Anda di halaman 1dari 25

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III pada jurusan
Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.
Dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, karena
penulis masih memiliki kelemahan dan kekurangan dalam hal keterbatasan ilmu
pengetahuan, dan kemampuan dalam penyajian materi dan pembahasan yang
dimiliki penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan serta arahan moril dan materil dari berbagai pihak
sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu dengan tulus dan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua, saudara serta keluarga yang telah memberi dukungan secara
moril dan materil serta doa yang diberikan kepada penulis.
2. Bapak Ir. Rizal Syahyadi, ST.Eng.SC. IPM selaku Direktur Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
3. Bapak Zulkarnaini,SE., M.Si.Ak.CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Lhokseumawe

4. Bapak Lukman, SE.,Msi.,Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Jurusan


Akuntansi Politeknik Negeri Lhokseumawe.
5. Bapak Marjulin,SE.,M.Si.Ak selaku dosen Mata kuliah Metedologi
Penelitian bisnis.
6. Ibu Hj Nurul Hikmah selaku pemilik perusahaan Papa Bakery yang telah
bersedia memberikan ijin dan data-data yang dibutuhkan penulis.
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pada masa sekarang banyak berdirinya usaha-usaha kecil dan menengah


mulai dari industri keluarga atau rumahan memiliki peran yang besar bagi
pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Berdirinya usaha-usaha ini juga banyak
membuka lapangan pekerjaan untuk menampung tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi pengangguran, dan berdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat.

Akan tetapi semakin banyaknya usaha industri perdagangan yang berdiri


membuat persaingan antar perusahaan juga akan semakin ketat, salah satunya
adalah persaingan harga jual. Sedangkan salah satu tujuan suatu perusahaan adalah
pasti menginginkan pencapaian laba yang maksimal dan pengeluaran biaya yang
minimal dengan harga jual yang tetap bersaing. Oleh karena itu diperlukan adanya
perhitungan harga pokok produksi yang tepat untuk menentukan harga jual yang
tepat agar memperoleh laba yang besar tetapi harga jual tetap mampu bersaing.

Perhitungan harga pokok produksi yang tepat harus sesuai dengan konsep
akuntansi biaya. Biasanya perusahaan tidak terlalu memperhatikan perhitungan
pengeluaran biaya produksi secara detail, serta penggolongan biaya yang tidak
tepat, sehingga berpengaruh pada harga pokok produk, penentuan harga jual, serta
pengambilan keputusan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada jalannya suatu
perusahaan.

Menurut Hansen dan Mowen (2019) terdapat tiga elemen biaya yang berkaitan
dengan biaya produksi atau harga pokok produksi. Yang pertama adalah bahan
langsung yaitu bahan yang bisa dicari secara langsung pada produk dan jasa yang
lagi dibuatkan menjadi produk/jasa. Elemen kedua adalah tenaga kerja langsung
yaitu tenaga kerja langsung yang bisa dicari secara langsung pada barang dan jasa
yang lagi dibuatkan menjadi produk/jasa. Dan yang terakhir adalah overhead yaitu
seluruh biaya produksi selain biaya tenaga kerja langsung dan bahan langsung.
Kegiatan produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk
jadi. Salah satunya adalah UMKM Roti papa bakery yang merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan roti isi dan kue pia.
Dari hasil wawancara dengan pemilik diketahui bahwa usaha ini sudah berlangsung
selama sembilan tahun lamanya, dan yang paling dominan yang dibuat oleh
4
perusahaan adalah roti isi dan kue pia.
Menurut (Tulus T.H.Tambunan; 2017) Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Pada prinsipnya,
pembedaan Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan
Usaha Besar (UB). Pada umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk
tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap.
UMKM Toko Roti Papa bakrie belum pernah menyusun laporan harga pokok
produksi. Penulis tertarik untuk membantu perusahaan dalam menyusun sebuah
laporan harga pokok produksi. Harga pokokproduksi akan berdampak ke laba dan
harga pokok. Pembagian biaya produksi dikelompokkan menjadi tiga elemen, yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerjalangsung ,dan biaya overhead pabrik. Dengan
perencanaan dan pengendalian biaya produksi tersebut, diharapkan akan diperoleh
suatu efisiensi biaya. Adapun yang dimaksud dengan efisiensi biaya adalah terhindar
dari pemborosan atau penyimpangan, sehingga setiap biaya yang dikeluarkan adalah
biaya produksi yang seharusnya.
Konsumsi produk bakery oleh masyarakat Indonesia terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata konsumsi roti tawar per kapita pada tahun
2014 adalah 0,062 bungkus kecil/minggu, namun pada tahun 2017 dan 2018
meningkat menjadi 0,367 dan 0,366 bungkus kecil/minggu. Selain roti tawar,
masyarakat Indonesia juga senang mengonsumsi roti manis dan jenis roti lainnya.
Hal ini ditandai dengan rata-rata konsumsi roti manis dan jenis roti lainnya sebanyak
0.495 ons pada tahun 2014 dan meningkat pada tahun 2017 dan 2018 menjadi 1.104
dan 1.122 ons. Data statistik konsumsi pangan juga menunjukkan bahwa rata-rata
peningkatan konsumsi kue kering/biskuit/semprong di Indonesia dari tahun 2014
hingga 2018 adalah sebesar 33,314 %, sedangkan untuk kue basah sebesar 23,375 %
(Kementan RI 2018).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengambil
judul ‘’Penentuan Harga Pokok Produk Roti per Bungkus Dengan
Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada Papa Bakery Lhokseumawe”.
5

1.2 Permasalahan

Papa Bakery Lhokseumawe belum melakukan penggolongan biaya produksi


yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya hal ini dapat menyebabkan harga
pokok produk tidak efisien dan akan berpengaruh terhadap harga jual produk serta
laba atau rugi yang akan dicapai perusahaan. Penulis memberi batasan masalah
pada penggolongan dan perhitungan biaya produksi hanya untuk jenis roti boy dari
total keseluruhan produk yang dibuat Papa Bakery Lhokseumawe, yaitu roti boy
rasa coklat, capucino, keju, susu, dan vanila.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang ada pada Papa Bakery Lhokseumawe maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggolongan biaya pada Papa Bakery Lhokseumawe yang
sesuai dengan konsep akuntansi biaya?
2. Bagaimana perhitungan harga pokok produk roti per bungkus pada Papa
Bakery Lhokseumawe dengan menggunakan metode harga pokok proses?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penggolongan biaya pada Papa Bakery Lhokseumawe
yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya.
2. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produk roti per bungkus pada
Papa Bakery Lhokseumawe dengan menggunakan metode harga pokok
proses.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat mengetahui lebih jauh mengenai
akuntansi biaya khususnya tentang penentuan perhitungan harga pokok
produk yang telah dipelajari dan dapat dipraktikan pada saat bekerja
nanti.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk perusahaan dan bisa
dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan harga pokok produk
per bungkus secara tepat sehingga dapat mengembangkan usahanya
dengan lebih baik dan efisien.
3. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya tentang akuntansi biaya dan menjadi tambahan referensi
mahasiswa, khususnya yang akan menyusun proposal dengan materi yang
sama.
1.5 Metode penelitian.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif. Metode kualitatif ini, penulis yang menjadi instrumen dalam penelitian

dan analisis dilakukan secara terus menerus dari awal penelitian hingga analisis

data.

Pengamatan langsung pada obyek studi sesuai lingkup penelitian dan teori

sebagai pendukung penelitian berdasarkan lingkup pembahasan,. Setelah data

didapat sesuai fokus penelitian maka proses analisis dilakukan.

1.6 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penjelasan Istilah dan Sistematika

Pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa konsep teoritis yang mendukung

pemecahan masalah, serta menguraikan tentang pengertian dan fungsi beberapa

teori yang melandasi pemecahan masalah.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan yang akan menjelasakan

’Penentuan Harga Pokok Produk Roti per Bungkus Dengan Menggunakan Metode

Harga Pokok Proses Pada Papa Bakery Lhokseumawe”.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan, dan

saran berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian.


1.7 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal

dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan untuk

pengumpulan data yang meliputi penyajian dalam bentuk proyek akhir dan proses

bimbingan berlangsung.

2. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Lingkungan Toko Roti Papa Bakery

Lhokseumawe”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Pengertian dan Tujuan dari Akuntansi Biaya
a. Pengertian akuntansi biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan
dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-
cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya
adalah biaya.
Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian, serta
penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut
ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya
harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian
akuntansi dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan.
Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini biaya harus memperhatikan
karakteristik akuntansi manejemen. Dengan demikian akuntansi biaya
merupakan bagian dari akuntansi manejemen (Mulyadi, 2018: 7).

b. Tujuan akuntansi biaya


Menurut Sujarweni (2019: 3-4) menyatakan bahwa ada 3 tujuan pokok
dalam mempelajari akuntansi biaya adalah memperoleh informasi biaya
yang akan digunakan untuk:

4
5

1) Penentuan harga pokok produk


Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar dapat memperoleh
informasi biaya untuk penentukan harga pokok produk yang digunakan
perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang diperoleh dan juga
untuk menentukan harga jual. Adapun dalam akuntansi biaya akan
dipelajari cara perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan
beberapa metode diantaranya dengan metode harga pokok pesanan, full
costing, activity based costing, dll.

2) Perencanaan biaya dan pengendalian biaya


Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar dapat memperoleh
informasi biaya sebagai perencanaan biaya. Perencanaan biaya apa saja
yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang. Informasi yang
dihasilkan akuntansi biaya menjadi dasar bagi manajemen untuk
menyusun perencanaan biaya. Dengan perencanaan biaya yang baik
akan memudahkan manajemen dalam melakukan pengendalian biaya.
Pengendalian biaya merupakan rangkaian kegiatan untuk memonitor
dan mengevaluasi kesesuaian realisasi dan anggaran biaya yang terjadi
di perusahaan. Akuntansi biaya menyajikana informasi mengenai
anggaran dan realisasi biaya apakah sudah sesuai atau masih terjadi
selisih dari rencana yang telah ditentukan.

3) Pengambilan keputusan khusus


Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar dapat memperoleh
informasi biaya sebagai pengambil keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan berbagai tindakan alternative yang akan dilakukan
perusahaan misalnya:
a) Menerima atau menolak pesanan dari konsumen
b) Mengembangkan produk
c) Memproduksi produk baru
d) Membeli atau membuat sendiri
6
2. Biaya
Dalam arti luas, biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan
dari sumber-sumber (ekonomi) yang dikorbankan (terjadi dan akan
terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau atau mencapai tujuan tertentu.
Sebagai pengorbanan atas sumber-sumber (ekonomi) untuk
mendapatkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu, istilah biaya,
kadang-kadang dianggap sinonim dengan (1) harga pokok (2) beban dari
sesuatu atau tujuan tertentu itu. Untuk mudahnya, pengertian biaya
sebagai harga pokok dan sebagai beban itu selanjutnya disebut
pengertian biaya dalam arti sempit (Harnanto, 2018: 22).

Sedangkan menurut Mulyadi (2018: 8) biaya dalam arti luas adalah


pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
7

sudah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas:
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

3. Penggolongan Biaya
Biaya dapat digolongkan menurut:
a. Objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran
adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan
dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
b. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu, fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum.
Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
1) Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual. Menurut objek pengeluaran, secara garis besar biaya
produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead
cost).
2) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan perusahaan produk. Contohnya adalah
biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang

perusahaan ke gudang pembeli dan gaji karyawan bagian-


8
bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran.
3) Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan,
akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan, biaya photocopy.

c. Hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai


Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.
Dalam hubunganya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokan menjadi dua golongan:
1) Biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu
satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu
yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak
akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah
diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
2) Biaya tidak langsung (Inderect Cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead pabrik.

d. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan


volume aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya
dapat digolongkan menjadi :
1) Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan dengan perubahan volume kegiatan.
Contohnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
2) Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding
9
dengan perubahan volume kegiatan. biaya semivariabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
3) Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan
pada volume produksi tertentu.
4) Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji
direktur produksi.

e. Atas dasar jangka waktu manfaatnya


Atas dasar jangka waktu manfaatnya biaya dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
1) Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat
lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun di kalender).
Pengeluaran modal pada saat terjadinya dibebankan sebagai
kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati
manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau
dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk
pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva
tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk
riset dan pengembangan suatu produk.
2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran
tersebut. pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini
dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan
pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.
Contohnya biaya iklan, biaya teleks, dan biaya tenaga kerja.

4. Depresiasi Aktiva Tetap

Depresiasi aktiva tetap menurut commite on terminology dari


american institute of certified public accountants (aicpa) yang
diterjemahkan oleh zaki baridwan dalam bukunya intermediate
accounting adalah:
1
Depresiasi atau penyusutan suatu sistem akuntansi yang bertujuan0
untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva
tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur
kegunaan unit itu yang ditaksir (mungkin berupa suatu kumpulan
aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini
merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk
suatu tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan
sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun
di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selam tahun
itu, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap
akibat-akibat dari kejadian-kejadian itu”. Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa depresiasi atau penyusutan bukannya
suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana
untuk mengganti aktiva, tetapi suatu metode untuk mengalokasikan
harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi. Istilah
depresiasi atau penyusutan digunakan untuk menunjukkan alokasi
harga perolehan aktiva yang dapat diganti, seperti gedung, mesin,
alat-alat, dan lain-lain. Alokasi harga perolehan aktiva tetap
berwujud yang tidak dapat diganti seperti sumber-sumber alam
(wasting assets) disebut deplasi. Sedangkan alokasi harga perolehan
aktiva tetap tidak berwujud disebut amortisasi.

a. Faktor-faktor dalam menentukan biaya depresiasi aktiva


tetap

Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan


biaya depresiasisetiap periodenya, faktor-faktor itu adalah:
1) Harga perolehan yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang
timbul dan biaya-biaya yang terjadi dalam memperoleh suatu
aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.
2) Nilai sisa (residu) yaitu nilai uang yang didepresiasikan atau
jumlah uang yang akan diterima jika aktiva tetap tersebut
dijual, ditukar atau cara-cara lain ketika aktiva tetap tersebut
sudah tidak digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang
terjadi pada saat dijual.
3) Taksiran umur kegunaan yaitu taksiran umur kegunaan yang
dipengaruhi oleh cara pemeliharaan dan kebijaksanaan yang
dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini dinyatakan dalam
1
satuan periode, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.1
b. Metode-metode depresiasi aktiva tetap

Ada beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan untuk


menghitung beban depresiasi periodik. Adapun metode-metode
penyusutan itu adalah sebagai berikut:
1) Metode penyusutan garis lurus (straight line method)

Dalam metode ini biaya penyusutan setiap tahun akan


dibebankan dalam jumlah yang sama. Metode penyusutan garis
lurus adalah metode yang sederhana dan paling banyak
diterapkan. Penerapan metode ini didasarkan pada anggapan
yaitu:
a) Biaya tidak dipengaruhi oleh produktivitas atau
penyimpangan-penyimpanganefisiensi.
b) Biaya pemeliharaan dan perbaikan untuk setiap periode
relatif stabil.
12

c) Kegunaan ekonomis dari aktiva menurun secara


proporsional setiap periode.
Dalam penerapan metode garis lurus, penyusutan merupakan biaya
yang tetap setiap periode. Metode ini sebaiknya digunakan
untuk menghitung penyusutan gedung dan peralatan kantor.
Pendapatan bersih sangat dipengaruhi oleh perubahan dalam biaya
penyusutan. Artinya walaupun kapasitas dibawah normal tetap
dibebani oleh jumlah biaya penyusutan yang tetap. Karena itu
metode garis lurus sebaiknya diterapkan untuk aktiva tetap
yang dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan bukan oleh tingkat
pemakaian.
Rumus:
harga perolehan-nilai residu
Depresiasi per tahun =
(1)
taksiran umur kegunaan................
2) Metode jam jasa
13

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva tetap


akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya
dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya.
Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan
jam jasa. Beban depresiasi periodik besarnya akan sangat
tergantung pada jam jasa yang dipakai.
Rumus:
harga perolehan-nilai residu
Depresiasi per jam =
(2)
taksiran jam jasa............................
14
1) Metode unit produksi (productive output method)
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam
satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung
dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap
periode akan berfluktuasi dalam hasil produksi.
5. Metode Penentuan Biaya Produksi
Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua pendekatan: full costing
dan variabel costing
a. Full costing
Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam kos produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari
unsur biaya produksi berikut ini:

Tabel 2.1. Kos Produksi Menurut Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku xx


Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xx
Biaya Overhead Pabrik Tetap xx
Kos Produksi xx
Sumber: Mulyadi (2015: 18)

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing


terdiri dari unsur produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead
pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran,
biaya administrasi dan umum)

b. Variabel costing
Variabel costing merupakan penentuan kos produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi berperilaku variabel
kedalam kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
15
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan
demikian kos produksi menurut metode variabel costing terdiri dari
unsur biaya produksi berikut ini:

Tabel 2.2. Kos Produksi Menurut Metode Variabel Costing

Biaya Bahan Baku xx


Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xx
Kos Produksi xx
Sumber: Mulyadi (2018: 19)

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing


terdiri dari unsur kos produksi variabel (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel)
ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran
variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap
(biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya
administrasi dan umum tetap) (Mulyadi, 2018: 17-19).

6. Penentuan Harga Pokok Produk


a. Metode harga pokok pesanan
“Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk
pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan”
(Mulyadi, 2018: 35).
Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan:
1) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika
pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi
dihentikan, dan mulai dengan pesanan yang berikutnya.
2) Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu berbeda
dengan pesanan yang lain.
3) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk
memenuhi persediaan di gudang (Mulyadi, 2018: 38).

b. Metode harga pokok proses

Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan


16
biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah
produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi
dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan
biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan
jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebutselama
jangka waktu yang bersangkutan.
Karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok
proses menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:
1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk satndar untuk
jangka waktu tertentu (Mulyadi,2018: 63)

c. Perbedaan karakteristik metode harga pokok proses


dengan metode harga pokok pesanan

Menurut Mulyadi (2018: 64-65) untuk memahami karakterisik


metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode
harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan.
Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi
tersebut terletak pada:
1) Pengumpulan biaya produksi. Metode harga pokok pesanan
mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan
metode harga pokok proses mengumulkan biaya produksi per
departmen produksi per periode akuntansi.
2) Perhitungan harga pokok produksi persatuan. Metode harga
pokok proses pesanan menghitung harga pokok produksi per
satuan dengan cara membagi total biaya yang akan dikeluarkan
untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini
dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode
harga pokok proses menghitung harga pokok produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi
(biasanya akhir bulan).
17
3) Penggolongan biaya produksi. Di dalam metode harga pokok
pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi langsung. Biaya
produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya
yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka. Didalam metode harga pokok proses,

pembedaan biaya langsung dan biaya tidak langsung seringkali


tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan
satu macam produk. Karena harga pokok produk dihitung
setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya
terjadi.
4) Unsur yang digolongkan dalam biaya overhead pabrik.
Didalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik
terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak
langsung dan produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka. Didalam metode harga pokok proses,
biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya
bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik
yang langsung maupun tidak langsung). Dalam metode ini
biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar
biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi
tertentu.
18
Tabel 2.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi per Satuan

Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalen Biaya Produksi per
Satuan
(1) (2) (3) (4)
Bahan Baku Rp xxx xxx Rp xxx
Bahan Penolong Rp xxx xxx Rp xxx
Tenaga Kerja Rp xxx xxx Rp xxx
Overhead Pabrik Rp xxx xxx Rp xxx
Total Rp xxx xxx Rp xxx

Tabel 2.4. Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2019

Data produksi
Dimasukkan dalam proses xxx kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang xxx kg
Produk dalam proses akhir xxx kg
Jumlah produk yang dihasilkan xxx kg
Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari 2019
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp xxx Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx Rp xxx
Jumlah Rp xxx Rp xxx
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfres ke gudang xxx kg @ Rp. xxx
Rp.xxx
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx
Biaya tenaga kerja Rp xxx
Biaya overhead pabrik Rp xxx
Rp xxx
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam bulan Januari Rp xxx

7. Jurnal pencatatan biaya produksi

Menurut Mulyadi (2018: 71-72) beradasarkan informasi yang


disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi
dalam bulan Januari 2019, dicatat dengan jurnal berikut:

a. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku


19
Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xx
Persediaan bahan baku Rp xx

b. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong

Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xx


Persediaan bahan penolong Rp xx

c. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja

Barang daam proses – biaya tenaga kerja Rp xx


Gaji dan Upah Rp xx

d. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik

Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xx


Berbagai rekening yang dikredit Rp xx
20

e. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang


ditransfer kegudang

Persediaan produk jadi Rp xx


Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xx
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xx

f. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam


proses yang belum selesai diolah pada akhir

Persediaan produk dalam proses Rp xx


Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xx
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xx
21

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Meilita. 2018. Perhitungan Harga Pokok Produk per Bungkus Roti
Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Full-Costing pada
Shireen Bakery Lhokeumawe.

Budiman, Arif Mochammad, Nailiya Nikmah, dan Heldalina. 2019. Pedoman


Penyusunan Proposal, Tugas Akhir/Skripsi Mahasiswa Jurusan Akuntansi.
Versi 19.2. Banjarmasin: Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Banjarmasin.

Hastuti, Putri Gemi Tri. 2017. Penentuan Harga Pokok Produk Roti per Bungkus
dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses pada UD Yela Bakery
Banjarmasin. Tugas Akhir pada Politeknik Negeri Banjarmasin.

Iskandar, Efendi, Syamsu Rizal. 2019. Metode depresiasi aktiva tetap berwujud
dan dampaknya pada dengan laporan laba rugi. Jurnal akuntansi &
keuangan, 2(1), 99-114.

Kukuh Setyo Pambudi, Indah Yasminum Suhanti. 2017. Penelitian studi kasus
fenomenologi persepsi keadilan pelaku pembunuhan anggota pki 1965.
Jurnal sains psikologi, 1, 22-30.

Mifta Magfirah, Fadli Syam. 2018. Analisis perhitungan harga pokok produksi
dengan penerapan metode full costing pada umkm kota banda aceh. Jurnal
ilmiah mahasiswa ekonomi akuntansi, 1(2), 59-70.

Mulyadi. 2018. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Cetakan ketigabelas. Yogyakarta:


UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai