Anda di halaman 1dari 77

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul Tugas Akhir : Tinjauan Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan

Metode Full Costing Pada Keripik Kaca Ibu Ai

Oleh : Tia Nurfitriani

NIM : 201603169

Program Studi : Akuntansi

Konsentrasi : Pajak

Tugas akhir ini sudah layak dipresentasikan dan diujikan dalam sidang tugas

akhir Program Studi Diploma Tiga Politeknik LP3I Bandung.

Penulis

Tia Nurfitriani
Menyetujui,

Dr.Ir.Adriza,M.Si
Pembimbing

Mengesahkan,

___________________ ____________________

Disahkan di : Bandung

Pada Tanggal :
KETERANGAN LULUS SIDANG TUGAS AKHIR

Tim penguji yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa :

Nama : Tia Nurfitriani

NIM : 201603169

Prodi : Akuntansi

Konsentrasi : Pajak

Judul tugas akhir : Tinjauan Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan

Metode Full Costing Pada Keripik Kaca Ibu Ai

Telah LULUS/TIDAK LULUS pada Sidang Tugas Akhir program Diploma Tiga

Politeknik LP3I Bandung pada hari ____, tanggal __ ________ 2019 di kampus

Politeknik LP3I Bandung, jl. Pahlawan no. 59 Bandung.

Tim Penguji

.................................

Penguji

........................................ .......................................

Ketua Sekretaris
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Manusia tidak merancanng untuk gagal, mereka gagal untuk

merancang.....”

(William J.Siegel)

ku persembahkan

karya sederhana ini

untuk kedua orangtuaku tercinta,

dan untuk orang-orang yang aku sayangi...


ABSTRAK

Tugas Akhir ini berjudul “Tinjauan Penentuan Harga Pokok


Produksi Dengan Metode Full Costing Pada Keripik Kaca Ibu Ai”. Tia Nurfitriani
menulis Tugas Akhir ini dengan dibimbing oleh Dr.Ir.Adriza,M.Si selaku
pembimbing.
Penelitian Tugas Akhir yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan dalam perhitungan harga pokok produksi pada
perusahaan keripik kaca Ibu Ai dengan metode full costing.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dan untuk teknik analisis data untuk mejawab
rumusan masalah adalah dengan menggunakan analisis deskriptif.
Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang
cukup signifikan dalam perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan
dengan metode full costing.
ABSTRACT
The title of this Final Assignment is "The Overview of Production
price determination by Full Costing method on glass chips Mrs.Ai". Tia Nurfitriani
wrote this final assignment by being mentored by Dr. Ir. Adriza, M. SI as a
mentor.
The final task research is aimed to determine if there is a
difference in the calculation of the price of production in the glass chips company
Ibu Ai with full costing.
The data collection methods used are interviews, observations
and documentation. And for the data analysis techniques to answer the problem
formulation is to use a descriptive analysis.
The conclusion of the study is that there is a significant difference
in the calculation of the production base according to the company with full
costing method.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

yang berjudul “Tinjauan Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full

Costing Pada Keripik Kaca Ibu Ai”. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini untuk

menempuh Sidang Tugas Akhir program pendidikan Diploma Tiga Politeknik

LP3I Bandung. Ssebelum menulis Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian

di perusahaan keripik kaca Ibu Ai.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan mengingat keterbatasan penelitian dan pengetahuan penulis.

Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Bandung, Juni 2019

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini .

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, Penulis selalu mendapatkan bimbingan,

dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu Penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang

terhormat, yakni Yth. Bapak Dr.Ir.Adriza,M.SI selaku Dosen Pembimbing, yang

telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing Penulis

dalam penulisan Tugas Akhir ini, selain pembimbing Penulis juga ingin

mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Ir.Adriza,M.SI selaku Direktur Politeknik LP3I Bandung.

2. Bapak

3. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai

4. Kakak dan adik tercinta

5. Suami dan anak yang penulis sayangi

6. Seluruh sahabat dan teman yang penulis kasihi

7. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap dan berdoa semoga Allah SWT senantiasa

membalas segala amal baik Bapak, Ibu dan Saudara semua dan memberikan

petunjuk-Nya pada kita semua. Aamiin.

Bandung, Juni 2019


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin

bertumbuh pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya pengusaha-pengusaha

baru, baik pengusaha besar/makro maupun pengusaha kecil/mikro yang

sering disebut Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Perkembangan

yang pesat ini mengakibatkan meningkat-nya persaingan antar

pengusaha untuk mendapatkan laba dan konsumen sebanyak mungkin.

pengusaha juga dituntut untuk dapat mempertahankan

kelangsungan usahanya dimasa sekarang dan berkembang dimasa yang

akan datang. Oleh karena itu, pengusaha harus mampu meni-ngkatkan

penjualan, pendapatan dan laba, serta mampu unggul dalam bersaing

dengan pengusaha lain.

Kelemahan pemahaman informasi dalam mengembangkan

usahanya adalah salah satu keterbatasan yang dimiliki pengusaha kecil

menengah untuk mengembangkan usahanya, para pengusaha ini

umumnya membutuhkan peran pemerintah dalam pengupayaan

peningkatan kemampuan bersaing. Pada bulan Maret 2002 pemerintah

mengeluarkan beberapa kebijakan untuk pelaku UMKM, yaitu:

memberikan pelayanan dan kemudahan bagi UMKM, melakukan

rekonstruksi UMKM, membuka akses pelayanan perbankan khusus untuk

pelaku UMKM dan melakukan pembinaan sumber daya manusia.

1
Pentingnya pemahaman untuk pengelolaan yang baik sangat

dibutuhkan oleh pelaku UMKM. Pengelolaan yang kurang baik dapat

mengakibatkan pengusaha sulit untuk mendapatkan laba atau bahkan

tidak mendapat laba sama sekali karena ketidaktahuan informasi

keuangan secara tepat, kondisi ini juga dapat mengakibatkan pengusaha

tersebut sulit untuk mengambil kepu-tusan yang tepat demi kemajuan

usahanya.

Setiap kegiatan produksi memerlukan pengorbanan sumber

ekonomi yang berupa berbagai jenis biaya untuk menghasilkan produk

yang akan dijual. Biaya-biaya ini akan menjadi dasar perhitungan dalam

menentukan Harga Pokok Produksi (HPP).

Menurut Setiadi dkk (2014):

Harga Pokok Produksi dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu


bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Ketiga golongan tersebut harus dicatat dengan baik sesuai
dengan jenis dan biayanya. Hal tersebut dilakukan agar
pengusaha lebih mudah mengetahui besar biaya sebenarnya yang
dikeluarkan pengusaha untuk menghasilkan suatu produk yang
disebut Harga Pokok Produksi (HPP).

Dalam menentukan harga pokok produksi yang dilakuan oleh

UMKM Keripik kaca “Ibu Ai” masih banyak kekeliruan dalam

perhitungannya, hal ini terjadi karena masih ada biaya overhead pabrik

yang belum diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produksi, biaya

tersebut yaitu biaya bahan bakar, dan biaya bahan penolong lain, hal ini

mengakibatkan sedikitnya laba yang didapat-kan. UMKM Keripik kaca

“Ibu Ai” hanya berfokus pada bahan baku.

Mengingat pentingnya perhitungan harga pokok produksi bagi

kemajuan perusahaan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Tinjauan Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan

Metode Full Costing Pada Keripik Kaca Ibu Ai”

B. Identifikassi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka

identifikasi masalah yaitu bagaimana perhitungan harga pokok produksi

pada perusahaan Ibu Ai, apakah perhitungan tersebut sudah tepat atau

belum tepat.

C.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut :

1.

a. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi UMKM keripik kaca

Ibu Ai menurut perusahaan ?

b.

b. perhitungan harga pokok produksi Keripik kaca Ibu Ai sudah tepat

menurut metode full costing ?

D. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan ini penulis membatasi tulisan hanya pada

analisis perhitungan harga pokok produksi keripik kaca Ibu Ai dengan

metode full costing.

H.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga

pokok produksi UMKM Keripik Kaca Ibu Ai, dan apakah perhitung-an

harga pokok produksi UMKM Keripik Kaca Ibu Ai sudah tepat atau belum

tepat.

F. Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan

Memberikan saran perhitungan harga pokok produksi yang lebih

terinci dan mencakup semua biaya biaya yang dikeluar-kan, sehingga

dapat memberikan manfaat bagi pemillik untuk menentukan harga pokok

penjualan dan keputusan pemilik dalam mengambil keputusan dimasa

yang akan datang.

b. Bagi pembaca

Laporan ini dapat dijadikan sebagai penambahan wawasan dan

dapat menjadi bahan referensi atau acuan penelitian bagi penulis

selanjutnya, khususnya mahasiswa LP3I program studi Akuntansi.

c. Bagi Penulis
Dapat menerapkan teori dan memperdalam pengetahuan terutama

yang berkaitan dengan akuntansi biaya yang pernah didapatkan semasa

perkuliahan di Politeknik LP3I Bandung.

G. Metodologi Penelitian

Metodologi penulisan merupakan gambaran rancangan/metode

yang akan digunakan sebagai rencana, struktur dan strategi untuk

penyelesaian penelitian. Dalam hal ini, penulis membutuhkan data-data

yang bersumber pada :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu suatu metode penelitian dengan cara mendatangi

langsung ke perusahaan yang menjadi objek kajian. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara dan observasi.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

mempelajari berbagai bentuk bahan-bahan tertulis yang berkaitan

dengan isi laporan tugas akhir untuk mendapatkan informasi

mengenai harga pokok produksi.

3. Teknis analis data

a. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung

dengan pemilik perusahaan yang dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab guna memperoleh data yang

diperlukan. Data yang akan dikumpulkan adalah:

1) Sejarah singkat perusahaan.

2) Struktur organisasi perusahaan.


3) Proses produksi keripik kaca.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

dengan cara mengamati langsung objek yang akan diteliti.

Dalam observasi peneliti melihat secara langsung keadaan

lingkungan kerja, bahan yang digunakan, pengolahan bahan

baku, produktivitas tenaga kerja, peralatan yang digunakan

dalam memproduksi, bahan-bahan penolong yang digunakan,

dan lain-lain.

c. Dokumentasi

Data yang dibutuhkan sehubungan dengan teknik dokumentasi:

1) Gambaran umum perusahaan

2) Catatan biaya produksi bulan Oktober 2017

3) Data perhitungan harga pokok produksi keripik kaca.

4) Data lain yang relevan dengan penelitian

4. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah adalah:

1) Mendiskripsikan perhitungan harga pokok produksi

perusahaan dengan menjabarkan biaya-biaya produksi

yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu periode

tertentu.
2) Menentukan prosedur penentuan harga pokok produksi

menurut metode full costing, dengan cara:

a. Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu

dan mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan

biaya overhead pabrik periode tertentu untuk menyusun

laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen

dalam rangka menghitung harga pokok satuan.

b. Mendeskripsikan dan melakukan perhitungan harga pokok

produksi sesuai metode Full Costing:

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya TKL xxx

Biaya Overhead Pabrik xxx +

Total Biaya Produksi xxx

c. Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya,

yaitu jumlah elemen biaya tertentu dibagi produksi

ekuivalen dari elemen biaya tersebut.

d. Membandingkan perhitungan harga pokok produksi

dari kajian teori dengan prosedur dari Perusahaan.

e. Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan harga pokok

produksi yangdilakukan perusahaan dengan teori tepat

atau tidak tepat. Jika selisih penghitungan < 5%, maka

tidak tepat menurut kajian teori. Namun jika selisih

penghitungan > 5%, maka tepat menurut kajian teori.

5. Lokasi dan waktu penelitian


a. Lokasi peneltian dilakuakan pada UMKM keripik Kaca Ibu Ai yang

beralamat di kp. Pasajen RT 12 RW 05, Desa Pamokolan, Kec.

Cihaurbeuti Kab. Ciamis.

b. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai bulan

Maret.

6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, pembahasan dan

penganalisaannya diklasifikasikan secara sistematis ke dalam lima bab

yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan tentang latar belakang masalah,

identifikasi maslah, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan

tujuan, manfaat penulisan, metodologi penulisan serta sistematika

penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini Penulis mengemukakan tentang berbagai

referensi atau tinjauan pustaka yang mendukung kajian dan analisis

yang penulis sampaikan.

BAB III : PROFIL PERUSAHAAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang segala sesuatu yang

terkait dengan sejarah singkat perusahaan, lokasi perusaha-an, visi

misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan proses

produksi.

BAB IV : PEMBAHASAN ATAU ANALISIS


Dalam bab ini Penulis melakukan kajian atau analisis terhadap

materi yang penulis angkat sesuai dengan judul yang disampaikan

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan yang didapat oleh

penulis beserta saran-saran yang mungkin berguna bagi perusahaan

sebagai masukan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

1. Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No 20 tahun 2008 pasal 1

sampai ayat 3

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorrangan dan

atau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria Usaha mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri.,

yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah maupun Usaha Besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana yang dimaksud

Undang-Undang ini.

c. Usaha menengah dalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukann

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil ayau Usaha besar dengan jumlah kekeyaan

bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.
2. Asas dan tujuan

a. Usaha Mikro Kecil Menengah berasaskan kekeluargaan,

demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

b. Usaha Mikro Kecil Menengah bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang

berkeadilan.

3. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, Menengah menurut Undang-Undang No

20 tahun 2008 bab IV pasal 6 ayat 1-3

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 ( lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).


c. Kriteria Usaha menengah adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah).

B. Akuntansi Biaya

Menurut Supriyono (2011:12) :

“Akuntansi biaya merupakan cabang dari akuntansi yang


merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam
transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi
biaya dalam bentuk laporan biaya”.

Mulyadi menyatakan (2010:7):

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,


peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan biaya
penjualan produk dan atau jasa dengan cara tertentu serta
penafsiran terhadapnya. Obyek kegiatan akuntansi biaya
adalah biaya”.

Mulyadi (2010:8) menyatakan bahwa biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang

telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya

dapat didefinisikan dalam dua kategori, yaitu secara sempit dan secara

luas. Dalam arti sempit, definisi atau pengertian biaya yaitu

pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, sedangkan


dalam arti luas, biaya diartikan sebagai pengorbanan yang dapat

diukur dengan sautuan uang yang telah terjadi atau secara potensial

akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Akuntansi biaya menggunakan sebuah terminologi different

cost for different purpose yang artinya biaya yang berbeda untuk

tujuan yang berbeda. Dengan kata lain, pengertian biaya menjadi

berbeda tergantung kepada penggolongan biaya. Penggolongan biaya

dalam suatu perusahaan yang dijelaskan dalam suatu akuntansi biaya

adalah sangat penting, karena penanggung-jawab biaya yang dikelola

oleh pihak yang diberi otoritas atas sesuatu biaya beserta

pengendalian biaya tersebut. Biaya dapat digolongkan menjadi

sebagai berikut :

1. Obyek pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran

merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek

pengeluaran adalah gaji, maka semua pengeluaran yang berhubungan

dengan gaji disebut “biaya gaji”.

2. Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan

Perusahaan industri maupun manufaktur memiliki 3 fungsi

pokok, yaitu :

a. Fungsi produksi, terkait dengan biaya produksi. Biaya

produksi adalah biaya yang terjadi atas pengolahan bahan

baku menjadi produksi selesai atau barang jadi. Contohnya

adalah biaya depresiasi mesin dan equipment; biaya bahan

baku; biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang


bekerja dalam bagian-bagian, baik langsung maupun tidak

langsung yang berhubungan dengan proses produksi.

Menurut obyek pengeluaran, secara garis besar biaya

produksi ini dibagi menjadi bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk

melaksanakan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya

iklan, biaya promosi biaya angkutan dari gudang perusahaan

ke gudang pembeli, biaya transfortasi, gaji karyawan, dll.

c. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya yang

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan

pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji

karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian

hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya

fotocopy.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau

departemen. Dalam hubunganya dengan sesuatu yang dibiayai,

biaya dikelompokan menjadi dua dolongan :

a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab

satu-satunya adalah karena adanya suatu yang dibiayai. Jika

sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada maka biaya langsung

ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.


b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung

dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah

biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume

kegiatan dibagi menjadi :

a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya total berubah

sebanding dengan volume kegiatan. Contohnya : biaya bahan

bakuu dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya

semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya

variabel.

c. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan

pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam

kisar volume kegiatan tertentu. Contohnya : gaji manager

perusahaan.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya dibagi

dua, yaitu :

a. Pengeluaran modal (capital expenditure) Adalah biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.


Contohnya pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap,

pengeluaran riset dan pengembangan suatu produk.

b. Pengeluaran pendapatan (Revenue expenditure) adalah

biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode

akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya biaya

iklan dan biaya tenaga kerja.

C. Perhitungan harga pokok produksi

1. Pengertian harga pokok produksi

Menurut Iman (2013:57), harga pokok produksi adalah

penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan

dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.

2. Metode perhitungan harga pokok produksi

Metode perhitungan harga pokok produksi suatu barang

merupakan tujuan pokok akuntansi biaya. Harga pokok produksi tersebut

diperoleh melalui pengumpulan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan barang tersebut.

Ada tiga metode perhitungan harga pokok produksi, yaitu :

a. Metode harga pokok produksi sesungguhnya (actual cost)

Dalam metode ini perhitungan harga pokok produksi per unit

berdasarkan biaya bahan baku sesugguhnya biaya tenaga kerja

langsung sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Metode perhitungan harga pokok produksi sesungguhnya biasanya

digunakan pada metode harga pokok proses yang menggunakan

pencatatan persediaan produk jadi dengan metode periodik.

b. Metode harga pokok normal (normal costing)


Pada metode ini, iaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung berdasarkan biaya sesungguhnya karena biaya tersebut

mudah ditelusuri pada produk tertentu, dan biaya overhead pabrik

menggunakan tarif pembebanan dimuka. Metode ini biassanya

digunakan pada metode harga pokok pesanan (job-order costing)

yang menggunakan pencatatn persediaan produk jadi dengan

metode perpetual.

c. Metode harga pokok standar ( standard costing)

Dalam metode ini, perusahaan terlebih dahulu menetapkan

harga pokok produk per unit dengan menggunakan standar tertentu,

sehingga harga pokok produk per unit bukan harga pokok

sesungguhnya. Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan

yang memproduksi secara massa dan menggunakan pencatatan

penelitian produk jadi dengan metode perpetual.

D. Elemen Biaya Produksi

Menutut Agus Purwaji, dkk (2016:15) biaya produksi adalah biaya

yang terkait dengan fungsi produksi, yaitu biaya yang timbul dalam

pengolahan bahan menjadi produk jadi sampai akhirnya produk tersebut siap

untuk dijual. Biaya produksi memiliki tiga elemen, yaitu biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

1. Biaya Bahan Baku adalah bahan baku yang sudag diproses atau

diolah. Biaya Bahan Baku yang dimaksud disini adalah Biaya Bahan

Baku Langsung yang dapat ditelusuri jumlahnya kepada produk

selesai. Perhitungan biaya bahan baku mirip seperti perhitungan

harga pokok penjualan (HPP) pada perusahaan dagang.


2. Biaya Tenaga Kejra Langsung (BTKL), adalah upah atau gaji yang

diberikan kepada pekerja langsung yang menangani produk.

Perhitungan BTKL adalah jem kerja X tarif upah perjam dan atau unit

yang dihasilkan X per unit dan atau cara lain yang sejenis..

3. Biaya Overhead Pabrik (BOP), adalah biaya produksi selain biaya

bahan baku dan biaya BTKL. Yang termasuk dalam jenis BOP ini

adalah bahan penolong, BTKTL, dan biaya produksi lainnya yang

terjadi dalam proses produksi. Biaya produksi lain yang terjadi dalam

proses produksi seperti depresiasi (mesin, gedung pabrik, peralatan

pabrik), pemeliharaan mesin, pajak bumi dan bangunan gedung

pabrik, serta biaya produksi lain.

E. Metode pengumpulan biaya produksi

Pengumpulan biaya produksi sangat ditentukan berdasarkan

proses produksinya. Proses produksi dibagi menjadi dua metode, yaitu :

a. Metode harga pokok pesanan (Job Order Coasting Method)

Adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk

menetapkan harga pokok produk pada perusahaan yang

menghasilkan produk atas dasar pesanan. Misalnya perusahaan

percetakan yang menghasilkan kartu undangan, kartu nama, buku,

dan lain-lain.

Karakteristik metode harga pokok pesanan:

1) Sifat proses produksi terputus-putus. Artinya, produksi dilakukan

jika sudah ada pesanan dan pemesan.


2) Setiap jenis produk yang dipesan memiliki spesifikasi tertentu dan

biaya produksi setiap pesanan dicatat pada kartu harga pokok

pesanan (Job Cost Sheet).

3) total biaya produksi setiap pesanan dihitung setelah produk

selesai dan biaya produksi setiap pesanan persatuan adalah

jumlah biaya produksi dibagi kuantitas pesanan.

4) Produk yang sudah selesai diproduksi dapat disimpan digudang

dan atau langsung diserahkan kepada pemesan.

b. Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method)

Adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi yang

diterapkan pada perusahaan manufaktur yang berproduksi secara

masal. Misalnya, pabrik semen, pabrik kimia, dan pabrik gula.

Karakteristik metode harga pokok proses :

1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

2) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah

produksi yang berisi rencana produksi produk stanndar untuk

jangka waktu tertentu.

F. Penentuan Biaya Produksi

Menurut Mulyadi (2015:17) :

“Metode penentuan cost produk adalah cara memperhitungkan


unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi
terdapat dua pendekatan, yaitu metode full costing dan variable
costing”.

1. Full Costing Method


Adalah metode penentuan biaya produk yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi kedalam biaya produksi, yang terdiri daei

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian

biaya produksi menuru metode full costing terdiri dari unsur biaya

produksi berikut :

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xxx +

Cost produk Rp xxx

1. Biaya Bahan Baku per Unit

total biaya bahanbaku di periode berjalan


biaya bahanbaku /unit=
unit ekuivalen dari biayabahan baku

2. Biaya Tenaga Kerja per Unit

total biayatenaga kerj di periode berjalan


biaya tenaga kerja/unit=
unit ekuivalen daribiaya tenaga kerja

3. Biaya Overhead Pabrik per Unit

total BOP di periode berjalan


BOP per unit=
unit ekuivalen dari BOP

Contoh metode harga pokok proses - full costing

PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu

departemen produksi.

Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 20X1:


Biaya bahan baku Rp 5.000.000

Biaya bahan penolong Rp 7.500.000

Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000

Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000

Total biaya produksi Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkanselama bulan Januari 2012:

Masuk dalam proses, 2.500 kg

Produk jadi 2.000 kg

Produk dalam proses, dgn tingkat penyelesaian:

Bi. bahan baku 100%, Bi bahan penolong 100%

Bi. Tenaga kerja 50%, BOP 30% 500 kg

Perhitungan harga pokok produksi Per Satuan:

Biaya Produksi Total Biaya Unit Biaya Produksi

(1) (2) Ekuivalensi(3) Per Satuan

(2) : (3)
Bi. bahan baku Rp. 5.000.000 2.500 Rp. 2.000

Bi. bahan penolong Rp. 7.500.000 2.500 Rp. 3.000

Bi. tenaga kerja Rp. 11.250.000 2.250 Rp. 5.000

Bi. overhead pabrik Rp. 16.125.000 2.150 Rp. 7.500

Rp.39.875.000 Rp. 17.500

Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi & Persediaan Produk Dalam

Proses:

Harga pokok produk jadi:

2.000 kg x Rp. 17.500 Rp. 35.000.000

Harga persediaan produk dalam proses:

Bi. bahan baku (100% x 500 x Rp. 2.000) Rp. 1.000.000

Bi. bahan penolong (100% x 500 x Rp. 3.000) Rp. 1.500.000

Bi. tenaga kerja (50% x 500 x Rp. 5.000) Rp. 1.250.000

Bi. overhead pabrik (30% x 500 x Rp. 7.500) Rp. 1.125.000

Rp. 4.875.000

Jumlah biaya produksi bulan Januari Rp 39.875.000

Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 20X1

PT Risa Rimendi
Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 20X1

Data Produksi

Dimasukan dalam proses 2.500 kg

Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2.000 kg

Produk dalam proses akhir 500

Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg

Biaya yang Dibebankan dalam Bulan Januari 20X1

Total Per Kg

Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Rp 2.000

Biaya bahan penolong Rp 7.500.000 Rp 3.000

Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000 Rp 5.000

Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000 Rp7.500

Jumlah Rp 39.875.000 Rp17.500

Perhitungan Biaya :

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang

2.000 kg @ Rp 17.500 Rp 35.000.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:

Biaya Bahan Baku Rp 1.000.000

Biaya Bahan Penolong Rp.1.500.000


Biaya Tenaga Kerja Rp.1.250.000

Biaya Overhead Pabrik Rp.1.125.000

Jumlah biaya produksi yang dibebankan

dalam bulan januari Rp.4.875.000

Rp 39.875.000

Jurnal Pencatatan Biaya Produksi

Jurnal mencatat biaya bahan baku:

Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku 5.000.000

Persediaan Bahan Baku 5.000.000

Jurnal mencatat biaya bahan penolong:

Barang dalam proses-Biaya Bahan Penolong 7.500.000

Persediaan Bahan Penolong 7.500.000

Jurnal mencatat biaya tenaga kerja:

Barang dalam proses-Biaya Tenaga Kerja 11.250.000

Gaji dan Upah 11.250.000

Jurnal mencatat biaya overhead pabrik:

Barang dalam proses-BOP 16.125.000

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 16.125.000

Jurnal mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:

Persediaan Produk Jadi 35.000.000

Barang dalam Proses-BBB 4.000.000


Barang dalam Proses-BBP 6.000.000

Barang dalam Proses-BTK 10.000.000

Barang dalam Proses-BOP 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses:

Persediaan Produk dalam Proses 4.875.000

Barang dalam Proses-BBB 1.000.000

Barang dalam Proses-BBP 1.500.000

Barang dalam Proses-BTK 1.250.000

Barang dalam Proses-BOP 1.125.000

(Sumber: Mulyadi, 2015:68-72)

2. Variable Costing Method

Variable Costing merupakan metode penentuan kos produksi

yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable

ke dalam kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian

kos produksi menurut metodevariable costing terdiri dari unsur biaya

produksi berikut ini:

Biaya Bahan Baku Rp xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx+


Biaya produksi variabel Rp xxx
BAB III

OBYEK PENELITIAN

A. Gambaran umum perusahaan

a. Sejarah perusahaan

Keripik kaca adalah salah satu makanan olahan singkong yang di

cetak setipismungkin sehingga menyerupai kaca. Keripik kaca ini bisa

dimasak mengembang seperti kerupuk atau dimasak tidak mengembang

seperti di oven, dan biasanya Ibu Ai memasak-nya tidak mengembang

dengan cara disangrai menggunakan sedikit minyak goreng hangat.

Keripik kaca ini dikonsumsi untuk cemilan atau pendamping makan

seperti kerupuk.

Keripik kaca Ibu Ai beroperasi sejak awal tahun 2019, perusaaan

tersebut masih sangat baru. Keripik kaca Ibu Ai ini didirikan oleh Ibu Ai

sendiri, perusahaannya berlokasi di Dusun Pasajen RT 12 RW 05, Desa

Pamokolan, Kec. Cihaurbeuti,Kab. Ciamis, Jawa Barat. Awal mula usaha

ini yaitu karena pemilik terinspirasi dari anak-anaknya yang suka membeli

keripik kaca mentah lalu dimasak dengan bumbu cabai. Rasa yang

dihasirkan oleh pemilik pada produksinya masih terbatas pada rasa

original (tanpa cabai) dan pedas(dengan cabai).

b. Visi dan misi

a. Visi

Visi perusahaan Ibu Ai adalah menjadi produsen keripik kaca yang

berkualitas dan terjangkau.

b. Misi
Untuk dapat mencapai visi tersebut maka perusahaan Ibu Ai

memiliki misi sebagai berikut:

- Melakukan strategi bisnis yang tepat di dalam perusahaan.

- Mengutamakan kualitas dalam produki, pelayanan dan

pejualan.

- Mengembangkan inovasi-inovasi baru, baik pada produksi

maupun penjualan.

- Memberikan harga yang terjangkau dengan kualitas yang

terbaik.

c. Aspek kegiatan usaha

Aspek kegiatan usaha keripik kaca Ibu Ai adalah mengolah

singkong menjadi keripik kaca, dan memasaknya menjadi makanan yang

memiliki citarasa pedas dan original.

d. Struktur organisasi

Struktuur organisasi perusahaan Ibu Ai cukup sederhana karena

hampir semua posisi jabatan di isi oleh Ibu Ai sendiri, dan beberapa posisi

lain seperti bagian penjualan dan produksi di tanggung oleh anak-anak

Ibu Ai dan suaminya (Bapak Dede).

e. Deskripsi pekerjaan

1. Pemilik perusahaan

Pemilik perusahaan bertanggungjawab pada pengaturan

keuangan, karyawan, dan produksi, juga membuat laporan harian

atau pembukuan setiap ada transaksi dan mengecek produk yang

siap jual.
2. Penjualan

Tanggungjawab bagian ini adalah menjual produk pada

konsumen dan mendistribusikannya ke tempat-tempat umum seperti

toko oleh-oleh atau warung-warung kecil.

3. Karyawan

Tanggungjawab bagian ini adalah membuat atau mem-

produksi bahan mentah agar selalu ada setiap hari.

f. Proses produksi

Pada proses produksi, perusahaan ini dapat memproduksi 7-8

kg keripik kaca per hari yang bercitarasa pedas dan original, dengan

masing-masing kemasan 1 kg, dan masa expirednya sampai keripik kaca

tersebut tidak renyah lagi atau biasa disebut melempem. Jika ada banyak

pesanan, peru-sahaan ini mampu memproduksi keripik kaca lebih dari 10

kg. Proses produksi tersebut dilakukan setiap hari senin sampai hari

minggu dari pukul 08.00 – 15.00 WIB.

1. Alat dan bahan yang digunakan :

a. Alat

1) Ebeg ( sejenis alas tempat menjemur keripik)

2) Kaca

3) Alat pemarud singkong

4) Karung

5) Ember

6) Kompor

7) Wajan besar dan pengaduk


8) Panci

9) Blender

b. Bahan

1) Singkong

2) Kencur

3) Bawang putih

4) Cabai kering

5) Garam

6) Penyedap rasa

7) Minyak goreng

c. Bahan penolong

1) Plastik

2) Kardus

2. Proses atau tahapan produksi

a. Pengupasan singkong

b. Pemarutan singkong :Setelah dikupas dan dicuci bersih,

singkong diparut menggunakan mesin parutan singkong.

c. Perendaman : Setelah di parut, singkong dimasukan

kedalam karung lalu disimpan atau digantungkan agar

kandungan air pada singkong berkurang. Selama

digantungkan, singkong tersebut disiram setiap hari, ini

bertujuan agar singkong tidak mengitam, dan konon

semakin lama disimpan maka adonan akan lebih baik.

d. Pembuatan adonan : Singkong kemudian dibuat adonan

dengan cara memasaknya menggunakan air panas, proses


memasak ini membutuhkan tenaga ekstra karena

pembuatan adonan ini se-perti membuat dodol.

e. Pencetakan dan penjemuran : Adonan yang sudah jadi lalu

di cetak atau di gencet menggunakan dua buah kaca

menjadi bulatan kecil yang tipis. Lalu setelah itu di jemur

dengan menggunakan ebeg.

f. Peracikan bumbu : Peracikan bumbu adalah bumbu yang

dibuat untuk bumbu pedas(cabai kering, kencur, bawang

putih dan bahan lain), dan bumbu original (tidak memakai

cabai kering)yang sudah diblender dan di masak.

g. Pemberian bumbu : Setelah keripik kering maka

selanjutnya keripik di masak dengan api kecil dan sedikit

minyak goreng hangat selama beberapa menit, setelah

keripik cukup matang(hilang bau singkongnya) maka

selanjutnya bumbu yang sudah dibuat tadi ditaburkan pada

keripik yang sedang dimasak tanpa mematikan api. Untuk

rasa yang lebih nikmat maka bisa di tambahkan bumbu

penyedap.

h. Pengemasan : Keripik yang sudah matang selanjutnya

dimasukan kedalam plastik yang sudah dialasi potongan

kardus dan kemudian diikat menggunakan tali rafia.


BAB IV

PEMBAHASAN

Usaha keripik kaca Ibu Ai adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

yang bergerak dalam industri makanan yang memproduksi keripik pedas dan

original. Usaha ini memproduksi 7-8 kg keripik per harinya.

A. Deskripsi Data

Penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan

mengumpulkan seluruh biaya produksi. Biaya produksi terdiri dari bahan

baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya

produksi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Biaya bahan baku

Bahan baku yang digunakan adalah :

a. Singkong

Singkong ini pemilik dapatkan dengan harga Rp. 2.500 per kg.

Dari 200 kg singkong menjadi 55-60 kg keripik kaca kering per

minggunya.

b. Kencur

Kencur Rp. 75.000 per kg. 2 ons kencur dapat membumbui 40 kg

keripik kaca.

c. Bawang putih

Bawang putih Rp. 30.000 per kg. 1 kg bawang putih dapat

membumbui 50 kg keripik kaca.


d. Cabai kering

Cabai kering Rp.50.000 per kg. 1 kg cabai kering dapat

membumbui 30 kg keripik kaca.

e. Garam

Garam Rp. 16.000 per pack. 1 pack garam berisi 20 bungkus. 1

bungkus garam berisi 135 gr dapat membumbui 4-5 kg keripik

kaca.

f. Bumbu penyedap ( Atom Bulan)

Bumbu penyedap Rp. 11.500 per pak (isi 20 bungkus @7 gr).

Satu pak dapat membumbui 7 kg keripik kaca.

g. Bumbu penyedap micin sasa

100 gr micin sasa Rp 9.000 dan dapat membumbui 15 kg keripik

kaca.

h. Minyak goreng

1 liter minyak goreng Rp 12.000 dapat digunakan untuk

menggoreng keripik kaca sebanyak 10 kg.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung yang melakukan proses produksi

berjumlah lebih dari 5 orang. Pemilik bertanggung-jawab dalam

penyediaan bahan baku, proses pemberian bumbu, dan pengemasan,

sedangkan suaminya bertanggung-jawab dalam pengolahan bahan baku,

selebihnya bertanggung-jawab dalam pengolahan bahan baku menjadi

bahan siap pakai.

Perusahaan ini memberikan gaji kepada karyawannya

berdasarkan berapa banyak keripik kaca yang dihaslkan menurut


perhitungan ebeg(alas menjemur keripik kaca), pemilik menghargai Rp.

2.000/ebeg. Sistem gaji pada perusahaan Ibu Ai ini yaitu dibayarkan

perminggu. Dalam satu minggu, pemilik bisa menggaji karyawannya

sebesar Rp. 500.000.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya lain selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung adalah

biaya overhead pabrik yang termasuk dalam perhitungan harga pokok

produksi untuk keripik kaca adalah sebagai berikut :

a. Plastik

1 kg plastik kemasan diperoleh dengan harga Rp 32.000. terdapat

40-45 lembar plastik.

b. Kardus

Dari satu buah kardus dapat menjadi 10-15 potongan kardus. 1 kg

kardus Rp.3.000, 1 kg kardus terdapat 4-5 buah kardus.

c. Blender

Digunakan untuk menghaluskan bumbu-bumbu. Harga perolehan Rp

300.000 dan taksiran nilai residu Rp 50.000 dengan masa 2 tahun.

d. Parutan singkong

Digunakan untuk memarut singkong. Harga perolehan Rp 400.000

dengan taksiran nilai residu Rp 50.000 dalam masa 2 tahun.

e. Listrik

Tagihan listrik perusahaan Ibu Ai sebesar Rp 50.000 per bulan.

f. Gas

Biaya gas yang dikeluarkan pengusaha adalah 4 buah tabung per

bulan yaitu Rp 80.000.


g. Biaya lain-lain

Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan diluar

produksi, seperti transportasi dan bahan penolong lain yang

diperkirakan dalam sehari Rp 20.000.

B. Analisis Data

pada bagian ini penulis akan menjawab rumusan masalah yang

dilakukan dengan melakukan perhitungan biaya produksi pada keripik

kaca Ibu Ai. Biaya produksi yang dikeluarkan peng-usaha akan dijabarkan

dan diperhitungkan secara rinci. Selanjutnya,penulis akan melakukan

tinjauan terhadap penentuan harga pokok produksi keripik kaca Ibu Ai

dengan menggunakan metode full costing.

1. Penentuan Harga Pokok Produksi menurut perusahaan

a. Biaya Bahan Baku

1. Singkong

Jumlah biaya bahan baku untuk 240 kg keripik kaca

= Rp 2.500 x (200 kg x 4)

= Rp 2.500 x 800

= Rp 2.000.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 2.000.000 / 240 kg = Rp 8.333,3 per kg

2. Kencur

Jumlah biaya bahan baku untuk 240 kg keripik kaca

= Rp 75.000 x (0,25 kg x 4)

= Rp 75.000 x 1 kg

= Rp 75.000
Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 75.000 / 240 = Rp 312,5 per kg

3. Bawang putih

Jumlah biaya bahan baku untuk 220 kg keripik kaca

= Rp 30.000 x (0,5 x 4)

= Rp 30.000 x 2

= Rp 60.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 60.000 / 240 = Rp 250 per kg

4. Cabai kering

Jumlah biaya bahan baku untuk 220 kg keripik kaca

= Rp 50.000 x ( 2 kg x 4)

= Rp 50.000 x 8 kg

= Rp 400.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 400.000 / 240 = Rp 1.666,7 per kg

5. Penyedap rasa

a. ( Atoom bulan )

Jumlah biaya bahan baku untuk 220 kg keripik kaca

= Rp 11.500 x ( 5 pak x 4)

= Rp 11.500 x 20 pak

= Rp 230.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 230.000 / 240 = Rp 958,3 per kg

b. Micin sasa
Jumlah biaya bahan baku untuk 220 kg keripik kaca

= Rp 9.000 x ( 2 bks x 4 )

= Rp 9.000 x 8 bks

= Rp 72.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 72.000 / 240 = Rp 300

6. Garam

Jumlah biaya bahan baku untuk 220 keripik kaca

= Rp 16.000/20 x ( 2 bks x 30 )

= Rp 800 x 60 bks

= Rp 48.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 48.000 / 240 = Rp 200 per kg

7. Minyak goreng

Jumlah biaya bahan baku untuk 220 kg keripik kaca

= Rp 12.000 x ( 3 lt x 4 )

= Rp 12.000 x 12 lt

= Rp 144.000

Tarif biaya bahan baku per kg

= Rp 144.000 / 240 = Rp 600

Data biaya bahan baku yang digunakan oleh Ibu Ai dalam satu bulan

produksi ( 240 kg ) untuk dua varian yang berbeda dapat dilihat pada tabel

4.1 berikut :
Tabel 4.1 Perhitungan biaya bahan baku keripik kaca per kg

Harga
Jumlah Jumlah biaya
per kg Tarif per kg
Jenis biaya kg (Rp)
( Rp)
(1) (2) (1)*(2)=(3) (3)/240= (4)
Singkong 800 kg 2.500 2.000.000 8.333,3
Kencur 1 kg 75.000 75.000 312,5
Bawang putih 2 kg 30.000 60.000 250
Cabai kering 8 kg 50.000 400.000 1.666,7
Garam 12 bks 800 48.000 200
Bumbu penyedap

(Atoom bulan) 20 pack 11.500 230.000 958,3


8 bks 9.000 72.000 300
(micin sasa)
Minyak goreng 12 lt 12.000 144.000 600
Total 3.029.000 12.620.8

Sumber: data diolah

8. Tenaga kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung yang melakukan proses produksi

berjumlah lebih dari 5 orang. Pemilik bertanggung-jawab dalam

penyediaan bahan baku, proses pemberian bumbu, dan pengemasan,

sedangkan suaminya bertanggung-jawab dalam pengolahan bahan baku,

selebihnya bertanggung-jawab dalam pengolahan bahan baku menjadi

bahan siap pakai.

Perusahaan ini memberikan gaji kepada karyawannya

berdasarkan berapa banyak keripik kaca yang dihaslkan menurut

perhitungan ebeg(alas menjemur keripik kaca), pemilik menghargai Rp.

2.000/ebeg. Sistem gaji pada perusahaan Ibu Ai ini yaitu dibayarkan


perminggu. Dalam satu minggu, pemilik bisa menggaji karyawannya

termasuk Ibu Ai dan suaminya, sebesar Rp. 500.000. maka biaya tenaga

kerja langsung selama satu bulan sebesar Rp 2.000.000.

9. Biaya Overhead Pabrik

1. Biaya Gas

Untuk memproduksi keripik kaca, bahan baku singkong terlebih

dahulu dijadikan adonan dengan cara mencampur-nya dengan air

panas. Kemudian setelah di cetak menjadi keripik kaca, selanjutnya

masuk ke tahap pemberian bumbu, kedua proses ini membutuhkan

setidaknya 4 buah tabung gas dalam satu bulan.

Biaya untuk 1 buah tabung gas adalah Rp 20.000, maka jika

dalam 1 bulan membutuhkan 4 buah tabung gas biaya yang

dikeluarkan adalah Rp 80.000.

2. Biaya Listrik

Perusahaan memerlukan listrik untuk proses pemarutan singkong

dan menghaluskan bumbu-bumbu menggunakan blender. Biaya

listrik yang dikeluarkan setiap bulan adalah Rp 50.000 dengan

membeli pulsa token.

3. Biaya Bahan penolong

Selain bahan baku utama yaitu singkong dan bumbu-bumbu lain,

perusahaan juga membutuhkan biaya bahan penolong lain seperti

plastik kemasan, tali rafia, dan kardus.

a. Plastik kemasan

Jumlah biaya bahan penolong untuk 240 kg keripik kaca

= Rp 32.000 x ( 1,5 kg x 4 )
= Rp 32.000 x 6 kg

= Rp 192.000

Tarif biaya penolong per kg

= Rp 192.000 / 240 = Rp 800

b. Kardus

Jumlah biaya bahan penolong untuk 220 kg keripik kaca

= Rp 3.000 x ( 1 kg x 4)

= Rp 3.000 x 4 kg

= Rp 12.000

Tarif bahan penolong per kg keripik kaca

= Rp 12.000 / 240 = Rp 50

Perhitungan biaya penolong dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 perhitungan biaya Overhead Pabrik

Jenis Jumlah Harga Jumlah Biaya per kg


biaya jenis perolehan biaya (Rp) (Rp)
(Rp)
(1) (2) (1)*(2)=(3) (3)/240=(4)
Gas 4 buah 20.000 80.000 333,3
Listrik 1 50.000 50.000 208,3
Plastik 6 kg 32.000 192.000 800
Kardus 4 kg 3.000 12.000 50
Total 334.000 1.391,6

Sumber : data diolah

Sebelumnya perusahaan sudah memiliki taksiran perhitungan

harga pokok produksi untuk setiap produksi. Tperhitungan menurut

perusahaan ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan


Elemen Biaya Jumlah Unit produksi Biaya per

Biaya (Rp) (kg) kg (Rp)


Biaya Bahan Baku 3.029.000 240 12.620,8
Tenaga Kerja 2.000.000 240 8.333,3

Langsung
Biaya Overhead 334.000 240 1.391,6

pabrik
Total 5.363.000 22.345,7

Sumber: data diolah

2. Deskripsi Perhitungan Biaya Produksi menurut full costing

a. Biaya Produksi

1) Biaya Bahan Baku

Secara umum dalam sekali produksi menghasilkan 8 kg keripik

kaca dibutuhkan sebanyak 0.120 kg kencur, 0,160 kg bawang putih,

0,266.7 kg cabai kering, 2 bks garam, 20 bungkus bumbu penyedap

(atoom bulan), ½ bungkus bumbu penyedap (micin sasa), dan 0,8

liter minyak goreng . Tetapi dalam proses pelaksanaannya, semua

bahan tersebut dibagi menjadi 2 rasa, yaitu rasa pedas dan rasa

original.

Dalam sekali produksi keripik kaca pedas (5 kg)

membutuhkan :

1. Kencur : (0,120 / 8) x 5 = 0,075 kg

Maka, dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,075 = 2,25 kg.


2. Bawang putih : (0,160 / 8 ) x 5 = 0.1 kg

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,1 = 3 kg

3. Cabai kering : (0,166.7 / 8 ) x 5 = 0,166.7

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,166.7 = 5 kg

4. Garam : ( 2 / 8 ) x 5 = 1,25 bks

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 1,25 = 37,5 bks.

5. Bumbu penyedap :

 Atoom bulan ( 20 / 8 ) x 5 = 12,5 bks

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 12,5 = 375 bks

 Micin sasa ( 0,5 bks / 8 ) x 5 = 0,3125 bks

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,3125 = 9,375 bks

6. Minyak goreng : ( 0,8 lt / 8 ) x 5 = 0,5 liter

Maka dlam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,5 = 15 liter

7. Banyaknya produksi dalam 30 hari : 30 x 5 = 150 kg

Perhitungan biaya bahan baku keripik kaca pedas dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Bahan Baku keripik kaca pedas bulan Februari 2019.

Jenis biaya Kuantitas Harga Jumlah Biaya per

(Rp) biaya (Rp) kg (Rp)


(1) (2) (1)x(2)=(3) (3)/150=(4)
Kencur 2,25 75.000 168.750 1.125
Bawang putih 3 30.000 90.000 600
Cabai kering 5 50.000 250.000 1.666,7
Garam 37,5 bks 800 30.000 200
Penyedap rasa

Atoom bulan 375 bks 575 / bks 215.625 980,114


9,375 bks 9000/ bks 84.375 383,522
Micin sasa
Minyak goreng 15 lt 12.000 180.000 818,18
Total 1.018.750 5.773,516

Sumber : data diolah

Dan untuk sekali produksi keripik kaca original ( 3 kg ) membutuhkan :

1. Kencur : ( 0,120 / 8 ) x 3 = 0,045 kg

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,045 = 1,35 kg

2. Bawang putih : ( 0.160 / 8 ) x 3 = 0.06 kg

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0.06 = 1.8 kg

3. Garam : ( 2 / 8 ) x 3 = 0,75 bks

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,75 = 22,5 bungkus atau 23 bungkus

4. Penyedap rasa

 Atoom bulan : ( 20 / 8 ) x 3 = 7,5 bks

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 7,5 = 225 bks

 Micin sasa : ( 0,5 / 8 ) x 3 = 1.875

Maka dalam 30 hari membutuhkan


= 30 x 1.875 = 5.625 bungkus atau 6 bungkus

5. Minyak goreng : ( 0,8 / 8 ) x 3 = 0.3 liter

Maka dalam 30 hari membutuhkan

= 30 x 0,3 = 9 liter

6. Produksi dalam 30 hari : 30 x 3 = 90 kg

Perhitungan biaya bahan baku keripik kaca pedas dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Biaya Bahan Baku per Februari 2019.


Harga Jumlah Biaya per
Jenis biaya Kuantitas
(Rp) biaya (Rp) kg (Rp)
(1) (2) (1)x(2)=(3) (3)/90=(4)
Kencur 1,35 kg 75.000 101.250 1.125
Bawang putih 1,8 kg 30.000 54.000 600
Garam 23 bks 800 18.400 204,4
Penyedap rasa

Atoom bulan 225 bks 575 129.375 1.437,5


6 bks 9.000 54.000 600
Micin sasa
Minyak goreng 9 lt 12.000 108.000 1.200
Total 465.007 4.566,9

Sumber : data diolah

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung yang melakukan proses produksi

berjumlah lebih dari 5 orang. Pemilik bertanggung-jawab dalam

penyediaan bahan baku, proses pemberian bumbu, dan pengemasan,

sedangkan suaminya bertanggung-jawab dalam pengolahan bahan

baku, selebihnya bertang-gungjawab dalam pengolahan bahan baku

menjadi bahan siap pakai.


Perusahaan ini memberikan gaji kepada karyawannya

berdasarkan berapa banyak keripik kaca yang dihaslkan menurut

perhitungan ebeg ( alas menjemur keripik kaca ), pemilik menghargai

Rp. 2.000/ebeg. Sistem gaji pada perusahaan Ibu Ai ini yaitu dibayarkan

perminggu. Dalam satu minggu rata-rata pemilik bisa menggaji seluruh

karyawannya sebesar Rp. 500.000 maka biaya tenaga kerja langsung

selama satu bulan sebesar Rp 2.000.000.

Selain para karyawan, produk ini memiliki dua rasa yang berbeda,

dengan demikian untuk kedua rasa tersebut dapat kita akumulasikan

sebagai berikut :

c. Rasa pedas : 5 kg / 8 kg = 62.5%

d. Rasa original : 3 kg/ 8 kg = 37.5%

Perhitungan biaya tenaga kerja langsung per bulan untuk setiap

rasa :

1. Rasa pedas : 62.5% x 2.000.000 = 1.250.000

2. Rasa original : 37.5% x 3.200.000 = 750.000

Maka, biaya tenaga kerja langsung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Biaya Tenaga kerja Langsung rasa pedas

Penanggungjawab Karyawan Gaji Biaya TKL


Karyawan 5 orang 3.200.000 1.250.000
Biaya TKL per kg 1.250.000

Sumber : data diolah

Tabel 4.7 Biaya tenaga kerja langsung rasa original

Penanggungjawab Karyawan Gaji Biaya TKL


Karyawan 5 orang 3.200.000 750.000
Biaya TKL per kg 750.000
Sumber : data diolah

3) Biaya Overhead Pabrik

1. Biaya Gas

Biaya gas yang dikeluarkan Ibu Ai adalah biaya yang

ditetapkan di akhir, tetapi rata-rata dalam satu bulan dapat

menghabiskan 4 tabung gas. Biaya untuk 4 tabung gas Rp 80.000.

dalam sekali produksi Ibu Ai membuat dua varian rasa, maka dapat

dihitung sebagai berikut:

1) Rasa pedas : 1 kg x 5 kg = 5 kg x 30 = 150 kg

2) Rasa original : 1 kg x 3 kg = 3 kg x 30 = 90 kg

= 240 kg

Maka biaya untuk satu bulan adalah :

1) Rasa pedas : (150 / 240 ) x 80.000 = 50.000

2) Rasa original : ( 90 / 240 ) x 80.000 = 30.000

80.000

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 perhitungan biaya gas per Februari 2019

Varian rasa Banyak Kebutuhan Biaya per

produk (kg) per bulan bulan


Pedas 5 kg 150 kg 50.000
Original 3 kg 90 kg 30.000
Total 240 kg 80.000

Sumber : data diolah


2. Biaya listrik

Biaya listrik yang dikeluarkan Ibu Ai adalah biaya yang

ditetapkan diawal, karena listrik yang digunakan meng-gunakan

voucher listrik. Biaya yang dikeluarkan setiap bulannya adalah 50.000.

Berhubung ada dua varian rasa yang dibuat oleh Ibu Ai maka dapat

dihitung sebagai berikut

1) Rasa pedas : 5 kg x 30 = 150 kg

2) Rasa original : 3 kg x 30 = 90 kg

240 kg

Maka biaya untuk satu bulan adalah :

1) Rasa pedas : (150 / 240) x 50.000 = 31.250

2) Rasa original : ( 90 / 240 ) x 50.000 = 18.750

= 50.000

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Biaya Listrik per Februari 2019

Varian rasa Banyak Kebutuhan Biaya per

produk (kg) per bulan bulan


Pedas 5 kg 150 kg 31.250
Original 3 kg 90 kg 18.720
Total 240 kg 50.000

Sumber : data diolah

3. Biaya Bahan Penolong


Selain bahan baku utama, perusahaan ini juga memiliki

bahan penolong. Bahan penolong untuk dua varian rasa yang dibuat

perusahaan ini dapat dibedakan menjadi seperti berikut ini :

Tabel 4.10 Biaya Bahan Penolong rasa pedas bulan Februari

2019

Jenis Kuantitas Harga Jumlah Biaya per


biaya perolehan biaya (Rp) kg (Rp)
(Rp)
(1) (2) (1)x(2)=(3) (3)/150=(4)
Plastik 150 lb 800 120.000 800
Kardus 150 pt 3.000 450.000 3.000
Total 570.000
Jumlah biaya bahan penolong per kg 3.800

Sumber : data diolah

Tabel 4.11 Biaya bahan penolong untuk rasa original bulan


Februari 2019

Jenis Kuantitas Harga Jumlah Biaya per


biaya perolehan biaya (Rp) kg (Rp)
(Rp)
(1) (2) (1)x(2)=(3) (3)/90=(4)
Plastik 90 lb 800 72.000 800
Kardus 90 pt 3.000 270.000 3.000
Total 67.000
Jumlah biaya bahan penolong per kg 3.800
Sumber : data diolah

4. Depresiasi

1) Depresiasi gedung

Gedung produksi Ibu Ai menjadi satu dengan pabrik kue kering

yang dikelola suami Ibu Ai (Bapak Dede). Harga perolehan pabrik Rp

500.000.000 dengan masa manfaat 20 tahun. Luas bangunan 85 m2. luas

ruang produksi dan pengemasan sekitar 10 m2. depresiasi gedung

menggunakan metode garis lurus.

Perhitungan depresiasi gedung sebagai berikut :

Nilai depresiasi gedung = biaya perolehan


Masa manfaat

= 500.000.000
20 tahun
= 25.000.000

Nilai depresiasi per bulan = 25.000.000


12 bulan

= 2.083.333

Tarif depresiasi gedung = nilai depresiasi gedung per bulan


Luas bangunan
= 2.083.333
85 m2
= 2.509,8

Tarif depresiasi ruang produksi dan pengemasan = 2.509,8 x 20

m2

= 490.196

Tarif per kg depresiasi ruang produksi dan pengemasan =


490.196
240 kg
= 2.042,483

Untuk 150 kg keripik kaca pedas = 2.042,483 x 150

= 306.372,5

Untuk 90 kg keripik kaca original = 2.042,483 x 90

= 183.823,5

2) Depresiasi Alat Kerja

1. Blender

Perhitungan biaya depresiasi blender sebagai berikut :

Biaya perolehan = harga perolehan – nilai residu

= Rp. 300.000 – Rp. 50.000

= Rp.250.000

Nilai depresiasi per tahun = biaya perolehan


Masa manfaat
= Rp.250.000
2 tahun

= Rp.125.000

Beban depresiasi per bulan = Rp.125.000


12 bulan

= Rp. 10.417

Tarif beban depresiasi parutan singkong

= beban depresiasi per bulan


Unit yang dihasilkan

= Rp. 10.417
240

= Rp. 43,404

Untuk keripik kaca pedas = 43,404 x 150

= 6.150,625

Untuk keripik kaca rasa original = 43,404 x 90

= 3.906,375

2. Parutan Singkong

Perhitungan biaya depresiasi parutan singkong sebagai berikut :

Biaya perolehan = harga perolehan – nilai residu

= Rp. 400.000 – Rp. 50.000

= Rp. 350.000

Nilai depresiasi per tahun = biaya perolehan


Masa manfaat

= Rp.350.000
2 tahun

= Rp. 175.000

Beban depresiasi per bulan = Rp.175.000


12 bulan

= Rp. 14.583,3
Tarif beban depresiasi parutan singkong

= beban depresiasi per bulan


Unit yang dihasilkan

= Rp. 14.583,3
240

= Rp. 60,764

Untuk keripik kaca rasa pedas = 60,764 x 150

= 9,114.56

Untuk keripik kaca rasa original = 60.764 x 90

= 5.468,76

Total dari keseluruhan biaya overhead pabrik selama satu bulan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 biaya overhead pabrik bulan Februari 2019

Jenis BOP Jumlah biaya (Rp)


Rasa pedas (Rp) Rasa original (Rp)
Gas 50,000 30,000
Listrik 31,250 18,750
Plastik 120,000 72,000
Kardus 450,000 270,000
Depr. Gedung 306,372.5 183,823.5
Depr. Blender 6,510.625 3,906.375
Depr. Parutan Singkong 9,114.56 5,468.76
Total 973,247.7 583,948.62

Sumber : data diolah

Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan jam kerja langsung,

dimana beban jam kerja langsung selama bulan Februari 2019 telah diketahui.

Berikut perhitungan biaya overhead pabrik dibebankan selama bulan Februari

2019 :
Biaya overhead pabrik keripik kaca pedas

Tarif BOP yang dibebankan = 973,247.7


150 jam

= 6,488.318

BOP dibebankan = Tarif BOP x Jam kerja langsung aktual

= 6,488.318 x 131,25 Jam

= 851,591.74

Biaya overhead pabrik keripik kaca original

Tarif BOP yang dibebankan = 583,948.62


90 jam

= 6,488.318

BOP dibebankan = Tarif BOP x Jam kerja langsung aktual

= 6,488.318 x 78,75 jam

= 510,955.04

b. Biaya non produksi

a. Biaya Transportasi

Terdapat biaya angkut untuk membawa dari tempat produksi

ke rumah pekerja. Biaya ini digunakan untuk membeli bahan bakar

bensin karena kendaraan menggunakan milik pribadi yaitu motor,

untuk motor dalam tujuh hari kerja biaya perjalanan pulang pergi

diberikan uang bensin Rp 30.000. Jadi biaya transportasi selama satu

bulan (30 hari) untuk motor adalah Rp 120.000.


Setelah seluruh biaya produksi diketahui, langkah selanjutnya yaitu

menghitung harga pokok produksi. Penyimpanan persediaan keripik

kaca Ibu Ai tidak berlangsung lama karena semua produk yang

selesai diproduksi langsung dijual.

Berikut perhitungan harga pokok produksi keripik kaca rasa

pedas dan rasa original menurut metode full costing bulan Februari

2019.

Tabel 4.13 Perhitungan harga pokok produksi keripik kaca Ibu Ai menurut

metode full costing bulan Februari 2019.

Nama Pedas Original


Bahan Baku 5.773,75 4.566,9
Tenaga Kerja Langsung 8.333,3 8.333,3
Biaya Overhead Pabrik 5.677,3 5.677,3
Total biaya produksi 19.784,35 18.567,5
Produk dalam proses 0 0

(Awal)
Produk dalam proses 19.784,35 18.567,5
Produk dalam proses 0 0

(Akhir)
Harga Pokok Produksi 19.784,35 18.567,5

Sumber : data diolah

3. Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan dengan Menurut

Full Costing
Harga pokok produksi yang dihitung dengan metode full costing

menghasilkan angka yang lebih rendah. Ini dikarenakan metode full costing

menggunakan tarif BOP yang dibebankan, sementara menurut

perusahaan penghitungan biaya overhead pabrik menggunakan BOP

sesungguhnya.

Perbandingan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan

menurut metode full costing dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.12 Pembanding Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan

dengan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing

Menurut
metode full Selisih Persentase
costing

Men
O
urut
r
peru O P P O
i
saha Pe ri e e ri
g
an da gi d d gi
i
s n a a n
n
al s s al
a
l

3
2.
. 1
5 1
7 1
22.3 6 6,
19.784,35 18.567,5 7 ,
45,7 1, 9
8 5
3 %
, %
5
2
Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada selisih antara

penghitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan harga

pokok produksi menurut metode full costing. Selisih penghitungan pokok

produksi menurut perusahaan dan menurut metode full costing untuk

keripik kaca pedas yaitu Rp 2.561,35 dengan presentase perbedaan 11,5%.

Sedangkan untuk keripik kaca original yaitu Rp 3.778,2 dengan presentase

perbedaan 16,9%.

Menurut deskripsi perhitungan untuk produksi keripik kaca milik

perusahaan, dapat dilihat bahwa selama ini perusahaan sudah menghitung

harga pokok produksi keripik kaca dengan cara menjumlah seluruh biaya

bahan baku (baik bahan baku untuk rasa pedas dan rasa original), biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Kemudian hasil

penghitungan tersebut dibagi dengan jumlah yang diproduksi. Harga

Pokok Produksi yang dihitung menggunakan metode full costing dari

kedua rasa menghasilkan hasil yang berbeda dengan harga pokok

produksi yang dihitung menggunakan perhitungan perusahaan.

Perhitungan harga pokok produksi bulan Februari 2019 menurut

perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi bulan Februari

2019 menurut metode full costing yaitu:

a. Rasa pedas : menurut perusahaan yaitu sebesar Rp 22.345,7

sementara menurut metode full costing menghasilkan harga pokok

produksi sebesar Rp 19.784,35. Selisih perhitungan harga pokok


produksi menurut perusahaan dengan perhitungan harga pokok

produksi dengan metode full costing untuk keripik kaca pedas yaitu:

Rp 2.561,35 dengan persentase selisih sebesar 11,5%.

b. Rasa Original : menurut perusahaan yaitu sebesar Rp 22.345,7

sementara menurut metode full costing menghasilkan harga pokok

produksi sebesar Rp 18.567,5. Selisih perhitungan harga pokok

produksi menurut perusahaan dengan perhitungan harga pokok

produksi dengan metode full costing untuk keripik kaca original yaitu: Rp

3.778,2 dengan persentase selisih sebesar 16,9%.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga

pokok produksi untuk setiap rasa berbeda, dikarenakan penghitungan

biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

nya berbeda. Perbedaan itu terdapat pada :

a. Biaya Bahan Baku : Dilihat dari sisi kuantitasnya keripik kaca rasa

pedas lebih banyak dibanding keripik kaca original, dengan demikian

kebutuhan bahan baku untuk rasa pedas lebih banyak dibanding rasa

original. Selain keripik kaca pedas mempunyai komposisi yang

berbeda dibanding dengan keripik kaca original, sebagai contoh keripik

kaca pedas membutuhkan cabai kering sedangkan keripik kaca original

tidak membutuhkan cabai kering dalam proses produksinya.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung : berhubung gaji yang diberikan kepada

tenaga kerjanya tidak berpengaruh pada jumlah variable unit yang di

produksi, maka disini peniliti menghitung biaya tenaga kerjanya

berdasarkan akumulasi jumlah yang diproduksi untuk masing-masing

rasa, pengitungan biaya tenaga kerjanya yaitu :


- rasa pedas : 5 kg / 8 kg = 0,625 (62,5%)

- Rasa original : 3 kg / 8 kg = 0,375 (37,5%)

c. Biaya Overhead Pabrik : Mengingat metode yang digunakan

dalam menghitung harga pokok produksi adalah metode full costing,

maka biaya overhead pabrik akan menggunakan tarif biaya overhead

pabrik.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

perhitungan harga pokok produksi perusahaan dan menurut metode

full costing menunjukkan hasil yang berbeda dikarenakan perusahaan

membebankan biaya bahan baku dengan jumlah yang sama untuk

semua jenis produk, sedangkan secara teori biaya bahan baku untuk

keripik kaca pedas berbeda dengan keripik kaca original karena komposisi

bahan bakunya berbeda.

Pada perhitungan menurut perusahaan harga pokok produksi

keripik kaca pedas per kg nya yaitu sebesar Rp 22.345,7 , sementara

menurut metode full costing menghasilkan harga pokok produksi sebesar

Rp 19.784,35 dengan begitu terdapat selisih sekitar Rp 2.561,35 dengan

persentase selisih sebesar 11,5 %, sedangkan

perhitungan harga pokok produksi keripik kaca original menurut

perusahaan per kg-nya yaitu sebesar Rp 22.345,7 , sementara menurut

metode full costing menghasilkan harga pokok produksi sebesar Rp

18.567,5 dengan begitu terdapat selisih sekitar Rp 3.778,2 dengan

persentase selisih sebesar 16,9%.

Meskipun demikian dari hasil perhitungan tidak ada perbedaan

yang material antara harga pokok produk menurut perusahaan dengan

menurut kajian teori.


B. Keterbatasan Penelitian

Biaya gas dan biaya listrik tidak diperhitungkan dalam

penentuan harga pokok produksi karena penggunaan untuk setiap produk

sangat sedikit.

C. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka dapat dikemukkan

beberapa saran yang dapat diberikan kepada perusahaan:

1. Saran untuk perusahaan

Perusahaan sebaiknya tetap menghitung harga pokok produksi

secara sederhana saja karena perbedaan komposisi antara

perhitungan perusahaan dengan metode full costing tidak jauh

berbeda.

2. Bagi peneliti selanjurnya

a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak terpaku hanya

menggunakan satu metode saja yaitu metode full costing saja

seperti dalam penelitian ini, namun dapat menambah metode-

metode lain yang mungkin dapat dibahas dalam penentuan harga

pokok produksi.

b. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan secara luas, maka untuk

peneliti berikutnya diharapkan subjek penelitian tidak terpaku pada

satu objek UMKM saja, namun dapat menggunakan seluruh

perusahaan di Indonesia atau dapat menggunakan subjek

penelitian yang lain baik di Indonesia maupun Luar Negeri yang

mencakup secara luas.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwaji, Wibowo, Sabarudin Muslim. 2016. Akuntansi Biaya. Edisi kedua.
Salemba Empat, Jakarta.

Ediraras, Dharma T. 2010.“Akuntansi dan Kinerja KM. Program Studi


Akuntansi”.Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2, Volume 15.

Lasena, Sitty Rahmi. 2013. “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Pada
PT Dimembe Nyiur Agripro” http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&artic
le=108 834. Diakses tanggal 18 Maret 2017.

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.Yogyakarta.2015. Akuntansi Biaya Edisi
kelima. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.

Ony Widilestariningtyas, Sri Dewi Anggadini, Dony Waluya Firdaus. 2012.


Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Setiadi, Pradana. 2014. “ Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam


Menentukan Harga Jual Pada CV. Minahasa Mantap Perkasa”. “Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi”. Volume 14, Nomor 2 Mei 2014.

Sihite, Lundu Bontor dan Sudarno, Sudarno. 2012. “ Analisis Penentuan Harga
Pokok Produksi Pada Perusahaan Garam Beryodium”
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=75234

Supriyono, 2000. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga


Pokok. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta.

Supriyono, R. A. 2011. Akuntansi Biaya. BPFE. Yogyakarta.


Penulis, Tim.2017. “Cara Mudah Belajar Akuntansi Biaya”. Edisi pertama.
Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran Hasil Wawancara

Wawancara I

Hari/Tanggal : Minggu, 17 Februari 2019

Narasumber : Ibu Ai

Tempat produksi : Kp. Pasajen RT 12 RW 05, Ds. Pamokolan, Kec.


Cihaurbeuti, Kab. Ciamis

1. Bagaimana latar belakang Usaha Mikro Keripik Kaca Ibu Ai ?

Jawaban: Berawal dari anak-anak yang sering membeli keripik kaca mentah

dan mengolahkannya menjadi cemilan, maka Ibu Ai mencoba membuatnya

dan memasarkannya.

2. Apa tujuan dan visi misi dari usaha mikro ini?

Jawaban: Visi perusahaan Ibu Ai adalah menjadi produsen keripik kaca

yang berkualitas dan terjangkau. Dan terdapat beberapa poin misi

perusahaan :

- Mengutamakan kualitas dalam produki, pelayanan dan pejualan.

- Mengembangkan inovasi-inovasi baru, baik pada produksi maupun

penjualan.

- Memberikan harga yang terjangkau dengan kualitas yang terbaik.

3. Kapan usaha mikro mulai didirikan?

Jawaban: Awal tahun 2019.


4. Berapa karyawan dan bertugas apa saja?

Jawaban: Ada banyak karyawan, mereka melakukan tugas mencetak

keripik kaca, dan untuk poses membuat adonan dan proses membumbui

dilakukan oleh pemilik beserta suami.

5. Jadwal produksi?

Jawaban: untuk proses pencetakan, jadwal pleksibel, tergantung waktu

kuang karyawan, namun untuk proses produksi membumbui keripik kaca

dilakukan setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB.

6. Bahan baku dan bahan penolong apa saja yang diperlukan?

Jawaban:

- Bahan baku meliputi: keripik kaca (singkong), cabai kering,

bawang putih, kencur, garam, bumbu penyedap ( sasa micin dan

atoom bulan).

- Bahan Penolong meliputi: Plastik, kardus, blender, parutan

singkong

7. Apa saja alat yang digunakan untuk proses produksi?

Jawaban: Blender, parutan singkong, timbangan,spatula (pengaduk), Gas

3kg.

8. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan bahan

penolong?

Jawaban: Biaya bahan Baku yang dikeluarkan sekitar per minggu dan

biaya bahan penolong yang dikeluarkan sebesar Rp 300.000 per minggu.

9. Berapa Gaji karyawan yang bertugas pada proses produksi?

Jawaban: Rata-rata Rp. 500.000 per minggu.

10. Berapa biaya operasional seperti listrik dan gas?


Jawaban: Listrik sebesar Rp 50.000/per bulan dan gas 3kg sebesar Rp

20.000/kg.

Wawancara II

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Februari 2019

Narasumber : Ibu Ai

Tempat produksi : Kp. Pasajen RT 12 RW 05, Ds. Pamokolan, Kec.


Cihaurbeuti, Kab. Ciamis

1. Berapa banyak keripik kaca yang diproduksi dalam bulan Februari 2019 ?

Jawaban : 240 kg keripik kaca (150 kg rasa pedas dan 90 kg rasa original).

2. Berapa banyak kebutuhan bahan baku keripik kaca dalam setiap produksi ?

Jawaban : Dalam sekali produksi membutuhkan singkong 200 kg; kencur

0,25 kg; bawang putih 0,5 kg; cabai kering 2 kg; penyedap rasa( atoom

bulan 5 pak; micin sasa 2 bungkus), garam 2 bungkus; dan minyak goreng

3 lt.

3. Bagaimana tahapan produksi untuk pembuatan keripik kaca ?

Jawaban: Tahapan produksi keriik kaca adalah sebagai berikut :

a. Pengupasan singkong

b. Pemarutan singkong : Setelah dikupas dan dicuci bersih, singkong

diparut menggunakan mesin parutan singkong.

c. Perendaman : Setelah di parut, singkong dimasukan kedalam karung

lalu disimpan atau digantungkan agar kandungan air pada singkong

berkurang. Selama digantungkan, singkong tersebut disiram setiap hari,

ini bertujuan agar singkong tidak mengitam, dan konon semakin lama

disimpan maka adonan akan lebih baik.


d. Pembuatan adonan : Singkong kemudian dibuat adonan dengan cara

memasaknya menggunakan air panas, proses memasak ini

membutuhkan tenaga ekstra karena pembuatan adonan ini se-perti

membuat dodol.

e. Pencetakan dan penjemuran : Adonan yang sudah jadi lalu di cetak atau

di gencet menggunakan dua buah kaca menjadi bulatan kecil yang tipis.

Lalu setelah itu di jemur dengan menggunakan ebeg.

f. Peracikan bumbu : Peracikan bumbu adalah bumbu yang dibuat untuk

bumbu pedas(cabai kering, kencur, bawang putih dan bahan lain), dan

bumbu original (tidak memakai cabai kering)yang sudah diblender dan di

masak.

g. Pemberian bumbu : Setelah keripik kering maka selanjutnya keripik di

masak dengan api kecil dan sedikit minyak goreng hangat selama

beberapa menit, setelah keripik cukup matang(hilang bau singkongnya)

maka selanjutnya bumbu yang sudah dibuat tadi ditaburkan pada keripik

yang sedang dimasak tanpa mematikan api. Untuk rasa yang lebih

nikmat maka bisa di tambahkan bumbu penyedap.

h. Pengemasan : Keripik yang sudah matang selanjutnya dimasukan

kedalam plastik yang sudah dialasi potongan kardus dan kemudian

diikat menggunakan tali rafia.

4. Bagaimana dengan masa expaired keripik kaca yang dijual? Kalau tidak

laku dibagaimanakan?

Jawaban : Masa expaired kurang lebih 1 bulan, atau sampai keripik kaca

tidak renyah dan berbau tengik. Selalu habis.


BIOGRAFI PENULIS

Tia Nurfitriani, lahir di Ciamis pada tanggal 03 Februari 1997,

anak ke 2 dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Dede dan

Ibu Ai. Telah menyelesaikan pendidikan di SDN 3 Pamokolan ,

SMPN 2 Cihaurbeuti, SMAN 1 Cihaurbeuti. Kemudian

melanjutkan pendidikan di LP3I Tasikmalaya Collage program

studi komputer akuntansi, namun memutuskan untuk pindah ke

Politeknik LP3I Bandung program studi Akuntansi. Sering

mengikuti seminar dan pelatihan lain seperti bergabung pada organisasi

LAC( LP3I Accounting Club).

Anda mungkin juga menyukai