Anda di halaman 1dari 10

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2020. 6(2): 774-783

ANALISIS USAHATANI SAYURAN SELADA MENGGUNAKAN HIDROPONIK


SEDERHANA PADA LAHAN PEKARANGAN

ANALYSIS OF LETTUCE FARMING USING SIMPLE HYDROPONIC IN YARD

Anugerah Fitri Amalia*1, Annisa Fitri2, A. Dalapati1, Femmi Nor Fahmi1


1
BPTP Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah, Indonesia
2
Program Studi Agribisnis Pangan Politeknik Negeri Lampung
*E-mail: anugerahamalia808@gmail.com
(Diterima 05-06-2020; Disetujui 06-07-2020)

ABSTRAK
Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan banyak lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai
pemukiman, sehingga upaya pemenuhan pangan dari sektor pertanian tantangannya semakin
meningkat. Salah satu upaya mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pangan dari lahan yang
semakin sempit adalah memanfaatkan lahan pekarangan dengan pertanaman sistem hidroponik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan usahatani sayuran selada organik
hidroponik sistem DFT (Deep Flow Technique) di lahan pekarangan, titik impas usahatani
hidroponik, dan R/C ratio usahatani sayuran selada hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret hingga April 2019 di pekarangan kantor Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian (IP2TP) Sidondo yang berlokasi di Desa Sidondo III, Kecamatan Sigi Biromaru,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan analisis biaya dan
pendapatan, break even point, dan R/C ratio. Hasil penelitian melalui analisis titik impas atau
analisis Break Even Point(BEP) yang dilihat dari dua sisi yaitu dari segi jumlah produksi/BEP (Q)
dan dari segi harga jual/BEP (Rp), maka diperoleh DFT BEP (Q) sebesar 32,5 kg dan BEP (Rp)
sebesar Rp 18.581,-. Hasil Analisis R/C ratio pada usahatani memperoleh angka 2,15. Usahatani
sayuran selada organik hidroponik di lahan pekarangan menguntungkan.

Kata kunci: Break Even Point, DFT (Deep Flow Technique), Hidroponik, Pendapatan, R/C Ratio
dan Selada

ABSTRACT
The increase of population caused many agricultural land converted into settlements, so the
challenge of fulfilling food from the agricultural sector is increasing. One of the efforts to optimize
the fulfillment of food needs from increasingly narrow land is to use the plots of land with
hydroponic system plantations. This study is aimed to analyze the advantages of hydroponic
organic lettuce in the DFT (Deep Flow Technique) system in the plots, break-even points of
hydroponic farming, and R / C ratio of hydroponic vegetable farming. This research was carried
out in March to April 2019. in the yard of the Sidondo Agricultural Technology Research and
Assessment (IP2TP) office located in Sidondo III Village, Sigi Biromaru District, Sigi Regency,
Central Sulawesi Province. This research using cost and income analysis, break even point, and R
/ C ratio. The results of the study through break-even analysis or Break Even Point (BEP) analysis
viewed from two sides: in terms of total production / BEP (Q) and in terms of selling price / BEP
(Rp), a DFT BEP (Q) of 32.5 is obtained kg and Rp. 18,581 on BEP. It's obtained 2.15 on R / C
Ratio Analysis in farming. Hydroponic farming in the backyard is profitable.

Keywords: Break Even Point, DFT (Deep Flow Technique), Hydroponics, Income, R / C Ratio and
lettuce

774
ANALISIS USAHATANI SAYURAN SELADA MENGGUNAKAN HIDROPONIK SEDERHANA
PADA LAHAN PEKARANGAN
Anugerah Fitri Amalia, Annisa Fitri, A. Dalapati, Femmi Nor Fahmi

PENDAHULUAN hemat (efisien), (4) Tanaman yang mati


Jumlah penduduk yang terus lebih mudah diganti dengan tanaman
mengalami peningkatan menyebabkan yang baru, (5) Tidak membutuhkan
kebutuhan bahan pangan semakin banyak tenaga kasar karena metode kerja
bertambah. Pemenuhan kebutuhan lebih hemat dan memiliki standarisasi,
pangan tersebut banyak menemui (6) Tanaman dapat tumbuh lebih pesat
permasalahan, di antaranya adalah dan dengan keadaan yang tidak kotor dan
fenomena perubahan iklim global yang rusak, (7) Hasil produksi lebih kontinyu
berpengaruh pada tingkat produksi dan dan lebih tinggi dibanding dengan
distribusi bahan pangan, penyempitan penanaman di tanah, (8) Harga jual
lahan pertanian akibat penggunaan di hidroponik lebih tinggi dari produk non-
bidang non pertanian, dan tingginya hidroponik, (9) Beberapa jenis tanaman
tingkat degradasi lahan sehingga dapat dibudidayakan di luar musim, (10)
menyebabkan berkurangnya hasil panen. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi,
Strategi baru dalam pemenuhan bahan kekeringan, atau ketergantungan dengan
pangan, diantaranya melalui pemanfaatan kondisi alam, dan (11) Tanaman
lahan pekarangan, perlu dikembangkan. hidroponik dapat dilakukan pada lahan
Budidaya tanaman sistem hidroponik atau ruang yang terbatas, misalnya di
merupakan salah satu solusi pemenuhan atap, dapur atau garasi (Roidah, 2014).
kebutuhan pangan dari pekarangan, Terdapat beberapa model tanam
terutama dari lahan pekarangan yang hidroponik, akan tetapi model tanam
sempit dengan kondisi tanah yang tidak yang sering digunakan yaitu Nutrient
subur dan berbatu. Hidroponik Film Technique (NFT) dan Deep Flow
merupakan suatu metode bercocok tanam Technique (DFT). Teknik NFT
dengan menggunakan media air yang merupakan cara yang paling populer
ditambahkan nutrisi (Suryani, 2015). dalam istilah hidroponik, biasanya teknik
Kelebihan dari pertanaman sistem ini diterapkan untuk skala bisnis.
hidroponik, yaitu: (1) Keberhasilan Kelemahan dari sistem ini adalah air
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi nutrisi pada pada hidroponik harus terus
lebih terjamin, (2) Perawatan lebih mengalir tanpa putus, artinya jika terjadi
praktis dan gangguan hama lebih kerusakan pompa, pemadaman listrik,
terkontrol, (3) Pemakaian pupuk lebih atau ada masalah lain hingga sirkulasi air

775
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2020. 6(2): 774-783

nutrisi terhenti, maka akan berisiko produksinya yang sangat stabil dan
kematian atau mempengaruhi mutu serangan hama tanaman dapat
pertumbuhan terhadap tanaman. diminimalir.
Sedangkan teknik DFT sering digunakan Berdasarkan hasil penelitian Fitri et
pada pemanfaatan pekarangan atau pada all (2018), petani yang belum mampu
lahan sempit. DFT merupakan metode mengalokasikan secara optimal semua
budidaya tanaman hidroponik dengan faktor produksi yang ada dalam proses
meletakkan akar tanaman pada lapisan air produksi usahataninya akan berpengaruh
dengan kedalaman 4-6 cm. Salah satu terhadap biaya produksi dan pendapatan
kelebihan teknik ini adalah meskipun petani. Pendapatan yang diperoleh petani
aliran listrik padam, larutan nutrisi tetap akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat
tersedia untuk tanaman karena larutan kemampuan petani dalam
dapat mencapai 6 cm (Satiti et all 2017). mengalokasikan faktor-faktor yang
Berbagai kelebihan teknologi dimilikinya. Dengan demikian perlu
hidroponik dan meningkatnya kebutuhan dilakukan penelitian bagaimana
masyarakat akan komoditi sayuran keuntungan usahatani sayuran selada
organik salah satunya komoditi selada, organik sistem DFT di lahan pekarangan,
maka terdapat peluang usaha yang titik impas usahatani sayuran selada
menjanjikan di bidang pertanian, organik, dan Revenue/Cost Ratio
khususnya pada sistem hidroponik. usahatani sayuran selada organik.
Pengembangan usaha hidroponik dapat
dilakukan dengan skala kecil untuk METODE PENELITIAN
pemanfaatan pekarangan dan skala besar Penelitian ini dilaksanakan pada
atau komersial untuk bisnis sayuran bulan Maret hingga April 2019.
selada organik (Nazaruddin, 1998). Bertempat di pekarangan kantor Instalasi
Pengembangan usahatani sayuran selada Penelitian dan Pengkajian Teknologi
organik di lingkup pemanfaatan Pertanian (IP2TP) Sidondo yang
pekarangan dapat menggunakan sistem berlokasi di Desa Sidondo III, Kecamatan
hidroponik DFT. Metode ini lebih murah Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi
(hubungannya dengan penggunaan Sulawesi Tengah. Metode hidroponik
listrik) dan praktis untuk diterapkan di yang dilakukan adalah DFT dengan
tingkat rumah tangga dengan tanaman sayuran selada.

776
ANALISIS USAHATANI SAYURAN SELADA MENGGUNAKAN HIDROPONIK SEDERHANA
PADA LAHAN PEKARANGAN
Anugerah Fitri Amalia, Annisa Fitri, A. Dalapati, Femmi Nor Fahmi

Biaya Produksi Usahatani Keterangan:


Biaya adalah seluruh korbanan TR = Total penerimaan usaha (Total
yang digunakan untuk menghasilkan Revenue)
produksi yang terdiri atas biaya tetap P = Harga jual (Price)
(Fixed Cost) (sewa lahan, biaya Q = Jumlah Produksi (Quantity)
penyusutan, perbaikan alat-alat, bunga
bank, biaya mesin), dan biaya tidak tetap Keuntungan usahatani
(Variable Cost) (benih, pestisida, pupuk Analisis keuntungan dalam suatu
organik, pupuk kimia,tenaga kerja luar) usaha merupakan hasil dari pengurangan
(Fitri et all 2018). Untuk mengetahui biaya produksi terhadap penerimaan yang
seluruh biaya yang dibutuhkan, dapat diterima (Ibrahim, 2003). Dalam
digunakan perhitungan sebagai berikut: menghitung keuntungan dapat digunakan
TC = FC + VC perhitungan sebagai berikut:
Keterangan: = TR − TC
TC = Total Biaya (Total Cost) Keterangan:
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) π = Keuntungan (Profit)
VC = Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total biaya yang dikeluarkan
Penerimaan usahatani (Total Cost)
Penerimaan (revenue) usahatani
adalah semua nilai produk yang Analisis Break Even Point
dihasilkan dari suatu usahatani dalam Analisis break even point dilakukan
satu periode tertentu, satu musim tanam untuk mengetahui berapa jumlah
atau dalam satu tahun kegiatan usahatani. minimum selada hidroponik yang harus
Menurut (Suratiyah, 2009), penerimaan terjual agar hasil penjualan yang
usahatani selada hidroponik merupakan diperoleh sama dengan jumlah biaya
nilai yang diterima dari penjualan yang dikeluarkan, serta untuk mengetahui
produk, yaitu hasil kali jumlah produksi berapa jumlah penerimaan minimal
selada hidroponik tersebut. Perhitungan petani agar usahanya tidak untung
penerimaan dapat dirumuskan sebagai maupun tidak rugi (Manulang, 2005).
berikut: Pendekatan untuk perhitungan titik impas
TR = P x Q dalam usaha sayuran hidroponik ini

777
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2020. 6(2): 774-783

adalah BEP dalam jumlah unit produksi perhitungan R/C ratio adalah sebagai
(Kg) dan dalam bentuk rupiah (Rp). berikut:
Perhitungan titik impas dapat dilakukan / =
dengan menggunakan rumus sebagai
Keterangan:
berikut:
R/C Ratio = Rasio perbandingan antara
Perhitungan BEP atas dasar unit
penerimaan dengan biaya
= TR = Total Penerimaan (Total
Keterangan: Revenue)
FC = Total Biaya Tetap (Fix Cost) TC = Total Biaya (Total Cost)
P = Harga jual/Unit (Price) Tujuan menganalisis nilai R/C ratio
V = Biaya variable per Kg untuk melihat kelayakan suatu usaha.
Q = Jumlah Unit/ Kuantitas Produksi Semakin besar nilai R/C rasio maka
usaha tersebut semakin efisien.
Perhitungan BEP atas dasar penjualan  R/C Ratio > 1 maka usaha
dalam rupiah menguntungkan dan layak untuk
= diusahakan.
 R/C Ratio = 1 maka usaha tidak
Keterangan:
menguntungkan dn tidak juga
FC = Total Biaya Tetap (Fixed Cost)
merugikan.
VC = Total Biaya Tidak Tetap (Variable
 R/C Ratio < 1 maka usaha mengalami
Cost)
kerugian dan tidak layak di
S = Jumlah Penjualan (Sales)
diusahakan.

Rasio Revenue-Cost
Definisi Operasional
Analisis rasio penerimaan dan
Konsep yang telah dikemukakan, maka
biaya (R/C ratio) digunakan untuk
secara operasional diberikan penjelasan
mengetahui seberapa jauh setiap nilai
sebagai berikut:
rupiah biaya yang dikeluarkan dapat
1. Produksi sayuran hidroponik ialah
memberikan sejumlah nilai penerimaan
jumlah output atau hasil panen
sebagai manfaatnya (Suratiyah, 2009).
sayuran hidroponik dari luas lahan
Rumus yang digunakan dalam
selama satu kali musim tanam.
2. Biaya produksi ialah seluruh biaya

778
ANALISIS USAHATANI SAYURAN SELADA MENGGUNAKAN HIDROPONIK SEDERHANA
PADA LAHAN PEKARANGAN
Anugerah Fitri Amalia, Annisa Fitri, A. Dalapati, Femmi Nor Fahmi

yang dikeluarkan dalam kegiatan 11. Nutrisi ialah banyaknya unsur hara
usahatani sayuran hidroponik dalam yang digunakan dalam usahatani
satu kali musim tanam yang terdiri sayuran hidroponik.
atas biaya tetap dan biaya variabel. 12. Tenaga kerja ialah banyaknya tenaga
3. Biaya total ialah total dari biaya tetap kerja yang tercurahkan dalam proses
dan biaya variabel. produksi sampai panen dalam satu
4. Biaya tetap ialah biaya yang harus kali musim tanam.
dikeluarkan dalam berusahatani yang
besar kecilnya tidak tergantung pada HASIL DAN PEMBAHASAN
volume produksi. Metode Hidroponik
5. Biaya variabel ialah biaya yang besar Metode hidroponik yang
kecilnya akan berpengaruh secara dikembangkan di lokasi pemanfaatan
langsung dengan jumlah produksi. pekarangan dalam pengembangan
6. Harga input ialah harga input faktor- usahatani sayuran hidroponik
faktor produksi, seperti sarana menggunakan metode DFT karena sistem
produksi dan peralatan pertanian yang tidak tergantung pada ketersediaan listrik
harus dibayar oleh petani. selama 24 jam, media tanam yang
7. Harga produk ialah nilai tukar produk digunakan mudah diaplikasikan dan
dalam satu kali musim tanam. instalasi tanaman dapat digunakan pada
8. Penerimaan ialah uang yang diterima lahan yang sempit. Selain itu, metode
dari jumlah produksi yang dihasilkan DFT ini bahan-bahannya mudah
untuk satu kali musim tanam didapatkan, murah, dan praktis. Proses
dikalikan dengan harga produk per kg pemeliharaanya atau pembersihannya
di tingkat petani. juga sangat mudah sehingga serangan
9. Keuntungan ialah penerimaan hama penyakit bisa diatasi dan dapat
usahatani dikurangi dengan biaya meningkatkan produksi usahatani sayuran
total (biaya tetap dan biaya variabel) hidroponik (Roidah, 2014). Prinsip dasar
yang dikeluarkan selama proses bertanam secara hidroponik DFT adalah
produksi dalam satu kali tanam. dengan meletakkan akar tanaman pada
10. Luas greenhouse ialah luas areal lapisan air dengan kedalaman 4-6 cm.
usahatani sayuran hidroponik yang Kelebihan dari metode ini adalah
digunakan dalam berusahatani. tanaman akan mendapatkan pasokan air

779
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2020. 6(2): 774-783

dan juga nutrisi secara rutin, sehingga Cost) dan biaya tidak tetap (Variable
bisa memudahkan pensuplaian nutrisi Cost). Biaya tetap adalah biaya yang
pada tanaman. Media tanam yang dikeluarkan tanpa dipengaruhi besar atau
digunakan yaitu rockwoll. Rongga udara kecilnya produksi. Berdasarkan Tabel 1
pada rockwoll harus terisi oleh air. biaya tetap yang dikeluarkan pada
Rockwoll yang jenuh air adalah keadaan usahatani selada dengan sistem
yang terbaik, agar benih/biji mudah hidroponik DFT adalah sebesar R.
berkecambah. Untuk persemaian 400.676,-. Biaya tidak tetap atau biaya
memerlukan tray plastik dan rockwoll variabel adalah biaya yang dikeluarkan
yang sudah jenuh air dan berukuran 2,5 x tergantung dari besar atau kecilnya
2,5 x 2,5cm. Nutrisi yang digunakan produksi. Biaya tidak tetap pada
merupakan nutrisi pabrikan yang terdiri usahatani selada sistem hidroponik DFT
atas unsur hara makro dan mikro yang adalah sebesar Rp 900.000,- dengan
dibutuhkan tanaman. Satu greenhouse produksi selada sebanyak 70 kg per 500
membutuhkan 3 liter nutrisi yang sudah lubang pada media tanam.
dicampurkan dengan 855 liter air untuk 1 Total biaya adalah seluruh biaya
kali produksi. Perawatan yang dilakukan yang dikeluarkan dalam proses usahatani
yaitu pengecekan kandungan nutrisi tersebut. Biaya usahatani terdiri atas
dalam bak penampung air dan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Total
pembersihan bak penampung air untuk biaya tetap usahatani selada hidroponik
menghindari bakteri yang dapat sebesar Rp 1.300.676. Total biaya yang
mengganggu tanaman sayuran hidroponik dikeluarkan oleh usahatani selada sistem
serta melakukan seleksi tanaman yang hidroponik pada Tabel 1.
terkontaminasi oleh penyakit agar tidak Tabel 1. Total Biaya Tetap Usahatani Selada
menular ke tanaman yang lain. Hidroponik
Biaya Biaya Tidak Total Biaya
No
Tetap (Rp) Tetap (Rp) (Rp)
1 400.676 900.000 1.300.676
Biaya Produksi Selada Hidroponik Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
Biaya produksi adalah biaya yang
dikeluarkan untuk proses produksi Penerimaan Usahatani Selada
usahanya yang dimulai sejak persemaian Hidroponik
sampai pada saat siap untuk dijual. Biaya Penelitian ini menggunakan data
produksi meliputi biaya tetap (Fixed pada satu periode tanam yaitu bulan

780
ANALISIS USAHATANI SAYURAN SELADA MENGGUNAKAN HIDROPONIK SEDERHANA
PADA LAHAN PEKARANGAN
Anugerah Fitri Amalia, Annisa Fitri, A. Dalapati, Femmi Nor Fahmi

Maret-April 2019. Penerimaan usahatani Sedang untuk mengetahui pendapatan


selada hidroponik dihitung dengan maka penerimaan dikurang dengan total
mengalikan jumlah produksi selada biaya yang sudah dikeluarkan yaitu
dengan harga selada/kg. Produksi selada sebesar Rp 1.300.676,- sehingga
bulan Maret 2019 adalah 70 kg selada diperoleh keuntungan sebesar Rp
untuk 500 lubang pada media tanam. 1.499.324,-
Dalam satu kilonya terdapat 7-8 pokok
selada dimana per-kilonya dijual dengan Analisis Break Even Point Usahatani
harga Rp 40.000/kg, sehingga bila Selada Hidroponik
dikonversikan akan mendapat total Analisis Break Even Point

penerimaan sebesar Rp 2.800.000. dilakukan untuk mengetahui berapa


jumlah minimum tanaman selada yang

Keuntungan Usahatani harus terjual agar hasil penjualan yang

Keuntungan selada merupakan diperoleh sama dengan jumlah biaya

selisih antara penerimaan yang yang dikeluarkan serta untuk mengetahui

didapatkan di kurang dengan total biaya berapa jumlah penerimaan minimal

yang sudah dikeluarkan pada proses petani agar usahanya tidak untung

usahatani selada dengan sistem maupun tidak rugi. Dalam perhitungan

hidroponik (Tabel 2). titik impas (BEP), biaya variabel dan


biaya tetap yang dikeluarkan harus
Tabel 2. Keuntungan Usahatani Selada
Hidroponik dipisahkan secara jelas. Pendekatan untuk
No Uraian Jumlah
1 Produksi (kg) 70 perhitungan titik impas dalam usaha
2 Harga (Rp) 40.000 sayuran hidroponik adalah BEP dalam
3 Penerimaan (Rp) 2.800.000
4 Biaya (Rp) 1.300.676 jumlah unit produksi (Kg) dan dalam
5 Keuntungan (Rp) 1.499.324
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019 bentuk rupiah (Rp). Dalam perhitungan

Berdasarkan Tabel 2 hasil usahatani selada sistem DFT diperoleh

penelitian pada usahatani selada, sistem BEP (Q) adalah sebesar 32,5 kg dan BEP

penerimaannya diperoleh dari jumlah (Rp) sebesar Rp 18.581,-. Sehingga

produksi dikalikan dengan harga jual, apabila jumlah penjualan (Q) selada

yaitu 70 kg dikalikan Rp 40.000,- berada pada jumlah tersebut maka usaha

sehingga penerimaan diperoleh berada pada titik impas atau tidak

penerimaan sebesar Rp 2.800.000,- mengalami laba ataupun kerugian; begitu

781
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2020. 6(2): 774-783

juga dengan BEP Harga (Rp) yang diperoleh pada usahatani selada
dibebankan pada setiap produk. Apabila hidroponik dengan sistem DFT sebesar
pedagang menjualnya pada kisaran harga Rp 1.499.324/bulan. Analisis titik impas
tersebut maka usaha juga akan berada atau Analisis Break Even Point dapat
pada titik impas. dilihat dari 2 sisi yaitu dari segi jumlah
produksi/BEP (Q) dan dari segi harga
Analisis R/C Ratio Usahatani Selada jual/BEP (Rp). Untuk usahatani selada
pada Sistem Hidroponik hidroponik sistem DFT BEP (Q) sebesar
Perhitungan R/C Ratio adalah 22,5 kg dan BEP (RP) sebesar Rp
untuk mengetahui perbandingan antara 12.587,-.. Artinya apabila usahatani
penerimaan dengan biaya yang selada memproduksi selada dengan biaya
dikeluarkan. Jika nilai R/C ratio lebih produksi yang sama dan hasil produksi
kecil dari 1, maka usaha tidak 22,5 kg dan harga jualnya Rp 12.587,-,
menguntungkan dan tidak layak untuk maka usahatani selada hidroponik
diusahakan. Apabila nilainya sama tersebut berada pada keadaan titik impas,
dengan 1, maka usahatani tersebut tidak dimana usahatani tidak mendapatkan laba
menguntungkan dan tidak pula rugi. namun tidak juga mengalami kerugian.
Sedangkan apabila lebih besar dari pada Analisis R/C Ratio pada usahatani
1 maka usahatani menguntungkan dan memperoleh angka 2,15, berarti usaha
layak diusahakan. Berdasarkan hasil tersebut layak untuk diusahakan. Setiap
perhitungan diketahui bahwa R/C ratio tambahan modal Rp 1 maka usaha
sebesar 2,15. R/C ratio yang diperoleh tersebut akan memperoleh hasil produksi
usaha ini termasuk ke dalam usaha yang senilai Rp 2,15.
menguntungkan, artinya setiap Rp 1 yang Saran
diusahakan sebagai modal usahatani akan Petani perlu melakukan pencegahan
diperoleh hasil sebesar Rp 2,15 dan usaha atau penanggulangan hama sejak dini
ini layak untuk diusahakan. dengan menggunakan pestisida nabati
agar tanaman sayur dapat aman
KESIMPULAN DAN SARAN dikonsumsi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan maka DAFTAR PUSTAKA
dapat disimpulkan keuntungan yang Fitri, A., Harianto, H., & Asmarantaka,
R. W. (2018). Analisis Pendapatan

782
ANALISIS USAHATANI SAYURAN SELADA MENGGUNAKAN HIDROPONIK SEDERHANA
PADA LAHAN PEKARANGAN
Anugerah Fitri Amalia, Annisa Fitri, A. Dalapati, Femmi Nor Fahmi

Usahatani Sawi Pola Kemitraan dan Retno Suryani. (2015). Hidroponik.


Non Mitra di Kecamatan Yogyakarta (ID): ArCitra.
Megamendung Kabupaten Bogor Roidah, I. S. (2014). Pemanfaatan Lahan
Jawa Barat. Journal of Food System Dengan Menggunakan Sistem
& Agribusiness, 2(2), 94–99. Hidroponik. Jurnal Universitas
https://doi.org/10.25181/jofsa.v2i2. Tulungagung BONOROWO Tahun,
1115 1(2), 43–50. Retrieved from
Ibrahim, Y. (2003). Studi Kelayakan file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1
Bisnis. Jakarta (ID): Roneka Sipta. 4-22-1-SM.pdf
Manulang. (2005). Pengantar Satiti, R., Lestari, D. A. H., & Suryani,
Manajemen Keuangan. Yogyakarta A. (2017). Sistem Agribisnis dan
(ID): Andi. Kemitraan Usaha Penggemukan
Nazaruddin. (1998). Budidaya dan Sapi Potong di Koperasi Gunung
Pengaturan Panen Sayuran Madu. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis,
Dataran Rendah. Jakarta (ID): 5(4), 352–359.
Penebar Swadaya. Suratiyah K. (2009). Ilmu Usahatani.
Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya.

783

Anda mungkin juga menyukai