Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga
Program Managemen Risiko di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo ini
dapat selesai disusun.

Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur RS


PKU Muhammadiyah Wonosobo yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil dalam pembuatan program ini, para pejabat struktural dan tenaga
fungsional di lingkungan RS PKU Muhammadiyah Wonosobo yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan program ini, serta seluruh staf
di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo yang telah dan akan berpartisipasi aktif
mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan
evaluasi program ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak
lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit.Akhirnya
saran dan koreksi demi perbaikan buku ini sangat kami harapkan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Wonosobo, 2 Januari 2019

Penyusun

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 1


PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS

A. Pendahuluan
Manajemen risiko merupakan program RS PKU Muhammadiyah
Wonosobo dalam mengurangi bahaya risiko akibat lingkungan kerja dan
budaya kerja di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo . Untuk tujuan tersebut
maka RS PKU Muhammadiyah Wonosobo , membuat Tim MFK yang bertugas
merumuskan dan membuat program kerja beserta anggaran, implementasi
dan pengawasan serta evaluasi terhadap jalannya program manajemen risiko
RS PKU Muhammadiyah Wonosobo . Area kerja yang menjadi tanggung jawab
tim meliputi seluruh wilayah dan masyarakat RS PKU Muhammadiyah
Wonosobo dan Lingkungan sekitar RS PKU Muhammadiyah Wonosobo .
B. Latar belakang
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemerintah akan
kebutuhan pelayanan yang berkualitas dan dapat bersaing dengan tetap
memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan keakuratan maka RS
PKU Muhammadiyah Wonosobo melalui POKJA MFK berfokus pada aspek
manajemen fasilitas yang memadai, aman dan akurat maka perlu disusunlah
program kerja guna mencapai maksut dan tujuan tersebut di atas yang
meliputi fasilitas pokok/kunci, peralatan medis, serta potensi bencana yang
mungkin timbul dari kegiatan pelayanan di RS PKU Muhammadiyah
Wonosobo .
C. Tujuan umum & khusus
Secara umun program manjemen risiko disusun untuk mengurangi dan
meminimalisir ganguan atau potensi yang dapat menganggu proses
pelayanan RS PKU Muhammadiyah Wonosobo dari segala aspek.
Secara khusus program manajemen risiko berfokus menjamin keamanan dan
keselamatan pada aspek – aspek sbb :
1. Disaster Plan
2. Kebakaran
3. Sistem Utilisasi Listrik, Air dan sistem pendukung yang penting lainnyA
4. Keselamatan dan Keamanan
5. Bahan beracun dan berbahaya
6. Peralatan Medis

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 2


D. Kegiatan pokok & rincian kegiatan
Merupakan implementasi program berdasar identifikasi risiko serta rincian
kegiatannya. Adapun tabel penilaian risk priority berdasar tabel dibawah :

Tabel 1. Tabel probabilitas kejadian

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 3


Tabel 2. Tabel dampak kejadian

1. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Peralatan Medis


a. Kegiatan Pokok
1) Melakukan Perbaikan Alat Medis
2) Melakukan Kalibrasi Alat Medis
3) Melakukan Sosialisasi Perawatan alat Medis
4) Melakukan Pelatihan alat dari vendor alat maupun kepada user
a. Rincian Kegiatan
1) Identifikasi Risiko Peralatan Medis
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko,
penyebabnya dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang
digunakan, disesuaikan dengan kemampuan, sasaran, dan jenis
risiko yang dihadapi. Alat identifikasi yang digunakan dalam
rencana induk ini adalah dengan Brainstorming atau curah
pendapat antara manajer dan pengawas program serta pihak lain
dalam internal rumah sakit yang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan peralatan medis antara lain sebagai
berikut :
a) Tersengat arus listrik dari alat
b) Paparan radiasi panas dari alat
c) Paparan radiasi sinar X

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 4


d) Kegagalan sistem alat saat digunakan
2) Analisa Risiko Pengelolaan Peralatan Medis
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya
sasaran pengelolaan alat medis dan menyediakan data untuk
membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko
mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi
terhadap consequence dan likelihood didalam konteks untuk
mengambil tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana
induk/program ini adalah analisa kuantitatif dengan melakukan
skoring atas probabilias kejadian dan nilai dampak atau
konsekuensi yang mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability Dampak/
Skor
No Jenis Risiko / Consequenc
Risiko
Likelihood es
1. Tersengat arus listrik dari
3 4 12
alat
2. Paparan radiasi panas dari
4 2 8
alat
3. Paparan radiasi sinar-x 1 4 4
4. Kegagalan sistem alat saat
1 4 4
digunakan

Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan


dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tanggungjaw
Skor Kriteri
Jenis ab
No Risik a Tindak lanjut
Risiko pengelolaan
o Risiko
risiko
1. Tersengat a. perlu penanganan
arus Ekstre khusus
12 Direksi
listrik m b. Pemantauan periodik
dari alat untuk memastikan

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 5


sejak dini risiko tidak
terjadi
c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
2. a. Tidak perlu
Paparan penanganan khusus
radiasi mediu b. Pemantauan periodik
8 Supervisor
panas m untuk memastikan
dari alat sejak dini risiko tidak
terjadi
3. a. perlu penanganan
khusus
b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
Paparan sejak dini risiko tidak
radiasi 4 Tinggi Manajer terjadi
sinar X c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4. a. perlu penanganan
khusus
b. Pemantauan periodik
Kegagala untuk memastikan
n sistem sejak dini risiko tidak
alat saat 4 Tinggi Manajer terjadi
digunaka c. Perlunya koordinasi
n antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 6


Perbedaan pada kriteria rendah,medium, tinggi dan ekstrem
adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko. Pada risiko
rendah pengelolaan dilakukan oleh Katim/ karywan sendiri untuk
medium adalah wilayah oenyelesaian supervisor/ kepala unit, dan
untuk tingkat tinggi adalah wilayah peyelesaisn manager dan
setingkatnya, sedangkan untuk ekstem adalah wilayah
direksiuntuk meyelesaikan masalah tersebut.
3) Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi,
selanjutnya dibuat rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini
disebut mitigasi risiko. Langkah mitigasi risiko meliputi
pengidentifikasian beberapa kegiatan untuk menangani risiko,
memperkirakan risiko, menyiapkan rencana perlakuan risiko dan
mengimplementasikan rencana perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya
difokuskan pada kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Mitigasi/Pengelolaan
No. Jenis Risiko
Penanganan
1. a. Adanya petugas yang kompeten
dalam melakukan pekerjaan.
Tersengat arus b. Pembuatan SPO perbaikan/
listrik dari alat perawatan alat – alat elektronik.
c. Penyedian alat reparasi yang sesuai
dengan standar keselamatan.
d. Penyediaan alat pelindung diri.
2. a. Adanya petugas yang kompeten
Paparan radiasi dalam melakukan pekerjaan.
panas dari alat b. Penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai.
3. Paparan radiasi a. Adanya petugas yang kompeten
sinar X sebagai PPR/Petugas Proteksi Radiasi
b. Supervisi kepatuhan terhadap
prosedur keselamatan kerja di
radiologi

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 7


c. Mengukur secara periodik besarnya
radiasi yang terpapar pada petugas
d. Memberikan makanan tambahan bagi
peugas untuk meningkatkan daya
tahantubuh.
e. Melakukan kalibrasi/uji kelayakan
terhadap peralatan medik yang dapat
memancarkan radiasi
4. Kegagalan sistem a. Melakukan KSO/kerjasama
alat saat digunakan operasional untuk alat medik yang
mahal dan bersifat vital sehingga jika
ada kegagalan fungsi dapat diganti
tanpa merugikan RS secara finansial.
b. Melakukan penetapan spesifikasi alat
yangdisesuaikan dengan kondisi RS
sebelum dilakukan KSO/pembelian.
c. Melakukan uji fungsi harian secara
rutin oleh unit tempat alat berada.
d. Menetapkan sistem recall untuk alat
yang rusak dan membahayakan jika
masih dipakai.
e. Menetapkan respon time saat alat
dilaporkan rusak sampai petugas
datang untukmelakukan perbaikan.
4) Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden
dengan SK Direktur Utama Nomor
846/SK/DIR/PKU.WSB/XII/2018 tentang SISTEM ALUR
PELAPORAN DAN PENANGANAN KEJADIAN KECELAKAAN
KERJA DAN KEJADIAN BENCANA
5) Monitoring dan Review insiden dan kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh
Sekertaris K3 dan juga sebagai risk manager dimana dibantu oleh
penanggung jawab masing masing program sesuai dengan SK
direktur Nomor 844/SK/DIR/PKU.WSB/XII/2018.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 8


2. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Kebakaran
a. Kegiatan Pokok
1) Melakukan Pemeriksaan deteksi dini kebakaran pra, saat dan post
kontruksi
2) Melakukan pemeliharaan rutin
3) Pengendalian binatang pengerat
4) Pengechekan rutin sistem deteksi dini kebakaran.
5) Pemantauan area dengan menggunakan CCTV.
6) Patroli rutin setiap 2 jam sekali.
7) Pemantauan proyek renovasi atau pembangunan.
b. Identifikasi risiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko,
penyebabnya dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang
digunakan, disesuaikan dengan kemampuan, sasaran, dan jenis
risiko yang dihadapi. Alat identifikasi yang digunakan dalam rencana
induk ini adalah dengan Brainstorming atau curah pendapat antara
manajer dan pengawas program serta pihak lain dalam internal
rumah sakit yang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan penanggulangan Kebakaran adalah
sebagai berikut :
1) Ledakan gas medis O2
2) Ledakan Gas LPG
3) Konsleting listrik
4) Ledakan Autoclave
5) Genset over heating
6) Bahan kimia mudah terbakar
c. Analisa Risiko Pengelolaan Penanggulangan Kebakaran
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya
sasaran pengelolaan alat medis dan menyediakan data untuk
membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko
mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap
consequence dan likelihood didalam konteks untuk mengambil
tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program
ini adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 9


probabilias kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang
mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability Dampak/
Skor
No Jenis Risiko / Consequenc
Risiko
Likelihood es
1. Ledakan gas O2 1 5 5
2. Ledakan gas LPG 1 5 5
3. Konsleting listrik 2 5 10
4. Ledakan Auto clave 1 5 5
5. Genset over heating/ 1 4 4
kelebihan beban
6. Bahan kimia mudah 1 4 4
terbakar

Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan


dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tanggung
Skor Kriteri
Jenis jawab
No Risik a Tindak lanjut
Risiko pengelolaan
o Risiko
risiko
1. Ledakan 5 Ekstri Direksi a. Perlu penanganan
gas O2 m khusus
b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
2. Ledakan 10 Ekstri direksi d. Perlu penanganan
gas LPG m khusus
e. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
3. Konsletin 12 Tinggi Manajer c. Perlu penanganan
g listrik khusus

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 10


d. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
e. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
4. Ledakan 6 Tinggi Manager a. perlu penanganan
Auto khusus
clave b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
5. Genset 4 Tinggi manager a. perlu penanganan
over khusus
heating/ b. Pemantauan periodik
kelebihan untuk memastikan
beban sejak dini risiko tidak
terjadi
c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
6. Bahan 4 Tinggi Manager a. perlu penanganan
kimia khusus
mudah b. Pemantauan periodik
terbakar untuk memastikan

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 11


sejak dini risiko tidak
terjadi
c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan, deteksi
dan penanganan.
Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk
tolerance. Hal ini berari bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak
diperlukan suatu upaya yang sangat khsuus untuk melakukan
pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria rendah
dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
d. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya
dibuat rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi
risiko. Langkah mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa
kegiatan untuk menangani risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan
rencana perlakuan risiko dan mengimplementasikan rencana
perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya
difokuskan pada kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
No Mitigasi/Pengelolaan
Jenis Risiko
. Pencegahan dan Penanganan
1.Ledakan gas O2 - Melakukan maitenance rutin pada jalur
distribusi gas medis.
- Melakukan monitoring tekanan gas medis.
- Memasang sign gas mudah meledak dan
terbakar pada tempat penyimpanan oksigen.
2. Ledakan gas - Memasang alat deteksi kebocoran gas
LPG - Melakukan cheking ataupun perawatan
jaringan / selang dan regulator
- Menjauhkan tabung gas elpiji dari sumber
api
- Menempatkan gas elpiji ditempat yang aman

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 12


dan terdapat sirkulasi udara yang memadahi
3. Konsleting - Melakukan inspeksi dan pembuatan jadwal
listrik maintenance minimal sebulan sekali
- Melakukan peremajaan pengkabelan
- Mengukur dengan thermo digital terhadap
jaringan listrik maupun alat Panel hubung
Bagi maupun melakukan ceklist di tempat
PHB yang di anggap rawan
4. Ledakan Auto - Memasang alarm di alat auto clave
clave disesuaikan dengan kebutuhan
- Menyediakan alat timer untuk menyetel
waktu yang dibutuhkan
- Melakukan maintenance rutin
5. Genset over - Melakukan maitenance rutin
heating/ - Melakukan pemanasan / warming up secara
kelebihan beban rutin, selalu dicatat dalam buku laporan
tentang hasil pemanasan
- Melakukan supervisi ke user, melakukan
pengechekan voltase adakah yang
pemakaiannya lebih besar
- Menselaraskan/ menyeimbangkan
pemaikaian terhadap kekuatan yang di
sarankan
6. Bahan kimia - Menyediakan tempat penyimanan khusus.
mudah terbakar - Pembuatan SPO pengelolaan dan
penyimpanan.
- Menyediakan alat pemadaman khusus
bahan kimia.
- Memberikan label b3 untuk semua sedian
b3.
e. Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan
SK Direktur Utama Nomor 846/SK/DIR/PKU.WSB/XII/2018
tentang SISTEM ALUR PELAPORAN DAN PENANGANAN KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA DAN KEJADIAN BENCANA
f. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 13


Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh
Sekertaris K3 dan juga sebagai risk manager dimana dibantu oleh
penanggung jawab masing masing program sesuai dengan SK
direktur Nomor 844/SK/DIR/PKU.WSB/XII/2018.
3. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan B3
a. Identifikasi risiko
Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko,
penyebab dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang digunakan,
disesuaikan dengan kemampuan, sasaran, dan jenis risiko yang
dihadapi. Cara mengidentifikasi yang digunakan dalam rencana induk
ini adalah dengan Brainstorming atau curah pendapat antara manajer
dan pengawas program serta pihak lain di internal rumah sakit.
Identifikasi risiko pengelolaan B3 antara lain sebagai berikut :
1) Ledakan / kebakaran B3
2) Tumpahan B3
3) Paparan B3
4) Penyalahgunaan limbah B3
b. Analisa Risiko Pengelolaan B3
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya
sasaran pengelolaan B3 dan menyediakan data untuk membantu
langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko mencakup
pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap consequence
dan likelihood didalam konteks untuk mengambil tindakan
pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program
ini adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas
probabilias kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang
mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability Dampak/
Skor
No Jenis Risiko / Consequenc
Risiko
Likelihood es
1. Ledakan/Kebakaran B3 1 4 4
2. Tumpahan B3 3 2 6
3. Paparan B3 2 2 4

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 14


4. Penyalahgunaan Limbah 4 4 16
B3
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan
dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
No Jenis Sko Kriteria Tanggung Tindak lanjut
Risiko r Risiko jawab
pengelolaa
n risiko
1. Ledakan 4 Medium Manajer  Tidak perlu
/kebakara penanganan
n B3 khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan
sejak dini risiko
tidak terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
2. Tumpahan 6 Medium Manajer  Tidak perlu
B3 penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan
sejak dini risiko
tidak terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 15


untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
3. Paparan 4 Medium Manajer  Tidak perlu
B3 penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan
sejak dini risiko
tidak terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
4. Penyalahg 3 Low Supervisor  Tidak perlu
unaan B3 penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan
sejak dini risiko
tidak terjadi.
Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk
tolerance. Hal ini berarti bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak
diperlukan suatu upaya yang sangat khsuus untuk melakukan
pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria rendah
dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat B3
disimpan /digunakan berkejasama dengan supervisor sanitasi.
Sedangkan pada risiko medium diperlukan koordinasi antar manajer
dengan melibatkan jajaran dibawahnya.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 16


c. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya
dibuat rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi
risiko. Langkah mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa
kegiatan untuk menangani risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan
rencana perlakuan risiko dan mengimplementasikan rencana
perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya
difokuskan pada kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
No Jenis Mitigasi/Pengelolaan
Risiko Pencegahan Penanganan
1. Ledakan/  Melakukan  Jika terjadi kebakaran,
Kebakaran monitoring suhu Pemadaman dilakukan
B3 penyimpanan B3 dengan APAR jenis Foam
 Memasang sesuai dengan SPO
detektor penanganan kebakaran di
kebakaran RS
 Menyediakan  Jika terjadi ledakan
APAR dilakukan sesuai dengan
 Menyediakan prsedur penanganan sesuai
ventilasi yang kode kedaruratan di RS (
memadai kode hitam )
 Melakukan  Meminimalisir ataupun
penandaan mengisolir luasan lokasi
dengan dampak kebakaran /
pemasangan label ledakan.
dan tanda bahaya
dengan memakai
lambang atau
peringatan
 Mengatur jarak
letak sediaan B3
dengan sumber
api sesuai standar

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 17


2. Tumpahan  Menyusun  Menyiapkan dan
kebijakan dan menggunakan spill kit
prosedur dalam sesuai dengan jenis B3 yang
Penyimpanan, ada
Penggunaan B3
 Menyusun
kebijakan dan
prosedur dalam
Penanganan
tumpahan B3
 Membuat tempat
penyimpanan yg
standart
 Penyimpanan
dilakukan secara
benar
 Labelisasi dan
rambu rambu

3. Paparan  Menyusun  Memberikan sarana dan


kebijakan dan prasarana dilokasi B3 untuk
prosedur dalam penanganan darurat terkena
Penyimpanan, paparan B3 ( wastafel, PPPK
Penggunaan B3 )
 Menyusun
kebijakan dan
prosedur dalam
Penanganan
paparan B3
 Menyusun Alur
Penanganan
paparan B3
 SPO Wajib
Pemakaian APD di

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 18


lokasi B3.
d. Pelaporan Insiden daan Pelaporan Program
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan
SK Direktur Nomor 098/SK/DIR/PKU.WSB/VI/2015 tentang
PEMBERLAKUAN SISTEM PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN
PELAPORAN KEJADIAN SERTA PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT
KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT KERJA, KEBAKARAN DAN
BENCANA
e. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3
sesuai dengan besar kecilnya risiko.
Monitor dan review insinden juga melibatkan unit-unit terkait
4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan HOSDIP
a. Kegiatan Pokok :
1) Melakukan persiapan menghadapi bencana Mitigasi dan
Kesiapsiagaan
2) Melakukan rencana Aksi jika terjadi bencana ( Resposns)
3) Melakukan rehabilitasi/pemulihan
4) Melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan menghadapi bencana
baik untuk internal maupun external RS
5) Menyiapkan dan inventarisasi SDI, sarana dan prasarana,
6) Membuat jadwal Tim
7) Mengajukan rencana anggaran
8) Melakukan pemeliharaan preventif
9) Melakukan koordinasi dengan berbagi pihak, Intenal RS maupun
Rincian Kegiatan
10) Pelatihan untuk peningkatan kompetensi untuk Tim
b. Analisa Risiko Hospital Disaster Plan
Probability Dampak/
Skor
No Jenis Risiko / Consequenc
Risiko
Likelihood es
1. Kebakaran 1 5 5
2. Gempa bumi 2 5 10
3. Keracunan Massal 2 4 8
4. Ancaman Bom 1 5 5

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 19


5. Kecelakaan Massal 3 4 12
6. banjir Bandang 1 4 4
7. Penculikan Bayi 1 4 4
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan
dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tanggung
Skor Kriteri
Jenis jawab
No Risik a Tindak lanjut
Risiko pengelolaan
o Risiko
risiko
1. Kebakara 5 Ekstre Direksi c. Perlu penanganan
n m dan perhatian khusus
dan segera
d. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
2. Gempa 10 Ekstre Direksi f. Perlu penanganan
bumi m dan perhatian khusus
dan segera
g. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
3. Keracuna 8 Tinggi Manajer d. perlu penanganan
n Massal khusus
e. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
f. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
4. Ancaman 5 Ekstre Direksi a. Perlu penanganan
Bom m dan perhatian khusus

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 20


dan segera
b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini.
5. Kecelaka 12 Ekstre Direksi a. Perlu penanganan
an m dan perhatian khusus
Massal dan segera
b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini
6. banjir 4 Tinggi Manager a. perlu penanganan
Bandang khusus
b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
7. Penculika 4 tinggi Manager a. perlu penanganan
n Bayi khusus
b. Pemantauan periodik
untuk memastikan
sejak dini risiko tidak
terjadi
c. Perlunya koordinasi
antar lintas sektoral
untuk fungsi
Terdapat beberapa risk risiko yang berada di atas garis risk tolerance
hal ini dikarenakan walaupun consequensesnya hanya 1 akan tetapi
dari risk tolerancenya sangat tinggi . Perbedaan pada kriteria rendah,
medium, dan tinggi adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat
berada berkejasama dengan TIM K3. Untuk risiko medium diperlukan
koordinasi antar manajer dengan melibatkan jajaran dibawahnya.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 21


Sedangkan untuk skor risiko ekstrem masuk ke jajaran direksi dan
butuh penganan khusus
c. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
No Jenis Mitigasi/Pengelolaan
. Risiko Pencegahan Penanganan
1. Kebakaran Menyusun kebijakan - Melakukan simulasi bencana
dan prosedur tentang minimal 1 tahun sekali.
kegawat daruratan - Membuat sistem panggilan
serta membuat keadaan darurat.
sistem - Melakukan pelatihan
penanggulangan penanggulangan kebakaran.
bencana
2. Gempa Menyusun kebijakan - Melakukan simulasi bencana
bumi dan prosedur tentang minimal 1 tahun sekali.
kegawat daruratan - Membuat sistem panggilan
serta membuat keadaan darurat.
sistem
penanggulangan
bencana
3. Keracunan Menyusun kebijakan - Melakukan simulasi bencana
Massal dan prosedur tentang minimal 1 tahun sekali.
kegawat daruratan - Membuat sistem panggilan
serta membuat keadaan darurat.
sistem - Melakukan pelatihan triage bagi
penanggulangan petugas IGD
bencana
4. Penculikan - Menyusun - Melakukan pengawasan
Bayi program dan terhadap CCTV.
prosedur - Melakukan simulasi kegawatan
pengelolaan tentang penculikan bayi.
keamanan - Mensosialisasikan cara
termasuk pencegahan dan penanganan
pengawasan kejadian penculikan bayi.
CCTV.
- Menyusun

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 22


prosedur khusus
tentang
perlindungandan
pencegahan
penculikan bayi
5. Ancaman Menyusun program - Melakukan patroli rutin
Bom dan prosedur minimal 2 jam sekali.
pengelolaan - Melakukan pengawasan
keamanan termasuk terhadap CCTV.
pengawasan CCTV - Melakukan sosialisasi kepada
pengunjung, keluarga pasien
dan pasien untuk menyimpan
barang – barang berharga.
6. Kecelakaan Menyusun kebijakan - Melakukan simulasi bencana
Massal dan prosedur tentang minimal 1 tahun sekali.
kegawat daruratan - Membuat sistem panggilan
serta membuat keadaan darurat.
sistem - Melakukan pelatihan triage bagi
penanggulangan petugas IGD
bencana
7. banjir Menyusun kebijakan - Melakukan simulasi bencana
Bandang dan prosedur tentang minimal 1 tahun sekali.
kegawat daruratan - Membuat sistem panggilan
serta membuat keadaan darurat.
sistem - Melakukan pelatihan triage bagi
penanggulangan petugas IGD
bencana
d. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1) Mitigasi dan Kesiapsiagaan : kegiatan meliputi Penagganan
Kegawata darurata sehari-hari dan pengelolaan bencana
2) Rencana Aksi jika terjadi bencana ( Resposns) : pengiriman Tim
Kesehatan di daerah Bencana
3) Melakukan rehabilitasi/pemulihan dan advokasi : menjalin
kerjasama lintas sektoral baik di pihak internal maupun extrnal
Rumah Sakit.
e. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 23


Semua dokumen tersebut dijadikan pula sebagai data pelaporan
kegiatan.
5. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Keamanan dan Keselamatan
a. Identifikasi risiko
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya
sasaran pengelolaan alat medis dan menyediakan data untuk
membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko
mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap
consequence dan likelihood didalam konteks untuk mengambil
tindakan pengendalian.
b. Analisa risiko
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program
keamanan adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas
probabilias kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang
mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability/ Dampak/ Skor
No Jenis Risiko Likelihood Consequenc Risik
es o
1. Pencurian 5 2 10
2. Pengerusakan 3 2 6
3. Pelecehan 4 2 8
4. Kontak fisik 3 2 6
5. Penganiayaan terhadap 4
pasien 2 2
6. Perlindungan barang 2 2 4
7. Penculikan anak & bayi 3 2 6
8. Bangunan Runtuh 3 2 6
9. Lantai licin 2 2 4
10 Tidak adanya Rambu –
3 1 3
. Rambu
11
3 1 3
. Kebocoran
c. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan antara skor risiko
yang didapatkan dari proses analisa risiko dengan kriteria risiko.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 24


Adapaun kirteria risiko dapat disebut dengan Risk Apetite dan
dilengkapi dengan Risk Tolerance
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan
dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tanggungja
Skor Kriteria wab
No Jenis Risiko Tindak lanjut
Risiko Risiko pengelolaan
risiko
1. Pencurian 10 Medium Manajer  Tidak perlu
penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
2. pengerusakan 6 Medium Manajer  Tidak perlu
penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
3. Pelecehan 8 Medium Manager  Tidak perlu
penanganan
khusus

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 25


 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
4. kontak fisik 6 Medium Manager  Tidak perlu
penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
5. Penganiayaan 4 Rendah Supervisor  Tidak perlu
terhadap penanganan
pasien khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 26


6. Perlindungan 4 Rendah Supervisor  Tidak perlu
barang penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
7. penculikan 6 Medium Manager  Tidak perlu
anak & bayi penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk
tolerance. Hal ini berarti bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak
diperlukan suatu upaya yang sangat khsus untuk melakukan
pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria rendah
dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 27


Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor Keamanan/
Satpam. Sedangkan pada risiko medium diperlukan koordinasi antar
manajer dengan melibatkan jajaran dibawahnya.
d. Tata kelola risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya
dibuat rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi
risiko. Langkah mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa
kegiatan untuk menangani risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan
rencana perlakuan risiko danmengimplementasikan rencana
perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya
difokuskan pada kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :

No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan


Pencegahan Penanganan
1 Pencurian Menyusun Regulasi 1. adanya petugas yang
Pengamanan kompeten sebagai
Menyusun Kebijakan Kemanan
2. Supervisi kepatuhan
terhadap prosedur
keamanan kerja.
3. Pemantauan secara
Intensitas
4. Melakukan uji kelayakan
terhadap bangunan dan
bahan bangunan.
2. Lantai Licin Menyusun kebijakan 1. Memasang tanda atau
dan prosedur rambu rambu penunjang
pembersihan sebagai tanda lantai licin
2. Melakukan uji kelayakan
cara dan bahan
membersihkan.
3. Menangani keluhan
petugas yang terkait

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 28


terhadap lantai licin.
3. Rambu -Rambu Menyusun kebijakan 1. Melakukan Pengadaan
dan prosedur untuk Rambu rambu setiap ada
menstandarisasi tanda pengerjaan pekerjaan.
atau Rambu Rambu 2. Rambu rambu dibuat
bahaya. sesuai kondisional dan
konseptual.
4. Kebocoran Menyusun kebijakan dan 1. adanya petugas yang
prosedur untuk kompeten sebagai
standarisasi proses alur Pemeliharaan dan
air dan pembuangan pengawasan.
serta penyerapan. 2. Supervisi kepatuhan
terhadap prosedur
keamanan kerja.
3. Pemantauan secara
periodik besarnya
kerentanan kerusakan
bangunan.
4. Melakukan uji kelayakan
terhadap bangunan dan
bahan bangunan.
5. Rambu -Rambu Menyusun kebijakan dan 1. Memasang tulisan
prosedur untuk peringatan pada area gas
keselamatan pengelolaan medis “Selain petugas
gas medis mengacu pada dilarang masuk”, “Awas
regulasi. gas mudah meledak”
2. Diberi pengaman berupa
pagar yang dilengkapi
dengan pintu dan
pengunci
3. Dilengkapi monitoring
suhu dan kelembaban
ruangan yang selalu
terkontrol
4. Meminta bukti kalibrasi

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 29


tabung gas kepada suplier
6. lantai licin Menyusun kebijakan dan 1. Melakukan pemeriksaan
prosedur terkait air bersih secara berkala
keselamatan pengelolaan 2. Melakukan treatment
air bersih mengacu pada terhadap sumber air agar
regulasi tentang sesuai persyaratan
persyaratan air bersih 3. Membatasi akses orang
terhadap sumber air
bersih untuk mencegah
masuknya kontaminan
yang disengaja
4. Melakukan monitoring
kondisi pipa air secara
berkala
5. Merespon secara cepat
keluhan terhadap kualitas
air dari unit atau pasien
e. Pelaporan insiden
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan
SK Direktur Nomer 098/SK/DIR/PKU.WSB/VI/2015 tentang
PEMBERLAKUAN SISTEM PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN
PELAPORAN KEJADIAN SERTA PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT
KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT KERJA, KEBAKARAN DAN
BENCANA
f. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3
sesuai dengan besar kecilnya risiko.Monitor dan review insinden juga
melibatkan unit-unit terkait
6. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Pengelolaan Sistem Utilitas
a. Kegiatan Pokok
1) Melakukan Pemeliharaan Preventif
2) Melakukan Perbaikan Alat Non Medis ( Korektif )
3) Melakukan Sertifikasi Alat Non Medis
b. Rincian Kegiatan
1) Identifikasi Risiko

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 30


Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area dampak risiko,
penyebabnya dan potensi akibatnya. Teknik Identifikasi yang
digunakan, disesuaikan dengan kemampuan, sasaran, dan jenis
risiko yang dihadapi. Alat identifikasi yang digunakan dalam
rencana induk ini adalah denganBrainstorming atau curah
pendapat antara manajer dan pengawas program serta pihak lain
dalam internal rumah sakit yang terkait.
Identifikasi risiko pengelolaan peralatan medisantara lain sebagai
berikut :
a) Konsleting Instalasi Listrik
b) Genset Overload beban
c) Suplai air mati
d) Air terkontaminasi/tak penuhi syarat
e) Instalasi gas medis bocor
f) Ledakan tabung gas medis
g) Kesalahan pemasangan gas medis
c. Analisa Risiko Sistem Utilitas
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya
sasaran pengelolaan sistem utilitas dan menyediakan data untuk
membantu langkah evaluasi dan mitigasi risiko. Analisis risiko
mencakup pertimbangan dan mengkombinasikan estimasi terhadap
consequence dan likelihood didalam konteks untuk mengambil
tindakan pengendalian.
Adapun analisa risiko yang digunakan dalam rencana induk/program
ini adalah analisa kuantitatif dengan melakukan skoring atas
probabilias kejadian dan nilai dampak atau konsekuensi yang
mungkin timbul jika risiko benar-benar terjadi.
Probability/ Dampak/ Skor
No Jenis Risiko Likelihood Consequenc Risik
es o
1. Konsleting Instalasi Listrik 1 3 3
2. Genset Overload beban 1 3 3
3. Suplai air mati 1 4 4
4. Air terkontaminasi/tak 2 3 6

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 31


penuhi syarat
5. Instalasi gas medis bocor 1 3 3
6. Ledakan tabung gas medis 1 5 5
7. Kesalahan pemasangan gas 1 5 5
medis

d. Evaluasi Risiko Pengelolaan Peralatan non Medis


Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan antara skor risiko
yang didapatkan dari proses analisa risiko dengan kriteria risiko.
Adapaun kirteria risiko dapat disebut dengan Risk Apetite dan
dilengkapi dengan Risk Tolerance.
Berdasarkan pada risk tolerance maka dapat ditetapkan kewenangan
dan tanggung jawab dalam pengelolaan risiko sebagai berikut :
1) Risiko yang berada di atas garis risk tolerance dan berada di level
risiko mulai dari 16 sampai dengan 25 menjadi perhatian penuh
Direksi dalam pengelolaannya.
2) Level risiko di atas garis risk tolerance sampai lebih kecil dari 16
menjadi perhatian penuh Manajer.
3) Risiko di bawah garis risk tolerance sepenuhnya dalam tanggung
jawab pengelolaan ditingkat operasional atau oleh supervisor.
Selanjutnya risiko yang telah diidentifikasi dan diskoring akan
dibandingkan dengan gambar diatas sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
No Jenis Risiko Skor Kriteria Tanggungjaw Tindak lanjut
Risik Risiko ab
o pengelolaan
risiko
1. Konsleting 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
Instalasi Listrik penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 32


2. Genset Overload 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
beban penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
3. Suplai air mati 4 Medium Manager  Tidak perlu
penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
4. Air 6 Medium Manager  Tidak perlu
terkontaminasi/ta penanganan
k penuhi syarat khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 33


pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
5. Instalasi gas medis 3 Rendah Supervisor  Tidak perlu
bocor penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
6. Ledakan tabung 5 Medium Manager  Tidak perlu
gas medis penanganan
khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya
koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
7. Kesalahan 5 Medium Manager  Tidak perlu
pemasangan gas penanganan
medis khusus
 Pemantauan
periodik untuk
memastikan sejak
dini risiko tidak
terjadi
 Perlunya

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 34


koordinasi antar
lintas sektoral
untuk fungsi
pencegahan,
deteksi dan
penanganan.
Secara umum seluruh skor risiko berada di bawah garis risk
tolerance. Hal ini berari bahwa risiko masih dapat diterima dan tidak
diperlukan suatu upaya yang sangat khsuus untuk melakukan
pencegahan dan penanganan risiko. Perbedaan pada kriteria rendah
dan medium adalah pada tanggung jawab pengelolaan risiko.
Pada risiko rendah pengelolaan dilakukan oleh supervisor tempat alat
medis berada berkejasama dengan supervisor elektromedik.
Sedangkan pada risiko medium diperlukan koordinasi antar manajer
dengan melibatkan jajaran dibawahnya.
e. Mitigasi/Pengelolaan Risiko
Risiko-risiko yang telah tersaring pada langkah evaluasi, selanjutnya
dibuat rencana pengendalian lebih lanjut, langkah ini disebut mitigasi
risiko. Langkah mitigasi risiko meliputi pengidentifikasian beberapa
kegiatan untuk menangani risiko, memperkirakan risiko, menyiapkan
rencana perlakuan risiko danmengimplementasikan rencana
perlakuan risiko.
Risiko yang akan dilakukan mitigas/pengelolaan risiko hanya
difokuskan pada kriteria risiko medium dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
No Jenis Risiko Mitigasi/Pengelolaan
Pencegahan Penanganan
1 Suplai air mati Menyusun kebijakan dan 5. Melakukan pengukuran
prosedur terkait debit air secara berkala.
keselamatan pengelolaan 6. Melakukan penilaian
air bersih mengacu pada kebutuhan air harian RS
regulasi tentang yang diupdate secara
persyaratan air bersih berkala
7. Menetapkan sumber air
alternatif

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 35


8. Melakukan uji coba
sumber air alternatif
2. Air Menyusun kebijakan dan 4. Melakukan pemeriksaan
terkontaminasi/ prosedur terkait air bersih secara berkala
tak penuhi keselamatan pengelolaan 5. Melakukan treatment
syarat air bersih mengacu pada terhadap sumber air
regulasi tentang agar sesuai persyaratan
persyaratan air bersih 6. Membatasi akses orang
terhadap sumber air
bersih untuk mencegah
masuknya kontaminan
yang disengaja
7. Melakukan monitoring
kondisi pipa air secara
berkala
8. Merespon secara cepat
keluhan terhadap
kualitas air dari unit
atau pasien
3. Ledakan tabung Menyusun kebijakan dan 3. Memasang tulisan
gas medis prosedur untuk peringatan pada area gas
keselamatan pengelolaan medis “Selain petugas
gas medis mengacu pada dilarang masuk”, “Awas
regulasi. gas mudah meledak”
4. Diberi pengaman berupa
pagar yang dilengkapi
dengan pintu dan
pengunci
5. Dilengkapi monitoring
suhu dan kelembaban
ruangan yang selalu
terkontrol
6. Meminta bukti kalibrasi
tabung gas kepada
suplier

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 36


4. Kesalahan Menyusun kebijakan dan 1. Memasang prosedur
pemasangan prosedur untuk pemasangan gas medis
gas medis keselamatan pengelolaan (SPO)
gas medis mengacu pada 2. Mengelompokkan gas
regulasi medis berdasarkan jenis
gas
3. Standarisasi kode
warna berdasarkan
jenis gas medis
4. Melakukan edukasi
kepada staf
pemeliharaan berkaitan
dengan pengelolaan gas
medis yang meliputi
SPO, pengelompokan
gas medis, dan
standarisasi kode warna
f. Pelaporan Insiden dan Pelaporan Program
Pelaporan insinden berdasarkan prosedur pelaporan insiden dengan
SK Direktur Nomer 098/SK/DIR/PKU.WSB/VI/2015 tentang
PEMBERLAKUAN SISTEM PENCATATAN, PENGUMPULAN DAN
PELAPORAN KEJADIAN SERTA PENANGGULANGAN KASUS AKIBAT
KECELAKAAN, PENYAKIT AKIBAT KERJA, KEBAKARAN DAN
BENCANA
g. Monitoring dan Review insiden dan kegiatan
Monitoring dan review insinden dan kegiatan dilakukan oleh Tim K3
sesuai dengan besar kecilnya risiko.
Monitor dan review insinden juga melibatkan unit-unit terkait
h. Edukasi staf tentang risk register
Edukasi staf tentang risk register bertujuan untuk penyiapan
Kompetensi staf dalam partisipasinya untuk mencegah dan
manangani risiko. Unit Kerja penanggung jawab dapat bekerjasama
dengan Unit Diklat untuk melakukan pelatihan internal/eksternal
kepada para pengambil keputusan/pemilik risiko dan staf. Hal ini
dimaksudkan agar para pengambil keputusan dan staf memiliki
pemahaman yang sama tentang manajemen risiko.

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 37


i. Cara Melaksanakan Kegiatan
Tata cara pelaksanaan kegiatan dibukukan dalam;
1) Pedoman Pemeliharaan Alat Non Medis
2) SPO
j. Sasaran
Kerusakan pada peralatan non medis yang ada di rumah sakit dapat
dikurangi (seminimal mungkin)
k. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Kegiatan
1) Pelaksanaan pemeliharaan preventif
a) Genset
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Warming up genset 2x Teknisi Pemeliharaan
2. Pembersihan chasis seminggu Teknisi Pemeliharaan
3. Penggantian oli 1x Teknisi Pemeliharaan
4. Pembersihan filter oli sebulan Teknisi Pemeliharaan
5. Pembersihan filter solar 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
6. Pembersihan filter udara 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
7. Cek Radiator 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
8. Mengisi solar 4 bulan Teknisi Pemeliharaan
9. Cek baterai Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
10. Ganti baterai Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
11. Over hold Setiap saat Pihak III
12. Penggantian filter oli 2 tahun Teknisi Pemeliharaan
13. Penggantian filter solar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
14. Kuras tangki solar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
15. Kuras pipa instalasi solar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
b) Instalasi Listrik
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Pengecekan arus KWH meter 1 minggu Teknisi Pemeliharaan
2. Pembersihan box panel induk 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
3. Cek panas bisbar panel induk 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
4. Penggantian MCB Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
5. Penggantian NT Fuse Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
6. Penggantian NFB Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
7. Penggantian stop kontak Bila perlu Teknisi Pemeliharaan

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 38


8. Penggantian saklar Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
9. Penggantian lampu Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
10. Penggantian kabel Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
11. Penambahan instalasi Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
12. Pengecekan PHB 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
13. Pengecekan saklar TPDT 1 bulan Teknisi Pemeliharaan
14. Merapikan instalasi Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
c) Gas Medis
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Cek N2O Setiap hari Teknisi Pemeliharaan
2. Cek O2 Setiap hari Teknisi Pemeliharaan
3. Penggantian regulator Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
4. Penggantian pipa flexible Bila perlu Teknisi Pemeliharaan
5. Pengecatan pipa instalasi O2 dan 2 tahun Teknisi Pemeliharaan
6. N2O Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
7. Ganti air humidifier 3 bulan Teknisi Pemeliharaan
8. Pengecekan flow meter 6 bulan Teknisi Pemeliharaan
9. Pengecekan outlet gas medis Setiap saat Teknisi Pemeliharaan
Penggantian tabung O2 dan N2O

d) Air
 Penyediaan Air Bersih
No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Pemeriksaan Mikrobiologi 4 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
2. Pemeriksaan Kimia 6 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
3. Pengurasan Bak Bak Reservoir 4 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
4. Pencatatan Debit Air Bersih Tiap Hari Petugas Sanitasi
5. Pengurasan Bak Reservoir CSSD 1 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
6. Pengukuran pH dan Sisa CHLOR Tiap Hari Petugas Sanitasi
7. Pengurasan Bak Chlorinasi ! Minggu 1 x Petugas Sanitasi
8. Chlorinasi Air Bersih Tiap Hari Petugas Sanitasi
9. Pemeriksaan Air Untuk HD 4 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
10. Pemeriksaan Pompa Air 6 Bulan 1 x Pihak III
 Pengolahan Limbah Cair

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 39


No Kegiatan Pemeliharaan Periode Pelaksana
1. Cek mesin IPLC Tiap hari Petugas Sanitasi
2. Cek Jaringan Tiap hari Petugas Sanitasi
3. Operasional Mesin IPLC Tiap hari Petugas Sanitasi
4. Cek Debit Limbah Tiap hari Petugas Sanitasi
5. Pemeriksaan pH dan Sisa Chlor Tiap hari Petugas Sanitasi
6. Pemeriksaan Kualitas Limbah Tiap Akhir Bulan Petugas Sanitasi
7. Cair 2 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
8. Pemeriksaan Bak Bioreaktor 1 Bulan 1 x Petugas Pemeliharaan
9. Ganti Oli Blower Tiap hari Petugas Sanitasi
10. Bersihkan Screen Tiap Akhir bulan Petugas Sanitasi
11. Bersihkan Bak Lemak 6 Bulan 1 x Petugas Sanitasi
12. Bersihkan Bak Penampung di Tiap Akhir Bulan Petugas Sanitasi
13. IPLC Tiap hari Petugas Sanitasi
Perawatan Panel
Minimisasi Limbah Cair
l. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1) Pemeliharaan preventif
Kegiatan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan oleh
Supervisor Pemeliharaan kepada Manajer Penunjang Non Medis
dilakukan setiap 3 bulan sekali setelah terlaksananya satu siklus
penuh proses pemeliharaan preventif.
2) Perbaikan alat non medis (pemeliharaan korektif)
Kegiatan evaluasi dan pelaporan penanganan perbaikan alat non
medis dilakukan 1 bulan sekali
3) Sertifikasi
Kegiatan evaluasi dan pelaporan kegiatan sertifikasi alat non medis
dilakukan 2 tahun sekali
m. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Ada beberapa bukti pemeliharaan preventif, korektif maupun
sertifikasi alat non medis yang akan dijadikan pijakan dalam setiap
proses evaluasi oleh unit pemeliharaan, yaitu;
1) Buku Kegiatan Pemeliharaan merupakan buku yang berisi
catatan setiap kegiatan yang dilakukan oleh teknisi pemeliharaan
setiap harinya.
2) Form Checklist Maintenance merupakan lembar ceklist

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 40


pemeliharaan preventif untuk masing-masing alat non medis.
3) Kartu Pemeliharaan merupakan lembar pencatatan setiap
kegiatan yang tertempel pada setiap alat non medis.
4) Sertifikasi eksternal merupakan sertifikat dari setiap alat non
medis yang telah dilakukan sertifikasi oleh pihak eksternal.
Semua dokumen tersebut dijadikan pula sebagai data pelaporan
kegiatan dalam rapat koordinasi Penunjang Non Medis.

Wonosobo, 2 Januari 2018


Pengawas Managemen Risiko

Harsono Sugianto Putro, AMK

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 41

Anda mungkin juga menyukai