Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATKAN LAHAN YANG SEMPIT DI ERA

INDUSTRI 4.0 DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM


HIDROPONIK DAN PENGAPLIKASIAN HIDROPONIK NFT
(NUTRIENT FILM TECHNIQUE) PADA TANAMAN

(Pertanian)

Disusun oleh:

Mas Muhammad Jangki Dausat (190421100163)

TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2019
PEMANFAATKAN LAHAN YANG SEMPIT DI ERA
INDUSTRI 4.0 DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
HIDROPONIK DAN PENGAPLIKASIAN HIDROPONIK NFT
(NUTRIENT FILM TECHNIQUE) PADA TANAMAN

(Pertanian)

Mas Muhammad Jangki Dausat

Universitas Trunojoyo Madura

jangki.022@gmail.com

Pendahuluan

Sebagian besar daerah di Indonesia merupakan lahan pertanian, oleh sebab


itu sumber penghasilan masyarakat Indonesia berasal dari sektor pertanian,
sehingga pertanian adalah sektor yang sangat penting bagi masyarakat indonesia
saat ini. Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik
brutonasional telah menurun secara signifikan dalam setengah abat terakhir, saat
ini sektor pertanian masih memberikan pendapatan bagi sebagian besar rumah
tangga indonesia. Pada tahun 2013, sektor pertanian menyumbang 14,43% dari
PDB nasional, sedikit mengalami penurunan dibandingkan satu dekade
sebelumnya (2003) yang mencapai 15,19%. Saat ini sekitar 30% lahan di
Indonesia digunakan untuk pertanian. Sektor pertanian Indonesia ditinjau dan
diatur oleh kementrian pertanian Republik Indonesia.

Revolusi industri 4.0 menyentuh berbagai aspek termasuk juga dalam


bidang pertanian, melalui implementasi industri era 4.0 disektor pertanian,
diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efektif dan efisien, sehingga terjadi
peningkatan produktivitas, dan daya saing (Amran, 2018). Walaupun demikian
hal tersebut belum mampu mengurangi dampak revolusi industri 4.0 pada
pertanian milik petani atau dalam skala ekonomi menengah – kecil. Dampak dari
revolusi industri 4.0 itu ialah pergeseran ekspektasi pelanggan, peningkatan
produksi data, inovasi kolaboratif serta model operasi baru. Model operasi
pertanian yang dijalankan atau dikelola oleh petani masih bersifat tradisional atau
konvensional, tidak evisien, kualitas dan kuantitas rendah, serta mengelola usaha
tani yang bertahan dengan adat istiadat yang menyulitkan pertanian konvensional
untuk maju dan berkembang. Selain itu, masalah keterbatasan lahan atau lahan
sempit di wilayah perkotaan menjadi alasan untuk perkembangan pertanian
diwilayah perkotaan serta tingginya harga sewa lahan menjadi suatu permasalahn
yang mempersulit beberapa pihak terutama petani. Selain itu, penurunan kualitas
tanah dan lahan pertanian juga merupakan hal yang cukup menghawatirkan. Hal
ini diakibatkan karena penggunaan pupuk kimia sintesis dan pestisida yang
berlebih dari petani. Sehingga rendemen bahan kimia tersebut merusak kualitas
tanah baik fisik, kimia maupun biologi. Lulusan pertanian tidak boleh cuma
menjadi penonton di era revolusi industri 4.0.

Gagasan Penulis

Kementrian pertanian saat ini sedang bereksperimen dengan inovasi model


pertanian terbaru selain mekanisasi pertanian yaitu pertanian pintar, pertanian
vertikal dan pertanian berkelanjutan.

Mengingat lahan yang semakin sempit karena perkembangan dunia yang


semakin pesat dan revolusi industri 4.0 maka penulis menawarkan beberapa
inovasi teknologi pertanian lahan sempit di wilayah perkotaan maupun wilayah
lainnya, pemanfaatan lahan sempit untuk meningkatkan hasil pertanian dengan
cara bercocok tanam secara hidroponik. Hidroponik sendiri merupakan budidaya
menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan
menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air
pada hidroponik lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan air pada budidaya
menggunakan media tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi
cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas. Sistem
budidaya tanaman dengan cara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit
karena tidak memerlukan lahan yang luas dalam penerapannya. Sitem bercocok
tanam secara hidroponik ini bisa dilakukan di pekarangan rumah, atap rumah,
halaman rumah ataupun lahan lainnya yang mendukung. Hidroponik dibagi
menjadi dua yaitu hidroponik substrat dan hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique). Kedua bentuk ini dapat dibuat teknik-teknik baru yang dapat
disesuaikan dengan kondisi keuangan dan ruang yang tersedia.

Cara bercocok tanam secara hidroponik ini sebenarnya sudah banyak


dipakai oleh beberapa petani atau masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang
tidak cukup luas. Bercocok tanam secara hidroponik memiliki banyak keuntungan
dari kualitas dan kuantitas dari hasil pertanian serta dapat memaksimalkan lahan
yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang luas.

Pengaplikasian hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) pada tanaman

NFT (Nutrient Film Technique) merupakan cara bercocok tanam secara


hidroponik dengan cara meletakkan akar pada lapisan air yang dangkal. Air
tersebut mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Karena disekeliling
perakaran terdapat larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama nutrient
film technique (NFT) (Lingga, 2011). Konsep dasar sistem ini adalah mengalirkan
nutrisi hidroponik ke akar tanaman secara tipis (film). Tujuan dari pengaliran
secara tipis adalah supaya akar tanaman bisa memperoleh asupan air, oksigen dan
nutrisi yang cukup. Kebutuhan pokok dari sistem ini adalah Gully yang dipakai
sebagai penopang netpot dan untuk mengalirkan air nutrisi, tetapi juga bisa diganti
dengan menggunakan talang. Meskipun menggunakan listrik dan biaya
pembuatan instalasi tergolong mahal, sistem ini mempunyai beberapa kelebihan,
diantaranya adalah:

1. Pertumbuhan tanaman lebih cepat dibandingkan dengan sistem lain


2. Sangat mudah untuk mengontrol keadaan nutrisinya
3. Resiko pengendapan kotoran didalam gully sangat sedikit
4. Pertumbuhan tanaman bisa seragam
Dari gambar di atas, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dari sistem NFT
(Nutrient Film Technique) :

1. Netpot langsung menyentuh dasar Gully/talang sehingga akar atau media


tanam langsung teraliri air nutrisi.
2. Gully dipasang miring agar air nutrisi bisa mengalir secara terus menerus
tanpa ada genangan didalam gully. Kemiringan dari gully biasanya antara
5 - 10 derajat.
3. Air nutrisi dalam sistem NFT ini dialirkan terus menerus secara tipis dan
tidak ada genangan air di dalam gully/talang dan ini adalah yang
membedakan dengan sistem hidroponik yang lain.

Salah satu jenis tanaman yang mudah dibudidayakan menggunakan sistem


NFT (Nutrient Film Technique) adalah sayur-saayuran seperti sawi, tanaman sawi
merupakan tanaman yang tahan hujan dan dapat dipanen sepanjang tahun karena
tidak bergantung kepada musim dan masa panen yang tergolong sangat cepat,
yaitu 40 hari setelah sawi ditanam sawi sudah bisa dipanen. Dalam pasar tanaman
sawi merupakan tanaman yang banyak diminati oleh konsumen. Beberapa jenis
sawi yang sangat populer adalah sawi hijau, sawi hijau dan sawi pakcoy atau
caisim.
PENUTUP

Seluruh gagasan ini akan lebih efektif dan lebih efisien jika
diterapkan. Pemanfaatan lahan sempit sebagai lahan pertanian dengan
menggunakan sistem hidroponik sangat bagus untuk diterapkan di wilayah
perkotaan maupun wilayah lainnya. Meskipun cara ini sudah banyak dilakukan,
bercocok tanam secara hidroponik memiliki banyak keuntungan dari kualitas dan
kuantitas dari hasil pertanian serta dapat memaksimalkan lahan yang ada karena
tidak membutuhkan lahan yang luas. Di era industri 4.0 tidak menutup
kemungkinan bahwa para petani di wilayah perkotaan akan menggunakan sistem
hidroponik, untuk menghasilkan produk tanaman yang berkualitas dengan lahan
yang terbatas.

Pengaplikasian sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) juga


sangat bagus untuk tanaman sayur-sayuran seperti jenis sawi, sistem ini ditujukan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hasil pertanian, karena
menggunakan pestisida yang sedikit. Setidaknya sistem hidroponik ini dapat
membantu meningkatkan kualitas dari sumber pangan nabati. Sehingga para
pemuda sekarang terutama lulusan pertanian tidak boleh cuma menjadi penonton
di era revolusi industri 4.0.
DAFTAR PUSTAKA

Hidroponik, http://id.m.wikipedia.org (diakses pada 13 Oktober 2019).

Hidroponik jawaban revolusi industri 4.0 pada sektor pertanian,


https://www.google.com (diakses pada 13 Oktober 2019).

Ida, S.R. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.


Jurnal Universitas Tulungagung BONOWORO Vol.1.No.2.

Kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik NFT, http://hidroponikpedia.com


(diakses pada 13 Oktober 2019).

Purnawarman, M., Adinda, N.H.M 2018. Penerapan Sistem Pemantauan Dan


Pengaturan Cerdas Untuk Unsur Hara Pada Sistem Hidroponik NFT. Jurnal
Pertanian Presisi Vol. 2 No. 1 Desember 2018.

Sapto, W., Arum, A.S 2013. Aplikasi Hidroponik NFT Pada Budidaya Pakcoy
(Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13(3):
159-167.

Anda mungkin juga menyukai