PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Negara Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi
hak dan kewajiban setiap warga negaranya berdasarkan Pancasila dan Undang-
masyarakat yang adil dan makmur, maka pemerintah (negara) berusaha untuk
tujuan tersebut perlu sarana dan prasarana yang memadai yang tentunya tidak
penerimaaan negara dengan cara menghimpun dana dari masyarakat antara lain
sebagai berikut :
5. Pinjaman atau bantuan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
6. Pencetakan uang.
1
2
dua fungsi utama yaitu fungsi anggaran (budgetair) dan fungsi mengatur
oleh masyarakat baik oleh Wajib Pajak orang pribadi maupun badan dari
Di negara kita ini terdapat beberapa jenis pajak yang tentu saja dapat
(PPN) yang menggantikan Pajak Penjualan (PPn) sejak tanggal 1 April tahun
dan stabilitas sosial. Dengan kata lain Pajak Pertambahan Nilai juga berperan
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, (selanjutnya
disebut UU PPN dan PPnBM) maka Pajak Penjualan 1951 diganti dengan
sistem pengenaan pajak atas nilai tambah yang lebih dikenal dengan Pajak
3
perubahan sistem perpajakan nasional yang dikenal dengan nama “Tax Reform
1983”. PPN dikenakan pada setiap terjadinya transaksi baik pada jalur produksi
maupun pada jalur distribusi barang atau jasa. Namun walaupun dikenakan atau
dipungut berkali-kali pada jalur bisnis tersebut, yang pasti tidak akan terjadi
pemungutan pajak secara berganda (double tax), hal ini karena diberlakukannya
sistem pengkreditan atas pembebanan PPN pada jalur produksi dan jalur
distribusi.1
dikenakan atas nilai tambah (value added) dari barang atau jasa yang dihasilkan
atau diserahkan oleh PKP, PKP tersebut memungut pajak yang terutang atas
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) terhadap
pembeli BKP dan atau penerima JKP. Pajak Pertambahan Nilai yang pada
besarnya pajak yang terutang, Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP,
Pajak Keluaran yang sesuai Pasal 9 ayat (3) UU PPN, yang selisihnya
merupakan PPN yang harus disetor ke Kas Negara dan dilaporkan secara teratur
1
Pandiangan, Liberty, “Pajak Pertambahan Nilai” Rineka Cipta, Jakarta, 1993.hal.6
4
PPN.
Badan usaha sebagai Subjek Pajak, juga ikut berperan dalam membiayai
misalnya bank dan Kantor Pajak. Mengingat ruang lingkup Pajak Pertambahan
Nilai begitu kompleks yaitu menentukan barang mana yang merupakan BKP
dan atau JKP, barang mana yang bukan merupakan BKP dan atau JKP, kapan
membuat Faktur Pajak untuk setiap transaksi yang dilakukan, saat dan tempat
terutangnya pajak, kapan penyetoran dan pelaporan pajaknya, hal tersebut sering
perpajakannya.
B. Perumusan Masalah
3. Apa upaya yang dilakukan PT. Sigma Tetra Solusi dalam mengatasi kendala
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi
yang terjadi di PT. Sigma Tetra Solusi telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala atau masalah yang dihadapi PT. Sigma
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfatat bagi semua pihak, adapun manfaat
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah, mengembangkan dan
Tinggi Perpajakan Indonesia (STPI) serta sebagai media berlatih yang baik
melakukan penelitian.
2. Bagi Akademis dan Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah perpustakaan
di kemudian hari.
3. Bagi Masyarakat khususnya Wajib Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, pedoman dan
Pertambahan Nilai.
E. Metodologi Penelitian
penyusunan laporan.
b. Studi Lapangan (Field Research)
1) Wawancara (Interview)
Penulis memperoleh data dengan melakukan dialog dan tanya jawab
analisis data yang diperoleh selama penelitian yang pada akhirnya akan
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana
masing-masing bab tersebut juga terdiri dari beberapa sub-bab yang saling
berkaitan satu sama lain. Hal ini bertujuan agar dapat mencapai pembahasan
secara lebih mendalam atas permasalahan yang ada. Secara garis besar penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, perumusan
dan SSP.
terkait.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pajak secara umum adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk
Perpajakan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
2. P.J.A Adriani
2
http://id.wikipedia.org/wiki/pajak
9
10
pemerintahan”.3
3. Rochmat Soemitro
4. Soeparman Soemahamidjaja
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh
kesejahteraan umum”.5
Pemerintah Daerah.
3
Santoso Brotodihardjo, R., S.H., Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung, 1982,hal.
2.
4
Ibid., hal .6.
5
Brotodihardjo, R. Santoso, op. cit.,hal.5
6
Ibid.,hal.6
11
2. Fungsi Pajak
3. Jenis Pajak
1. Pajak Langsung
kepada orang lain. Contohnya: PPN dan PPnBM, Pajak Hotel, dan Bea
Materai.
1. Pajak Pusat
2. Pajak Daerah
c. Menurut Sifatnya11
(SKP) oleh fiskus yang berisi ketetapan mengenai jumlah utang pajak
keempat pasal 23A dalam Sidang Tahunan MPR 2001 yang menyatakan
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
perekonomian masyarakat.
13
Mardiasmo, PerpajakanEdisiRevisi 2011, PenerbitAndi, Yogyakarta, 2011, hal. 2.
15
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas nilai
tambah dari suatu barang dan/atau jasa yang timbul dalam setiap transaksi yang
terjadi sejak dari jalur hulu hingga ke hilir. Adapun yang dimaksud dengan
sumber daya manusia, modal, keahlian, teknologi software, hak intelektual dan
kewirausahaan.
Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannya faktor-faktor
termasuk bunga modal, sewa tanah, upah kerja, dan laba pengusaha adalah
Pertambahan Nilai.14
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
barang atau jasa di dalam Daerah Pabean oleh Orang Pribadi atau Badan. Pajak
pajaknya di dalam harga jualnya. Oleh karena itu, Pajak Pertambahan Nilai
disebut atau lebih dikenal sebagai pajak atas konsumsi (tax on consumption).
2. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai mempunyai beberapa karakterisitik sebagai berikut15 :
1419
Kelompok Kerja PPN, Direktorat Jenderal Pajak, Penjelasan Umum Atas Undang-Undang
No.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.Jakarta,tahun 2008 hal 12
15
Sukardji, Untung, Pajak Pertambahan Nilai edisi revisi 2014, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2014, hal. 22
16
pajak.
jalur produksi dan distribusi. Setiap penyerahan barang menjadi obyek PPN
Besar dalam berbagai bentuk atau nama (Wholesaler) sampai dengan tingkat
konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan dalam negeri
(Daerah Pabean).
3. Bentuk Pajak Pertambahan Nilai
Selain memiliki karakteristik Pajak Pertambahan Nilai juga memiliki beberapa
b. Gross Product Type adalah pajak dihitung dari seluruh jumlah pendapatan
kotor hasil produksi, dikurangi dengan pajak yang telah dibayar atas
barang/modal.
16
Pandiangan, Liberty, Pajak Pertambahan Nilai, Rineka Cipta, 1993, hal. 8
17
c. Net Income Type adalah pajak dihitung dari seluruh pendapatan kotor
Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali di ubah dengan UU No.
Pertambahan Nilai (Selanjutnya disebut UU PPN) dan atau Pajak penjualan atas
oleh pengusaha;
17
Sukardji, Untung ibid hal.70
18
Daerah Pabean;
Pajak; dan
2) Pasal 16 C
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan”.
3) Pasal 16D
dimaksud dalam Pasal Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c”.
Barang Kena Pajak lain yang menurut tujuan semula tidak untuk
bermotor berupa sedan dan station wagon, yang menurut ketentuan Pasal
9 ayat (8) huruf b dan c, Pajak Masukan atas perolehan aktiva tersebut
yang mengatur tentang objek pajak yaitu Pasal 4 ayat (1), Pasal 16C dan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai
yaitu yang menyerahkan Barang Kena Pajak, Pasal 4 ayat (1) huruf c
yaitu menyerahkan Jasa Kena Pajak dan Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPN
dan/atau Jasa Kena Pajak, baik pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan. Oleh karena itu,
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan dalam kegiatan usaha
penjelasan Pasal 4 ayat (2) huruf f UU PPN, ekspor Barang Kena Pajak
Pajak. Diperluas lagi dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
Kena Pajak adalah orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha
a. Menghasilkan barang.
b. Mengimpor barang.
21
c. Mengekspor barang.
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Oleh karena itu,
dalam dalam tahap pra operasi. Ketentuan ini juga menegaskan bahwa
Pengusaha yang bukan PKP juga dapat menjadi subyek Pajak Pertambahan
Nilai sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf d, huruf e dan Pasal 16 C UU
PPN terhadap :
b. Yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dan JKP dari luar Daerah
( Pasal 16 C UU PPN )
22
yang melakukan penyerahan BKP dan JKP. Lebih lanjut dalam penjelasan
kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah
pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP tetapi juga termasuk PKP
3. Pengusaha Kecil
b. Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku
berikutnya.
23
berikut :
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak
c) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) dapat diubah
Pemerintah.
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,
Undang dan potongan harga yang tercantum dalam Faktur Pajak, yang
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak,
Pajak.
c. Nilai Impor
Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
19
Anastasia Diana.Lilis Setiawati, Perpajakan Indonesia, Penerbit Andi,
Yogyakarta 2009, hal .547
25
d. Nilai Ekspor
Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau yang
e. Nilai lain
Adalah suatu nilai berupa uang yang digunakan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak bagi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
penggantian, nilai impor dan niali ekspor tidak dapat diketahui dengan
pasti.
berikut:
Pengusaha Kena Pajak mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean dengan harga impor $50.000. Bea masuk terutang adalah 20%,
beberapa Pasal baru, salah satu diantaranya adalah Pasal 15a yang mengatur
26
tentang saat Penyetoran Pajak yang terutang dan saat Pelaporan SPT Masa
1. Saat Penyetoran
Saat Penyetoran menurut Pasal 15A ayat (1) Undang-Undang PPN No. 42
disampaikan.
2. Saat Pelaporan
Saat Pelaporan menurut Pasal 15A ayat (2) Undang-Undang PPN No. 42
C. Faktur Pajak
bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak”. Kewajiban
membuat Faktur Pajak merupakan salah satu mata rantai dari rangkaian
membuat Faktur Pajak diatur dalam Pasal 13 UU PPN yang merupakan refleksi
20
Gunadi, Panduan Komprehensif PPN, Multi Utama Consultindo, Jakarta, 2011, hal.74
27
pembuatan, tata cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara pembatalan
Faktur Pajak diatur didalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER-
dan dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan PER-24/PJ/2012 yang mulai
Pengadaan Faktur Pajak dilakukan oleh PKP, Faktur Pajak paling sedikit dibuat
dalam 2 (dua) rangkap, dimana lembar ke-1 disampaiakan kepada pembeli BKP
atau JKP sedangkan lembar ke-2 untuk arsip PKP yang menerbitkan Faktur
Pajak.
1) 2 (dua) digit pertama adalah Kode Transaksi, dengan rincian sebagai berikut :
Kode
Digunakan Untuk
Transaksi
Dipungut
Sumber : Per-13/PJ/2010
dalam kategori penyerahan Kode 04, Kode 06, Kode, 07, Kode 08, dan/atau
Kode 09.
penyerahan yang masuk dalam kategori penyerahan Kode 04, Kode 06, Kode
07, Kode 08 dan/atau Kode 09. Kode transaksi yang digunakan adalah sesuai
DPP-nya menggunakan Nilai Lain sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah
tagihan, dilakukan kepada selain Pemungut PPN dengan Faktur Pajak, maka
Pemerintah (Kode 03) dapat meliputi penyerahan yang masuk dalam kategori
penyerahan Kode 04, Kode 06, Kode 07, Kode 08dan/atau Kode 09. Kode
DPP-nya menggunakan Nilai Lain sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah
29
2) 1 (satu) digit berikutnya adalah Kode Status, dengan rincian sebagai berikut.
Kode Status :
Pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada
Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu untuk penomoran Faktur Pajak
yang berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Serta disebutkan dalam Pasal 7 ayat (2)
PER-24/PJ/2012, Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas)
digit yaitu :
b. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh
Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui fungsi dari Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak,
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
contoh penomoran Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagai berikut :
Pasal 9 ayat (2) UU PPN yang berbunyi sebagai berikut “Pajak Masukan dalam
suatu Masa Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak
yang sama”. Berdasarkan Pasal 9 ayat (5) UU PPN, dapat dipahami bahwa
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan untuk perolehan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha.
dapat dikreditkan harus memenuhi syarat formal yaitu bukti pungutan Pajak
Pertambahan Nilai berupa Faktur Pajak yang diisi dengan lengkap jelas dan
benar. Dalam Pasal 9 ayat (9) UU PPN juga memperhatikan asas keadilan
31
dengan memberikan solusi dalam hal Faktur Pajak diterima setelah Surat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat
dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
Berdasarkan Pasal 9 ayat (5) jo Pasal 9 ayat (8) UU PPN serta Pasal 5
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang berhubungan langsung dengan kegiatan
bahwa Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang terkait dimaksudkan
tujuan yang bersifat produktif.21 Sebalikya, dalam hal Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak tersebut digunakan untuk kegiatan penyerahan tidak kena
pajak, atau dengan kata lain untuk tujuan yang bersifat konsumtif dinamakan
21
Sukardji, untung, op.cit.,hal.145
22
Sukardji, Untung, loc.,cit
32
pajak ;
c. Pembayaran dari pemotong atau pemungut pajak orang pribadi atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan
33
berlaku.
c. Bagi pemotong atau pemungut pajak fungsi Surat Pemberitahuan
dengan batas waktu yang telah ditetapkan maka akan dikenakan sanksi
yang kurang dibayar, pengenaan sanksi ini hanya dilakukan jika SPT
sebelumnya.
c. Barang siapa karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau
kurang dibayar.
d. Barang siapa dengan sengaja tidak menyampaikan Surat
tingginya empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
bayar.
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain
Keuangan. Kantor Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos atau bank Badan
Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah atau Bank Swasta yang
pajak. SSP berfungsi sebagai sarana untuk membayar pajak dan merupakan
bukti pembayaran pajak. Formulir SSP dibuat dalam rangkap 5 (lima), dengan
Pajak.
4. lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.
5. lembar ke-5 : untuk arsip Wajib pemungut atau pihak lain.
BAB III
OBJEK PENELITIAN
penulis lakukan di PT. Sigma Tetra Solusi. Penelitian dilakukan sejak tanggal 13
PT. Sigma Tetra Solusi ini merupakan jenis Perusahaan Retail yang
mulai didirikan pada bulan Juni Tahun 2012, yang dirintis oleh seorang
kesehatan.
Berdasarkan ketentuan Peraturan No.73/PMK/2012 dan Peraturan
Kena Pajak pada tanggal 21 februari 2013 dan telah terdaftar sebagai
2. Profil Perusahaan
35
36
b. Menjadikan Perusahaan yang mempunyai daya saing yang kuat, handal dan
terpercaya di Indonesia.
4. Misi Perusahaan
a. Mengembangkan teknologi peralatan dengan orientasi bisnis dan budaya
profesional.
b. Meningkatkan sumber daya dan potensi bisnis yang ada di dalam maupun
luar negeri.
c. Memberikan dan meningkatkan pelayanan dengan menawarkan solusi
Pimpinan
Direktur
Windu Purnomo
Windu Purnomo
Crewing Crewing
1) Dewan Komisaris
2) Direktur
berikut :
38
tujuan.
perusahaan.
c. Menentukan langkah/tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan
keseluruhan.
produktivitas.
decision).
39
perpajakan.
4)HRD Manager
a.Mengawasi dan mengevaluasi anggaran perusahaan agar terwujudnya
anggaran yang efektif dan efisien serta bertanggung jawab terhadap setiap
membutuhkan.
e.Melakukan Pengadaan File.
6)Production Manager
a. Mengatur, menciptakan maupun menambah kegunaan barang dan jasa
yang dihasilkan.
b. Merancang sistem produksi.
c. Mengoperasikan sistem produksi untuk memenuhi persyaratan produksi
yang ditentukan.
Berdasarkan judul skripsi ini, yaitu Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai
pada PT. Sigma Tetra Solusi, maka aspek-aspek yang akan diteliti dan dibahas
1. Apakah penerapan Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi yang terjadi di PT.
2. Apa saja kendala atau masalah yang dihadapi PT. Sigma Tetra Solusi dalam
Dalam bagian ini akan dideskripsikan mengenai data dan fakta berdasarkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPN, Masa Pajak Januari sampai dengan Masa Pajak
Desember 2014 pada PT. Sigma Tetra Solusi . Penyajian data hanya akan dibatasi
pada pada Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan serta pelaksanaan PPN yang
Tabel 3.1
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.2
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.3
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.4
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.5
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.6
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.7
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.8
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.9
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.10
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.11
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
Tabel 3.12
58
I. Rekapitulasi Penyerahan
A. Impor BKP/JKP 0 0 0
+ II.B)
Tabel 3.13
Pelaksanaan PPN yang dilakukan PT. Sigma Tetra Solusi
untuk Tahun 2014
Barang Kena Pajak ( untuk selanjutnya BKP)/Jasa Kena Kena Pajak (untuk
PPN atas penyerahan BKP/JKP, menyetor PPN yang terutang ke kas Negara, dan
BKP yang terutang PPN. Kewajiban ini juga dikaitkan dengan penerbitan
Faktur Pajak sebagai bukti bahwa PPN yang terutang telah dibayar oleh
60
61
lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum
d. Menyampaikan SPT Masa PPN paling lama akhir bulan berikutnya setelah
g. Pada saat PT. Sigma Tetra Solusi menerbitkan atau membuat Invoice
beserta Faktur Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang dilakukan. Faktur Pajak beserta Invoice tersebut nantinya
akan digunakan sebagai dasar penagihan PT. Sigma Tetra Solusi kepada
Pertambahan Nilai yang dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Faktur Pajak yang diterbitkan dilakukan sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) dan ayat
(1a) UU PPN. PT. Sigma Tetra Solusi membuat Faktur Pajak atas transaksi
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, dimana penyerahan
BKP/JKP dikenakan PPN sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak. PPN yang
terutang dipungut oleh PT. Sigma Tetra Solusi dari hasil penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada konsumen yang dikenakan
BKP/JKP
PT. Sigma Tetra Bendahara
Solusi Rp 9.360.000,00 Pengeluaran
PK PPN = Rp 936.000.000,00 PM
Saat terjadi penyerahan BKP/JKP oleh PT. Sigma Tetra Solusi kepada Bendahara
Pengeluaran maka PT. Sigma Tetra Solusi tidak memungut PPN sebesar Rp
DPP Rp 9.360.000.000,00
Perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan) yang
harus dibayarkan oleh PT. Sigma Tetra Solusi apabila Perusahaan melakukan
pembelian atau perolehan BKP/JKP yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak
Masukan yang dikreditkan diakui pada saat Faktur Pajak diterima dari PT.
Rp 708.400.000,00
PK Rp 70.840.000,00 PM
kepada PT. Sigma Tetra Solusi, maka PT. Multimedilab Karya Mandiri wajib
PT. Sigma Tetra Solusi sedangkan bagi PT. Multimedilab Karya Mandiri
DPP = Rp 708.400.000,00
63
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang oleh PT. Sigma Tetra Solusi
yang harus disetor ke Kas Negara pada akhir Masa Pajak adalah sebagai berikut :
dipungut dan disetorkan oleh Bendahara Pengeluaran selaku pemungut PPN ke kas
Negara sehingga PT. Sigma Tetra Solusi tidak perlu lagi menyetorkan PPN atas
Mandiri kepada PT. Sigma Tetra Solusi, PT. Multimedilab Karya Mandiri
harus membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan PPN dan memungut
Faktur Pajak akan membayar kepada PT. Multimedilab Karya Mandiri selaku
c. Atas perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Pajak Masukan lebih besar
pajak (lebih bayar) di Masa tersebut, maka atas lebih bayar tersebut PT.
Jurnal pencatatan yang dilakukan PT. Sigma Tetra Solusi atas transaksi diatas
Kas Rp 1.029.600.000.000,00
Pembelian Rp 708.400.000,00
Kas Rp 779.240.000,00
PPN Rp 865.160.000,00
Kas Rp 865.160.000,00
2. Faktur Pajak
PT. Sigma Tetra Solusi sebagai Pengusaha Kena Pajak selalu mensyaratkan
adanya Faktur Pajak dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak kepada konsumen. Dasar Hukum pembuatan Faktur Pajak diatur
dalam Pasal 13 UU PPN dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktorat
Untuk mendapatkan Nomor Seri Faktur Pajak, PT. Sigma Tetra Solusi harus
surat permohonan Kode Aktivasi & Password ke KPP tempat PKP dikukuhkan
(KPP Jakarta Senen). Kemudian pada tahap kedua, PKP harus mengajukan
permintaan Nomor Seri Faktur Pajak. Setelah kedua tahap tersebut dilakukan oleh
65
PKP dan permohonan atas keduanya dikabulkan, maka PKP dapat menerbitkan
Faktur Pajak.
Surat permohonan Kode Aktivasi & Password tersebut harus diisi dengan
Pemberitahuan Kode Aktivasi, maka KPP juga akan mengirim password ke alamat
email PKP, yang sebelumnya telah dicantumkan dalam surat permohonan yang
Faktur Pajak ke KPP Jakarta Senen. Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
harus diisi secara lengkap dan disampaikan langsung ke KPP Jakarta Senen. Untuk
pemberian Nomor Seri Faktur Pajak KPP akan memperhatikan 2 (dua) syarat
b. telah melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN untuk 3 (tiga) Masa Pajak
terakhir yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal permintaan
Apabila PKP tidak memenuhi syarat tersebut, maka KPP tidak akan
memberikan Nomor Seri Faktur Pajak. Dalam hal kelengkapan Faktur Pajak, PT.
Faktur Pajak. Pada saat penyampaian pemberitahuan tersebut, PT. Sigma Tetra
kartu identitas yang berhak menandatangani Faktur Pajak yang sah yang telah
dilegalisasi pejabat yang berwenang kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak, paling
lama pada akhir bulan berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
PER-24/PJ/2012.
Berikut ini adalah contoh dokumen Faktur Pajak yang diterbitkan PT.
Sigma Tetra Solusi atas transaksi dengan Bendahara Pengeluaran Masa Pajak
Tabel 4.14
PT. Sigma Tetra Solusi
Faktur Pajak Keluaran
Tanggal DPP PPN
No. Faktur Pajak NPWP
Invoice (Rp) (Rp)
Sumber : Faktur Pajak PT. Sigma Tetra Solusi, data telah diolah penulis
Berikut ini adalah data mengenai Faktur Pajak yang diterima dari PT.
Multimedilab Karya Mandiri atas perolehan Barang Kena Pajak oleh PT. Sigma Tetra
Solusi Masa Pajak Desember 2014, dimana Faktur Pajak dengan nomor
Tabel 4.15
PT. Sigma Tetra Solusi
Faktur Pajak Masukan
Tanggal DPP PPN
No.Faktur Pajak NPWP
invoice (Rp) (Rp)
Sumber : Faktur Pajak PT. Sigma Tetra Solusi, data telah diolah penulis
67
Perolehan BkP dan/atau JKP oleh PT. Sigma Tetra Solusi adalah berdasarkan
adanya Invoice beserta Faktur Pajak (lembar ke-1) yang diterima dari pihak
supplier. Pajak Masukan oleh PT. Sigma Tetra Solusi diakui pada saat Faktur Pajak
(lembar ke-1) yang diterima oleh Bagian Keuangan dari supplier yang data tersebut
Pembelian) yang diajukan oleh purchasing pada saat melakukan pembelian. Faktur
penyimpanan berkas dan tanda terima. Setelah proses tersebut selesai maka
Berikut ini adalah tabel daftar Pajak Masukan PT. Sigma Tetra Solusi selama Masa
Tabel 4.16
PT. Sigma Tetra Solusi
Rekapitulasi Pajak Masukan
Masa Pajak Januari s/d Desember 2014
Pajak Total Pajak
Masa DPP Kompensasi
Masukan Masukan
Januari 800.000 80.000 0 80.000
Februari 0 0 80.000 80.000
68
PT. Sigma Tetra Solusi dalam melakukan penyerahan BKP/JKP akan menerbitkan
invoice beserta Faktur, dimana penyerahan BKP/JKP tersebut dikenakan PPN sebesar
10% dari Dasar Pengenaan Pajak dan digunakan sebagai dasar penagihan kepada
konsumen.Berikut adalah tabel daftar Pajak Keluaran PT. Sigma Tetra Solusi selama
Tabel 4.17
PT. Sigma Tetra Solusi
Rekapitulasi Pajak Keluaran
Masa Pajak Januari s/d Desember 2014
Pajak Keluaran
Total Pajak
Masa DPP
Pungut Wajib Keluaran
Dibebaskan
Sendiri Pungut
Januari 0 0 0 0 0
Februari 0 0 0 0 0
Maret 0 0 0 0 0
69
April 0 0 0 0 0
Mei 0 0 0 0 0
Juni 0 0 0 0 0
Juli 0 0 0 0 0
Agustus 5.850.000.000 0 585.000.000 0 585.000.000
September 0 0 0 0 0
Oktober 0 0 0 0 0
November 14.040.000.000 0 1.404.000.000 0 1.404.000.000
Desember 9.360.000.000 0 936.000.000 0 936.000.000
Sumber : SPT Masa PPN PT. Sigma Tetra Solusi, data telah diolah penulis
Untuk mengetahui jumlah Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar atau lebih
bayar, dari data diatas dapat diketahui apabila perolehan Pajak Keluaran lebih besar
dari Pajak Masukan, artinya perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyetor Pajak
Pertambahan Nilai kurang bayar Ke Kas Negara. Sedangkan apabila Pajak Masukan
menentukan PPN lebih bayar tersebut untuk direstitusi atau dikompensasikan ke Masa
Berikut ini adalah tabel daftar rekapitulasi Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang
tercatat selama Masa Pajak Januari sampai dengan Masa Pajak Desember 2014 oleh
Tabel 4.18
PT. Sigma Tetra Solusi
Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
Masa Pajak Januari s/d Desember 2014
Kurang (Lebih
Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan
Bayar)
Januari 0 80.000 LB
Februari 0 80.000 LB
Maret 0 80.000 LB
April 0 170.000 LB
70
Mei 0 170.000 LB
Juni 0 170.000 LB
Juli 0 170.000 LB
Agustus 0 0 NIHIL
September 0 459.210.981 LB
Oktober 0 622.972.727 LB
November 0 1.205.611.344 LB
Desember 0 2.242.198.907 LB
Sumber : SPT Masa PPN PT. Sigma Tetra Solusi, data telah diolah penulis
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa PT. Sigma Tetra Solusi
telah melakukan pengkreditan Pajak masukan sesuai Pasal 9 ayat (2) UU PPN, dan
selama Masa Pajak Januari sampai dengan Masa Pajak Desember 2014 perusahaan
telah lebih membayar pajak karena Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar dari Pajak Keluaran. Atas kelebihan Pajak tersebut perusahaan dapat
UU PPN.
Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar yang harus disetorkan ke Kas Negara, atau
jika terdapat Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar, dapat rmengajukan restitusi atau
PT. Sigma Tetra Solusi wajib melakukan penyetoran Pajak Pertamabahan Nilai
yang Kurang Bayar dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank
Persepsi atau Kantor POS dan melaporkan SPT Masa PPN kepada Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Surat Setoran Pajak yang digunakan PT. Sigma Tetra Solusi terdiri dari 5 (lima)
rangkap yaitu :
Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Dalam hal pelaporan atas seluruh kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak dalam hal ini PT. Sigma Tetra Solusi melakukan pelaporan
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang sesuai dengan sistem
Dalam hal pelaporan SPT Masa PPN formulir 1111, berdasarkan Pasal 3 ayat
(5) PER-11/PJ/2013 yaitu SPT Masa PPN 1111 disampaikan dalam bentuk data
elektronik dengan media elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
angka 1, PKP harus menggunakan aplikasi e-SPT yang telah disediakan oleh
72
Direktorat Jenderal Pajak dan Induk SPT Masa PPN 1111 tetap disampaikan dalam
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian e-SPT antara lain sebagai
berikut :
a. PKP yang telah menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik,
tidak diperbolehkan lagi untuk menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk
b. PKP dianggap tidak menyampaikan SPT Masa PPN apabila telah memenuhi
syarat menyampaikan e-SPT tetapi tidak melaporkan SPT Masa PPN dalam
bentuk e-SPT.
Berikut ini adalah tabel daftar tanggal penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN
oleh PT. Sigma Tetra Solusi, Masa Pajak Januari sampai dengan Masa Pajak
Desember 2014 :
Tabel 4.19
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
Masa Januari s/d Desember Tahun 2014
Tanggal
Masa Pajak Kurang (lebih bayar) Tanggal lapor
Setor
Agustus 0 - 14/10/2014
73
Sumber : SPT Masa PPN PT. Sigma Tetra Solusi, data telah diolah penulis
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada transaksi penyetoran
PPN yang dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan telah melakukan transaksi
dimana PPN tersebut telah dipungut dan disetorkan langsung ke Kas Negara oleh
PPNnya saja dengan mempergunakan bukti pungut yang diperoleh dari Bendahara
Pengeluaran yaitu berupa SSP (Surat Setoran Pajak) lembar 1, 3, dan 5, lembar ke 1
dan ke 5 untuk arsip Wajib Pungut atau perusahaan lain sedangkan lembar ke 3
Senen sebagai bukti bahwa PPN tersebut telah di laporkan, walaupun penyetoran
PPN dilakukan oleh pihak lain tetapi waktu penyetoran dan pelaporan PPN tepat
Dalam hal Pelaporan pada umumnya PT. Sigma Tetra Solusi sebagai PKP
Pajak Pertambahan Nilai Pasal 15A ayat (2) yaitu Surat Pemberitahuan Masa Pajak
berakhirnya Masa Pajak, namun pada bulan .Juni, Agustus dan September PT.
Sigma Tetra Solusi telat melaporkan SPT Masa PPN sehingga perusahaan dikenai
74
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 500.000 per SPT Masa Pajak
kelengkapan Formulir SPT Masa PPN yang dilaporkan ke KPP Jakarta Senen, PT.
b. Formulir 1111 A2 (Daftar Pajak Keluaran Atas Penyerahan Dalam Negeri dengan
Faktur Pajak);
Atas kelengkapan SPT Masa PPN yang dilaporkan PT.Sigma Tetra Solusi telah
sesuai dengan ketentuan PER-11/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi dan Tata Cara
B. Kendala atau masalah yang dihadapi PT. Sigma Tetra dalam hal penerapan
Menurut hasil penelitian dan pengamatan, ada kendala atau masalah yang
dihadapi PT. Sigma Tetra Solusi dalam hal penerapan Pajak Pertambahan Nilai
kendala-kendala teknis dari implementasi peraturan itu sendiri, untuk itu sangat
diperlukan pemahaman yang baik dan utuh agar wajib pajak dapat
perpajakan, serta sumber daya yang terbatas khususnya sumber daya manusia
pada PT. Sigma Tetra Solusi, adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi
yang diperoleh selama melakukan riset di PT. Sigma Tetra Solusi maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan, pedoman dan masukan bagi perusahaan dalam hal penerapan Pajak
A. Kesimpulan
1. Pada umumnya prosedur penerapan PPN pada PT. Sigma Tetra Solusi
kecuali pelaporan SPT Masa PPN ada beberapa masa yang telat lapor.
76
77
B. Saran