PENDAHULUAN
dalam dua fungsi utama yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur
(regulered). Dalam fungsi anggaran (budgetair) , pajak merupakan salah satu sumber
pembangunan. Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik
pribadi maupun badan dari pendapatan atau penghasilannya kepada pemerintah yang
Di Negara ini juga terdapat begitu banyak jenis pajak yang tentu saja hal ini
dapat menambah pendapatan Negara dan dengan begitu banyak jenis pajak yang ada di
Indonesia , salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai yang merupakan salah satu
pajak yang menyumbangkan pendapatan Negara yang bisa dikatakan besar bagi Negara.
Dengan adanya prinsip Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya sebagai pajak
konsumsi dalam Daerah Pabean Negara kesatuan Republik Indonesia, Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan barang dan jasa. Namun
mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap barang dan jasa tertentu. Hal tersebut
perusahaan sebagai Wajib Pajak sudah memenuhi syarat Subjek dan Objek Pajak
1
Pertambahan Nilai yang sudah berada cukup lama beroperasi di Indonesia dengan
kegiatannya sebagai distributor kabel metal. Selain itu penulis memilih perusahaan ini
Dengan latar belakang masalah diatas, penulis ingin melakukan penelitian lebih
terhadap laporan keuangan perusahaan dan laporan keuangan pajak. Data yang ingin
digunakan dalam penelitian dan sebagai dasar analisis adalah laporan keuangan
perusahaan selama 3 periode yaitu dari tahun 2009, 2010 dan 2011 yang diperoleh dari
dibidang distributor kabel, alumunium dan kawat tembaga dan bahan kabel lainnya.
laporan keuangan dan data-data yang berhubungan dengan perpajakan. masalah yang
akan dibahas pada proposal ini menitikberatkan pada perhitungan, pelaporan dan
pemungutan PPN pada PT Jaya Sukses Makmur pembahasan dalam skripsi ini dibatasi
pada:
2
1. Prosedur Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai
telah sesuai atau belum yang mengacu berdasarkan pada Undang-Undang No18
3. Tata cara pelaporan dan pencatatan pajak terutang PT Jaya Sukses Makmur dan
analisis SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk masa pajak dan pelaporannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan dan pemungutan pajak PPN yang
3. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengisian SPT masa PPN terutama pada
perpajakan perusahaan.
Manfaat penelitian :
lebih luas mengenai SPT masa PPN serta cara pengisian dan pelaporannya.
3
I.4 Metodologi Penelitian
Metodelogi penelitian yang digunakan dalam Penulisan Proposal Skripsi ini adalah:
penulisan proposal skripsi ini. Bahan-bahan tersebut antara lain berupa buku-
keuangan,SPT masa PPN, bukti setor dan data-data lain nya yang diperoleh
langsung dari PT Jaya Sukses Makmur. Data yang diperoleh dari PT Jaya Sukses
Makmur ini merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber nya
langsung terhadap suatu objek. Laporan keuangan yang diteliti adalah laporan
Observasi
memperoleh data yang lebih akrual dan lebih mengetahui mengenai system dari
Wawancara
4
Dokumentasi
dokumen yang diperlukan , data –data yang berkaitan dengan system perpajakan
Perhitungan Kembali
Nilai yang berlaku dan memberikan saran kepada perusahaan apabila penerapan
BAB I : PENDAHULUAN
Pertambahan Nilai.
5
Bab ini akan menguraikan mengenai gambaran umum
BAB IV : PEMBAHASAN
Tahun 2009, 2010 dan 2011 pada PT Jaya Sukses Makmur yang
6
BAB II
LANDASAN TEORI
“Pajak adalah Kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
“Pajak ialah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa
Menurut Prof.Dr.P.J.A.adriani
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
pemerintah).
a. Fungsi Budgetair/Finansial
Fungsi pajak sebagai Budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber dari
Fungsi pajak sebagai Regularend, artinya pajak digunakan sebagai alat untuk
mengatur baik masyarakat baik dibidang ekonomi, social, maupun politik dengan
tujuan tertentu.
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
pemungutnya.
A. Menurut Golongan
1. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dilimpahkan atau dibebanlan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pajak yang dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
B. Menurut Sifat
1. Pajak Subjektif
Adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan wajib pajak. Dalam hal ini
penentuan besarnya pajak harus ada alas an-alasan objektif yang berhubungan
Contoh : PPh
2. Pajak Objektif
9
Adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan
Adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, pajak pusat merupakan
2. Pajak Daerah
Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak daerah merupakan
PBB, Iuran Kebersihan, Retribusi terminal, Retribusi parker dan Retribusi galian
pasir.
Suatu system pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau
pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus (dalam hal ini wajib
yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang
10
bersangkutan, dimana dengan system ini wajib pajak harus aktif untuk
Suatu cara pemungutan pajak dimana penghitungan besarnya pajak terutang oleh
adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang diukenakan secara
Menurut Waluyo (2009) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah merupakan Pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di
kemudian diubah menjadi UU Nomor 11 tahun 1994, dan yang terakhir diubah lagi
dengan UU Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Aturan pelaksanaan terakhir di atur pada UU
barang/jasa kena pajak di daerah pabean yang dilakukan oleh pabrikan, penyalur utama
11
atau agen utama, importer, pemegang hak paten/merek dagang dari barang/jasa kena
pajak tersebut.
Atau Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dikenakan atas konsumsi barang atau
jasa di dalam daerah pabean oleh orang pribadi atau oleh badan.
PPN menurut Wiston Manihuruk dalam buku PPN Pokok pokok Perubahan
Sesuai UU No.42 tahun 2009 mengatakan bahwa “ Pajak Pertambahan Nilai adalah
Pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat
yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku
PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, dimana pajak tersebut disetor oleh
pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung
Pajak merupakan bukti pungutan PPN dimana Faktur Pajak bagi Penjual
merupakan bukti Pajak Keluaran dan Faktur Pajak bagi Pembeli merupakan
12
“Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa
Kena Pajak.”
Secara umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terdiri dari dua komponen yaitu
dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak
Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau Impor Barang Kena Pajak .
Kena Pajak, penyerahaan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak
Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa
Kena Pajak.
Atau dapat disimpulkan atau diambil secara garis besar nya bahwa Pajak
Masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau
13
II.2.4 Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai
pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke Kas
Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak ini secara nyata
berkedudukan sebagai pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena
Pajak.
yaitu pihak yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang menjadi
objek pajak.
Kas Negara.
Yang dimaksud dengan Pajak Objektif adalah suatu jenis pajak yang pada
saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh factor objektif, yaitu adanya
14
perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama
Objek Pajak.
yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi. Setiap
penyerahan barang yang menjadi Objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari
dalam berbagai bentuk ataupun nama, sampai dengan tingkat pedagang eceran
Pajak yang dipungut oleh PKP penjual atau pengusaha jasa tidak secara
otomatis dibayar ke kas Negara. PPN terutang yang wajib dibayar ke kas Negara
merupakan hasil perhitungan mengurangkan PPN yang dibayar kepada PKP lain
yang dinamakan pajak masukan (input tax) dengan PPN yang dipungut dari
pembeli atau penerima jasa yang dinamakan pajak keluaran (output tax). Pola ini
memperoleh jumlah pajak yang akan dibayarkan ke kas Negara dinamakan tax
credit. Atau PPN yang dipungut tidak langsung disetorkan ke Kas Negara. PPN
yang disetorkan ke Kas Negara merupakan hasil perhitungan Pajak Masukan dan
Pajak Keluaran yang dimana harus ada bukti pungutan PPN berupa Faktur Pajak.
15
Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas Barang atau Jasa Kena
Pajak yang dikonsumsi di dalam negeri, termasuk Barang Kena Pajak yang
diimpor dari luar negeri. Tetapi untuk ekspor Barang Kena Pajak Tidak
tujuan (destination principle) yaitu pajak dikenakan ditempat barang atau jasa
akan dikonsumsi.
Pajak berganda dapat dihindari karena PPN dipungut atas dasar nilai tambah dan
Tarif PPN yang berlaku atas penyerahan BKP dan/atau penyerahaan JKP
tarif yang berada sebagaimana berlaku pada Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
16
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0
% (nol persen).
Tarif PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena
Pajak di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang Kena Pajak yang
A. Pengusaha
atau badan sebagaimana dimaksud dalam angka 13 yang dalam kegiatan usaha
dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak /Jasa Kena Pajak
17
pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
C. Pengusaha Kecil
menjadi PKP.
1. Pasal 4
- Ekspor JKP;
adalah Barang Berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapar berupa
barang bergerak yang dikenakan PPN atau Barang Tidak Bergerak yang
dikenakan PPN. Yang kedua adalah Barang Tidak Berwujud yang dikenakan
PPN.
18
PPN dikenakan atas:
2. Impor BKP
3. Penyerahan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
pekerjaan oleh orang pribadi/ badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
8. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut
fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak
19
2. Pasal 16 C
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
3. Pasal 16 D
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah Jumlah Harga Jual atau Penggantian
atau Nilai Impor atau Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang
terutang yaitu:
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
2. Penggantian adalah nilia berupa uang termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena
20
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea
undang-undang PPN dan PPnBM. Nilai Impor yang menjadi dasar DPP
adalah harga patokan impor atau Cost Insurance and Freight (CIF)
sebagai dasar perhitungan bea masuk ditambah dengan semua biaya dan
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
5. Nilai Lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan
- Untuk pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual
judul film;
21
- Untuk asset yang menurut tujuan semula tidak untuk
22
4. Pemungut pajak wajib memungut PPN terutang pada saat pembayaran
6. PPN yang telah disetor dilaporkan dalam SPT Masa PPN bagi
1. Bendaharawan Pemerintah
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
Pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009 telah diubah tepatnya pada Pasal 12
ayat 7 yang dimana Faktur Pajak Sederhana telah dihapus. Sehingga dalam Pasal
23
1. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah faktur yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak pada saat
melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. Faktur
• Lembar ke-1 : Untuk Pembeli Barang Kena Pajak atau yang menerima
sesuai dengan ketentuan perpajakan yaitu pasal 13 ayat (4) dan (5) UU PPN.
b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli Barang Kena
c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau pengganti dan potongan harga;
g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak
berikut:
24
1. Faktur Pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya.
2. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai
Dalam menentukan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dalam satu
masa pajak, perlu diperhatikan pajak masukan nya terlebih dahulu. Berdasarkan Pasal 1
ayat 24 UU PPN, Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar oleh Pengusahan Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan
atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
1. Pajak Masukan dalam satu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran
2. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak
3. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Jumlah Pajak Keluaran lebig besar
Pertambahan Nilai yang wajib dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (Pasal 9
ayat 3)
25
4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Jumlah Pajak Masukan lebih besar
perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang berhubungan
Maaukan tersebut tidak dapat dikreditkan (Pasal 9 ayat 8 dan Pasal 16 b ayat
(3).
1. Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak atau
Pajak.
2. Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
kendaraan bermotor berbentuk sedan, jeep, station wagon, van dan komni
PPN).
26
4. Pajak Masukan atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
6. Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak Srandar yang tidak
pajak.
8. Pajak Masukan yang tidak dilaporkan dalam surat Pemberitahuan Masa Pajak
9. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
- Pertamina
- BUMN/BUMD
27
- Bank Pemerintah
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP
Pajak berakhir
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM
dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan
Pajak berakhir.
Dalam hal melakukan Pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan dalam Undang-
undang No.42 tahun 2009 terdapat perubahan pada saat tanggal pelaporan nya
28
yaitu pada akhir bulan berikut nya yang mulai diberlakukan pada tanggal 10
April 2010.Dimana yang semulai pada Undang-undang No.18 tahun 2000 itu
tanggal 15 bulan takwin berikutnya. Apabila tanggal 15 tersebut jatuh pada hari
libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Untuk Impor,
penyetoran harus dilakukan pada hari kerja berikutnya, kecuali yang dipungut
pada tanggal 31 Maret harus disetorkan pada hari itu juga. Sedangkan,
Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara melalui Kantor
Pos dan atau bank badan usaha milik Negara atau bank badan usaha milik
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli, atau pada saat
29
Barng Kena Pajak diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan.
b. Terutang pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak yang menurut sifat
tersebut, baik secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.
oleh Pengusaha Kena Pajak, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu
d. Terutang pajak atas penyerahan Jasa Kena Pajak, terjadi saat mulai
e. Terutangnya pajak atas Impor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat
30
f. Terutangnya pajak atas Ekspor Barang Kena Pajak terjadi pada saat
g. Terutangnya pajak atas aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
berhak atas Barang Kena Pajak. Pajak tetutang pada saat disepakati atau
31
e. Tempat tanggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha
Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean didalam
f. Satu tempat atau lebih yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, yaitu:
Pabean;
Pajak tertentu;
32
tentang PPN dan PPnBM . Dalam Undang-undang ini baru mulai berlaku pada
tanggal 1 April 2010 nanti. Berikut beberapa perubahan yang dilakukan oleh
2. Bukan Objek;
6. Restitusi PPN;
33
Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 Undang-undang KUP UU no.16 Tahun 2000 bahwa
Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.28 tahun 2007, apabila SPT tidak disampaikan
berupa denda sebesar Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Tanggal jatuh tempo
penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai adalah tanggal 20 Masa Pajak
berikutnya. Apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur atau minggu, SPT masa Masa Pajak
34
BAB III
sampai dengan sekarang perusahaan ini bergerak dibidang distributor kabel metal.
dimana pada tahun terbentuknya perusahaan ini sulit sekali di dapat dan sulit juga di
produksinya karena pada saat itu distributor kabel belum banyak di jumpai dan
ditemui oleh konsumen maka didirikanlah salah satu perusahaan distributor kabel di
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan
dalam akta No.60 tanggal 15 Juni 2011 dibuat dihadapan Hannywati Gunawan,SH
mendapat persejutuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Agustus 2011.
PT. JAYA SUKSES MAKMUR merupakan salah satu distributor kabel lentur
di Indonesia yang paling banyak di cari para pemasok pemasok daerah daerah
pedalaman dikarenakan dapat menyediakan kabel lentur ber kapasitas banyak dan
35
III.I.2 Visi Dan Misi Perusahaan
perusahaan terutama meliputi bidang pembuatan kabel dan kawat alumunium dan
tembaga serta bahan baku lainnya untuk listrik, elektronika, telekomunikasi, baik yang
terbungkus maupun tidak terbungkus, beserta seluruh komponen, suku cadang, assesoris
kabel.
Perusahaan memiliki kapasitas produksi kabel sebesar 27.000 ton/tahun, terdiri dari
kabel listrik alumunium sebesar 12.000 ton/tahun dan kabel listrik tembaga sebesar
15.000 ton/tahun. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan didalam negeri dan luar negeri.
36
III.I.5 Produk-produk
Perusahaan memproduksi lebih dari 2.000 jenis dan ukuran kabel, yang terdiri dari
kabel listrik tegangan rendah dan menengah, kabel control serta kabel special lainnya
seperti kabel data/instrument, kabel frame retardant dan tahan api, kabel berjaket nilon
dll. Perusahaan juga memproduksi berbagai jenis penghantar tekanjang berbahan kawat
tembaga, alumunium dan alumunium campuran yang banyak digunakan untuk transmisi
(NA2XSY)
( NYSY )
( N2XCY , N2XSY)
37
• Medium Voltage Cables with Alumunium Conductor
NA2XSEFGbY )
( N2XY , N2XBY)
RUPS
Komisaris
Direktur
Wakil Direktur
38
Uraian Tugas
Struktur Organisasi sangat penting bagi suatu perusahaan untuk dapt mewujudkan
kerjasama antar bagian atau fungsi. Dengan adanya pembagian tugas dan wewenang
Berikut adalah uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masimg-masinh fungsi yang
RUPS
perusahaan.
KOMISARIS
DIREKTUR
39
2. Mengkoordinasi, mengawasi, dan mengevaluasi setiap kegiatan yang
PRODUKSI
Berikut tugasnya:
GUDANG
bagian gudang
AKUNTANSI
dokumen-dokumen.
40
PENGIRIMAN
pembayaran
Kewajiban Perpajakan yang sudah diterapkan oleh perusahaan selama tahun 2009, 2010
Pajak dengan menghitung dasar pengenaan pajak dikalikan 10% , untuk itu
dibuat Faktur Pajak Standar yang digunakan sebagai bukti pungutan pajak dalam
hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang akan digunakan untuk
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan pada setiap Masa Pajak
Penghasilan atas gaji setiap karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan yang
42
BAB IV
PEMBAHASAN
melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
a, huruf c dan huruf f wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal
4 huruf a, huruf c dan huruf f Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha, Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha, dan ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena
Pajak. Berdasarkan hal diatas PT. Jaya Sukses Makmur sebagai Pengusaha Kena Pajak
yang bergerak di bidang Distributor Kabel Metal wajib memungut, menyetor dan
PT. Jaya Sukses Makmur selalu mensyaratkan adanya Faktur Pajak dalam
melakukan semua transaksi Penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, dan
membuat Faktur Pajak untuk dilakukan proses penagihan, pembayaran dan pembelian.
Dimana pada saat pembuatan Faktur Pajak, tata cara penyampaian dan tata cara
pembetulan Faktur Pajak ditetapkan dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER-159/PJ/2006. Sedangkan dalam kegiatan memperoleh Barang Kena Pajak dan Jasa
Kena Pajak, PT Jaya Sukses Makmur menerima Faktur Pajak dari pihak supplier atau
pihak menjual. Dengan begitu sesuai Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-
159/PJ/2006 Faktur Pajak yang dibuat PT. Jaya Sukses Makmur dapat mengetahui dan
43
menghitung jumlah pajak yang terutang dengan mengkrteditkan Pajak Masukan
terhadap Pajak Keluaran, dimana Faktur Pajak tersebut harus lengkap apabila Faktur
Pajak Masukan tidak lengkap maka Pajak nya tidak dapat dikreditkan.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Jaya Sukses Makmur yang bergerak
dibidang Distributor Kabel Metal , segala transaksi penyerahan barang maupun jasa
yang dilakukan oleh perusaahaan dikenakan perlakuan pajak sesuai dengan peraturan
Pajak (PKP) dengan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) 01.660.240.1-
Sukses Makmur merupakan Subjek Pajak karena melakukan Penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan memiliki
kewajiban untuk melakukan pemungutan Pajak Peertambahan Nilai (PPN) pada saat
melakukan transaksi Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, dan juga
mengkompensasikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam hal Pajak Keluaran dan
PT. Jaya Sukses Makmur menganalisa perhitungan Pajak Terutang dimulai pada
saat penyerahan Barang Kena Pajak didalam pabean dan disesuaikan pada lokasi
pelaporan dan penyetoran Pajak Terutang sesuai dengan dimana perusahaan tersebut
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yaitu di Kantor Pelayanan Pajak Taman Sari
Satu. Dalam pelaksanaan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai PT jaya Sukses Makmur
44
melaksanakan Hak dan Kewajiban yang terkait dengan penerapan Pajak Pertambahan
1. Membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
2. Memungut Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai
Dasar Pengenaan Pajak dan transaksi atas penyerahan Barang Kena Pajak
Pemberitahuan Masa dalam jangka waktu 30 ( tiga puluh ) hari setelah akhir
Masa Pajak.
5. Membuat pembukuan untuk setiap Faktur Pajak yang diterbitkan atau dibuat.
Nilai yang dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pajak Pertambahan Nilai diatur mengenai Pajak
45
Keluaran dimana Pajak keluaran dibuat berdasarkan Faktur Pajak yang dikeluarkan oleh
perusahaan. PT. Jaya Sukses Makmur membuat Faktur Pajak atas transaksi penyerahan
Barang Kena Pajak, dimana penyerahan Barang Kena Pajak dikenakan PPN sebesar
PT. Jaya Sukses Makmur setelah melakukan perhitungan dan pencatatan selesai
dilakukan, maka setelah itu diterbitkanlah Faktur Penjualan dan Faktur Pajak yang akan
digunakan sebagai alat untuk penagihan atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang akan diserahkan kepada pihak consumen. Berikut
lampiran Kertas Kerja Evaluasi Penyerahan Barang Kena Pajak berdasarkan SPT Masa
PPN.
Pajak Keluaran yang diperoleh dari PT. Jaya Sukses Makmur yang didapat dari
hasil penyerahan Barang Kena Pajak kepada konsumen yang dikenakan dari Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak nya. PT. Jaya Sukses
Makmur memperoleh penjualan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 735,806,253.,-, pada
tahun 2010 sebesar Rp. 1,339,615,304 ,-, dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 727,363,111.
Berikut penulis jabarkan rekapan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. Jaya Sukses
46
Tabel IV.1
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2009 PT. Jaya Sukses Makmur.
Dari Tabel Pajak Keluaran maupun Pajak Masukan diatas dapat dilihat bahwa
besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh oleh PT. Jaya Sukses Makmur dari transaksi
Rp.735,806,253,-. Dan dari analisis data Ekualisasi antara Omset Penjualan dan
Penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
47
Tabel IV.2
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010 PT. Jaya Sukses Makmur.
Dari tabel Pajak Keluaran maupun Pajak Masukan diatas dapat dilihat bahwa
besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh oleh PT. Jaya Sukses Makmur dari transaksi
Keluaran Rp.1,339,615,304 ,-. Dan dari analisis data Ekualisasi antara Omset Penjualan
dan Penjualan yang dilaporkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
48
Tabel IV.3
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2011 PT Jaya Sukses Makmur.
Dari Rekap Pajak Keluaran maupun Pajak Masukan diatas dapat dilihat
bahwa besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh oleh PT Jaya Sukses Makmur
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2011 telah sesuai.
sebesar 54,92% dari total penjualan tahun 2009 sampai 2010 dan mengalami
Analisis Perolahan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) yang harus dibayarkan
oleh Perusahaan atau Pengusaha Kena Pajak apabila Perusahaan melakukan transakasi
pembelian Barang Kena Pajak yang terurtang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Masukan
dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang
tidak dapat dikreditkan. Pajak Masukan mulai diakui dan dihitung pada saat Faktur
Pembelian yang diterima oleh Bagian Keuangan dari supplier yang data tersebut
Pembelian) yang diajukan oleh Purchasing pada saat melakukan pembelian. Faktur
Pajak tersebut dilampirkan nomor PO (Purchase Order) dan BPB (Bukti Penerimaan
berkas dan tanda terima. Setelah proses tersebut selesai maka selanjutnya dilakukan
proses pembayaran sesuai dengan jatuh temponya. PT. Jaya Sukses Makmur melakukan
transaksi pembelian atas Barang Kena Pajak yang menghasilkan Pajak Pertambahan
Nilai pada tahun 2009 sebesar Rp. 1,772,727,444,-, pada tahun 2010 sebesar Rp.
1,725,459,483,-, pada tahun 2011 Rp. 537,859,844. Berikut penjabaran mengenai Pajak
Masukan PT. Jaya Sukses Makmur pada tahun 2009, 2010, 2011.
50
Tabel IV.4
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2009 PT. Jaya Sukses Makmur.
Dari tabel rekapan diatas, dapat dilihat bahwa Pajak Masukan yang dibayarkan
oleh perusahaan dari transaksi pembelian kepada supplier sebesar Rp. 17,727,274,447,-,
51
Tabel IV.5
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010 PT. Jaya Sukses Makmur.
Dari Tabel rekapan diatas, dapat dilihat bahwa Pajak Masukan yang dibayarkan
oleh perusahaan dari transaksi pembelian kepada supplier sebesar Rp. 17,254,594,890 ,-,
52
Tabel IV.6
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2011 PT Jaya Sukses Makmur.
Dari Tabel rekapan diatas, dapat dilihat bahwa Pajak Masukan yang dibayarkan
oleh perusahaan dari transaksi pembelian kepada supplier sebesar Rp. 5,378,598,441,-,
dapat dilihat dan disimpulkan jumlah pembelian yang dilakukan oleh PT Jaya Sukses
Makmur mengalami peningkatan sebesar 10.27% dari total pembelian tahun 2009
sampai 2010 dan mengalami penurunan sebesar 32.08% dari penjualan tahun 2010
sampai 2011.
53
IV.2.3 Analisis Lebih bayar atau kurang bayar dalam Pajak Pertambahan Nilai.
Dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang telah dihitung dan dianalisa
dalam data Pajak Masukan dan Pajak Keluaran dapat dilihat Pajak Pertambahan Nilai
yang kurang bayar / lebih bayar. Dari analisa data diatas apabila perolehan Pajak
Keluaran lebih besar dari Pajak Masukan maka Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh
oleh perusahaan tersebut kurang bayar yang artinya perusahaan mempunyai kewajiban
untuk membayarkan kekurangan nilai pajak tersebut ke Kas Negara. Sedangkan Pajak
Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran nya maka perusahaan berkewajiban untuk
bulan berikutnya. Analisa Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang diperoleh oleh PT.
Jaya Sukses Makmur dapat dilihat dari lampiran penjabaran dibawah ini. Berikut penulis
54
Tabel IV.7
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2009 PT. Jaya Sukses Makmur.
Berdasarkan data table diatas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran PT.
Jaya Sukses Makmur pada tahun 2009 sebesar Rp. 735,806,253,- dan Pajak Masukan
pada tahun 2009 sebesar Rp. 1,772,727,444,- dimana dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2009 PT. Jaya Sukses Makmur dalam Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
terdapat adanya kompensasi di bulan Maret atas Lebih Bayar di bulan Febuari Sebesar
Rp.358,080,88,-, di bulan Mei atas Lebih Bayar di bulan April Sebesar Rp.
55
548,439,046,-, di bulan Juni atas Lebih Bayar di bulan Mei Sebesar Rp. 706,870,883 ,-,
di bulan Juli Lebih Bayar atas kompensasi dibulan Juni Sebesar Rp. 872,390,177,-, lalu
di bulan Agustus Lebih Bayar atas Kompensasi di bulan Juli Sebesar Rp. 987,093,652,-,
di bulan September juga ada Lebih Bayar atas kompensasi di bulan Agustus Sebesar Rp.
1,030,267,056,-, di bulan Oktober ada Lebih Bayar atas kompensasi di bulan September
Sebesar Rp. 1,076,252,922,-, di bulan November Lebih Bayar atas kompensasi di bulan
Oktober Sebesar Rp. 1,095,242,440,-, dan yang terakhir di bulan Desember Lebih Bayar
disimpulkan PT. Jaya Sukses Makmur terdapat Lebih Bayar pada tahun 2009 Sebesar
Rp. 8,960,172,90.
56
Tabel IV.8
Kurang/Lebih
Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan Kompensasi Bayar
Januari 109,297,983 70,702,517 - 38,595,466
Febuari 74,818,729 42,705,601 - 32,113,128
Maret 125,923,349 101,661,254 - 24,262,095
April 76,650,254 104,504,004 - (27,856,750)
Mei 116,372,297 138,037,541 27,856,750 (49,521,994)
Juni 120,216,904 214,795,639 49,521,994 (144,100,729)
Juli 97,538,801 168,154,671 144,100,729 (214,716,599)
Agustus 139,067,164 211,588,558 214,716,599 (287,237,993)
September 102,540,026 185,63,626 287,237,993 (370,328,593)
Oktober 131,931,004 248,952,534 370,328,593 (487,350,123)
November 137,172,165 152,325,690 487,350,123 (502,503,648)
Desember 108,086,628 86,397,848 502,503,648 (480,814,868)
Total 1,339,615,304 1,725,459,483 - (2,469,460,608)
Sumber: Rincian Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010 PT. Jaya Sukses Makmur.
Berdasarkan data table diatas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran PT.
Jaya Sukses Makmur pada tahun 2010 sebesar Rp.1,339,615,304,- dan Pajak Masukan
pada tahun 2010 sebesar Rp. 1,725,459,483,- dimana dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2010 PT. Jaya Sukses Makmur dalam Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
terdapat adanya kompesasi di bulan Mei atas Lebih Bayar pada bulan Rp. 27,856,750,-,
di bulan Juni atas Lebih Bayar pada bulan Mei Sebesar Rp. 49,521,994,-, di bulan Juli
atas Lebih Bayar bulan Juni Sebesar Rp. 144,100,729,-, lalu di bulan Agustus Lebih
Bayar atas kompensasi di bulan Juli Sebesar Rp .214,716,599,-, di bulan September atas
57
Lebih Bayar pada bulan Agustus sebesar Rp. 287,237,993,-, di bulan Oktober
kompensasi atas Lebih Bayar pada bulan September Sebesar Rp. 370,328,593,-, di bulan
November Lebih Bayar atas kompensasi di bulan Oktober Sebesar Rp. 487,350,123 dan
yang terakhir pada bulan Desember kompensasi atas Lebih Bayar di bulan November
Sebesar Rp. 502,503,648,. sehingga dapat disimpulkan PT. Jaya Sukses Makmur pada
Tabel IV.9
58
Berdasarkan data table diatas, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran PT
Jaya Sukses Makmur pada tahun 2011 sebesar Rp.727,363,112,- dan Pajak Masukan
pada tahun 2011 sebesar Rp.537,859,845,- dimana dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2011 PT Jaya Sukses Makmur dalam Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai terdapat
adanya kompesasi di bulan Febuarai atas Lebih Bayar di bulan Januari Sebesar Rp.
1,173,759,-, dan pada bulan Maret perusahaan mengalami kondisi Kurang Bayar
Sebesar Rp.116,283,331,-, lalu pada bulan April terdapat Lebih Bayar yang akan
dikompensasikan pada bulan Mei Sebesar Rp.1,621,726,-, pada bulan Mei terdapat
Lebih Bayar yang akan dikompensasikan ke bulan Juni sebesar Rp. 155,442,-, dan pada
Lebih Bayar di bulan Juni akan dikompensasikan ke bulan Juli, setelah itu pada bulan
Agustus sampai November terdapat Kurang Bayar dan terakhir dibulan Desember
IV.3.1. Pencatatan pada saat Penyerahan Barang Kena Pajak ( Pajak Keluaran)
PT. Jaya Sukses Makmur dalam melakukan transaksi Penjualan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada konsumen melakukan system atau menrapkan
system pembayarannya Cash , Giro dan Transfer. Pada saat PT. Jaya Sukses Makmur
dalam melakukan Penjualan akan mengeluarkan atau membuat Invoice atas transaksi
penjualan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan setiap hari nya.
Invoice tersebut yang nanti nya akan digunakan sebagai Dasar Penangihan perusahaan
atas konsumen yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai atau Non-Pajak Pertambahan
Nilai.
59
Dalam setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terutama dalam transaksi
Pajak Keluaran PT. Jaya Sukses Makmur membuat beberapa jurnal atas Pajak Keluaran
Berikut terlampirkan Jurnal Pajak Keluran dari tahun 2009, 2010, dan 2011 pada
60
- Jurnal pada saat transaksi Penjualan Kredit :
Dalam transaksi perolehan Barang Kena Pajak kepada Supplier, perusahaan yang
melakukan transaksi tersebut menerima sebuah Invoice beserta Faktur Pajak yang akan
dijadikan pihak supplier sebagai tanda terima bahwasan nya Barang Kena Pajak tersebut
telah berlangsung dan dijadikan Dasar Penagihan pihak supplier kepada perusahaan atas
Pajak Masukan yang terutang. Setiap transaksi PT. Jaya Sukses Makmur membuat jurnal
atas transaksi tersbeut, berikut Jurnal Pajak Masukan pada tahun 2009, 2010 dan 2011.
61
- Jurnal Transaksi Pembelian secara Tunai :
Berikut terlampirkan Jurnal Pajak Keluran dari tahun 2009, 2010, dan 2011 pada
62
- Jurnal Transaksi Pembelian secara Kredit :
63
IV.4 Analisis Penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
Dalam setiap Masa Pajak Pajak Pertambahan Nilai, Wajib Pajak atau Perusahaan
Nilai yang terutang Kurang Bayar dan/atau Lebih Bayar yang disetorkan ke Kas Negara,
atau Lebih Bayar bisa dikompensasikan atau restitusi ke Masa Pajak berikutnya. PT.
Jaya Sukses Makmur wajib melakukan penyetoran Pajak Pertamabahn Nilai yang
Kurang Bayar dengan menggunakan Surat Setoran Pajak kepada Kantor Pelayanan
Surat Setoran Pajak ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) yang terdiri dari:
- Lembar ke-3 :Untuk PT. Jaya Sukses Makmur yang akan dilampirkan
Undang No.42 tahun 2009 , penyetoran Pajak Pertambahan Nilai paling lambat
penyetoran dilakukan akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum
64
pembayaran ataupun penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan yang
tentang Ketentuan Umum Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat 2a,
Pengusaha Kena Pajak ada dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen)
per-bulan dari jumlah pajak yang terutang dihitung sejak tanggal jatuh tempo
dilakukakn oleh PT. Jaya Sukses Makmur apakah sudah sesuai atau tidak dengan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009 yang berlaku untuk Masa
Tabel IV.10
65
November (1,091,155,275) - -
Desember (1,048,654,541) - -
Berdasarkan table IV.10 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 , PT.
Jaya Sukses Makmur mengalami lebih bayar pada bulan Febuari sampai pada Desember
dan pada bulan Januari mengalami kurang bayar namun pada saat penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai nya tepat waktu dan sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Tabel IV.11
66
Berdasarkan table di atas dapat dilihat, bahwa pada bulan Januari sampai pada
bulan Febuari perusahaan dalam melakukan penyetoran tidak sesuai dengan undang-
undang No.18 tahun 2009 dan bulan Maret perusahaan tepat waktu pada saat penyetoran
dan juga pada bulan-bulan yang lainnya terdapat kompensasi atau Lebih Bayar.
Tabel IV.12
Berdasarkan table di atas dapat dilihat, bahwa pada bulan Juli sampai pada bulan
67
undang No.42 tahun 2009 dan tepat waktu pada saat penyetoran, sedangkan pada Masa
Dilihat dari data penjabaran di setiap table diatas dapat dilihat, bahwa Penyetoran
Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2009, 2010 dan 2011 PT. Jaya Sukses Makmur
mengalami dalam kondisi keterlambatan Penyetoran pada tahun 2009 pada bulan Januari
namun pada tahun 2010 dan 2011 perusahaan dalam melakukan penyetoran telah tepat
Dalam hal melakukan Pelaporan atas seluruh kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak dalam hal ini PT. Jaya Sukses Makmur melakukan Pelaporan
Surat Pemberitahuan Masa pajak Pertambahan Nilai yang sesuai dengan system
dan serta tanggungjawab dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak . PT. Jaya Sukses Makmur
Pengkreditan Pajak Masukan atas Pajak Keluaran perusahaan. Dan Lebih atau Kurang
Bayar.
Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak yang mulai
68
direalisasikan pada bulan April tahun 2010. Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan oleh PT. Jaya Sukses Makmur di kantor Pelayanan
Pajak tempat dimana perusahaan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
perusahaan terlambat untuk melaporkan maka akan dikenakan sanksi berupa denda
Sebesar Rp. 500,000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) sesuai yang telah ditetapkan Undang-
Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan pasal 7
ayat 1.
Perolehan Barang Kena Pajak sesuai dengan Undang-Undang sebelum tanggal 20 bulan
berikut setelah Masa Pajak dan membuta Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuat 3 (tiga)
rangkap, yaitu:
3. Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP Taman Sari
4. Lembar ke-4 : Untuk Bank BCA atau Kantor Pos dan Giro
Masa Pajak Pertambahan Nilai PT. Jaya Sukses Makmur yang sesuai dengan Undang-
69
Tabel IV. 13
Berdasarkan Data table IV.13 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009, PT.
Jaya Sukses Makmur tidak pernah terlambat dalam melakukan pelaporan Surat
70
Tabel IV. 14
Berdasarkan Data table IV.14 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2010, PT
Jaya Sukses Makmur tidak pernah terlambat dalam melakukan pelaporan Surat
71
Tabel IV. 15
Berdasarkan Data table IV.15 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2011, PT
Jaya Sukses Makmur tidak pernah terlambat dalam melakukan pelaporan Surat
Dari setiap data table yang dilampirkan diatas dapat dilihat bahwa PT Jaya
Pertambahan Nilai tidah pernah ada nya keterlambatan pelaporan dari tahun 2009, 2010,
72
dan 2011. Namun apabila ada keterlambatan di tahun-tahun berikut nya maka PT Jaya
Sukses Makmur akan dikenakan denda administrasi sebesar Rp. 500,000,-, per bulan.
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan atas Penerapan Pajak
Pertmbahan Nilai pada PT. Jaya Sukses Makmur, ditemukan beberapa temuan-temuan
sebagai berikut:
perencanaan dengan baik dan melakukan prosedur yang telah dibuat oleh
pemerintah.
2. Terdapat Faktur Pajak yang dibuat oleh perusahaan kepada consumen yang
Non-PKP yang seharusnya tidak perlu dibuat oleh perusahaan namun pada
3. Ada juga Faktur Pajak yang diterima perusahaan dimana Faktur pajak
seperti pada Faktur Pajak Masukan pada bulan Mei tahun 2011 atas Kode
73
BAB V
V.1 Simpulan
PT. Jaya Sukses Makmur dalam menerapkan Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai
salah satu kewajiban perpajakan yang harus dijalankana oleh perusahaan. PT.Jaya
Sukses Makmur merupakan Wajib Pajak Badan yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Taman Sari. Dari analisis yang
penulis lakukan pada PT. Jaya Sukses Makmur dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Jaya Sukses Makmur selama tahun
2009, 2010 dan 2010 secara garis besar telah sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku yaitu dalam hal melakukan Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan dan
Pertambahan Nilai, PT. Jaya Sukses Makmur sudah memenuhi peraturan yang
ada, karena didalam pelaporan nya selama tahun 2009, 2010 dan 2011 selalu
dilakukan tepat waktu sehingga tidak pernah ada nya sanksi administrasi. Namun
pada saat Penyetoran pada tahun 2009 ada keterlambatan Penyetoran Masa Pajak
Januari, ditahun 2010 terlambat penyetoran pada bulan Januari dan Febuari dan
perundang-undangnya.
74
3. Terdapat beberapa Faktur Pajak yang pada saat melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak ataupun pembelian Barang Kena Pajak tidak mencantumkan Nomor
V.2 Saran.
Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan pada PT. Jaya Sukses Makmur, maka
penulis akan memberikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
2. Untuk pelaksanaan penyetoran dan pelaporan agar sesuai dengan peraturan yang
3. Dalam menerbitkan Faktur Pajak, sebaiknya diisi dengan lengkap, jelas, benar
secara formil ataupun material, dan ditanda tangani oleh pimpinan atau pejabat
yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
75