Anda di halaman 1dari 92

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK DAN HARGA

JUAL PADA USAHA ROTI TOKO GLOBAL DI SUDU


KABUPATEN ENREKANG

DRAF SKRIPSI

FARIED MUHAMMAD TAMSIL


1692141027

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK DAN HARGA
JUAL PADA USAHA ROTI TOKO GLOBAL DI SUDU
KABUPATEN ENREKANG

DRAF SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Penyelesaian Skripsi
pada Program Studi Akuntansi S1

FARIED MUHAMMAD TAMSIL


1692141027

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
PERNYATAAN ORISINIL SKRIPSI

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

iv
MOTTO

“Ada 3 cara Allah menjawab doamu. Pertama, langsung mengabulkannya. Kedua,


menundanya. Ketiga, menggantinya dengan yang lebih baik untukmu.”

“If you constantly mind how others look at you, you will never truly improve your
own strength and techniques. You don’t have to care how others look a you. It is
enough as long as you advance on the path that you wish to take. Only with that
can you become a true expert.”
(Shi Feng, Chap.167)

“Janji yang ditepati adalah awal dari kepercayaan”.


(Ricchi)

v
RINGKASAN

FARIED MUHAMMAD TAMSIL. 2022. Analisis Perhitungan Harga Pokok


Dan Harga Jual Pada Usaha Roti Toko Global Di Sudu Kabupaten Enrekang.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Makassar. Pembimbing:
Mukhammad Idrus, SE.,M.Si.,Ak.,CA. dan Drs. H. Abdul Rijal, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok
produksi dan harga jual di Toko Roti Global telah memakai teori akuntansi yang
berlaku dan berapa penjualan Toko Roti Global untuk mencapai titik impas atau
bep. Variabel dalam penelitian ini adalah Harga Pokok Produksi dan Harga Jual.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah data mengenai biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik untuk tahun 2020. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui harga pokok
produksi dan harga jual Toko Roti Global, dilakukan dengan wawancara dan
dokumentasi lalu dianalisis secara kuantitatif. Dari hasil penelitian dan analisis
data maka dapat disimpulkan bahwa penentuan harga pokok produksi pada Toko
Roti Global belum sepenuhnya memakai teori akuntansi yang berlaku. Pada saat
perhitungan harga pokok produksi terjadi perbedaan karena Toko Roti Global
belum memasukkan biaya penyusutan pada perhitungannya, penentuan harga
pokok produksi menurut perusahaan sebesar Rp205.440.000, sedangkan menurut
penulis sebesar Rp208.587.917. Untuk perhitungan harga jual, perusahaan tidak
memakai teori akuntansi dalam penentuan harga jualnya tetapi perusahaan
menentukan harga jualnya berdasarkan harga yang ada pada pasar.

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Harga Jual

vi
SUMMARY

FARIED MUHAMMAD TAMSIL. 2022. Analysis of Determining the Cost of


Production and Selling Price at Global Bakery Sudu Enrekang Regency. Essay.
Faculty of Economics and Business, State University of Makassar. Advisor:
Mukhammad Idrus, SE.,M.Si.,Ak.,CA. and Drs. H. Abdul Rijal, M.Si.
This study aims to determine whether the calculation of the cost of production and
selling price at Global Bakery has used the applicable accounting theory and how
much is the sales of the Global Bakery to reach the break even point. The
variables in this study are Cost of Production and Selling Price. The population
and sample in this study are data about material cost, direct labor cost, and factory
overhead cost in 2020. This study is a quantitative descriptive. To find out the cost
of production and selling price Global Bakery, conducted with interview and
documentation and then analyzed quantitatively. From the results of research and
data analysis, it can be concluded that the determination of the cost of production
at Global Bakery has not fully used the applicable accounting theory. When
calculating the cost of production there is a difference because Global Bakery has
not included depreciation costs in its calculation, the determination of the cost of
production according to the company is Rp205.440.000, while according to the
author it is Rp208.587.917. For the calculation of the selling price, the company
doesn’t use accounting theory in determining the selling price but the company
determines the selling price based on the existing price in the market.
 
Keywords: Cost of Production, Selling Price

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan nikmat yang tiada henti bagi hamba-Nya. Tak lupa pula
penulis kirimkan shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala peneliti menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis
Perhitungan Harga Pokok Dan Harga Jual Pada Usaha Roti Toko Global Di Sudu
Kabupaten Enrekang. Skripsi ini diajukan dalam rangka menyelesaikan studi
Strata Satu untuk mencapai gelar S.Ak.
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjaun
Pustaka dan Kerangka Konseptual, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan
Pembahasan, Bab V Penutup. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bapak
Mukhammad Idrus, SE., M.Si., Ak., CA. sebagai Pembimbing 1 sekaligus sebagai
Ketua Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Negeri Makassar, dan Bapak Drs. H. Abdul Rijal, M.Si. sebagai pembimbing 2.
Peneliti juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng. sebagai Rektor
Universitas Negeri Makassar.
2. Prof. Dr. H. Thamrin Tahir, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Negeri Makassar.
3. Dra. Hariany Idris, M.Si. Sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Makassar.
4. Segenap Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Makassar.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Negeri Makassar angkatan 2016, terkhusus untuk
ESPD (Surya, Okimack, Ongkimack, Ilul, Aris, Faiz) dan Kpopers (Ririn,
Novi, Ica, Nining, Daya, Ningrum, Fia, Indri, Anggie, Firah, Herlina,

viii
Reni) atas kerjasama serta bantuannya sejak awal kuliah sampai saat ini
khususnya pada saat proses penelitian.
Penulis secara istimewa menyampaikan terima kasih kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda Tamsil dan Ibunda Rosmiati yang telah mengasuh,
mendidik, menasehati, serta memberi dukungan do’a yang tiada hentinya
mengiringi setiap langkah peneliti serta kedua Adik yang selama ini telah
memberikan semangat dan dukungan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya.
Makassar, 7 April 2022
Penulis,

Faried Muhammad
Tamsil

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................ i


PERNYATAAN ORISINIL SKRIPSI.......................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................................................
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI............................................................................................
MOTTO......................................................................................................................................
RINGKASAN............................................................................................................................
SUMMARY................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................
D. Manfaat Hasil Penelitian.................................................................................................
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL....................................
A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................................
1. Harga Pokok Produksi.......................................................................6
2. Metode Break Even Point................................................................12
3. Harga Pokok Penjualan....................................................................13
B. Kerangka Konseptual....................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................
A. Variabel dan Desain Penelitian.....................................................................................
1. Variabel Penelitian...........................................................................20
2. Desain Penelitian..............................................................................20
B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel............................................................
C. Populasi dan Sampel.....................................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................
E. Teknik Analisis Data.....................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................................
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................................
1. Sejarah Singkat Perusahaan.............................................................25
2. Struktur Organisasi Perusahaan.......................................................25
3. Tugas dan Tanggung Jawab.............................................................27
B. Penyajian Data..............................................................................................................
1. Biaya Tetap......................................................................................28
2. Biaya Variabel..................................................................................33
3. Harga Jual........................................................................................38
C. Analisis Data.................................................................................................................
1. Harga Pokok Produksi.....................................................................39

x
2. Analisis Break Even Point...............................................................49
3. Harga Jual........................................................................................52
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan..................................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................................
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Biaya Bahan Baku Per Bulan Toko Roti Global..................................40


Tabel 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Bulan Toko Roti Global...............41
Tabel 3 Biaya Overhead Pabrik Per Bulan Toko Roti Global..........................42
Tabel 4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Bulan Toko Roti Global.......45
Tabel 5 Perbandingan Harga Pokok Menurut Perusahaan Dan Penulis...........48
Tabel 6 Klasifikasi Pembagian Biaya Tetap dan Biaya Variabel.....................50
Tabel 7 Perbandingan Harga Jual Menurut Perusahaan Dan Penulis...............54

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual......................................................................19


Gambar 2. Skema Desain Penelitian.................................................................21
Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan......................................................26

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul..................................................................................63


Lampiran 2 Surat Keputusan Tentang Penugasan Dosen Pembimbing............64
Lampiran 3 Undangan Seminar Proposal..........................................................65
Lampiran 4 Surat Pengantar Melakukan Penelitian..........................................66
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.............................67
Lampiran 6 Data Mentah...................................................................................68
Lampiran 7 Dokumentasi Lapangan.................................................................69

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan persaingan

bisnis di dalam dan luar negeri semakin ketat. Persaingan yang ketat ini menuntut

para pengusaha untuk mencari cara agar usahanya tetap berjalan. Oleh karena itu,

perusahaan harus mampu meningkatkan efisiensi kerjanya untuk meningkatkan

daya saing perusahaan serta memiliki strategi bersaing yang tepat dan cermat.

Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba

sehingga kelangsungan usaha dapat dipertahankan. Berhasil atau gagalnya suatu

bisnis dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada bagaimana manajemen

perusahaan mengelola perusahaan itu. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya

manajemen suatu perusahaan dapat dilihat berdasarkan laba yang diperoleh

perusahaan. Agar perusahaan dapat menghasilkan laba, manajemen perusahaan

harus merencanakan dan mengendalikan dua faktor penentu laba yaitu pendapatan

dan biaya. Untuk mengetahui berapa banyak pendapatan yang dihasilkan

perusahaan dan biaya yang dikeluarkan, maka perusahaan harus menentukan

harga pokok produksi dan harga jual.

“Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses

sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan.” (Dewi,

Kristanto, & Dermawan, 2015). Harga pokok produksi yang tepat adalah harga

pokok produksi yang tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Oleh karena itu,

harga pokok produksi harus dihitung dan ditetapkan agar harga jualnya tepat.
2

Harga pokok produksi sering diterapkan pada perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur, penghasilan yang diperoleh adalah

dari hasil penjualan produk yang diolah sendiri. Oleh karena itu untuk

memperoleh laba yang maksimal perusahaan manufaktur harus benar-benar

memperhatikan biaya produksi, agar harga pokok produksi dapat ditentukan

dengan tepat.

“Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada

konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi di tambah biaya

non-produksi dan laba yang diharapkan, (Mulyadi, Sistem Akuntansi,

2008:145)”. Menentukan harga jual yang dapat bersaing bukanlah suatu hal

mudah dilakukan, harga jual yang terlalu tinggi dapat berakibat kalahnya

perusahaan dalam persaingan, sedangkan harga yang terlalu rendah dapat

berakibat tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu laba yang dikehendaki.

Salah satu usaha yang bergerak di bidang manufaktur adalah toko roti

Global yang terletak di Sudu Kabupaten Enrekang. Toko roti ini cukup populer di

kalangan masyarakat setempat karena harga produknya yang terjangkau. Dengan

jumlah konsumen yang semakin bertambah setiap saat, maka jumlah pegawai

maupun mesinnya haruslah juga bertambah. Toko ini memiliki karyawan

sebanyak 18 orang yang terbagi kedalam tiga bagian yaitu 9 orang bagian

produksi, 5 orang bagian pengemasan dan 4 orang bagian pengantaran. Selain itu,

toko ini mempunyai 13 mesin yang terdiri dari tiga mixer, dua mesin pembulat

adonan, lima lemari pengembang adonan, dan tiga oven. Kapasitas dari setiap

mesin dapat dikatakan cukup banyak seperti mixer yang dapat menampung 6kg
3

hingga 12kg adonan, lemari pengembang adonan yang dapat menampung 24

talang roti, dan oven dapat menampung hingga 6 talang roti yang mana setiap satu

talang roti terdapat 12 biji adonan roti. Rata-rata toko ini dapat memproduksi

273.000 roti perbulannya dengan harga Rp800 dan produknya disupply ke

berbagai toko-toko yang bekerja sama. Saat ini, toko roti Global menyuplai

rotinya di tiga kabupaten berbeda yaitu Kabupaten Enrekang, Kabupaten Tana

Toraja, dan Kabupaten Toraja Utara.

Kegunaan penentuan harga pokok adalah untuk menentukan laba, dengan

begitu maka pihak perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat pada saat

penentuan harga jual. Jika harga jual terlalu tinggi akan mengakibatkan harga

tidak bersaing di pasaran dan apabila harga jual terlalu rendah maka akan

merugikan perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Dan

Harga Jual Pada Usaha Roti Toko Global di Sudu Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah perhitungan harga pokok produksi dan harga jual di Toko Roti

Global telah memakai teori akuntansi yang berlaku.

2. Berapa penjualan Toko Roti Global untuk mencapai titik impas atau bep.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakannya

penelitian ini adalah:


4

1. Untuk mengetahui apakah perhitungan harga pokok produksi dan harga

jual di Toko Roti Global telah memakai teori akuntansi yang berlaku.

2. Untuk mengetahui berapa penjualan Toko Roti Global untuk mencapai

titik impas atau bep.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari aspek

praktis maupun aspek teoritis, serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan Terkait Penelitian

Dapat menjadi masukan dan evaluasi dalam penerapan perhitungan

harga pokok produksi untuk pengambilan keputusan yang tepat serta

menentukan metode perhitungan yang tepat agar menghasilakan biaya

yang efisien.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan biaya produksi dalam penentuan harga pokok

produksi.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan

pengembangan ilmu tentang akuntansi biaya dalam konteks perhitungan

harga pokok produksi.


5

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :

Pada sampul depan proposal penelitian, judul yang diambil oleh peneliti

adalah “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Pada Usaha

Toko Roti Global di Sudu Kabupaten Enrekang”.

Bab pertama. Bab ini merupakan bab pendahuluan yang membahas

mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab kedua. Bab ini merupakan bab tinjauan pustaka yang berisi penjelasan

mengenai harga pokok produksi, analisis break even point, harga jual, dan

kerangka konseptual. Yang mana subbab harga pokok produksi terdiri dari

definisi harga pokok produksi, tujuan dan fungsi harga pokok produksi, dan

metode penetapan harga pokok produksi. Sedangkan subbab harga jual terdiri dari

definisi harga jual, tujuan penetapan harga jual, komponen harga jual, dan metode

penetapan harga jual.

Bab ketiga. Bab ini merupakan bab metode penelitian yang mana berisi

variabel dan desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Harga Pokok Produksi

a. Definisi harga pokok produksi

Harga pokok produksi merupakan keseluruahn pengorbanan sumber-

sumber ekonomi untuk menghasilkan produk atau melakukan pengolahan bahan

baku menjadi produk jadi. Kemudian dapat digunakan untuk menghitung harga

pokok produk jadi dan harga pokok produk akhir periode yang masih dalam

proses.

“Harga pokok produksi adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam

satuan uang yang telah terjadi untuk memperoleh aktiva atau secara tidak

langsung memperoleh penghasilan, (Mulyadi, 2014)”. Selain dari itu “Harga

Pokok Produksi adalah mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada

periode tertentu, (Sukrisno & Trisnawati, 2017)”. Berdasarkan definisi para ahli

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya

produksi yang diserap atau melekat pada produk yang dihasilkan, mulai dari

persediaan bahan baku, sampai bahan baku tersebut menjadi barang jadi dan siap

untuk dijual.

“Biaya persediaan adalah semua biaya produk yang dicatat sebagai aset di

neraca pada saat terjadinya dan kemudian diubah menjadi harga pokok penjualan

saat produk itu dijual, (Dewi, Kristanto, & Dermawan, 2015)”. Harga pokok
7

penjualan mencakup semua biaya produksi yang terjadi dalam pembuatan barang

yang dijual. Biaya produksi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Biaya bahan baku

Biaya bahan baku adalah biaya perolehan semua bahan yang pada

akhirnya akan menjadi bagian dari unit biaya dan yang dapat ditelusuri kembali

secara ekonomis ke unit biaya.

2) Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga

kerja langsung. Istilah tenaga kerja langsung digunakan untuk menunjuk pekerja

yang terlibat langsung dalam pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi.

Biaya tenaga kerja langsung mencakup kompensasi untuk semua tenaga kerja

yang secara ekonomis dapat dibebankan ke unit biaya.

3) Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung) adalah seluruh

biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya namun tidak dapat ditelusuri ke

objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang

ekonomis. Contoh biaya overhead pabrik antara lain:

a) Biaya tenaga kerja tidak langsung

b) Biaya bahan penolong

c) Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik

d) Biaya pemeliharaan gedung pabrik


8

e) Biaya penyusutan mesin pabrik

b. Tujuan dan Fungsi Penetapan Harga Pokok Produksi

“Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya

kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara

memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi

variabel saja, (Bastian & Nurlela, 2007:48)”. Selain dari itu “Sesuai dengan

konsep biaya yang telah dibahas, biaya produksi merupakan biaya yang

diperlukan untuk memproses suatu produk, (Daljono, 2009:35)”. Dengan

demikian, menentukan berapa harga pokok suatu produk sama halnya dengan

menentukan (menghitung) berapa biaya yang telah diserap (dikonsumsi) oleh

produk tersebut.

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (untuk selanjutnya

hanya akan disebut dengan biaya biaya bahan dan biaya tenaga kerja) merupakan

biaya langsung terhadap produk. Biaya langsung dapat ditelusuri secara mudah

dan akurat pada produk. Besarnya biaya langsung dengan produk, memiliki

hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu biaya bahan dan biaya tenaga kerja

dibebankan ke produk secara langsung. Biaya overhead pabrik (BOP) merupakan

biaya tidak langsung.


9

Harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

perusahaan karena merupakan dasar untuk menentukan harga produk, adapun

tujuan penentuan harga pokok produksi menurut (Akbar, 2011), sebagai berikut:

1) Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.


2) Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.
3) Sebagai dasar penilaian bagi penyusun neraca yang menyangkut
penilaian terhadap aktiva.
4) Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual
terhadap konsumen.
5) Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok
persediaan produk jadi.
6) Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan laba rugi
perusahaan.
7) Sebagai evaluasi hasil kerja.
8) Pengawasan terhadap efisiensi biaya, terutama biaya produksi.
9) Sebagai dasar pengambilan keputusan.
10) Untuk tujuan perencanaan laba.
Adapun fungsi penentuan harga pokok produksi menurut (Akbar, 2011)

yaitu:

1) Bagi perekonomian, harga sebuah produk atau jasa mempengaruhi sewa


lahan, upah, bunga dan laba.
2) Bagi konsumen, mempertimbangkan harga berdasarkan citra, merek,
lokasi toko, layanan, nilai (value) dan kualitas.
3) Bagi perusahaan, harga mempengaruhi posisi bersaing dan pangsa pasar
perusahaan, selain itu harga juga berpengaruh pada pendapatan dan laba
bersih perusahaan.
c. Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Metode penetapan harga pokok produksi adalah menghitung semua unsur

biaya kerja dalam harga pokok produksi. Dalam menghitung unsur- unsur biaya

pada harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan

metode variable costing.

1) Metode full costing


10

Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya banyak yang

menggunakan pendekatan full costing hal ini dikarenakan dapat mewakili keadaan

biaya yang sesungguhnya.

“Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap

sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual, (Sampurno &

Meilani, 2009:10)”. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi baik tetap maupun

variabel masih dianggap sebagai aktiva sebelum persediaan tersebut dijual.

“Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap, (Mulyadi, 2010:17)”.

Selain dari itu “Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok

produksi yang membebankan semua biaya produksi baik biaya variabel maupun

biaya tetap, (Indrayati, 2017)”.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode full

costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan menghitung semua

biaya yang bersifat variabel maupun bersifat tetap.

Metode harga pokok produksi adalah

Biaya bahan baku (BBB) xxx

Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) xxx

Biaya overhead pabrik tetap (BOPT) xxx

Biaya overhead pabrik variabel (BOPV) xxx +

Harga pokok produksi (HPP) xxx

2) Metode variabel costing


11

Menurut (Sampurno & Meilani, 2009:10)

Dalam metode variabel costing biaya overhead pabrik tetap diperlakukan


sebagai biaya periode dan bukan sebagai unsur harga pokok produk
sehingga tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual,
tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Untuk kepentingan perencanaan laba dan pengambilan keputusan jangka

pendek manajemen memerlukan informasi biaya berdasarkan perilakunya.

Olehnya itu timbullah konsep lain yang tidak memperhitungkan semua biaya

produksi sebagai komponen harga pokok produksi. Metode penghitungan harga

pokok produksi ini hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja dalam

penentuan harga pokok produksi dan disebut sebagai metode variabel costing atau

dikenal juga dengan istilah direct costing.

“Metode variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi yang

hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok

produk (Indrayati, 2017)”. Dengan metode variabel costing harga pokok produksi

adalah:

Biaya bahan baku (BBB) xxx

Biaya tenaga kerja variabel (BTKV) xxx

Biaya overhead pabrik variabel (BOPV) xxx +

Harga pokok produksi (HPP) xxx

3) Metode harga pokok proses

Harga pokok produksi merupakan nilai investasi yang dikorbankan untuk

mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Komponen-komponen biaya terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Metode
12

pengumpulannya disesuaikan dengan karakteristik system produksi dengan

industrinya.

(Sujawerni, 2015:87) menyatakan bahwa

Harga pokok proses adalah metode perhitungan harga pokok produk


berdasarkan biaya yang diproduksi pada suatu periode dibagi unit
produk secara masal dan identik dengan formula membagi total biaya
pembuatan produk dengan jumlah unit yang diproduksi.
Adapun karakteristik metode harga pokok proses menurut (Mulyadi, 2016)

sebagai berikut:

a) Produksi yang dihasilkan merupakan produksi produk standar.


b) Produksi yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
c) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

2. Metode Break Even Point

“Titik impas atau Break even point merupakan tingkat aktivitas di mana

suatu organisasi tidak mendapat laba dan juga tidak menderita rugi, (Harmono,

2018)”.

Titik impas atau break even point dapat diartikan sebagai titik dimana

perusahaan tidak mendapatkan laba dan tidak juga mendapatkan rugi. Hal ini bisa

saja terjadi jika volume penjualan perusahaan hanya mampu untuk menutup biaya

tetap dan biaya variabel. Jika volume penjualan perusahaan hanya dapat menutup

biaya variabel dan sebagian biaya tetap maka dapat dipastikan perusahaan itu

mendapat kerugian. Dan sebaliknya jika volume penjualan perusahaan dapat

melebihi biaya yang dikeluarkan untuk menutup biaya variabel dan biaya tetap

maka pastinya perusahaan tersebut mendapat keuntungan atau laba.


13

Metode break even point pada umumnya dapat digunakan sebagai dasar

informasi bagi para pimpinan untuk mengetahui berapa biaya yang digunakan,

berapa volume penjualan yang dikeluarkan, dan juga tingkat keuntungan yang

dapat perusahaan dapatkan jika mencapai volume penjualan tertentu. Sehingga

metode break even point sering juga disebut cost-volume-profit analysis.

Adapun rumus untuk menghitung break even point menurut (Harmono,

2018) ada beberapa yaitu:

a. Break Even Point Unit


Biaya Tetap
BEP=
Harga Jual−Biaya Variabel PerUnit
b. Break Even Point Penjualan
Biaya Tetap
BEP=
Biaya Variabel PerUnit
1−
Harga Jual

3. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan berasal dari harga pokok produksi barang yang

meliputi jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan baik langsung maupun tidak

langsung dan setelah ditambahkan dengan mark up yang dapat ditentukan dari

persediaan awal produk jadi ditambah dengan jumlah biaya produk kemudian

dikurangi dengan persediaan produk akhir.

“Harga pokok penjualan terdiri dari nilai persediaan barang dagangan yang

sudah laku terjual, (Samryn, 2015)”. Nilai yang dicatat dalam akun ini adalah nilai

persediaan menurut faktur pembeliannya. Datanya dapat diperoleh dari kartu

persediaan.

a. Definisi harga jual


14

Harga jual produk yang ditetapkan oleh suatu perusahaan ialah harga

jual yang dapat bersaing dipasaran. Menentukan harga jual yang dapat bersaing

bukanlah suatu hal mudah dilakukan, harga jual yang terlalu tinggi dapat

berakibat kalahnya perusahaan dalam persaingan, sedangkan harga yang terlalu

rendah dapat berakibat tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu laba yang

dikehendaki.

“Harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan kepada

konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi di tambah biaya

non-produksi dan laba yang diharapkan, (Mulyadi, 2008:145)”.

b. Tujuan Penetapan Harga Jual

Pada umumnya para produsen di dalam menetapkan harga dan setiap

barang atau jasa yang dihasilkan memiliki sejumlah tujuan yang akan dicapai dari

setiap kebijakan yang diambil perusahaan dalam penetapan harga, tentunya

dengan tujuan utama untuk lebih memudahkan manajemen untuk melakukan

analisa dan evaluasi terhadap setiap kebijakan yang diambil, sehingga berdasarkan

hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan, manajemen akan segera

membuat/menetapakan kebijakan baru guna memperbaiki kesalahan/kekurangan

dari berbagai kebijakan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut (Tjiptono, 2014) tujuan penetapan harga ada beberapa jenis yaitu:

1) Tujuan Berorientasi Pada Laba


Asuransi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi.
2) Tujuan Berorientasi Pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang
menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume
15

tertentu atau yang biasanya dikenal dengan istilah volume pricxing


objectives
3) Tujuan Berorientasi Pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius.
4) Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif pada harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus
menurunkan pula harga mereka, Kondisi seperti ini yang mendasari
terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang
produknya sangat terstandarisasi.
5) Tujuan-Tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
menghindari campur tangan berbeda
Tujuan penetapan harga merupakan suatu paduan untuk menciptakan masa

depan, namun tujuan ini tidak mempunyai unsur mendesak yang akan membantu

pencapaiannya. Tujuan penetapan harga yang mengacu ke masa depan, tidak

memastikan bahwa perusahaan akan sampai di sana. Oleh karena itu, perusahaan

perlu melengkapinya dengan menetapkan sasaran penetapan harga jual.

Penetapan harga jual merupakan suatu masalah ketika perusahaan harus

menentukan harga untuk pertama kali. Hal ini terjadi ketika perusahaan

mengembangkan dan memperoleh suatu produk baru ketika ia

memperkenalkan produk lamanya ke saluran distribusi baru.

c. Komponen harga jual

Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu perusahaan adalah

menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap

perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi

kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk,

pasarnya dan tujuan perusahaan.


16

Menurut (Mulyati, Yunita, Satria, Indrayani, & Yusra, 2017) harga jual

dari suatu produk/jasa terdiri dari:

1) Cost of good sold (harga pokok penjualan)


Segala bentuk pengeluaran yang terkait dengan harga pokok dari barang
/jasa tersebut, yang masing-masing bidang usaha berbeda strukturnya.
Secara umum terdiri dari: penggunaan bahan baku (untuk industri),
biaya tenaga kerja langsung (semua bidang usaha), overhead (semua
bidang usaha). Penggunaan persediaan barang jadi (untuk industry dan
dagang). Masing-masing elemen cost ini terpilah-pilah lagi menjadi
elemen yang lebih kecil lagi.
2) Expenses (biaya operasional)
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak bisa dihubungkan dengan
produk/jasa yang dihasilkan. Artinya, pengeluaran-pengeuaran ini tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produk/jasa. Yang dihasilkan.
Misalnya: biaya gaji pegawai tetap, biaya telpon, office supplies, biaya
sewa gedung, biaya asuransi, dan lain sebagainya.
3) Interest (biaya bunga)
Jika modal yang dipergunakan bersumber dari pinjaman (bank institusi
pembiayaan lainnya), maka bunga atas pinjaman tersebut
diperhitungkan dalam struktur harga jual.
4) Tax (pajak)
Pajak yang diperhitungkan dalam hal ini, hanya pajak penghasilan
badan (PPh Badan) dan PPn atas pembelian bahan baku atau lainnya.
Sedangkan retribusi, bea materai, bea masuk (untuk importer), PPn atas
pembelian bahan baku, dan pajak-pajak lainnya sudah termasuk dalam
perhitungan cost dan expense.
5) Profit margin (Laba)
Setiap usaha tentunya dibuat untuk mnghasilkan laba, dan untuk maksud
tersebut perusahaan memasukkan unsur profit margin dalam perhitungan
harga jual atas produk/jasa yang akan diserahkan. Mengenai besaran profit
margin yang di set tentunya tergantung dari goal yang diset.

d. Metode penetapan harga jual

1) Penentuan harga jual normal (Normal Pricing)

Normal pricing seringkali disebut dengan istilah cost plus pricing yaitu

penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas

biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.
17

“Cost Plus adalah biaya tertentu ditambah dengan kenaikan (Markup),

(Kamaruddin, 2014:148)”.

Harga jual berdasarkan cost plus pricing dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Harga Jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan

Pada penetapan harga jual produk terdapat dua pendekatan; full costing

dan variabel costing. Jika pendekatan full costing yang digunakan maka harga jual

produk harus dapat menutup biaya penuh yang merupakan jumlah biaya produksi

dan biaya non produksi, ditambah dengan laba wajar. Untuk dapat menutup biaya

penuh suatu produk atau jasa, penentuan harga jual dalam keadaan normal

memerlukan biaya penuh dan aktiva penuh masa yang akan datang sebagai dasar.

Taksiran biaya penuh:

Biaya bahan baku (BBB) xxx

Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) xxx

Biaya overhead pabrik(variabel+tetap) (BOP) xxx +

Taksiran biaya produksi (TBP) xxx

Biaya administrasi dan umum (ByUM) xxx

Biaya pemasaran (BP) xxx +

Taksiran total biaya komersil (TTBK) xxx +

Taksiran biaya penuh (TBP) xxx

Adapun harga jual dengan pendekatan full costing menggunakan rumus

sebagai berikut:

Harga Jual = Biaya Produksi + Markup


18

Sedangkan jika menggunakan pendekatan variabel costing, harga jual

produk harus dapat menutup taksiran biaya penuh, yang merupakan jumlah biaya

variabel (biaya produksi variabel dan biaya non produksi variabel) dan biaya tetap

(biaya produksi tetap dan biaya non produksi tetap) yang akan dikeluarkan,

ditambah dengan laba wajar. Laba wajar ditentukan sebesar tarif kembalian

investasi yang diharapkan, yang dihitung sebesar persentase tertentu dari aktiva

penuh. Pada prinsipnya rumus penentuan harga jual adalah sebagai berikut:

Harga Jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang

diharapkan

Unsur-unsur taksiran biaya penuh

Biaya variabel:

Biaya bahan baku (BBB) xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel (BOPV) xxx

Taksiran Total Biaya Produksi Variabel (TTBPV) xxx

Biaya Administrasi dan Umum Variabel (ByUMV) xxx

Biaya Pemasaran Variabel (BPV) xxx +

Taksiran Total Biaya Variabel (TTBV) xxx

Biaya Tetap:

Biaya Overhead Pabrik Tetap (BOPT) xxx

Biaya Administrasi dan Umum Tetap(ByUMT) xxx

Biaya Pemasaran Tetap (BPT) xxx +

Taksiran Total Biaya Tetap (TTBT) xxx +

Taksiran Biaya Penuh (TBP) xxx


19

Adapun harga jual dengan pendekatan variabel costing menggunakan

rumus sebagai berikut:

Harga Jual = Biaya Variabel + Markup

2) Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract (Cost-type Contract

Pricing)

Cost-type Contract adalah pembuatan produk dan jasa yang pihak pembeli

setuju membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya

yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang

dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya.

3) Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special Order Pricing)

Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar

pesanan regular perusahaan. Biasanya customer yang melakukan pesanan khusus

ini meminta harga di bawah harga jual normal, bahkan seringkali harga yang

diminta oleh customer berada di bawah biaya penuh, karena biasanya pesanan

khusus mencakup jumlah yang besar.

B. Kerangka Konseptual

Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok

produksi, Toko Roti Global melakukan suatu pendekatan yaitu pendekatan

metode full costing yang merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap.


20

Penentuan harga pokok produksi yang tepat akan mempermudah Toko

Roti Global dalam menetapkan harga jualnya. Adapun kerangka konspetual

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Proses Produksi

Harga Pokok Produksi

Harga Jual

Gambar 1. Kerangka Konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu Harga Pokok Produksi dan

Harga Jual.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu agar mengetahui

atau mendeskripsikan fenomena berdasarkan peristiwa yang diteliti. “Metode

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel

mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri)

tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel

lain, (Sugiyono, 2018)”.

Penelitian ini dilakukan di Toko Roti Global. Adapun Harga pokok dan

Harga Jual di penelitian ini sebagai varibel independen yang diukur dengan

metode full costing bagi harga pokok dan normal pricing dengan pendekatan full

costing bagi harga jual.

Populasi dari penelitian ini adalah data mengenai biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Berdasarkan uraian diatas, maka desain penelitian ini sebagai berikut:


21

Toko Roti Global

Analisis Perhitungan Harga Pokok Dan Harga


Jual Pada Usaha Roti Toko Global di Sudu
Kabupaten Enrekang.

Teknik Pengumpulan data


Wawancara
Dokumentasi
Studi Pustaka
Dokumentasi

Harga Pokok Produksi Harga Jual


BBB+BTKL+BOPT+BOPV=HPP Harga Jual = Biaya Produksi + Markup

Teknik Analisis Data


Mengkategorikan biaya
Menghitung HPP
Menghitung selisih HPP penulis
dengan perusahaan
Menganalisis harga jual
Menarik kesimpulan

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 2. Skema Desain Penelitian


22

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional dalam penelitian ini ialah unsur penelitian yang

terhubung dengan variabel dalam judul penelitian. Adapun definisi opersaional

dalam penelitian ini yaitu analisis perhitungan harga pokok produksi dan harga

jual.

Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi suatu barang. Penulis memilih metode ini karena rata-rata

perusahaan manufaktur memakai metode ini sebagai penentuan harga pokoknya.

Adapun cara untuk menentukan harga pokok produksi menggunakan metode full

costing yaitu sebagai berikut:

Biaya bahan baku (BBB) xxx

Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) xxx

Biaya overhead pabrik tetap (BOPT) xxx

Biaya overhead pabrik variabel (BOPV) xxx +

Harga pokok produksi (HPP) xxx

Harga jual adalah besaran harga yang dibebankan kepada konsumen

barang tersebut. Untuk menentukan variabel harga jual, metode yang digunakan

adalah metode normal pricing dengan pendekatan full costing yang mana

perhitungannya sebagai berikut:

Biaya bahan baku (BBB) xxx

Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) xxx

Biaya overhead pabrik(variabel+tetap) (BOP) xxx +

Taksiran biaya produksi (TBP) xxx


23

Biaya administrasi dan umum (ByUM) xxx

Biaya pemasaran (BP) xxx +

Taksiran total biaya komersil (TTBK) xxx +

Taksiran biaya penuh (TBP) xxx

C. Populasi dan Sampel

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2017:80)”.

Populasi dalam penelitian ini adalah data mengenai biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik untuk tahun 2020.

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut harus betul-betul

representative (mewakili), (Sugiyono, 2018)”. Adapun sampel dari penelitian ini

adalah data mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik untuk tahun 2020.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Wawancara, Teknik wawancara dilakukan dengan mewawancarai

langsung pemilik dari toko roti yang terkait dengan penelitian ini.
24

2. Dokumentasi, pengumpulan data dengan cara mencatat data-data

mengenai biaya bahan baku, biaya overhead pabrik, biaya tenaga kerja

langsung, dan data-data lain yang berkaitan dengan perusahaan.

3. Studi Pustaka, bertujuan untuk menemukan teori-teori yang berhubungan

dengan harga pokok dan harga jual dari sumber buku maupun literatur

yang relevan.

E. Teknik Analisis Data

“Teknik analisis data berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan, (Sugiyono, 2018).”

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis data yang diperoleh dari Toko Roti Global dan

mengalokasikan biaya-biaya dengan tepat kekategori biaya tetap dan

biaya variabel.

2. Melakukan perhitungan harga pokok dengan menghitung bahan baku yang

digunakan, biaya tenaga kerja yang terkait dengan produksi dan kemudian

semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan juga biaya

overhead pabrik dijumlahkan.

3. Menghitung selisih harga pokok produksi antara perusahaan dan peneliti.

Harga pokok produksi ditentukan dengan menggunakan metode full-

costing, dimana biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik dijumlahkan.

4. Menganalisis perhitungan harga jual yang telah ditetapkan perusahaan.

Penetapan harga jual dilakukan dengan cara biaya produksi + laba.


25

5. Menarik kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Toko Roti Global Di Sudu Kabupaten Enrekang adalah usaha yang terkait

dengan pengolahan makanan berbasis tepung terigu yang berdiri pada tanggal 19

Oktober 2011 oleh Bapak Bahar. Bentuk dari usaha ini adalah perseorangan yang

mana dulunya merupakan usaha kecil yang terus berkembang hingga saat ini.

Toko Roti Global adalah perusahaan yang yang memproduksi roti dengan

berbagai macam rasa dan bentuk seperti roti cokelat, keju, pizza mini, sosis, abon,

dan masih banyak varian yang lain. Bahkan saat ini Toko Roti Global sedang

mencoba memasarkan varian roti mereka yang baru yaitu roti tawar.

Saat awal memulai usaha Roti Global alat yang digunakan masih memakai

alat yang sederhana dan karyawannya pun masih dari keluarga sendiri. Tetapi

dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya usaha, Toko Roti Global

mulai memakai mesin yang mana dapat memudahkan dalam pembuatan roti dan

juga karyawannya mulai bertambah. Hingga saat ini Toko Roti Global sudah

memasarkan produknya sampai tiga kabupaten yang mana target pasarnya yaitu

semua kalangan.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Adanya organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan lancar

tidaknya proses perusahaan untuk mencapai tujuannya dikarenakan ini

bersangkutan dengan manajemen perusahaan dimana hal tersebut dapat membawa

perusahaan kearah tujuan yang ingin dicapainya.


27

Organisasi adalah tempat dimana para karyawan ditempatkan sesuai

dengan bagian masing-masing yang telah ditentukan untuk bekerja dan

bertanggung jawab sesuai dengan tugas yang diberikan. Dengan adanya organisasi

yang terstruktur baik dapat menjamin agar rencana manajemen dapat

dilaksanakan.

Oleh karena itu maka pemilik sekaligus manajer produksi Toko Roti

Global membuat struktur organisasi perusahaan yang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Manajer Produksi

Kepala Bagian Keuangan


Kepala Bagian Produksi
Dan Pemasaran

Karyawan Produksi Karyawan Pembungkus Kasir

Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan


3. Tugas dan Tanggung Jawab

a. Manajer Produksi

Tugas dan tanggung jawab manajer produksi adalah sebagai berikut:

1) Melakukan perencanaan jadwal produksi

2) Menentukan standar kualitas produksi

3) Mengawasi proses produksi

4) Menjadi penghubung dengan pembeli, pemasaran, dan staf penjualan

5) Meninjau kinerja pekerja

b. Kepala Bagian Produksi

Tugas dan tanggung jawab kepala bagian produksi adalah sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab atas persiapan dan proses produksi

2) Menjaga kualitas dan kebersihan produk

3) Menjaga mutu peralatan produksi, bahan baku, hingga pengemasan

4) Mengawasi serta mengarahkan setiap bawahannya untuk bekerja sesuai

tugasnya masing-masing

5) Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi agar dapat

mengetahui kekurangan ataupun kesalahan saat produksi sehingga dapat

dilakukan perbaikan saat kegiatan berikutnya

c. Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab kepala bagian keuangan dan pemasaran adalah

sebagai berikut:

1) Menjual produk yang diproduksi

2) Mengenalkan produk kepada pelanggan baru


29

3) Melakukan perencanaan strategi pemasaran dengan memperhatikan tren

pasar

4) Mengikuti perkembangan pasar khususnya pada produk yang sejenis

dengan yang diproduksi

5) Melakukan perencanaan analisis peluang pasar

6) Merencanakan pengembangan jaringan pemasaran

7) Mengetahui keadaan keuangan usahanya

d. Karyawan Produksi

Tugas dan tanggung jawab karyawan produksi adalah sebagai berikut:

1) Memproduksi produk perusahaan dalam hal ini adalah roti

e. Karyawan Pembungkus

Tugas dan tanggung jawab karyawan pembungkus adalah sebagai berikut:

1) Memberi kemasan pada hasil produksi roti yang siap dipasarkan

B. Penyajian Data

Penelitian ini dilakukan pada Toko Roti Global yang berlokasi di Sudu

Kabupaten Enrekang. Data didapatkan dengan cara wawancara dan observasi

langsung di lokasi produksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Biaya Tetap

“Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang muncul tidak tergantung dari

jumlah volume produksi, (Harmono, 2018)”. Pada Toko Roti Global yang

termasuk dalam biaya tetap adalah sebagai berikut:


30

a. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pada Toko Roti Global terdapat total 18 karyawan tetap yang terdiri dari

tiga divisi yaitu divisi produksi, divisi pengemas, dan divisi pengantar. Jumlah

karyawan perdivisi berbeda-beda begitu juga upahnya, untuk rincinya sebagai

berikut:

1) Divisi Produksi

Sesuai namanya, divisi ini bertugas untuk mengolah bahan mentah

menjadi produk jadi yang mana dalam hal ini mengolah bahan baku hingga

menjadi roti yang siap konsumsi. Di divisi ini terdapat 9 orang karyawan dengan

upah Rp2.000.000/karyawan.

2) Divisi Pengemas

Setelah roti diproduksi dan suhunya tidak panas lagi maka akan

dipindahkan dari ruang pendinginan ke ruang pengemasan. Di ruangan ini

karyawan mengemas roti yang siap dipasarkan dan dikemas sesuai dengan rasa

atau varian roti tersebut. Pada divisi ini jumlah karyawannya sebanyak 5 orang

dengan upah Rp1.500.000/karyawan.

3) Divisi Pengantar

Divisi ini bertugas mengantar roti ke berbagai toko yang bekerja sama

dengan perusahaan ini. Untuk saat ini roti hasil produksi Toko Roti Global

dipasarkan hingga tiga kabupaten. Total karyawan divisi ini adalah 4 orang

dengan upah masing-masing sebesar Rp2.000.000/karyawan.


31

b. Biaya Listrik

Untuk menjalankan beberapa mesin membutuhkan listrik seperti mesin

mixer dan mesin pembulat. Untuk biaya listrik, perusahaan mengeluarkan biaya

sebesar Rp1.500.000. Biaya tersebut merupakan total dari biaya listrik gedung

produksi dan juga toko.

c. Biaya Sewa Gedung

Gedung produksi Toko Roti Global terletak di Sudu, Kabupaten Enrekang.

Gedung ini berada tepat di belakang Toko Roti Global. Luas gedung ini 600m 2

dengan lebar 12m dan panjang 50m. Untuk penentuan biaya sewa gedung, penulis

mengasumsikan biayanya dengan melihat beberapa harga sewa yang ada pada

pasar dan mengambil harga sewa Rp540.000/m2 untuk satu tahun. Jadi total biaya

sewa gedung dengan mengambil harga asumsi tersebut sebesar

Rp324.000.000/tahun dan untuk biaya sewa perbulannya sebesar Rp27.000.000.

d. Biaya Penyusutan Mesin

Untuk memproduksi roti, Toko Roti Global menggunakan beberapa jenis

mesin dengan ukuran dan daya tampung yang berbeda-beda. Adapun mesin

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mesin Mixer

Mesin ini berguna untuk mencampur semua bahan adonan untuk membuat

roti. Mesin mixer yang dimiliki perusahaan ada tiga mesin. Mesin ini dibeli pada

tahun 2019 dengan harga Rp30.000.000/mesin. Mesin ini tergolong ke dalam

golongan dua yang mana umur ekonomisnya delapan tahun.


32

Adapun biaya penyusutan untuk tiga mesin mixer yang dihitung dengan

menggunakan metode garis lurus adalah Rp11.250.000/tahun dan

Rp937.500/bulan.

2) Mesin Pembulat (Mesin Cetok)

Mesin ini digunakan untuk membagi adonan menjadi beberapa adonan

yang kecil kemudian menggulungnya menjadi bentuk yang bulat. Mesin pembulat

yang dimiliki perusahaan ada dua mesin. Mesin ini dibeli pada tahun 2019 dengan

harga Rp60.000.000/mesin. Mesin ini tergolong ke dalam golongan dua yang

mana umur ekonomisnya delapan tahun.

Adapun biaya penyusutan untuk dua mesin pembulat yang dihitung

dengan menggunakan metode garis lurus adalah Rp15.000.000/tahun dan

Rp1.250.000/bulan.

3) Mesin Oven

Seperti namanya, mesin ini digunakan untuk adonan roti. Dengan

memanggang adonan roti di dalam oven maka adonan akan matang secara merata

dan sempurna. Mesin oven atau pemanggang yang dimiliki perusahaan ada tiga

mesin. Mesin ini dibeli pada tahun 2019 dengan harga Rp25.000.000/mesin.

Mesin ini tergolong ke dalam golongan dua yang mana umur ekonomisnya

delapan tahun.

Adapun biaya penyusutan untuk tiga mesin oven yang dihitung dengan

menggunakan metode garis lurus adalah Rp9.375.000/tahun dan

Rp781.250/bulan.

e. Biaya Penyusutan Lemari Pengembang


33

Lemari ini digunakan untuk membuat adonan roti menjadi mengembang.

Lemari pengembang adonan yang dimiliki perusahaan ada lima. Lemari ini dibeli

pada tahun 2019 dengan harga Rp1.000.000/lemari. Lemari ini tergolong ke

dalam golongan dua yang mana umur ekonomisnya delapan tahun.

Adapun biaya penyusutan untuk lima lemari pengembang yang dihitung

dengan menggunakan metode garis lurus adalah Rp625.000/tahun dan

Rp52.083/bulan.

f. Biaya Penyusutan Rak Roti

Rak ini digunakan sebagai tempat mendinginkan roti yang telah matang

sebelum dikemas. Rak roti yang dimiliki perusahaan ada sembilan. Rak ini dibeli

pada tahun 2018 dengan harga Rp800.000/rak. Rak ini tergolong ke dalam

golongan dua yang mana umur ekonomisnya delapan tahun.

Adapun biaya penyusutan untuk sembilan rak roti yang dihitung dengan

menggunakan metode garis lurus adalah Rp900.000/tahun dan Rp75.000/bulan.

g. Biaya Penyusutan Meja Produksi

Setelah adonan masuk ke mesin pembulat, maka selanjutnya adonan yang

telah terbagi menjadi beberapa adonan kecil di bawa ke meja ini untuk diberi isian

yang berupa cokelat ataupun keju lalu dibentuk sesuai dengan bentuk yang telah

ditetapkan. Meja produksi yang dimiliki perusahaan ada sepuluh. Meja ini dibeli

pada tahun 2018 dengan harga Rp500.000/meja. Meja ini tergolong ke dalam

golongan dua yang mana umur ekonomisnya delapan tahun.


34

Adapun biaya penyusutan untuk sepuluh meja produksi yang dihitung

dengan menggunakan metode garis lurus adalah Rp625.000/tahun dan

Rp52.083/bulan.

h. Biaya Penyusutan Kendaraan

Terdapat dua kendaraan yang dipakai perusahaan untuk mengantar

produknya ke berbagai tempat penjualannya. Kendaraan tersebut adalah mobil

dengan merk Suzuki Carry 1.5 dengan box. Kendaraan mobil tergolong ke dalam

golongan dua yang mana umur ekonomisnya delapan tahun.

Mobil pertama dibeli pada tahun 2015 dengan harga Rp150.000.000.

Adapun biaya penyusutan untuk mobil ini yang dihitung dengan menggunakan

metode garis lurus adalah Rp18.750.000/tahun dan Rp1.562.500/bulan.

Mobil kedua dibeli pada tahun 2018 dengan harga Rp145.000.000.

Adapun biaya penyusutan untuk mobil ini yang dihitung dengan menggunakan

metode garis lurus adalah Rp18.125.000/tahun dan Rp1.510.416,67/bulan.

2. Biaya Variabel

“Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang secara proporsional

mengikuti volume penjualan, (Harmono, 2018)”. Pada Toko Roti Global yang

termasuk dalam biaya variabel adalah sebagai berikut:

a. Biaya Bahan Baku

Untuk membuat roti, maka diperlukan beberapa bahan yang nantinya akan

dicampur dan dijadikan adonan untuk membuat sebuah roti. Pada Toko Roti
35

Global ada total delapan bahan baku yang digunakan untuk membuat rotinya,

adapun bahan baku tersebut adalah sebagai berikut:

1) Terigu

Terigu merupakan bahan utama yang penting dalam pembuatan adonan

roti. Tepung berfungsi sebagai pembentuk struktur roti sehingga roti dapat

dibentuk sesuai keinginan. Selain itu, tepung juga berfungsi sebagai pengering roti

karena sifatnya dapat menyerap kelembaban bahan-bahan melalui komponen yang

terkandung di dalamnya yang berupa gluten.

Untuk membuat 273.000 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 400 sak

tepung yang mana berat per saknya adalah 25 kg. Adapun untuk membuat sebuah

roti, perusahaan ini membutuhkan 38 gram tepung. Untuk biaya pembelian terigu,

perusahaan membelinya dengan harga Rp175.000/sak yang jika ditotalkan dengan

pembelian 400 sak per bulannya maka total biaya untuk pembelian terigu

sebanyak Rp70.000.000.

2) Gula

Selain memberikan rasa manis, gula juga dapat membuat roti menjadi

empuk. Pemilihan jenis gula juga berperan dalam hasil akhir dari roti yang dibuat,

misalnya jika menggunakan gula halus maka remah roti dapat mudah hancur

sedangkan jika memakai gula kristal maka roti menjadi garing.

Untuk membuat 273.000 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 40 sak

gula yang mana berat per saknya adalah 50 kg. Adapun untuk membuat sebuah

roti, perusahaan ini membutuhkan 8 gram gula. Untuk biaya pembelian gula,

perusahaan membelinya dengan harga Rp585.000/sak yang jika ditotalkan dengan


36

pembelian 40 sak per bulannya maka total biaya untuk pembelian gula sebanyak

Rp23.400.000.

3) Mentega

Mentega membuat roti menjadi tidak terlalu keras. Ini dikarenakan

mentega berfungsi sebagai pengempuk kue karena sifatnya yang melemahkan

gluten yang terdapat pada tepung. Mentega juga dapat menghaluskan tekstur roti

yang dibuat selama proses pemanggangan berlangsung.

Untuk membuat 273.000 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 20 karton

mentega yang mana dalam satu kartonnya terdapat beberapa bungkus mentega

dengan berat 15 kg. Adapun untuk membuat sebuah roti, perusahaan ini

membutuhkan 1 gram mentega. Untuk biaya pembelian mentega, perusahaan

membelinya dengan harga Rp162.000/karton yang jika ditotalkan dengan

pembelian 20 karton per bulannya maka total biaya untuk pembelian mentega

sebanyak Rp3.240.000.

4) Minyak

Minyak dalam pembuatan roti berguna untuk menjaga tekstur roti lebih

lembut dan tidak kering. Terutama jika digunakan pada roti yang berbahan cokelat

karena cokelat cenderung membuat tekstur roti kering.

Untuk membuat 273.000 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 50 karton

minyak yang mana dalam satu kartonnya terdapat beberapa minyak dengan

ukuran 2 liter. Adapun untuk membuat sebuah roti, perusahaan ini membutuhkan

2 ml minyak. Untuk biaya pembelian minyak, perusahaan membelinya dengan


37

harga Rp165.000/karton yang jika ditotalkan dengan pembelian 50 karton per

bulannya maka total biaya untuk pembelian terigu sebanyak Rp8.250.000.

5) Ragi

Ragi berfungsi sebagai pengembang pada adonan roti dan juga sebagai

pengawet yang aman dikonsumsi sehingga waktu simpan roti tahan lama. Selain

itu, ragi juga berfungsi sebagai pembangkit aroma pada roti dan juga

menambahkan sedikit rasa keasaman pada roti yang dibuat.

Untuk membuat 273.000 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 20 karton

ragi yang mana dalam satu kartonnya terdapat 20 bungkus mentega dengan berat

500 gram. Adapun untuk membuat sebuah roti, perusahaan ini membutuhkan 8

gram ragi. Untuk biaya pembelian ragi, perusahaan membelinya dengan harga

Rp530.000/karton yang jika ditotalkan dengan pembelian 20 karton per bulannya

maka total biaya untuk pembelian ragi sebanyak Rp10.600.000.

6) Cokelat

Sebagai salah satu bahan makanan yang populer di masyarakat, tentu

cokelat banyak digemari oleh berbagai kalangan mulai dari muda maupun tua.

Dalam hal ini, cokelat digunakan sebagai isian roti.

Untuk membuat 218.400 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 30 sak

cokelat yang mana berat per saknya adalah 25 kg. Adapun untuk membuat sebuah

roti, perusahaan ini membutuhkan 3 gram cokelat. Untuk biaya pembelian cokelat,

perusahaan membelinya dengan harga Rp355.000/sak yang jika ditotalkan dengan

pembelian 30 sak per bulannya maka total biaya untuk pembelian gula sebanyak

Rp10.650.000.
38

7) Keju

Keju merupakan produk susu olahan. Dari rasanya yang gurih, keju sering

digunakan sebagai tambahan dalam berbagai olahan makanan, misalnya roti. Roti

dengan varian rasa keju merupakan produksi kedua terbesar di Toko Roti Global.

Untuk membuat 54.600 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 10 sak keju

yang mana berat per saknya adalah 25 kg. Adapun untuk membuat sebuah roti,

perusahaan ini membutuhkan 4 gram keju. Untuk biaya pembelian keju,

perusahaan membelinya dengan harga Rp350.000/sak yang jika ditotalkan dengan

pembelian 10 sak per bulannya maka total biaya untuk pembelian keju sebanyak

Rp3.500.000.

8) Telur

Telur juga mempunyai perannya dalam pembentukan struktur roti. Putih

telur sebagai pelembab dan kuning telur berperan sebagai pengempuk roti

dikarenakan mengandung protein dan lemak.

Untuk membuat 273.000 roti, perusahaan membutuhkan sekitar 80 rak

telur yang mana dalam satu rak terdapat 30 butir. Untuk sembilan butir telur dapat

membuat hingga 40 roti. Untuk biaya pembelian telur, perusahaan membelinya

dengan harga Rp40.000/rak yang jika ditotalkan dengan pembelian 80 rak per

bulannya maka total biaya untuk pembelian telur sebanyak Rp3.200.000.

b. Biaya Plastik Pembungkus

Toko Roti Global menggunakan plastik pembungkus yang diatasnya telah

ada tulisan atau brand dari perusahaan. Dalam satu bulan, perusahaan biasanya

membeli 200kg plastik pembungkus yang mana terdapat 1.365 pcs/kg plastik
39

pembungkus. Harga untuk plastik pembungkus tersebut sebesar Rp43.000/kg

yang jika ditotalkan maka biayanya sebesar Rp8.600.000.

c. Biaya Gas

Untuk penggunaan gas, perusahaan memakai gas elpiji 12 kg. Untuk

produksi roti selama satu bulan, perusahaan biasanya mengeluarkan biaya

pembelian gas sebesar Rp2.000.000.

d. Biaya Bahan Bakar

Perlu diketahui bahwa Toko Roti Global mempunyai dua mobil yang

beroperasi untuk mengantar rotinya ke berbagai toko yang ada di tiga kabupaten.

Seiring bertambahnya konsumen dan bertambah luas pula pasar produk roti dari

perusahaan ini, maka biaya untuk bahan bakar mobil (bensin) pasti akan

bertambah juga. Untuk saat ini, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk bahan

bakar mobil (bensin) sebesar Rp2.000.000.

3. Harga Jual

Penentuan harga jual oleh Toko Roti Global tidak menggunakan harga

pokok produksi dalam penentuan harga jualnya tetapi perusahaan mengikuti harga

yang ada pada pasaran. Hal ini dikarenakan sebagian besar produknya dijual ke

beberapa toko yang berkerja sama dengan Toko Roti Global.

Patokan harga pasaran Toko Roti Global berasal dari pasar Makassar yang

merupakan ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan. Harga pasarannya yaitu Rp800
40

per buah dan lalu dijual kembali oleh toko yang telah bekerja sama denga Toko

Roti Global seharga Rp1.000.

C. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelititan ini adalah analisis data

kuantitatif. Analisis data kuantitatif merupakan analisis data yang diukur dalam

skala angka, analisis kuantitatif yang dilakukan oleh penulis adalah dengan

melakukan perhitungan harga pokok produksi.

1. Harga Pokok Produksi

Perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan ini bisa dikatakan

masih sederhana. Biaya yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok

merupakan biaya yang berasal dari jumlah pengadukan tiap harinya. Misalnya hari

ini jumlah pengadukan mencapai 180 kg maka dari situ perusahaan menghitung

berapa jumlah bahan baku yang digunakan.

Dengan mengakumulasi unsur-unsur biaya produksi yang terjadi selama

kegiatan produksi dalam suatu periode mempunyai peranan penting dalam

penetapan harga pokok produksi. Pentingnya penetapan harga pokok produksi

dikarenakan harga pokok produksi merupakan salah satu unsur penentu dalam

pencapaian laba yang diinginkan perusahaan. Tapi pada kenyataannya masih

terdapat kekeliruan dalam mengakumulasi unsur-unsur biaya produksi, hal

tersebut mungkin dikarenakan perusahaan belum terlalu mengerti ketentuan-

ketentuan yang berlaku sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim.

Selama satu hari, perusahaan dapat memproduksi roti sebanyak 10.500

buah. Untuk lebih jelasnya biaya yang dikeluarkan selama produksi dapat
41

dikelompokkan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik. Adapun rincian biaya-biaya yang digunakan selama kegiatan

produksi adalah sebagai berikut:

a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku adalah komponen utama dalam memproduksi suatu produk

yang mana akan diolah dengan bantuan tenaga kerja dan faktor produksi lain

menjadi suatu produk jadi. Adapun daftar harga bahan baku Toko Roti Global

sebagai berikut:

Tabel 1 Biaya Bahan Baku Per Bulan Toko Roti Global


Harga Satuan
No Nama Bahan Kuantitas Jumlah
(Sak, Karton, Rak)

1 Terigu 400 Rp 175.000 Rp 70.000.000

2 Gula 40 Rp 585.000 Rp 23.400.000

3 Mentega 20 Rp 162.000 Rp 3.240.000

4 Minyak 50 Rp 165.000 Rp 8.250.000

5 Ragi 20 Rp 530.000 Rp 10.600.000

6 Cokelat 30 Rp 355.000 Rp 10.650.000

7 Keju 10 Rp 350.000 Rp 3.500.000

8 Telur 80 Rp 40.000 Rp 3.200.000

Total Rp 132.840.000

Sumber : Toko Roti Global


42

Data yang diuraikan diatas adalah data mengenai pemakaian bahan baku

Toko Roti Global selama satu bulan, total biaya pemakaian bahan baku Toko Roti

Global selama satu bulan adalah Rp132.840.000. Dapat dilihat pada tabel diatas

pengklasifikasian biaya bahan baku dari Toko Roti Global sudah benar.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja meliputi gaji atau upah dan macam-macam tunjangan

yang akan dibayarkan kepada karyawan. Pada perusahaan manufaktur, biaya

tenaga kerja harus diklasifikasikan berdasarkan fungsi pokok perusahaan tersebut.

Oleh karena itu untuk tujuan penentuan harga pokok produksi, maka biaya tenaga

kerja digolongkan menjadi dua yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak

langsung. Yang termasuk dalam biaya tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja

yang langsung terlibat langsung dalam kegiatan pengolahan bahan baku menjadi

produk jadi.

Pada saat kegiatan produksi roti hingga pengemasan produk, Toko Roti

Global menggolongkan biaya tenaga kerjanya sesuai dengan divisi-divisinya yang

terbagi menjadi dua yaitu divisi produksi dan divisi pengemasan. Adapun biaya

tenaga kerja per bulan divisi produksi sebesar Rp2.000.000/orang dan untuk biaya

tenaga kerja pengemasan per bulan sebesar Rp1.500.000/orang. Untuk lebih

rincinya dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Bulan Toko Roti Global
No Divisi Upah Jumlah Karyawan Jumlah

1 Produksi Rp 2.000.000 9 Rp 18.000.000


43

2 Pengemas Rp 1.500.000 5 Rp 7.500.000

Total Rp 25.500.000

Sumber : Toko Roti Global


Data yang diuraikan diatas adalah data mengenai biaya tenaga kerja

langsung yang dikeluarkan Toko Roti Global selama sebulan yang totalnya

Rp25.500.000.

c. Biaya Overhead Pabrik

Selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung elemen lain dari

biaya produksi merupakan biaya overhead pabrik yang terdiri dari berbagai

macam biaya yang tidak tergolong ke dalam biaya bahan baku maupun biaya

tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik Toko Roti Global ditentukan

berdasarkan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode

produksi.

Adapun rincian biaya overhead pabrik Toko Roti Global yang sudah

ditentukan berdasarkan pemakaian biaya overhead pabrik untuk memproduksi roti

adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Biaya Overhead Pabrik Per Bulan Toko Roti Global


No Keterangan Jumlah

1 Plastik Rp 8.600.000

2 Gas Rp 2.000.000

3 Listrik Gedung Produksi Rp 1.250.000

4 Listrik Toko Rp 250.000

5 Sewa Gedung Rp 27.000.000


44

6 Penyusutan Mesin Rp 2.968.750

7 Penyusutan Lemari Pengembang Rp 52.083

8 Penyusutan Rak Roti Rp 75.000

9 Penyusutan Meja Produksi Rp 52.083

10 Biaya Administrasi Rp 8.000.000

Total Rp 50.247.917

Sumber : Data Diolah Per Bulan

1) Biaya Penyusutan Mesin Mixer

Toko Roti Global mempunyai tiga mesin mixer yang dibeli pada tahun

2019 dengan harga Rp30.000.000.

Rp30.000.000 x 3 = Rp90.000.000

Harga Perolehan Rp 90.000.000


= =Rp 11.250 .000/tahun
Umur Ekonomis 8

Rp 11.250 .000
=Rp 937.500/ bulan
12

2) Biaya Penyusutan Mesin Pembulat (Mesin Cetok)

Toko Roti Global mempunyai dua mesin pembulat yang dibeli pada tahun

2019 dengan harga Rp60.000.000.

Rp60.000.000 x 2 = Rp120.000.000

Harga Perolehan Rp120.000 .000


= =Rp 15.000.000 /tahun
Umur Ekonomis 8

Rp 15.000 .000
=Rp1.250 .000 /bulan
12

3) Biaya Penyusutan Mesin Oven


45

Toko Roti Global mempunyai tiga mesin oven yang dibeli pada tahun

2019 dengan harga Rp25.000.000.

Rp25.000.000 x 3 = Rp75.000.000

Harga Perolehan Rp75.000 .000


= =Rp 9.375 .000/tahun
Umur Ekonomis 8

Rp 9.375 .000
=Rp 781.250/bulan
12

4) Biaya Penyusutan Lemari Pengembang

Toko Roti Global mempunyai lima lemari pengembang yang dibeli pada

tahun 2019 dengan harga Rp1.000.000.

Rp1.000.000 x 5 = Rp5.000.000

Harga Perolehan Rp5.000 .000


= =Rp 625.000/tahun
Umur Ekonomis 8

Rp 625.000
=Rp 52.083/bulan
12

5) Biaya Penyusutan Rak Roti

Toko Roti Global mempunyai sembilan rak roti yang dibeli pada tahun

2019 dengan harga Rp800.000.

Rp800.000 x 9 = Rp7.200.000

Harga Perolehan Rp7.200 .000


= =Rp 900.000/tahun
Umur Ekonomis 8

Rp 900.000
=Rp 75.000/bulan
12

6) Biaya Penyusutan Meja Produksi


46

Toko Roti Global mempunyai sepuluh meja produksi yang dibeli pada

tahun 2019 dengan harga Rp500.000.

Rp500.000 x 10 = Rp5.000.000

Harga Perolehan Rp5.000 .000


= =Rp 625.000/tahun
Umur Ekonomis 8

Rp 625.000
=Rp 52.083/bulan
12

Dari rincian data diatas dapat dilihat bahwa besarnya biaya overhead

pabrik pada satu bulan yang diperlukan untuk memproduksi roti sebanyak

273.000 buah sebesar Rp 50.247.917.

Adapun harga pokok produksi Toko Roti Global sebagai berikut:

Tabel 4 Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Bulan Toko Roti Global
No Jenis Biaya Total Biaya

1 Biaya Bahan Baku Rp 132.840.000

2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 25.500.000

3 Biaya Overhead Pabrik Rp 50.247.917

Total Rp 208.587.917

Sumber : Data Diolah Per Bulan


Dalam menghitung harga pokok produksi, Toko Roti Global

menghitungnya dengan cara menambah total biaya dalam satu bulan dibagi

dengan jumlah produk yang dihasilkan. Untuk perhitungan harga produksi, Toko

Roti Global tidak menambahkan biaya penyusutan mesin dan peralatan. Dengan

demikian perhitungan harga pokok produksinya adalah:

Rincian perhitungan harga pokok produksi menurut Toko Roti Global


Biaya Bahan Baku Rp 132.840.000
47

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 33.500.000


Biaya Overhead Pabrik:
- Plastik Rp 8.600.000
- Gas Rp 2.000.000
- Listrik Gedung Produksi Rp 1.250.000
- Listrik Toko Rp 250.000
- Sewa Gedung Rp 27.000.000
Rp 205.440.000
Total Biaya Produksi
Harga Pokok Produksi =
Total Produksi
Rp 205.440 .000
=
273.000
= Rp 753

Dari uraian data diatas menunjukkan bahwa total biaya produksi pada

Toko Roti Global yang dibebankan setiap bulan produksi sebesar Rp205.440.000

dengan jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 273.000 buah, dan harga pokok

produksi per buah sebesar Rp753.

Rincian perhitungan harga pokok produksi menurut penulis

Biaya Bahan Baku Rp 132.840.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 33.500.000
Biaya Overhead Pabrik:
- Plastik Rp 8.600.000
- Gas Rp 2.000.000
- Listrik Gedung Produksi Rp 1.250.000
- Listrik Toko Rp 250.000
- Sewa Gedung Rp 27.000.000
- Penyusutan Mesin Rp 2.968.750
- Penyusutan Lemari Pengembang Rp 52.083
48

- Penyusutan Rak Roti Rp 75.000


- Penyusutan Meja Produksi Rp 52.083
Rp 208.587.917
Total Biaya Produksi
Harga Pokok Produksi =
Total Produksi
Rp 208.587 .917
=
273.000
= Rp 764

Dari uraian data diatas menunjukkan bahwa total biaya produksi pada

Toko Roti Global yang dibebankan setiap bulan produksi sebesar Rp208.587.917

dengan jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 273.000 buah, dan harga pokok

produksi per buah sebesar Rp764.

Penetapan harga pokok produksi Toko Roti Global dilakukan dengan

perhitungan unsur-unsur biaya produksi yang terjadi setiap bulannya. Dalam

perhitungan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sudah dilakukan

dengan benar, namun untuk perhitungan biaya overhead pabrik masih kurang

tepat karena belum memasukkan beberapa unsur biaya overhead pabrik ke

perhitungan, seperti biaya penyusutan mesin dan penyusutan peralatan.

Oleh karena itu jumlah harga pokok produksi yang disajikan penulis lebih

besar dari jumlah harga pokok produksi yang dihitung menurut perusahaan.

Adapun perbandingannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


49

Tabel 5 Perbandingan Harga Pokok Menurut Perusahaan Dan Penulis


HPP Menurut Perusahaan HPP Menurut Penulis

Biaya Bahan Rp 132.840.000 Biaya Bahan Rp 132.840.000

Baku Baku

Biaya Tenaga Rp 25.500.000 Biaya Tenaga Rp 25.500.000

Kerja Langsung Kerja Langsung

Biaya Overhead Pabrik: Biaya Overhead Pabrik:

Plastik Rp 8.600.000 Plastik Rp 8.600.000

Gas Rp 2.000.000 Gas Rp 2.000.000

Listrik Gedung Rp 1.250.000 Listrik Gedung Rp 1.250.000

Produksi Produksi

Listrik Toko Rp 250.000 Listrik Toko Rp 250.000

Sewa Gedung Rp 27.000.000 Sewa Gedung Rp 27.000.000

Rp 205.440.000 Peny. Mesin Rp 2.968.750

Peny. Lemari Rp 52.083

Pengembang

Peny. Rak Roti Rp 75.000

Peny. Meja Rp 52.083


50

Produksi

Rp 208.587.917

Total Biaya Produksi Total Biaya Produksi


= =
Total Produksi Total Produksi

Rp 205.440 .000 Rp 208.587 .917


= =
273.000 273.000

= Rp 753 = Rp 764

Sumber : Data Diolah Per Bulan


Setelah penulis melakukan pengklasifikasian dan analisis terhadap biaya-

biaya produksi dan menghitung kembali harga pokok produksi sesuai dengan teori

akuntansi terdapat selisih antara perhitungan harga pokok produksi yang

dilakukan perusahaan dengan perhitungan yang dilakukan penulis. Pada

perhitungan HPP penulis, terdapat biaya penyusutan mesin dan penyusutan

peralatan, sedangkan pada perhitungan HPP perusahaan tidak memasukkan akun

tersebut.

Hasil perhitungan total biaya produksi dari perusahaan sebesar

Rp205.440.000 dengan harga pokok produksi sebesar Rp753. Sedangkan

perhitungan total biaya produksi menurut penulis sebesar Rp208.587.917 dengan

harga pokok produksi sebesar Rp764. Maka selisih harga pokok produksi antara

perusahaan dengan penulis sebesar Rp3.147.917, dimana harga pokok produksi

per buahnya sebesar Rp12.

Perhitungan yang dilakukan perusahaan dapat dibenarkan walaupun

perhitungannya tidak sesuai teori akuntansi karena perusahaan tidak mengalami

kerugian akibat penetuan harga pokok produksi yang kurang tepat. Semakin kecil

biaya produksi maka semakin besar laba yang akan didapat perusahaan.
51

2. Analisis Break Even Point

“Titik impas atau Break even point merupakan tingkat aktivitas di mana

suatu organisasi tidak mendapat laba dan juga tidak menderita rugi, (Harmono,

2018)”. Berikut adalah tabel klasifikasi pembagian biaya tetap dan biaya variabel

pada Toko Roti Global yang terdiri dari, sebagai berikut:

Tabel 6 Klasifikasi Pembagian Biaya Tetap dan Biaya Variabel


Keterangan Jumlah
Biaya Tetap:
1. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 33.500.000
2. Biaya Listrik Gedung Produksi Rp 1.250.000
3. Biaya Listrik Toko Rp 250.000
4. Biaya Sewa Gedung Rp 27.000.000
5. Biaya Penyusutan Mesin Rp 2.968.750
6. Biaya Penyusutan Lemari Pengembang Rp 52.083
7. Biaya Penyusutan Rak Roti Rp 75.000
8. Biaya Penyusutan Meja Produksi Rp 52.083
Total Biaya Tetap Rp 65.147.916
Biaya Variabel:
1. Biaya Bahan Baku Rp 132.840.000
2. Biaya Plastik Rp 8.600.000
3. Biaya Gas Rp 2.000.000
4. Biaya Bahan Bakar Rp 2.000.000
Total Biaya Variabel Rp 145.440.000
Sumber : Data Diolah Per Bulan
52

Dari uraian data di atas dapat diketahui bahwa total dari biaya tetap Toko

Roti Global selama satu bulan sebesar Rp65.147.916, sedangkan untuk total biaya

variabelnya selama satu bulan sebesar Rp145.440.000.

Untuk dapat menghitung titik impasnya atau break even point digunakan

rumus sebagai berikut:

a. Break Even Point Unit

Rumus ini digunakan untuk mencari berapa total unit yang harus

diproduksi untuk mencapai titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut:

Biaya Tetap
BEP=
Harga Jual−Biaya Variabel PerUnit

65.147 .916
BEP=
800−525

65.147 .916
B EP=
275

BE P=237.265 Roti

Perhitungan diatas menunjukkan bahwa untuk mencapai titik impas atau

break even point, perusahaan harus memproduksi 237.265 Roti.

b. Break Even Point Penjualan

Rumus ini digunakan untuk mencari berapa total penjualan produk yang

harus dijual untuk mencapai titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut:

Biaya Tetap
BEP=
Biaya Variabel PerUnit
1−
Harga Jual

65.147 .916
BEP=
525
1−
800
53

65.147 .916
BEP=
1−0,66

65.147 .916
BEP=
0,35

BEP=Rp186.136 .903

Perhitungan diatas menunjukkan bahwa untuk mencapai titik impas atau

break even point, perusahaan harus memperoleh penjualan sebesar

Rp186.136.903.

3. Harga Jual

a. Penentuan Harga Jual Berdasarkan Harga Pokok Produksi

Penetuan harga jual normal (normal pricing) disebut juga dengan cost plus

pricing yaitu pentuan harga jual dengan menambahkan laba yang diharapkan ke

dalam biaya produksi. Total biaya produksi dibawah ini telah ditambahkan

dengan biaya komunikasi dan juga pajak pendapatan.

Rincian perhitungan harga jual menurut penulis berdasarkan HPP

Harga Jual = Modal (Biaya Produksi) + Laba Yang Diharapkan

= Rp 224.101.917 + 20% (Misal Laba Yang Diharapkan)

= Rp 268.922.300

Rp 268.922 .300
Harga Jual Per Buah =
273.000

= Rp 985
54

Dari uraian data diatas menunjukkan bahwa total harga jual Toko Roti

Global jika menambahkan persentase laba pada total biaya produksinya sebesar

Rp268.922.300 dengan harga jual per buah sebesar Rp985.

Dalam penentuan harga jual produknya, perusahaan tidak menerapkan

teori akuntansi yang mana perusahaan tidak memperhitungkan atau menambah

persentase laba yang diharapkan. Harga jual yang diterapkan Toko Roti Global

ada dua yaitu jika langsung dijual kepada konsumen maka harga jualnya sebesar

Rp1.000 tetapi jika dijual kepada toko-toko yang mempunyai hubungan

partnership maka harga jualnya sebesar Rp800 yang mana toko tersebut akan

menjual kembali kepada konsumen dengan harga Rp1.000. Total rata-rata

penjualan perusahaan selama satu bulan yaitu sebesar Rp218.400.000 dari jumlah

roti yang diproduksi sebesar 273.000 buah.

Hasil dari perhitungan harga pokok produksi perusahaan sebesar Rp753

per buah dan harga pokok produksi menurut penulis sebesar Rp764 per buah

sedangkan harga jual yang di pasaran sebesar Rp800 per buah. Dapat dilihat

bahwa selisih antara harga pokok produksi dan harga jual tidak terlalu besar yang

mana harga pokoknya lebih kecil dari pada harga jualnya sehingga kondisi

perusahaan dapat dikatakan tidak mengalami kerugian. Apabila harga pokok

produksinya lebih besar dari pada harga jual yang ada pada pasaran maka

perusahaan akan mengalami kerugian yang akan berdampak buruk pada

perkembangan perusahaan nantinya atau yang lebih buruk perusahaan dapat

collapse.
55

Dengan demikian perusahaan harus lebih berhati-hati dalam menentukan

harga jual produknya karena hal ini sangat berpengaruh terhadap laba yang akan

diperoleh perusahaan walaupun untuk saat ini harga pasar dapat dikatakan

memberi keuntungan yang lumayan besar terhadap perusahaan. Oleh karena itu,

penulis melakukan perhitungan ulang terhadap harga jual perusahaan dengan

mengaplikasikan teori akuntansi yang rincian perhitungannya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 7 Perbandingan Harga Jual Menurut Perusahaan Dan Penulis


Harga Jual Menurut Perusahaan Harga Jual Menurut Penulis

Harga jual yang dipakai perusahaan Rumus

yaitu harga jual yang ada pada pasar = biaya produksi + laba

sebesar Rp 800 = Rp 224.101.917 + 20%

= Rp 268.922.300

Harga jual per buah:

Rp 268.922 .300
=
273.000

= Rp 985

Sumber : Data Diolah Per Bulan


Dari hasil perhitungan harga jual menurut perusahaan dan harga jual

menurut penulis terdapat perbedaan dikarenakan perusahaan tidak menentukan


56

harga jualnya berdasarkan harga pokok produksi melainkan hanya mengikuti

harga yang ada pada pasar. Sedangkan penulis menghitung harga jual berdasarkan

teori yang berlaku yaitu total biaya produksi ditambah laba yang diinginkan.

b. Penentuan Harga Jual Berdasarkan Break Even Point

Salah satu penyebab seorang pebisnis mengalami kegagalan saat membuat

suatu bisnis adalah karena kurang tepatnya pengusaha tersebut dalam menentukan

harga jualnya yang kadang terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Tetapi hal

tersebut dapat dihindari jika pebisnis tersebut dapat menghitung titik impas dari

produk yang diproduksinya. Dengan memakai titik impas sebagai dasar

menentukan harga jualnya, maka harga dari produk tersebut tidak akan terlalu

rendah maupun tinggi. Berikut adalah rincian perhitungan harga jual jika

berdasarkan dengan titik impas atau BEP:

Rincian perhitungan harga jual menurut penulis berdasarkan BEP

Harga Jual = BEP Penjualan + Laba Yang Diharapkan

= Rp 186.136.903 + 20% (Misal Laba Yang Diharapkan)

= Rp 223.364.284

Rp 223.364 .284
Harga Jual Per Buah =
273.000

= Rp 818
Dari uraian data diatas menunjukkan bahwa total harga jual Toko Roti

Global jika menambahkan persentase laba pada BEP penjualan sebesar

Rp223.364.284 dengan harga jual per buah sebesar Rp818.

Dengan membandingkan kedua harga jual diatas baik dengan berdasarkan

HPP maupun berdasarkan BEP terdapat selisih sebesar Rp167 per buahnya.
57

Walaupun terdapat selisih akan tetapi kedua cara diatas sudah mengikuti teori

akuntansi. Maka dari itu disinilah peran manajer dalam menentukan cara harga

jual sangat dibutuhkan karena dengan menentukan harga jual yang tepat maka

produk yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat bersaing dipasaran.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Harga pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

pembuatan suatu produk hingga produk tersebut siap dijual. Perhitungan harga

pokok produksi yang dilakukan perusahaan masih sederhana dan belum merinci

seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Adapun biaya-biaya yang

diakui perusahaan dalam perhitungannya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Perusahaan tidak menhgitung biaya

overhead pabrik secara lengkap, seperti biaya penyusutan mesin dan biaya

penyusutan peralatan tidak diakui oleh perusahaan pada saat menghitung harga

pokok produksi.

Terdapat perbedaan perhitungan harga pokok produksi menurut

perusahaan dengan harga pokok produksi menurut penulis. Menurut perhitungan

perusahaan total biaya produksinya sebesar Rp205.440.000, dengan harga pokok

produksi per buah sebesar Rp753. Sedangkan harga pokok produksi menurut

penulis sebesar Rp208.587.917, dengan harga pokok produksi per buah sebesar

Rp764.

Perhitungan harga pokok produksi menurut penulis lebih besar

dibandingkan dengan harga pokok menurut perusahaan karena penulis

menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Hal ini dapat
58

membantu perusahaan mengetahui biaya yang sebenarnya sehingga perusahaan

dapat dengan mudah menentukan harga jual dan mengetahui besarnya laba yang

didapat perusahaan.

Setelah harga pokok produksi ditentukan maka perusahaan dapat

menentukan harga jual produknya dengan tepat. Harga jual merupakan total biaya

produksi yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk ditambah dengan

persentase laba yang diinginkan perusahaan tersebut. Perusahaan menentukan

harga jual produknya berdasarkan harga yang ada pada pasar. Sedangkan penulis

menghitung harga jual berdasarkan teori yang berlaku yaitu total biaya produksi

ditambah persentase laba yang diinginkan.

Dikarenakan metode penetapan yang berbeda, harga jual menurut

perusahaan dan harga jual menurut penulis terdapat sedikit perbedaan. Harga jual

menurut perusahaan berdasar dari harga yang ada pasaran yaitu sebesar Rp800 per

buah. Sedangkan harga jual menurut penulis berdasar dari teori akuntansi dimana

total dari biaya produksi perusahaan ditambah dengan persentase laba yang

diinginkan perusahaan. Setelah menghitung harga jual dengan menggunakan teori

akuntansi yang berlaku, penulis mendapat harga jual roti sebesar Rp985 per buah.

Perhitungan harga jual menurut penulis lebih tinggi dari harga jual yang

ada pada pasar. Walaupun selisih nilai dari harga jual menurut penulis dan

menurut perusahaan dapat dikatakan kecil tetapi hal ini dapat mengakibatkan

perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi dari sebelumnya.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan proses perhitungan harga pokok produksi yang perusahaan

lakukan, perusahaan menggunakan metode full costing walaupun belum

sepenuhnya digunakan untuk menghitung harga pokok produksi guna

penentuan harga jual. Jadi dalam penentuan harga pokok produksi dan

harga jual belum menerapkan teori akuntansi yang biasanya digunakan.

2. Dalam perhitungan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,

perusahaan sudah melakukannya secara tepat. Tetapi pada biaya overhead

pabrik masih kurang tepat karena masih belum memasukkan beberapa

unsur kedalam perhitungannya. Unsur yang dimaksud adalah biaya

penyusutan mesin dan biaya penyusutan peralatan.

3. Dalam menentukan harga jual produknya, perusahaan hanya melihat harga

yang ada pada pasar walaupun untuk harga yang ada pada pasar saat ini

masih menguntungkan bagi perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran yang

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perusahaan sebagai berikut:

1. Kepada Toko Roti Global disarankan untuk melakukan perhitungan

harga pokok produksi dengan metode full costing yang sesuai dengan

teori akuntansi sehingga memudahkan pihak perusahaan dalam


60

menetapkan harga pokok produksi dan juga sebagai dasar penentuan

harga jual.

2. Untuk penentuan harga jual produk, perusahaan sebaiknya

mempertimbangkan harga pokok produksi sebagai acuan dasar dalam

penentuan harga jual dengan cara menambah persentase laba yang

diinginkan kedalam total biaya produksi. Dengan informasi tersebut

maka perusahaan dapat mengambil keputusan yang wajar jika sewaktu-

waktu harga yang ada pada pasar menurun.

3. Untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat pada saat menentukan

harga jual sebaiknya memasukkan beberapa unsur, seperti biaya

komunikasi dan pajak pendapatan.

4.
61

DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2011). Peran Harga Sebagai Indikator Kualitas Jasa Persepsi dan
Pengaruh Terhadap Kemungkinan Membeli Konsumen. Vol.2, No.2, 101-
120.

Bastian, B., & Nurlela. (2007:48). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daljono. (2009:35). Akuntansi Biaya (3 ed.). Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro.

Dewi, S. P., Kristanto, S. B., & Dermawan, E. S. (2015). Akuntansi Biaya (2 ed.).
Bogor: In Media.

Harmono. (2018). Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta:


Bumi Aksara.

Indrayati. (2017). Akuntansi Manajemen. Malang: Media Nusa Creative.


Kamaruddin, A. (2014:148). Akuntansi Manajemen:Dasar-dasar Konsep Biaya
dan Pengambilan Keputusan, Edisi revisi (9 ed.). Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyadi. (2008:145). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. (2010). Akuntansi Biaya, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mulyadi. (2010:17). Akuntansi Biaya (5 ed.). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mulyadi. (2014:16). Akuntansi Biaya (5 ed.). Yogyakarta: Universitas Gajah


Mada.

Mulyadi. (2016). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyati, S., Yunita, N. A., Satria, D. I., Indrayani, & Yusra, M. (2017). Akuntansi
Biaya. Aceh: Sefa Bumi Persada.

Mursyidi. (2008:14). Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditama.

Sampurno, W., & Meilani, Y. (2009:10). Akuntansi Biaya. Bandung: Politeknik


Telkom.

Samryn, L. (2015). Pengantar Akuntansi: Buku 2 Metode Akuntansi untuk Elemen


Laporan Keuangan Diperkaya dengan Perspektif IFRS & Perbankan (1
ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
62

Sodikin, S. S. (2015:164). Akuntansi Managemen Sebuah Pengantar (5 ed.).


Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.

Sugiyono. (2017:80). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:


CV Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Sujawerni, V. W. (2015:87). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sukrisno, & Trisnawati. (2017). Akuntansi Perpajakan (3 ed.). Jakarta: Salemba


Empat.

Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.


Yogyakarta: Andi Offset.
63

LAMPIRAN
64

Lampiran 1 Usulan Judul

Usulan Judul
65

Lampiran 2 Surat Keputusan Tentang Penugasan Dosen Pembimbing

Surat Keputusan Tentang Penugasan Dosen Pembimbing


66

Lampiran 3 Undangan Seminar Proposal

Undangan Seminar Proposal


67

Lampiran 4 Surat Pengantar Melakukan Penelitian

Surat Pengantar Melakukan Penelitian


67

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
68

Lampiran 6 Data Mentah

Nama Bahan Quantity Harga Satuan Jumlah


Terigu 400 Rp 175,000 Rp 70,000,000
Gula 40 Rp 585,000 Rp 23,400,000
Mentega 20 Rp 162,000 Rp 3,240,000
Minyak 50 Rp 165,000 Rp 8,250,000
Ragi 20 Rp 530,000 Rp 10,600,000
Coklat 30 Rp 355,000 Rp 10,650,000
Keju 10 Rp 350,000 Rp 3,500,000
Telur 80 Rp 40,000 Rp 3,200,000
Plastik kemasan 200 Rp 43,000 Rp 8,600,000
Gas - Rp 2,000,000 Rp 2,000,000
Listrik (gedung & toko) - Rp 1,500,000 Rp 1,500,000
Bahan bakar - Rp 2,000,000 Rp 2,000,000
Sewa gedung - Rp 27,000,000 Rp 27,000,000
Mixer 3 Rp 30,000,000 Rp 90,000,000
Pembulat (cetok) 2 Rp 60,000,000 Rp 120,000,000
Oven 3 Rp 25,000,000 Rp 75,000,000
Lemari pengembang 5 Rp 1,000,000 Rp 5,000,000
Rak roti 9 Rp 800,000 Rp 7,200,000
Meja produksi 10 Rp 500,000 Rp 5,000,000
Mobil 2015 1 Rp 150,000,000 Rp 150,000,000
Mobil 2018 1 Rp 145,000,000 Rp 145,000,000
Produksi 9 Rp 2,000,000 Rp 18,000,000
Pengemas 5 Rp 1,500,000 Rp 7,500,000
Pengantar (kurir) 4 Rp 2,000,000 Rp 8,000,000
Data Mentah

Roti dihasilkan per bulan 273.000

Harga jual Rp800 (mengikuti harga pasar)


69

Lampiran 7 Dokumentasi Lapangan


Dokumentasi Lapangan
70
71
72
73
74
75

RIWAYAT HIDUP
FARIED MUHAMMAD TAMSIL. Lahir di Ujung

Pandang, 01 Juli 1998 sebagai anak pertama dari tiga

bersaudara. Putra dari pasangan Tamsil dan Rosmiati.

Peneliti memasuki jenjang pendidikan 2004 di SDN 12

Enrekang dan SDN 41 Enrekang lalu tamat pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama, peneliti melanjutkan pendidikan di SMPS Rahmatul Asri

dan tamat pada tahun 2013. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di SMAN

2 Enrekang (dulunya SMAN 1 Enrekang) dengan mengambil jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016, peneliti

terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Makassar dengan lulus jalur SBMPTN. Pada tahun 2020

peneliti mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Anreapi,

Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat dan

ditunjuk sebagai Koordinator Desa.

Peneliti dapat dihubungi melalui: arhyfaried@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai