Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dila Purwati

Ide : Review Jurnal


NIM / Kelas : 2032550051/ AK 2C
Tema : Evaluasi Kinerja Perpjaakan
Judul : Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia
Sumber : Setiyaji, G., & Amir, H. (2005). Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan
Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Esa Unggul, 1-13. Retrieved June
29, 2022, from https://bit.ly/3AawznH

REVIEW JURNAL
EVALUASI KINERJA SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA

1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berbagai hal yang telah dicapai oleh reformasi perpajakan,
efektivitasnya, dan kelayakan dipandang dari beberapa kriteria system perpajakan
ideal.

2. Latar Belakang Penelitian


Pemerintah saat ini menunggu pengesahan atas tiga RUU yang mengubah tiga UU
Perpajakan yang saat ini berlaku. Ketiga UU yang hendak diamandemenkan tersebut
adalah UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), UU tentang
Pajak Penghasilan (UU PPh), dan UU tentang Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM).Ketiga UU tersebut diamandemen
karena di samping merupakan ketentuan perundang-undangan yang paling krusial
dalam praktik penerapan hokum perpajakan, juga merupakan pranata hukum yang akan
menjadi senjata utama dalam meningkatkan penerimaan pajak.
Amandemen UU Perpajakan Tahun 2005 ini menandai dilaksanakannya reformasi
perpajakan keempat, sejak beralihnya system perpajakan nasional. Sebelumnya,
pemerintah telah melaksanakan reformasi perpajakan pada tahun 1984, tahun 1994 dan
2000. Reformasi perpajakan mempunyai arti khusus, yaitu memperkuat upaya
penerimaan pajak yang semakin hari menjadi tulang punggung dalam pembiayaan
keuangan negara.
Dari pernyataan diatas, muncul pertanyaan apakah pencapaian dari reformasi
perpajakan nasional yang telah dilakukan dan permasalahan apa saja yang masih harus
dibenahi dengan reformasi lanjutan yang akan diluncurkan

3. Metode Penelitian
Untuk memenuhi tujuan tersebut, mengunakkan metode penulisan deskriptif
eksploratory. Metode ini membahas satu topik dengan memberikan penggambaran atas
topik tersebut, implikasi permasalahan yang timbul atas topik itu dan tidak ditujukan
untuk mencari atau menguji solusi terbaik atas permasalahan yang ada. Pembahasan
menggunakan studi literatur dan pengumpulan data-data sekunder yang berasal dari
berbagai sumber, yaitu Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Pengkajian Ekonomi,
Keuangan dan Kerjasama Internasional Deparma Internasional Departemen Keuangan.

4. Kesimpulan
Sebagaimana layaknya negara berkembang, permasalahan mengenai pembiayaan
negara dan pembangunan di Indonesia juga mengalami keterbatasan sumber dana yang
ada. Indonesia yang disebut sebagai salah satu negara yang sukses melakukan reformasi
perpajakan, juga dihadapkan dengan persoalan pengembangan potensi perpajakan yang
menunjukkan menurunnya tingkat pertumbuhan penerimaan pajak.
Untuk itu, terdapat kebutuhan besar bagi Indonesia untuk melakukan reformasi pajak
lanjutan, kinerja penerimaan pajak Indonesia yang dari ukuran angka cukup
memuaskan, ternyata tidak didukung oleh pembangunan sistem mondial yang
kuat.Oleh karena itu, reformasi perpajakan selanjutnya diharapkan dapat dilengkapi
dengan perombakan system yang memiliki pijakan hukum yang konsisten.
Pembenahan aspek sumber daya manusia harus menempati urutan teratas dalam
pembenahan internal Direktorat Jenderal Pajak, terutama dalam masalah kualitas dan
moralitas.
Persoalan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) juga harus diperhatikan dalam
pembenahan Direktorat Jenderal Pajak. Sudah menjadi rahasia umum bahwa DJP
adalah unit organisasi yang berada dalam rangking atas unit organisasi pemerintahan
yang rentan akan korupsi. Mengutip indikasi yang disampaikan oleh Jit B.S. Gill,
sebenarnya kondisi juga terjadi di berbagai negara. Meski demikian, tetap saja fakta
tersebut tidak boleh menjadi pembenaran, mengingat rangking Indonesia di bidang
korupsi sangat memprihatinkan. Untuk menjalankan agenda pemberantasan KKN di
Direktorat Jenderal Pajak, pemerintah harus bekerja ekstra keras dan tidak hanya
berlindung pada angka penegakan disiplin yang mungkin menyesatkan. Angka
penegakan disiplin yang ditunjukkan Direktorat Jenderal Pajak belum cukup memadai
dibandingkan keluhan masyarakat yang terus mengalir mengenai pelayanan kurang
memuaskan dan biaya klaim hak pajak masyarakat Wajib Pajak yang masih tinggi. Juga
mengenai indikasi korupsi yang dilakukan oknum Direktorat Jenderal Pajak sehingga
kewajiban pajak oknum wajib pajak dapat direkayasa dengan jalan tertentu.
Untuk itu, dibutuhkan suatu upaya luar biasa. Namun kunci dari seluruh persoalan
ini adalah pembenahan aspek sumber daya manusia secara integral, dimulai dari
penciptaan aparat dan lembaga pajak yang bersih dan berwibawa dan didukung oleh
kesadaran masyarakat wajib pajak yang semakin baik.
Berkembangnya kesadaran membayar pajak dan pengelolaan penerimaan pajak pada
sektor yang mendukung pembangunan akan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat yang pada akhirnya dapat mendorong iklim investasi yang lebih baik.
Dengan demikian, pada akhirnya sistem perpajakan dapat memiliki daya dorong bagi
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai