Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah
satu sumber penerimaan suatu Negara adalah bersumber dari sektor pajak. Hal ini sudah
jelas bahwa pajak ialah kewajiban kenegaraan dan peran aktif warga negara dalam upaya
Secara umum definisi pajak adalah iuran wajib kepada Negara yang dipungut
Oleh sebab itu penagihan pajak dapat dipaksa karena akan digunakan untuk keperluan
negara. Pejak merupakan salah satu penerimaan dana kas negara yang sangat besar bagi
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sehingga pajak merupakan pungutan wajib yang
dibayarkan rakyat untuk suatu negara dan akan dipergunakan untuk kepentingan
pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasaakan
manfaat secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum dan bukan
kepentingan pribadi.
Wajib Pajak sendiri dituntut harus benar-benar memahami tatacara perhitungan pajak
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak sesuai ketetapan perpajakan
penerimaan negara dari sektor perpajakan, maka Direktur Jendral Pajak mewajibkan
seluruh pemotong atau pemungut pajak untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban
penghasilan yang menggunakan withholding tax system salah satunya yaitu PPh pasal 23.
PT. Herman Joseph Consulting merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa
konsultan pajak. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa PT. Herman Joseph
Consulting juga mempunyai kegiatan perpajakannya sendiri, salah satunya dalam proses
pemotongan Pajak Penghasilan pasal 23. Pajak Penghasilan psl 23 merupakan pajak yang
dipotong dari penghasilan atas jasa atau sewa selain tanah dan/atau bangunan yang
diterima atau diperoleh dari wajib pajak badan atau Bentuk Usaha Tetap (BUT). yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, pendapatan sewa selain tanah dan/atau bangunan, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong oleh Pajak Penghasilan pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri.
Acuan yang digunakan untuk pelaksanaan Pajak Penghasilan pasal 23 adah Peraturan
Undang-Undang yang berlaku atau sebaliknya, maka penulis tertarik untuk membahasnya
dalam Tugas Akhir dan memilih judul : “Tinjauan Kesesuaian Pelaksanaan Kewajiban
PPh pasal 23 Berdasarkan PMK NO. 141/PMK.03/2015 atas Jasa Internet pada CV.
Adapun jangka waktu yang ditempuh dalam melaksanakan Peraktek Kerja Lapangan
Kegiatan Pelaksanaan Peraktek Kerja Lapangan yang diberikan Kepada penulis di CV.
2. Menginput PPh pasal 21, pasal 23, dan pasal 4(2)ke eSPT
3. Membuat dan Mengecek SSE PPh pasal 21, pasal 23, dan pasal 4(2)
5. Mengarsip PPh Pasal 21, Pasal 23, Pasal 4(2), dan PPN
Dalam hal menyusun Laporan Tugas Akhir, pengumpulan data merupakan suatu hal
yang sangat penting. Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data
adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan,
menyajikan, serta menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas
mengenai masalah yang dihadapi, kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan. Adapun
metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :
Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mengamati kegiatan di tempat kerja secara
langsung, sehingga penuliasan memperoleh data dan informasi yang akurat sesuai dengan
Metode ini dilakukan dengan proses secara percakapan dalam bentuk tanya jawab dan
tatap muka secara langsung dengan pegawai di tempat penulis melakukan Prektik Kerja
Lapangan untuk memperoleh data atau keterangan yang dibutuhkan dalam laporan penulis.
3. Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, meneliti dan menelaah
D. Perumusan Masalah
Dalam mekukan Laporan Tugas Akhir penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
NO.141/PMK.03/2015 atas Jasa Internet pada CV.Action Seribu Berkat Tahun 2017?
Pajak Penghasilan pasal 23 atas Jasa Internet pada CV.Action Seribu Berkat Tahun 2017
3. Bagaimana pencataan jurnal akuntansi perpajakan Pajak Penghasilan pasal 23 pada CV.
4. Hambatan apa saja yang dihadapi CV. Action Seribu Berkat dalam pelaksanaan kewajiban
Pajak Penghasilan pasal 23 serta upaya yang diambil oleh CV. Action Seribu Berkat dalam
Tujuan dari penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adlah sebagai berikut:
NO.141/PMK.03/2015 atas Jasa Internet pada CV.Action Seribu Berkat Tahun 2017?
pelaporan kewajiban Pajak Penghasilan pasal 23 atas Jasa Internet pada CV.Action Seribu
3. Untuk mengetahui jurnal pencataan akuntansi Pajak Penghasilan pasal 23 pada CV.Action
4. Untuk mengetahui hambatan dan upaya yang dihadapi CV. Action Seribu Berkat dalam
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan,
waktu pelaksanaan dan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, dan penyusunan Laporan
Tugas Akhir, perumusan masalah yang dijumpai pada saat pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan, tujuan Laporan Tugas Akhir, dan sistemaatik penulisan laporan
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini bersi tentang teori – teori dan Undang – Undangn yang terkait langsung
dengan topik laporan tugas akhir, dan dilengkapi sumber penulis yang lengkap dan
dengan topik, setelah membandingkan antara teori dengan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan yang telah dilaksnakan. Pada bagian ini juga dapat berisi tentang
Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan tempat penulis melakukan
Praktek Kerja Lapangan, yang meliputi sejarah singkat perusahaan, visi misi dan
tujuan perusahaan, kegiatan utama perusahaan, produk dan layanan perusahaan, serta
Bab ini berisi tentang uraian yang dapat menjawab perumusan masalah dalam
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan mengenai konkluksi yang dapat ditarik dari
uraian tugas akhir, keterbatasan dalam pelaksanaan dan penyusunan Laporan Tugas
Akhir, serta implikasi yang mendeskripsikan usuln perbaikan yang berkaitan dengan
topik tugas akhir khususnya yang bermanfaat bagi perusahaan tempat melakukan
KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori
dahulu. Berikut ini penulis merincikan teoi-teori dasar tentang Pengertian Pajak secara
umum.
a. Pengertian Pajak
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditetapkan adanya timbal balik
b. Fungsi Pajak
Pajak merupakan aspek penting bagi pembangunan nasional dan untuk membiayai
kegiatan pemerintah, karena merupakan sumber penerimaan negara. Berikut ada dua
fungsi pajak menurut buku Pembahasan Komprehensif Perpajakan Indonesia Teori dan
Kasus, (2018;9) :
Fungsi budgetair disebut dengan fungsi utama pajak atau fungsi fiskal, yaitu suatu
fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara
Fungsi Regulerend dapat disebut juga sebagai fungsi tambahan bagi pajak, yaitu
suatu fungsi dlm masa pajak yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu.
c. Pengelompokan Pajak
Pajak dibagi menjadi beberapa kelompok, Berikut ini adalah Pengelompokan Pajak
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul oleh wajib pajak itu sendiri dan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada suatu
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memerhatikan
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
Hiburan.
Di Indonesia Pemungutan Pajak dibagi atas beberapa asas. Berikut ini beberapa Asas
Negara memiliki hak untuk mengenakan pajak atas penghasilan dari Wajib Pajak
yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Asas ini hanya berlaku untuk semua Wajib Pajak dalam
negeri.
b. Asas sumber
Negara memiliki hak untuk mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.
Dalam melakukan pembayaran pajak, pemrintah dan wajib pajak perlu mengetahui apa
saja jenis system pemungutan pajak dan system apa yang berlaku di Indonesia. Jenis-
perpajakan yang berlaku. Dalam system ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
perpajakan.
Self Assesment System adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menghitung pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
Maka dari itu, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
Yakni system pemungutan pajak yang memberi wewenang keapda pihak ketiga yang
dipilih untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai
2. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan merupakan salah satu Jenis Pajak yang sangat berpengaruh terhadap
pemasukan bagi negara Indonesia. Pajak penghasilan sendiri memiliki bebrapa aspek dalam
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah
pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun
pajak.
(2018;153):
1. a. Orang Pribadi
b. Warisan Penghasilan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak.
2. Badan terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, dan Perseroan lainnya,
BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pilitik, atau bentuk badan lainnya, lembaga, organisasi lainnya, dan termasuk
1. Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12
2. Orang pribadi dalam suatu tahun pajak berada di wilayah Indonesia dan
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, mengantikan yang berhak.
a. orang peribadi yang berda di wilayah Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dengan jangka waktu 12 (dua belas) bulan, orang
peribadi yang tidak bertempat tinggal di wilayah Indonesia, dan badan yang
b. orang pribadiyang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delpan puluh
tiga) hari dengan jangka waktu 12 (dua belas) bulan, orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di wilayah Indonesia, dan badan yang didirikan dan tidak
Berikut ini yang tidak termasuk dalam Subjek Pajak menrut Mardiasmo (2018;156),
yaitu:
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan betempat
a. tidak menerima penghasilan selain dari jabatannya di Indonesia dan bukan warga
Negara Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
penghasilan di Indonesia.
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi
atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
gratifikasi, uang pension, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
3. Laba Usaha;
modal;
anggota yang diperoleh dari perseroan, sekutu, atau persekutuan, dan badan
lainnya;
bentuk apapun;
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan social termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
perusahaan pertambangan;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
utang;
7. Pembagiann sisa hasil usaha koperasi dan Deviden, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk deviden yang diberikan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis.
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
15. Iuran yang diterima ataupun diperoleh suatu perkumpulan dari anggotanya yang
16. Tamabahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
Dalam Pajak Penghasilan juga terdapat beberapa objek yang tidak termasuk kedalam
pajak penghasilan. Berikut menurut Mardiasmo (2018:159), yang dikecualikan dari objek
pajak adalah:
1. a) Sumbangan atau bantuan, termasuk zakat yang diberikan kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lemabaga keagamaan yang dibentuk atau yang ketentuannya diatur dengan atau
b) Hibahan berupa harta yang diberikan kepada keluarga sedarah dengan garis
keturunan lurus 1 (satu) derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan social
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
2. Warisan;
3. Harta dalam bentuk pembayaran tunai yang diberikan kepada badan sebagai pengganti
4. Imbalan atau penggantian sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) atau Wajib Pajak yang
asuransi beasiswa;
6. Bagian laba atau deviden yang diberikan kepada Perseroan Terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, Koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dan penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
a. Badan usaha milik negara dan milik daerah yang mendapatkan bagian laba atau
dividen, dengan kepemilikkan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendaah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
7. Iuran yang didapatkan dari dana pension yang pendiriannya telah disahkan Mentri
8. Penghasilan dari modal yang berasal dari dana pensiun sebagaimana dimaskud pada
Keuangan;
9. Bagian laba yang diberikan kepada anggota dari perseroan komanditer yang
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau
b. Perusahaan mikro, menengah, atau yang menjalankan kegiatan usaha dalam sector-
sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan; dan
11. Beasiswa yang telah sesuai dengan persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
12. Berupa Sisaan yang diberikan kepada badan atau nirlaba yang bergerak melalui
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam wujud
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
13. Santunan yang disetorkan oleh pihak BPJS yang ditujukan terhadap orang pribadi
tertentu, yang ketentuannya diatur lbh lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Mentri Keuangan.
Pajak Penghasilan memiliki beberapa jenis. Berikut ini merupakan jenis-jenis dari
PPh pasal 4 ayat (2) merupakan pajak dalam tahun berjalan melalui
PPh pasal 21/26 merupakan PPh dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, baik Wajib Pajak dalam negeri maupun Wajib
PPh pasal 15 merupakan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotomgan dan/atau
penyetoran sendiri PPh atas penghasilan Wajib Pajak yang antara lain bergerak dalam
usaha jasa pelayaran dan usaha jasa penerbangan, baik dalam negeri maupun luar
negeri.
5. Pajak Penghasilan psl 24 ialah pajak yang dibayar atau yang terutang diluar negeri atas
penghasilan dari luar negeri yang didapatkan oleh Wajib Pajak dalam negeri boleh
Penghasilan dalam tahun pajak yang sama. Pajak yang terutang bagi Wajib Pajak
dalam negeri terutang yang meliputi seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang
Salah satu Pajak Penghasilan yaitu Pajak Penghasilan pasal 23, pajak penghasilan pasal
1) UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
Jasa Lain sebagimana dimaksud dalam psl 23 ayat 1 huruf C angka 2 UU No. 7 Tahun
1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terkahir
4) Surat Edaran Direktur Jendral Pajak SE – 35/PJ/2010 tentang Pengertian Sewa dan
manajemen, dan Jasa Konsuktan sebagaimana dimaskud dalam pasal 23 ayat (1) huruf
pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang tealh dipotong Pajak
Penghasilan pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatu
htempo pembayaran oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan luar negeri lainnya.
3) Penyelenggaraan Kegiatan.
6) Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukkan
dari Direktur Jendral Pajak untuk memotong pajak PPh pasal 23.
wajib pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
Berikut ini Objek Penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 menurut Mardiasmo
(2018:274) adalah:
1) Deviden dai perusahaan asuransi kepada pemegang polis, termasuk Dividen dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
utang;
3) Royalti;
4) Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
6) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan, dan jasa selain jasa yang tellah dipotonh Pajak Penghasilan sebagaimana
Tabel 2.1
Tarif dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23
Berikut ini Pengecualian Penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh pasal 23
2) Sewa yang diabayarkan atau terutang sehubungan dengans sewa guna usaha dengan
hak opsi;
3) Dividen atau bagian laba yang diberikan kepada perseroan terbatas sebagai Wajib
Pajak dalan negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyetoran modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
5) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
6) Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
7) Penghasilan yang dibayar atau terutang badan usaha atau jasa yang diatur dengan
Atas penghasilan Jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagimana
dimaksud dalam passal 21 yang telah ditetapkan oleh Mentri Keuangan berdasarkan Pasal
Pada tanggal 10 Agustus 2017, PT Adhi Bangun yang baru berdiri meminta jasa dari
= 2% x Rp 11.000.000
= Rp. 220.000
Pajak Penghasilan Pasal 23 memiliki Tata Cara dalam hal Pemotongan, yaitu sebagai
berikut :
c) Lembar ke-1 Bukti Pemotongan diserahkan kepada Wajib Pajak rekanan sebagai
Bukti Pemotongan.
Pajak Penghasilan Pasal 23 memiliki Tata Cara dalam hal Penyetoran, yaitu sebagai
berikut :
a) Pajak Penghasilan Pasal 23 yang tercatat dalam Bukti Pemotongan selama 1 bulan
takwin dijumlahkan.
b) Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong selama bulan takwin disetor
ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan Surat Swtoran Pajak (SSP)
paling lambat tanggal 10 bulan takwin berikutnya setelah bulan saat terutangnya
pajak. Apabila tanggal 10 jatuhnya pada hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan
1) Lembar ke 1
Untuk arsip pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 yang berguna sebagai bukti
2) Lembar ke-3
Untuk dilaporkan ke KPP Pratama bersama SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23.
1) Pengertian E-billing
sehingga biasa disebut system pembayaran apajak secara elektronik. System ini
memudahkan wajib pajak dalam hal penerbitan kode billing untuk melakukan
adanya system e-billing pajak, tidak perlu membuat Surat Setoran Pajak (SSP).
2) Manfaat E-billing
Persepsi.
3) Kode E-billing
Kode e-billing ialah kode identifikasi yang dibuat dan dicetak oleh system
billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib pajak
dalam rangka identifikasi penerbitan kode biling dalam MPN G2. Kode billing
terdiridari 15 digit angka, dimana digit pertama adala kode billing penerbit billing.
persepsi atau kantor pos, pembayaran pajak juga dapat melalui Teller Bank/Pos,
ATM, atau internet Bankin. Surat Setoran Pajak direkam secara elektronik
Tabel 2.2
Perbandingan Sistem Pembayaran SSP dengan e-Billing
SSP e-Billing
Sumber : www.pajak.go.id
Pajak Penghasilan Pasal 23 memiliki Tata Cara dalam hal Pelaporan, yaitu sebagai
berikut :
a. Dengan menggunakan lembar ke-2 bukti pemotongan PPh Pasal 23 yang dibuat
dalam satu bulan takwin dicatat pada formulir Daftar Bukti Pemotongan Pajak.
b. Mengisi dengan lengkap dan benar formulir SPT Masa PPh Pasal 23 rangkap 2
dan dilampii dengan lembar ke-3 SSP Bukti Setoran PPh pasal 23, daftar Bukti
dan disampaikan angsung atau dikirim melalui pos tercatat. Jika tertanggal 20
jatuh pada hari libur, maka pelaporan dilakukan pada hari kerja berikutnya.
d. Memberikan kembali satu set lembar ke-2 SPT Masa PPh Pasa 23 sebagai bukti
telah melapor.
e. Sanksi
PajakPenghasilan, yaitu :
1) Sanksi Bunga
pemeriksaan pajak itu umumnya dilakukan secara post audit, maka hal itu
karena terlambat menyetorkan PPh Pasal 23. Sesuai dengan ketentuan Pasal
(maksimal 24 bulan)
2) Sanksi Denda
masa PPh Pasal 23. Sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU KUP
Keterlambatan Pelaporan SPT masa PPh Pasal 23 dapat dikenai sanksi denda
Rp 100.000 untuk setiap SPT masa PPh (sesuai denda ini tidak dihitung
berlaku.
Akuntansi pajak tidak memiliki standar seperti akuntansi keuangan yang diatur
Kas/Bank/AP Rp XXX
b. Pada saat Penyetoran PPh pasal 23 atas Jasa
Kas/Bank/AP Rp XXX
B. Kerangka Pemikiran
CV Action Seribu Berkat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa
konsultan dan coaching yang berfokus dalam mengedukasi dan membantu Enterepreneur
dalam menyelesaikan masalah bisnis dan pengembangan bisnis. CV Action Seribu Berkat
mempunyai kewajiban menyetorkan PPh Pasal 23, dan melakukan pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21, Pasal 23, dan 4 ayat (2). Dalam pelaporan tugas akhir ini penulis akan
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Pajak dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara
141/PMK.03/2015 Tentang Jenis Jasa Lain, dan PER-36/PJ/2014 Tentang Sistem Pembayaran
CV Action Seribu Berkat khususnya Pajak Penghasilan Pasal 23 telah sesuai dengan ketentuan
Kerangka Pemikiran
Finance Operation
CV Action Seribu
Berkat
Dasar Hukum :
PER-36/PJ/2015
Kendala Upaya
Keterangan
: Fokus Penelitian
: Garis Fungsional
BAB III
PT Herman Joseph Consulting didirikan pada bulan Agutus 1988 dengan latar
perusahaan yang bergerak dibidang yang berhubungan dengan jasa konsultasi pajak,
1. Visi (Visions)
“Menjadi perusahaan jasa konsultan terbaik dan terdepan yang paling unggul dan
selalu uptodate”.
2. Misi (Mission)
1) Menjadi Rekan bagi klien untuk membantu dalam pengurusan pajak dan
laporan keuangannya;
keuangan.
Produk dan layanan perusahaan PT Herman Joseph yaitu Jasa konsultan seperti “SPT
Masa, SPT Tahunan Badan, SPT Tahunan Orang Pribadi, dan hasil opini Laporan
Keuangan”.
E. Struktur dan Uraian Tugas
Gambar 3.1
Struktur Organisasi PT Herman Joseph Consulting
Direktur
Group Head Group Head Group Group Group Group Group Group
Head 1 Head 2 Head 3 Head 4 Head 5 Head 6
Supervisor
Supervisor
Assistant Supervisor
Assistant Supervisor
Staff-Tax
Staff-Accounting
Kurir
a. Uraian Tugas
a. Direktur
b. Group Head
ditempat.
5) Melakukan meeting bulanan dengan para assistant supervisor agar tidak terjadi
c. Bagian Keuangan
e. Assistant Supervisor
3) Membantu staff jika ada masalah dengan klien yang belum bisa teratasi.
f. Staff Accounting
1) Menghubungi Klien untuk meminta voucher kas kecil dan invoice setiap bulan.
g. Staff Tax
1) Meminta daftar gaji, faktur pajak masukan dan database keluaran ke klien.
h. Kurir
2) Mengantar dan mengambil data jika di jadwalkan oleh staff accounting dan
staff pajak.