih antara tarif upah yang dibayarkan berdasarkan jam kerja


dengan penetapan upah standar. Apabila sesungguhnya dengan biaya
tarif upah yang sesungguhnya lebih kecil overhead yang dibebankan
dari upah standar berarti terjadi (overhead applied) atas dasar jam
penyimpangan yang menguntungkan, kerja sesungguhnya.
sebaliknya bila tarif upah yang - Efficiency variance adalah selisih
sesungguhnya lebih besar dari tarif upah antara biaya overhead yang
standar maka terjadi penyimpangan yang dibebankan menurut jam kerja
merugikan. sesungguhnya dengan biaya
4) Penyimpangan jam kerja buruh (labor overhead yang dibebankan
time variance) menurut harga standar.
Selisih antara jam kerja yang Adapun langkah-langkah yang perlu
sesungguhnya dengan jam kerja standar, dipertimbangkan dalam menganalisis
apabila jam kerja yang sesungguhnya penyimpangan adalah :
lebih kecil dari jam kerja standar maka 1) Menentukan besarnya perbedaan
terjadi penyimpangan yang antara biaya standar dengan biaya
menguntungkan, sebaliknya bila jam aktual
kerja yang sesungguhnya lebih besar dari 2) Menganalisis penyebab terjadinya
jam kerja standar maka terjadi penyimpangan
penyimpangan yang merugikan. 3) Mengambil tindakan perbaikan agar
5) Penyimpangan biaya overhead pabrik dapat meminimalkan penyimpangan
(overhead variance) untuk masa yang akan datang.
Selisih antara biaya overhead pabrik Dengan menganalisis setiap
aktual dengan biaya overhead yang penyimpangan biaya produksi yang terjadi,
ditetapkan. Berdasarkan tingkah lakunya, maka pimpinan perusahaan dapat
biaya overhead ini dapat dibedakan atas menganalisis aktivitas yang telah dijalankan
variabel overhead dan fixed overhead. secara lebih mendasar guna perencanaan
Untuk menganalisis penyimpangan biaya selanjutnya.
overhead pabrik ini digunakan metode
selisih yaitu : METODE
a. Metode dua selisih, meliputi : Data yang digunakan adalah dari PT.
- Selisih terkendali (controlable Tirta Sari Surya sebuah perusahaan pengolah
variance) karet alam menjadi produk crumb rubber
Yaitu selisih antara biaya yang berlokasi di jalan Pasir Jaya Km 6 Desa
overhead sesungguhnya dengan Kuantan Babu, Kecamatan Rengat,
biaya yang dianggarkan. Kabupaten Indragiri Hulu, yang telah diberi
- Selisih volume (volume variance) izin untuk diberikan kepada penulis dalam
Yaitu selisih antara biaya format yang sudah jadi seperti laporan
overhead yang dianggarkan pada produksi dan biaya produksi. Adapun data
jam standar dengan biaya yang yang diperlukan adalah data dari bagian
dibebankan pada produk. produksi, bagian akuntansi, bagian
b. Metode tiga selisih, meliputi : perencanaan dan pengembangan produk.
- Spending variance adalah selisih Analisis data yang dipergunakan
antara biaya overhead yang dalam penulisan ini adalah dengan
sesungguhnya dengan biaya melakukan crosschek antara teori-teori yang
overhead standar menurut jam telah dikemukakan sebelumnya terhadap
kerja yang sesungguhnya. hasil dan temuan dalam penelitian (metode
- Idle capacity variance adalah deskriptif) dan diakhirnya akan diambil suatu
selisih antara biaya overhead yang kesimpulan dengan menggambarkan kondisi
diperkenankan (budget allowance) yang ditemukan dan hubungannya dengan
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 134

teori dan kaitannya dengan kondisi-kondisi ditetapkan. Sebab melebihkan atau


aktual pada perusahaan bersangkutan. mengurangi standar biaya untuk satu satuan
Metode kuantitatif digunakan untuk unit produk akan menimbulkan resiko
melihat penyimpangan biaya produksi dan tertentu bagi perusahaan, melebihkan biaya
formula yang dipakai adalah analisis akan menimbulkan pemborosan biaya
penyimpangan dari Selamat Sinuraya (1987 : anggaran produksi, mengurangi biaya akan
195) sebagai berikut : mengurangi kualitas atau mutu yang
1. Penyimpangan biaya bahan baku. dihasilkan seperti pengurangan biaya bahan
a. Penyimpangan harga barang (material baku atau penciutan dalam upah tenaga kerja.
price variance) Berikut penulis menyajikan anggaran
MPV = ( AP – SP ) x AQ biaya produksi perusahaan menurut prosedur
Dimana : AP = actul price, SP = penyusunannya yang diperinci setiap tahun
standard price, AQ = actual quantity dan realisasinya yang dikelompokkan kepada
b. Penyimpangan pemakaian bahan tiga kelompok yaitu ; anggaran dan realisasi
(material quantity variance) biaya bahan baku, anggaran dan realisasi
MQV = ( AQ – SQ ) x SP biaya tenaga kerja langsung, anggaran dan
Dimana : AQ = actual quantity, SQ = realisasi biaya overhead pabrik, serta
standard quantity, SP = standard price anggaran dan realisasi jumlah produksi antara
2. Penyimpangan biaya tenaga kerja tahun 2001 sampai tahun 2005 sebagai
langsung berikut :
a. Penyimpangan tarif upah (labor rate Tabel.1
variance) Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Pada
LRV = ( AR – SR ) x AH PT. Tirta Sari Surya
Perio Jumlah Varianc
Dimana : AR = actual rate, SR = de
Jenis Biaya
Anggaran Realisasi e%
standard rate, AH = actual hours 2001 Biaya bahan 189.200.000 192.104.000 1,53
baku
b. Penyimpangan jam kerja (labor time Biaya tenaga 2.200.000 2.045.500 (7,02)
variance) kerja langsung
Biaya overheda 18.500.000 18.066.470 (2,34)
LTV = ( AH – SH ) x SR pabrik
Jumlah 209.900.000 212.215.970 7,82
Dimana : AH = actual hours, SH = 2002 Biaya bahan 250.800.000 236.912.500 (5,54)
standard hours, SR = standard rate baku
Biaya tenaga 2.500.000 2.124.700 (15,01)
3. Penyimpangan biaya overhead pabrik kerja langsung
Biaya overhed 19.100.000 18.856.500 (1,27)
a. Selisih terkendali (controlable pabrik
variance) Jumlah 272.400.000 257.893.700 (21,82)
2003 Biaya bahan 247.350.000 248.565.000 0,49
(Actual Overhead - Budget baku
Biaya tenaga 2.250.000 2.172.750 (3,43)
Allowance On Standard Hours) kerja langsung
b. Selisih volume (volume variance) Biaya overhed 18.900.000 19.320.350 1,22
pabrik
(Budget Allowance On Standard Jumlah 268.500.000 270.058.100 1,72
2004 Biaya bahan 278.096.000 298.987.500 7,50
Hours - Overhead Applied) baku
Biaya tenaga 3.059.000 3.195.782 4,47
kerja langsung
HASIL Biaya overhed 20.800.000 21.109.087 1,49
pabrik
Jumlah 301.955.000 323.292.369 13,46
Dalam penyusunan anggaran biaya 2005 Biaya
353.475.000 bahan
335.525.000 (5,08)
baku
produksi, seperti penetapan harga bahan Biaya
3.750.000 tenaga
3.250.980 (13,31)
kerja langsung
baku, upah tenaga kerja langsung harus Biaya overhed
21.250.000 21.495.400 1,15
dibuat sedemikian rupa dan juga harus pabrik
Jumlah
378.475.000 360.271.380 (7,08)
memperhatikan standard usage rate (SUR)
Sumber : PT. Tirta Sari Surya
berapa biaya yang sesungguhnya untuk
Selain menyajikan pos-pos jumlah
menghasilkan satu satuan unit produk
anggaran biaya produksi dari tahun 2001
sehingga mutu atau kualitas produk yang
sampai 2005, data lain yang dibutuhkan
dihasilkan sesuai dengan standar yang
untuk menghitung analisis penyimpangan
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 135

biaya produksi ini adalah jumlah produksi masalah yang ditemukan. Analisis yang
setiap tahun yang ada pada PT. Tirta Sari dilakukan adalah pada setiap komponen
Surya juga ditampilkan pada tabel berikut : biaya produksi yaitu :
Tabel .2. a. Analisis penyimpangan biaya bahan
Anggaran dan Realisasi Jumlah Produksi baku.
Pada PT. Tirta Sari Surya b. Analisis penyimpangan biaya tenaga
Periode Anggaran Realisasi Variance % kerja langsung
Produksi Produksi % capaian
(ton) (ton) dari
c. Analisis penyimpangan biaya overhead
Anggaran pabrik.
2001 42.000 40.200 (4,3) (95,7)
2002 40.500 39.400 (2,7) (97,3)
PEMBAHASAN
2003 40.000 41.100 2,75 102,75
2004 43.700 47.000 7,55 107,55 Analisis penyimpangan biaya bahan baku.
2005 43.500 43.800 0,69 100,69
Sumber : PT. Tirta Sari Surya
Tahun Analisis Variance
Dapat dilihat bahwa perolehan jumlah 2001 Rencana produksi = 40.500 ton, realisasinya 39.400 ton
Biaya BB Target = 189.200.000.000 / 42.000 = Rp 4.504.761,9 /ton
produksi pada perusahaan yang bersangkutan Biaya BB Aktual = 192.104.000.000 / 40.200 = Rp 4.778.706,5 /ton
MPV = (AP – SP ) x AQ
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005, = (4.778.706,5 – 4.504.761,9) x 40.200 = Rp 11.012.571.428,57
MQV = ( AQ – SQ ) x SP
bahwa pada tahun 2001 dan tahun 2002 = ( 40.200 – 42.000) x 4.504.761,9 = (Rp 8.108.571.420)
Total Cost Material Variance = MPV + MQV
jumlah produksi dibawah target yang = 11.012.571.428,57 – 8.108.571.420
= Rp 2.904.000.000
ditetapkan, sedangkan pada tahun 2003, 2002 Rencana produksi = 42.000 ton, realisasinya 40.200 ton
2004, dan tahun 2005 jumlah produksi diatas Biaya BB Target = 250.800.000.000 / 40.500 = Rp 6.192.592,6 /ton
Biaya BB Aktual = 236.912.500.000 / 39.400 = Rp 6.013.007,6 /ton
MPV = (AP – SP ) x AQ
target yang telah ditentukan, permasalahan- = (6.013.007,6 – 6.192.592,6 ) x 39.400 = Rp ( 7.075.649.000 )
MQV = ( AQ – SQ ) x SP
permasalahan yang ada antara anggaran dan = ( 39.400 – 40.500) x 6.192.592,6 = Rp ( 6.811.851.860 )
realisasi jumlah produksi ini dibahas pada Total Cost Material Variance = MPV + MQV
= (7.075.649.000) + (6.811.851.860)
bagian analisis penyimpangan anggaran biaya 2003
= Rp ( 13.887.500.860 )
Rencana produksi = 40.000 ton, realisasinya 41.100 ton
produksi. Biaya BB Target = 247.350.000.000 / 40.000 = Rp 6.183.750 /ton
Biaya BB Aktual = 248.565.000.000 / 41.100 = Rp 6.047.810,19 /ton
MPV = (AP – SP ) x AQ
Dari uraian diatas ditemukan = (6.047.810,19 – 6.183.750) x 41.100 = Rp (5.587.126.191)
MQV = ( AQ – SQ ) x SP
khususnya pada anggaran biaya produksi, = ( 41.100 – 40.000) x 6.183.750 = Rp 6.802.125.000
bahwa terdapat dua kondisi yaitu : Total Cost Material Variance = MPV + MQV
= (5.587.126.191) + 6.802.125.000
a. Anggaran biaya produksi, dimana 2004
= Rp 1.214.998.809
Rencana produksi = 43.700 ton, realisasinya 47.000 ton
realisasi biaya lebih kecil dari biaya Biaya BB Target = 278.096.000.000 / 43.700 = Rp 6.363.752,86 /ton
Biaya BB Aktual = 298.987.500.000 / 47.000 = Rp 6.361.436,17 /ton
MPV = (AP – SP ) x AQ
yang dianggarkan, terjadi pada tahun = (6.361.436,17 – 6.363.752,86) x 47.000 = Rp (108.884.430)
MQV = ( AQ – SQ ) x SP
2002 dan tahun 2005 = ( 47.000 – 43.700) x 6.363.752,86 = Rp 21.000.384.438
b. Anggaran biaya produksi, dimana Total Cost Material Variance = MPV + MQV
= (108.884.430) + 21.000.384.438
realisasi biaya lebih besar dari biaya 2005
= Rp 20.891.500.008
Rencana produksi = 43.500 ton, realisasinya 43.800 ton
yang dianggarkan, terjadi pada tahun Biaya BB Target = 353.475.000.000 / 43.500 = Rp 8.125.862,06 /ton
Biaya BB Aktual = 335.525.000.000 / 43.800 = Rp 7.660.388,13 /ton
2001, 2003, dan tahun 2004. MPV = (AP – SP ) x AQ
= (7.660.388,13 – 8.125.862,06) x 43.800 = Rp
Dari dua kondisi yang terjadi ini tentu (20.248.115.955)
MQV = ( AQ – SQ ) x SP
ada hal-hal yang menyebabkan terjadinya = ( 43.800 – 43.500) x 8.125.862,06 = Rp 2.437.758.618
Total Cost Material Variance = MPV + MQV
perbedaan antara biaya yang dianggarkan = (20.248.115.955) + 2.437.758.618
= Rp (17.810.357.337)
(target) dengan biaya realisasinya (aktual). Data Hasil Analisis.
Karena itu pada pembahasan selanjutnya
akan dianalisis penyimpangan-penyimpangan Dari hasil analisis penyimpangan
yang terjadi dan permasalahannya. biaya bahan baku pada tabel diatas terlihat
Tujuan dari analisis penyimpangan jelas bahwa penyimpangan terjadi pada
biaya produksi yang dilakukan oleh penulis variance harga bahan baku dan variance
adalah untuk mengetahui besarnya pemakaian bahan baku, yang dapat
penyimpangan biaya yang terjadi, apa dirangkum seperti pada tabel berikut ini :
penyebabnya, dan apa tindak lanjut yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 136

Tabel 3 pengadaan volume bahan baku atau


Variance Biaya Bahan Baku persediaan bahan baku lebih dari cukup,
Tah Jenis Analisis Total Cost
un Biaya MPV MQV Variance penetapan harga bahan baku yang tinggi
2001
2002
B Baku
B Baku
11.012.571.428,57
( 7.075.649.000 )
(8.108.571.420)
( 6.811.851.860 )
2.904.000.000
( 13.887.500.860 ) sedangkan aktualnya rendah, maka
2003
2004
B Baku
B Baku
(5.587.126.191)
(108.884.430)
6.802.125.000
21.000.384.438
1.214.998.809
20.891.500.008 memungkinkan perusahaan untuk membeli
2005 B Baku (20.248.115.955) 2.437.758.618 (17.810.357.337)
bahan baku dalam jumlah yang banyak.
Data Hasil Analisis Sehingga realisasi volume produksi melebihi
Dengan melakukan analisis target, seperti tahun 2003, 2004,dan 2005.
penyimpangan biaya bahan baku, maka dapat Analisis Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja
diketahui besarnya penyimpangan yang Langsung
terjadi dan penyebab-penyebabnya.
Penyimpangan atau selisih biaya bahan baku Tahun Analisis Variance
2001 Rencana produksi = 42.000 ton , realisasi produksi = 40.200
pada tahun 2001 sampai dengan 2005 antara ton.Jumlah tenaga kerja = 370 orang, waktu kerja per hari = 7 jam.
Dan hari kerja dalam satu tahun 300 hari.
yang dianggarkan (target) dengan Jam produksi perton = 370 x 7 x 300 / 40.200 = 19,3 jam
Jam kerja standar = 42.000 x 19,3 = 810.600
realisasinya (aktual) dapat dijawab sebagai Jam kerja aktual = 40.200 x 19,3 = 775.860
Upah standar perjam = 2.200.000.000 / 810.600 = Rp 2.714,04
berikut: Upah aktual per jam = 2.045.500.000 / 775.860 = Rp 2.636,43
LRV = ( AR – SR ) x AH
a. Realisasi biaya bahan baku lebih besar = (2.636,42 – 2.714,03) x 775.860 = (Rp 60.214.494,60)
LTV = ( AH – SH ) x SR
dari biaya bahan baku yang dianggarkan = (775.860 – 810.600) x 2.714,03 = (Rp94.285.402,20)
Total Cost Labor Variance = LRV + LTV
(lihat tahun 2001, 2003, 2004). Bahwa terjadi = (60.214.494,60) + (94.285.402,20) =
(154.499.896,80)
penetapan harga pada biaya bahan baku yang 2002 Rencana produksi = 40.500 ton , realisasi produksi = 39.400 ton.
Jumlah tenaga kerja = 385 orang, waktu kerja per hari = 7 jam.
lebih rendah karena pada kenyataannya Dan hari kerja dalam satu tahun 300 hari.
Jam produksi perton = 385 x 7 x 300 / 40.500 = 20 jam
realisasi biaya bahan lebih besar, disamping Jam kerja standar = 40.500 x 20 = 810.000
Jam kerja aktual = 39.400 x 20 = 788.000
itu terdapat selisih pada jumlah pemakaian Upah standar perjam = 2.500.000.000 / 810.000 = Rp 3.086,41
Upah aktual per jam = 2.124.700 / 788.000 = Rp 2.696,31
bahan dimana realisasi pemakaian bahan LRV = ( AR – SR ) x AH
= (2.696,31 – 3.086,41) x 788.000 = (Rp 307.398.800)
lebih kecil dari yang ditargetkan. LTV = ( AH – SH ) x SR
= (788.000 – 810.000) x 3.086,41 = (Rp67.901.020)
Penyebabnya ini terjadi karena penetapan Total Cost Labor Variance = LRV + LTV
= (307.398.800) + (67.901.020) = (375.299.820)
biaya bahan baku yang rendah sementara 2003 Rencana produksi = 40.000 ton , realisasi produksi = 41.100 ton.
Jumlah tenaga kerja = 392 orang, waktu kerja per hari = 7 jam.
harga realisasi biaya bahan baku lebih tinggi, Dan hari kerja dalam satu tahun 300 hari.
Jam produksi perton = 392 x 7 x 300 / 41.100 = 20,18 jam
maka alternatifnya adalah mengurangi Jam kerja standar = 40.000 x 20,18 = 807.200
Jam kerja aktual = 41.100 x 20,18 = 829.398
volume pemakaian bahan. Seperti pada tahun Upah standar perjam = 2.250.000.000 / 807.200 = Rp 2.787,41
Upah aktual per jam = 2.172.750.000 / 829.398 = Rp 2.619,67
2001 realisasi produksi lebih kecil LRV = ( AR – SR ) x AH
= (2.619,67 – 2.787,41) x 829.398 = (Rp 139.123.220,5)
dibandingkan dengan produksi yang LTV = ( AH – SH ) x SR
= (829.398 – 807.200) x 2.787,41 = Rp61.874.927,18
dianggarkan. Tapi disisi lain kondisi berbeda Total Cost Labor Variance = LRV + LTV
= (139.123.220,5) + 61.874.927,18 =
terjadi seperti tahun 2002 realisasi biaya (77.248.293,32)
2004 Rencana produksi = 43.700 ton , realisasi produksi = 47.000 ton.
bahan baku lebih kecil dari yang dianggarkan Jumlah tenaga kerja = 389 orang, waktu kerja per hari = 7 jam. Dan
hari kerja dalam satu tahun 300 hari.
dan kenyataannya realisasi volume produksi Jam produksi perton = 389 x 7 x 300 / 47.000 = 17,4 jam
Jam kerja standar = 43.700 x 17,4 = 760.380
juga lebih kecil dari yang ditargetkan. Tahun Jam kerja aktual = 47.000 x 17,4 = 817.800
Upah standar perjam = 3.059.000.000 / 760.380 = Rp 4.022.98
2003 dan 2004 realisasi biaya bahan baku Upah aktual per jam = 3.195.782.000 / 817.800 = Rp 3.907,77
LRV = ( AR – SR ) x AH
lebih besar dari anggarannya, tapi realisasi = (3.907,77 – 4.022,98) x 817.800 = (Rp 94.218.738)
LTV = ( AH – SH ) x SR
volume produksi juga lebih besar dari yang = (817.800 – 760.380) x 4.022,98 = Rp 230.999.511,6
Total Cost Labor Variance = LRV + LTV
ditargetkan, asumsinya jumlah persediaan = (94.218.738) + 230.999.511,6 = Rp 136.780.773,6
2005 Rencana produksi = 43.500 ton , realisasi produksi = 43.800 ton.
bahan cukup atau lebih dari waktu kewaktu, Jumlah tenaga kerja = 385 orang, waktu kerja per hari = 7 jam. Dan
hari kerja dalam satu tahun 300 hari.
sehingga perubahan harga bahan kurang Jam produksi perton = 385 x 7 x 300 / 43.800 = 18,45 jam
Jam kerja standar = 43.500 x 18,45 = 802.575
berpengaruh pada volume produksi. Juga Jam kerja aktual = 43.800 x 18,45 = 808.110
Upah standar perjam = 3.750.000.000 / 802.575 = Rp 4.672,46
tahun 2005 realisasi biaya bahan baku lebih Upah aktual per jam = 3.250.980.000 / 808.110 = Rp 4.022,94
LRV = ( AR – SR ) x AH
kecil dari biaya yang dianggarkan tapi = (4.022,94 – 4.672,46) x 808.110 = (Rp 524.883.607,2)
LTV = ( AH – SH ) x SR
volume produksi realisasinya lebih besar dari = (808.110 – 802.575) x 4.672,46 = Rp 25.862.066,1
Total Cost Labor Variance = LRV + LTV
target. = (524.883.607,2) + 25.862.066,1 = Rp (
499.021.541,1 )
b. Realisasi biaya bahan baku lebih kecil
dari biaya bahan baku yang dianggarkan. Data Hasil Analisis.
(lihat tahun 2002, 2005). Bahwa dalam
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 137

Dari hasil analisis penyimpangan produksi meningkat, maka keadaaan ini


biaya tenaga kerja langsung pada tabel diatas menguntungkan perusahaan. Karena sisa
terlihat jelas bahwa penyimpangan terjadi biaya tenaga kerja langsung yang telah
pada variance biaya upah tenaga kerja dianggarkan dapat diputar perusahaan
langsung dan variance pada jam kerja tenaga untuk keperluan lain dalam proses
kerja, yang dapat dirangkum seperti pada produksi.
tabel berikut ini : Analisis Penyimpangan Biaya Overhead
Tabel.4. Pabrik
Variance Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tah Jenis Analisis Total Cost Tahun Analisis Variance
un Biaya LRV LTV Variance 2001 Anggaran produksi = 42.000 ton , realisasi produksi = 40.200 ton
2001 TKL (60.214.494,60) (94.285.402,20) (154.499.896,80) Standar BOP = Variabel + Tetap
2002 TKL (307.398.800) (67.901.020) (375.299.820) = 15.750.000.000 + 2.750.000.000 = 18.500.000.000
2003 TKL (139.123.220,5) 61.874.927,18 (77.248.293,32) Standar jam kerja mesin 1 tahun = 21 jam x 300 hari = 6.300 jam
2004 TKL (94.218.738) 230.999.511,6 136.780773,6 Standar BOP per jam = 18.500.000.000 / 6.300 = Rp 2.936.507,9
2005 TKL (524.883.607,2) 25.862.066,1 (499.021.541,1) BV perjam = 15.750.000.000 / 6.300 = Rp 2.500.000
BT perjam = 2.750.000.000 / 6.300 = Rp 436.507,9
Data Hasil Analisis Jam kerja mesin perton = 6.300 / 40.200 ton
Aktual jam kerja mesin = 0,15 x 40.200 ton
= 0,15 jam
= 6.030 jam
Dengan melakukan analisis Aktual BOP = 6.030 jam x 2.936.507,9 = 17.707.142.637
V.Aktual BOP = 18.066.470.000 – 17.707.142.637 = 359.327.363
penyimpangan biaya tenaga kerja langsung, Variance S BOP = 17.707.142.637 – 18.500.000.000 = (792.857.363)

maka dapat diketahui besarnya CV = AO – BAOSH


AO = 18.066.470.000
penyimpangan yang terjadi dan penyebab- BAOSH = AJKM x BV per Jam + BOP Fixed
= 6.030 x 2.500.000 = 15.075.000.000
penyebabnya. Penyimpangan atau selisih BOP Fixed
BAOSH
= 2.750.000.000
= 17.825.000.000
biaya tenaga kerja langsung pada tahun 2001 VV = BAOSH – ABOP
CV = 241.470.000

sampai dengan 2005 antara yang dianggarkan = 17.825.000.000 – 17.707.142.637 = 117.857.363

(target) dengan realisasinya (aktual) dapat Total Cost Variance BOP = V SBOP + V ABOP = ( CV + VV)
= ( Rp 792.857.363) + (Rp 241.470.000 + Rp 117.857.363)
dijawab sebagai berikut : = (Rp 433.530.000)

a. Bahwa pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2002 Anggaran produksi = 40.500 ton , realisasi produksi = 39.400 ton

tahun 2005 realisasi biaya tenaga kerja Standar BOP = Variabel + Tetap
= 16.800.000.000 + 2.300.000.000 = 19.100.000.000
langsung lebih rendah dari biaya tenaga Standar jam kerja mesin 1 tahun = 21 jam x 300 hari = 6.300 jam
Standar BOP per jam = 19.100.000.000 / 6.300 = Rp 3.031.746,03
kerja yang dianggarkan. Dan diikuti oleh BV perjam = 16.800.000.000 / 6.300
BT perjam = 2.300.000.000 / 6.300
= Rp 2.666.666,67
= Rp 365.079,36
tidak tercapainya realisasi produksi pada Jam kerja mesin perton = 6.300 / 39.400 ton
Aktual jam kerja mesin = 0,16 x 39.400 ton
= 0,16 jam
= 6.304 jam
tahun 2001, 2002, tapi keadaan Aktual BOP = 6.304 jam x 3.031.746,03 =
sebaliknya terjadi pada tahun 2003, 19.112.126.973,12
V A BOP = 18.856.500.000 – 19.112.126.973,12 = (255.626.973,12)
dimana realisasi biaya tenaga kerja V S BOP = 19.112.126.973,12 – 19.100.000.000 = 12.126.973,12

langsung lebih kecil dari yang CV = AO – BAOSH


AO = 18.856.500.000
dianggarkan tapi realisasi jumlah BAOSH = AJKM x BV per Jam + BOP Fixed
= 6.304 x 2.666.666,67 = 16.810.666.687,68
produksi justru jauh melebih target. BOP Fixed
BAOSH
= 2.300.000.000
=
Kondisi ini terjadi karena labor time 19.110.666.687,68
CV =
variancenya positif. (254.166.687,68)

b. Pada tahun 2004 realisasi biaya tenaga VV = BAOSH – ABOP


= 19.110.666.687,68 – 19.112.126.973,12 = (1.460.285,44)
kerja langsung lebih besar dari biaya Total Cost Variance BOP = V SBOP + V ABOP = ( CV + VV)
tenaga kerja langsung yang dianggarkan, = Rp 12.126.973,12 – ( Rp 254.166.687,68 + Rp 1.460.285,44)
= (Rp 243.500.000)
sebabnya adalah pada tahun 2004 terjadi
2003 Anggaran produksi = 40.000 ton , realisasi produksi = 41.100 ton
kenaikan volume produksi yang jauh
Standar BOP = Variabel + Tetap
melebih volume produksi yang = 16.400.000.000 + 2.500.000.000 = 18.900.000.000
Standar jam kerja mesin 1 tahun = 21 jam x 300 hari = 6.300 jam
dianggarkan. Standar BOP per jam = 18.900.000.000 / 6.300 = Rp 3.000.000
BV perjam = 16.400.000.000 / 6.300 = Rp 2.603.174,6
c. Rata-rata tenaga kerja langsung yang BT perjam = 2.500.000.000 / 6.300 = Rp 396.825,39
Jam kerja mesin perton = 6.300 / 41.100 ton = 0,15 jam
bekerja setiap tahun adalah ( 370 + 385 + Aktual jam kerja mesin = 0,15 x 41.100 ton = 6.165 jam

392 + 389 + 385 / 5 = 384 orang). Aktual BOP = 6.165 jam x 3.000.000 = 18.495.000.000
V A BOP = 19.320.350.000 – 18.495.000.000 = 825.350.000
d. Dalam kondisi jangka pendek lebih V S BOP = 18.495.000.000 – 18.900.000.000 = (405.000.000)

kecilnya realisasi biaya tenaga kerja CV = AO – BAOSH


AO = 19.320.350.000
langsung dari biaya tenaga kerja langsung BAOSH = AJKM x BV per Jam + BOP Fixed
= 6.165 x 2.603.174,6 = 16.048.571.409
yang dianggarkan dengan catatan jumlah BOP Fixed = 2.500.000.000
BAOSH = 18.548.571.409
CV = 771.778.591
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 138

VV = BAOSH – ABOP jelas bahwa penyimpangan terjadi pada


= 18.548.571.409 – 18.495.000.000 = 53.571.409
selisih terkendali (controlable variance) dan
Total Cost Variance BOP = V SBOP + V ABOP = ( CV + VV)
= - Rp 405.000.000 + ( Rp 771.778.591 + Rp 53.571.409) pada selisih volume (volume variance), yang
= Rp 420.350.000
dapat dirangkum seperti pada tabel berikut
2004 Anggaran produksi = 43.700 ton , realisasi produksi = 47.000 ton
ini:
Standar BOP = Variabel + Tetap
= 18.050.000.000 + 2.750.000.000 = 20.800.000.000 Tabel 5.
Standar jam kerja mesin 1 tahun = 21 jam x 300 hari = 6.300 jam
Standar BOP per jam = 20.800.000.000 / 6.300 = Rp 3.301.587,3 Variance Biaya Overhead Pabrik
BV perjam = 18.050.000.000 / 6.300 = Rp 2.865.079,36 Jenis Analisis Total Cost
BT perjam = 2.750.000.000 / 6.300 = Rp 436.507,9 Tahun
Jam kerja mesin perton = 6.300 / 47.000 ton = 0,13 jam Biaya V SBOP V ABOP Variance
Aktual jam kerja mesin = 0,13 x 47.000 ton = 6.110 jam 2001 BOP (792.857.363) 359.327.363 (433.530.000)
2002 BOP 12.126.973,12 (255.626.973,12) (243.500.000)
Aktual BOP = 6.110 jam x 3.301.587,3 = 20.172.698.403 2003 BOP (405.000.000) 825.350.000 420.350.000
V A BOP = 21.109.087.000 – 20.172.698.403 = 936.388.597 2004 BOP (627.301.597) 936.388.597 309.087.000
V S BOP = 20.172.698.403 – 20.800.000.000 = (627.301.597) 2005 BOP (566.666.685,16) 812.066.685,16 245.400.000

CV = AO – BAOSH Data Hasil Analisis


AO
BAOSH = AJKM x BV per Jam + BOP Fixed
= 21.109.087.000
Dengan melakukan analisis
= 6.110 x 2.865.079,36 = 17.505.634.889,6
BOP Fixed = 2.750.000.000 penyimpangan biaya overhead pabrik, maka
BAOSH
CV
= 20.255.634.889,6
= 853.452.110,4 dapat diketahui besarnya penyimpangan yang
VV = BAOSH – ABOP terjadi dan penyebab-penyebabnya.
= 20.255.634.889,6 – 20.172.698.403 = 82.936.486,6
Penyimpangan atau selisih biaya overhead
Total Cost Variance BOP = V SBOP + V ABOP = ( CV + VV)
= - Rp 627.301.597 + ( Rp 853.452.110,4 + Rp 82.936.486,6) pabrik pada tahun 2001 sampai dengan 2005
= Rp 309.087.000
antara yang dianggarkan (target) dengan
2005 Anggaran produksi = 43.500 ton , realisasi produksi = 43.800 ton
realisasinya (aktual) dapat dijawab sebagai
Standar BOP = Variabel + Tetap
= 18.250.000.000 + 3.000.000.000 = 21.250.000.000
berikut :
Standar jam kerja mesin 1 tahun = 21 jam x 300 hari = 6.300 jam
a. Pada tahun 2001 dan 2002 total biaya
Standar BOP per jam = 21.250.000.000 / 6.300
BV perjam = 18.250.000.000 / 6.300
= Rp 3.373.015,87
= Rp 2.896.825,39
variance, diketahui bahwa BOP yang
BT perjam = 3.000.000.000 / 6.300
Jam kerja mesin perton = 6.300 / 43.800 ton
= Rp 476.190,47
= 0,14 jam
dianggarkan lebih besar dari BOP
Aktual jam kerja mesin = 0,14 x 43.800 ton = 6.132 jam
yang direalisasikan. Yaitu terjadi
penghematan biaya sebesar Rp.
Aktual BOP = 6.132 jam x 3.373.015,87 = 20.683.333.314,84
V A BOP = 21.495.400.000 – 20.683.333.314,84 = 812.066.685,16
433.530.000 tahun 2001, dan Rp
V S BOP = 20.683.333.314,84 – 21.250.000.000 = (566.666.685,16)
243.500.000 pada tahun 2002, dalam
CV = AO – BAOSH
AO = 21.495.400.000
jangka pendek keadaan ini dapat
BAOSH = AJKM x BV per Jam + BOP Fixed
= 6.132 x 2.865.825,39 = 17.573.241.291,48
menguntungkan perusahaan karena
BOP Fixed
BAOSH
= 3.000.000.000
=
ada efisiensi biaya (disebut
20.573.241.291,48
CV =
Favourable).
922.158.708,52
b. Pada tahun 2003, 2004, dan 2005 total
VV = BAOSH – ABOP
= 20.573.241.291,48 – 20.683.333.314,84 = (110.092.023,36)
biaya variance, diketahui bahwa BOP
Total Cost Variance BOP = V SBOP + V ABOP = ( CV + VV)
yang dianggarkan lebih kecil dari
= - Rp 566.666.685,16 + ( Rp 922.158.708,52 – 110.092.023,36)
= Rp 245.400.000
BOP yang direalisasikan. Disini
terjadi penambahan biaya overhead
Data Hasil Analisis seperti biaya pemeliharaan mesin-
Penjelasan singkatan : mesin, reparasi mesin, dan atau
CV = Controlable Variance penggantian suku cadang dari mesin
VV = Volume Variance yang digunakan dalam proses
V ABOP = Variance Aktual Biaya produksi (disebut Un Favourable).
Overhead Pabrik
V SBOP = Variance Standard Biaya SIMPULAN
Overhead Pabrik Berdasarkan uraian dan hasil analisis
CV = Controlable Variance, AO = yang telah dikemukakan pada bab-bab
Aktual Overhead sebelumnya, maka pada bab penutup ini
BAOSH = Budget Allowance on penulis akan merangkum suatu kesimpulan
Standard Hours secara umum dari hasil analisis dan penelitian
Dari hasil analisis penyimpangan biaya yang dilakukan serta memberikan beberapa
overhead pabrik pada tabel diatas terlihat
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 139

saran-sarang kepada pihak perusahaan, dipenuhi sekaligus memperhatikan


dimana saran ini dapat berguna sebagai kompensasi yang diterima oleh tenaga
koreksi dari kebijakan-kebijakan yang telah kerja langsung tersebut, baik itu finansial,
dijalankan. Untuk mengatasi permasalah- kenyamanan, keamanan, dan perhatian
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan pihak manajemen perusahaan serta
khususnya yang berkaitan dengan biaya perlakuan manajemen kepada tenaga kerja
pengadaan bahan baku dan usaha pengadaaan langsung, karena unsur tersebut dapat
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan mempengaruhi kerja tenaga kerja tersebut.
penggunaan tenaga kerja langsung dalam f. Dalam penyusunan anggaran khususnya
proses produksi, dan biaya overhead pabrik anggaran biaya produksi terlihat pada
adalah sebagai berikut : level manajemen menengah keatas. Pihak
a. Terhadap kelemahan-kelemahan yang perusahaan belum melibatkan unsur
telah dilalui perusahaan telah berusaha manajemen tingkat bawah, seperti
melakukan perencanaan dan pengawasan karyawan, mandor, kepala seksi dan
secara teliti terhadap penetapan anggaran lainnya.
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja g. Anggaran biaya produksi dapat berfungsi
langsung, dan biaya overhead pabrik. sebagai alat katrol dan pengawasan dari
b. Ketidak sesuaian antara budget biaya yang pelaksanaan anggaran biaya yang telah
ditetapkan dengan realisasi biaya dianggarkan maupun dalam
kenyataannya, lebih dikarenakan oleh pelaksanaannya.
faktor eksternal atau faktor diluar h. Tujuan dilakukannya analisis variance /
jangkauan perusahaan seperti ; musim, penyimpangan pada biaya produksi adalah
perubahan kenaikan harga di pasar dan sebagai bagian dari usaha perusahaan
faktor lainnya diluar perkiraan perusahaan. dalam melakukan pengawasan khusus
c. Perusahaan telah berusaha memenuhi pada anggaran dan target biaya produksi.
kebutuhan modal kerja dalam menjaga i. Variance (selisih / penyimpangan) yang
keseimbangan pemenuhan kebutuhan terdapat pada biaya bahan baku, biaya
modal kerja dengan penggunaan modal tenaga kerja langsung dan biaya overhead
kerja sehingga biaya-biaya yang pabrik pada dasarnya adalah belum
diperlukan dalam pengadaan bahan baku terdapatnya keseimbangan sehingga
dan tenaga kerja langsung khususnya terjadilah beberapa penyimpangan.
dapat dipenuhi. Walaupun penyimpangan atau selisih
d. Melakukan suatu metode dalam antara budget dengan realisasi biaya yang
pemesanan atau penyediaan bahan baku dibuat tidak terelakan, itulah dinamika
untuk menjaga stok atau persediaan bahan dalam proses produksi, perusahaan hanya
baku dengan tujuan menjaga dapat berusaha untuk memperkecil
keseimbangan pemakaian bahan baku penyimpangan tersebut dan seharusnya
dengan penyediaan bahan baku itu sendiri, penyimpangan antara budget dengan
sehingga proses produksi dapat berjalan realisasi sama dengan nol.
lancar dan target volume produksi selalu j. Dalam penyusunan anggaran biaya
terpenuhi. Metode pemesanan yang produksi sebaiknya melibatkan semua
dilakukan adalah melakukan pemesanan unsur dan komponen dalam perusahaan
dengan biaya paling ekonomis tanpa sehingga akan diperoleh hasil yang
menganggu proses produksi yang disebut maksimal. Kondisi ini juga akan
dengan economic order quantity (EOQ). memberikan motivasi dan partisipasi bagi
e. Melakukan pendekatan dan pembinaan karyawan dalam bekerja.
yang lebih manusiawi serta pengawasan k. Anggaran biaya produksi yang disusun
kepada tenaga kerja langsung karena mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
merekalah yang mengerjakan proses hasil akhir diperlukan suatu perhatian
produksi, sehingga produksi dapat yang berkelanjutan. Agar pihak
Model Analisis Penyimpangan Anggaran Biaya Produksi (Herispon) 140

perusahaan dapat memperkecil resiko


penyimpangan dari anggaran yang telah
ditetapkan.

DAFTAR RUJUKAN

Abas Kartadinata., “Akuntansi dan


Pengendalian Biaya”., Edisi Ketiga, Bina
Aksara, Jakarta, 1990.
Abdul Halim dan Bambang Supomo.,
“Akuntansi Manajemen”., Edisi Satu,
BPFE, Yogyakarta, 1997.
Glenn A Welch., “Penyusunan Anggaran
Perusahaan (Budgeting)”., Terjemahan
R.A Fadli dan Tin Kartini Raf, Bumi
Aksara, Jakarta, 1990.
Gunawan Adi Saputra dan Marwan Asri.,
“Anggaran Perusahaan.,” Edisi Revisi,
BPFE, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 1995.
John R Bartizal., “Dasar-Dasar dan Prosedur
Budgeting”., Cetakan Ketiga, Terjemahan
Sukanto Rekso Prodjo, Tarsito, Bandung,
1987.
Kamaruddin Ahmad., “Akuntansi
Manajemen”., Cetakan Ketiga, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
M. Munandar., “Budgeting (Perencanaan
Kerja Pengkoordinasian Kerja dan
Pengawasan Kerja)”., Edisi Pertama,
BPFE Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 1992.
Mulyadi., “Akuntansi Biaya”., Edisi Kelima,
BPFE Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 1993.
Ralph Estess., “Kamus Akuntansi”., Edisi
Kedua, Terjemahan Nugroho Widjayanto,
Erlangga, Jakarta, 1990.
R.A. Supriono., “Akuntansi Manajemen I
Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan
Proses Perencanaan”., Edisi Ketiga,
BPFE, Yogyakarta, 1992.
Selamat Sinuraya., “Akuntansi Perusahaan
Industri (Cost Accounting)”., Cetakan
Pertama, Pieter, Medan, 1987.
T. Hani Handoko., “Manajemen”., Edisi
Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta, 1992.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai