Anda di halaman 1dari 11

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Bawang Merah

(Studi pada Pertanian Bawang Merah Kampung Arsopura Distrik Skanto


Kabupaten Keerom Provinsi Papua)

ANANG SEFRIANDI
NIM. 043203652

Fakultas Sains dan Teknologi


Program Agribisnis Bidang Minat Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
UPBJJ-Jayapura

Komoditas bawang merah menjadi salah satu yang tidak tergantikan dalam konsumsi
masyarakat. Hal tersebut dikarenakan bawang merah merupakan produk sayuran yang
masuk dalam kelompok rempah tak bersubstusi. Komoditas bawang merah ini juga menjadi
salah satu penyumbang sumber pendapatan dan kesempatan kerja dimana kontribusinya
cukup tinggi dalam pengembangan ekonomi wilayah. Kampung Arsopura Distrik Skanto
Kab. Keeerom Prov. Papua termasuk salah satu kampung yang merupakan komoditas
penghasil bawang merah berkualitas. Namun jika dilihat dari fenomena di lapangan,
meskipun disebut sebagai sentra bawang merah rata – rata pendapatan petani bawang
merah di arsopura cukup rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor
– faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang merah, selanjutnya untuk mengetahui
gambaran efisiensi serta gamnbaran pendapatan pada usahatani bawang merah.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data
survey dan menggunakan instrumen berupa kuesioner pada petani bawang merah yang ada
dikampung Arsopura.
Hasil penelitian menunjukkan faktor produksi yang memengaruhi jumlah produksi
bawang merah adalah luas lahan, modal kerja dan jumlah tenaga kerja. Selain itu temuan
yang didapatkan adalah rata – rata petani bawang merah masih berada tingkat efisiensi
rendah. Sementara itu, berdasarkan gambaran pendapatan yang didapatkan, usahatani
bawang merah di lokasi penelitian masih layak diusahakan, hal ini ditunjukkan dengan nilai
penerimaan yang lebih tinggi dari nilai biaya yang dikeluarkan.

Kata kunci :usahatani bawang merah, produksi, efisiensi, pendapatan

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dengan


berbagai komoditasnya sebagai penopang pembangunan (Hernanto 1994). Dari sekian
banyak komoditas pertanian yang ada di Indonesia, komoditas bawang merah menjadi salah
satu penyumbang sumber pendapatan serta kesempatan kerja dimana kontribusinya cukup
tinggi dalam pengembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian, 2006).

Tahun 2016 Pulau Jawa mendominasi luas panen bawang merah hingga 70,17% dari
keseluruhan luas panen di Indonesia (BPS, 2017). Jawa Timur menempati urutan kedua
terbesar dengan luas 36.173 hektar atau setara 24,1% dari proporsi luas panen nasional. Di
Provinsi Jawa Timur sendiri daerah sentra penghasil bawang merah berada di beberapa
Kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Nganjuk yang mendominasi produksi sebesar
51,54% atau setara dengan 140.222 ton (BPS, 2017).

Kondisi lain yang terjadi adalah pasar komoditas di lokasi penelitian bersifat
monopolistik sehingga petani bawang merah di lokasi penelitian memiliki daya tawar yang
lemah di hadapan tengkulak, dan petani bawang merah cenderung bertindak hanya sebagai
price taker (Tripitono, 2015). Menurut Bakhsh et al, (2006) salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan kapasitas
produksi dan didukung penggunaan faktor produksi secara efisien.

Dalam penelitian ini ditetapkan lokasi di kampung Arsopura Distrik Skanto Kabupaten
Keerom Provinsi Papua yang memiliki karakteristik mayoritas penduduknya bekerja di sektor
pertanian khususnya bawang merah dan merupakan sentra produksi bawang merah yang
memiliki potensi untuk dapat dikembangkan (BPS, 2019).

Kondisi perekonomian masyarakat pada lokasi penelitian menunjukkan karakteristik


bahwa masih berada pada kondisi dibawah garis kemiskinan meskipun terkenal sebagai salah
satu sentra produksi bawang merah dengan kualitas yang dapat bersaing.

Berdasarkan penjelasan fenomena tersebut, dalam penelitian ini ditetapkan untuk


melihat bagaimanakah pengaruh faktor – faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang
merah, selanjutnya juga untuk melihat gambaran efisiensi usahatani bawang merah hingga
melihat gambaran pendapatan yang diterima petani bawang merah di Kampung Arsopura
Distrik Skanto pendapatanya masih tergolong dibawah rata-rata .

B. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep, Teori dan Fungsi Produksi

Mubyarto (2002:64) menjelaskan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang


diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, tenaga
kerja, dan modal. Pengertian lain dari produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktifitas
ekonomi dengan memanfaatkan berbagai masukan atau input. Dengan pengertian tersebut
maka produksi dapat di artikan sebagai kegiatan mengkombinasikan berbagai macam input
untuk membentuk sebuah hasil atau output. Hubungan teknis antara input dan output dalam
bentuk persamaan, grafik atau tabel merupakan fungsi produksi (Salvatore, 2007).

Fungsi Produksi Cobb Douglas

Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa fungsi produksi Cobb – Douglas adalah fungsi
atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana ada variabel dependent
yang dijelaskan dengan (Y) dan variabel independent yang dijelaskan dengan (Xn).

Skala Hasil (Return to Scale)

Berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas, penjumlahan dari nilai koefisien regresi
setiap variabel independen akan menunjukkan kondisi Return to Scale. Dasar menentukan
kondisi Return to Scale adalah apabila nilai penjumlahan koefisien regresi > 1 maka
menujukkan kondisi Increasing Return to Scale. Apabila nilai penjumlahan = 1 maka
menunjukkan kondisi Constant Return to Scale, dan jika nilai penjumlahan < 1 maka
menunjukkan kondisi Decreasing Return to Scale.

Konsep Efisiensi

Menurut Farrel (1957), efisiensi dapat digongkan dalam dua jenis, yaitu efisensi
teknis, efisiensi alokatif. Efisiensi teknis merupakan kemampuan sebuah usahatani untuk
mendapatkan hasil maksimal dari penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu. Sedangkan
efisiensi alokatif merupakan kemampuan dari petani dalam menggunakan input dengan
proporsi yang optimal pada tingkat harga input tertentu sehingga produksi dan
pendapatannya maksimal.
Konsep Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani
(Soekartawi, 2006).
Dalam penelitian ini pendapatan usahatani bawang merah dihitung berdasarkan skala
usahataninya.

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis penelitian deskriptif.


Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori tertentu dengan melakukan
pengujian hubungan antar variabel. Penelitian ini meliputi studi – studi cross sectional dan
longitudinal yang menggunakan kuesioner atau wawancara terstruktur untuk pengumpulan
data, dengan tujuan untuk menggeneralisasikan dari sampel menjadi populasi (fowler, 2008)
dalam (Creswell, 2014: 17).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi yang ditetapkan adalah Kampung Arsopura Distrik Skanto
Kabupaten Keerom Provinsi Papua yang merupakan salah satu sentra penghasil komoditas
bawang merah. Dasar peneliti dalam menetapkan lokasi penelitian adalah berdasarkan studi
pendahuluan dengan melihat data kondisi umum lokasi penelitian yang meliputi jumlah,
profil masyarakat dan kajian umum tentang pendapatan masyarakat serta data produksi
komoditas bawang merah di lokasi penelitian.

Devinisi Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep penelitian ini, maka terdapat 7 variabel yaitu luas
lahan, modal kerja, tenaga kerja, pola pergantian tanam, biaya pengairan, harga dan jumlah
produksi bawang merah. Devinisi dan klasifikasi dari variabel – variabel tersebut dapat
dilihat pada penjelasan di bawah ini:

1. Variabel terikat atau dependen (Y) merupakan variabel yang bergantung pada variabel
bebas. Variabel terikat ini merupakan variabel outcome atau hasil dari pengaruh variabel
bebas, istilah lain dari variabel terikat adalah variabel criterion, outcome, effect, dan
rensponse (Creswell, 2014: 70). Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel terikat
adalah jumlah produksi bawang merah, yaitu banyaknya produksi bawang merah yang
dihasilkan petani dalam satu musim tanam. Variabel ini ditetapkan dengan satuan
kiloogram (Kg).
2. Variabel bebas atau independen (X) merupakan variabel yang (mungkin) menyebabkan,
memengaruhi, atau berefek pada outcome. Variabel ini juga dikenal dengan istilah variabel
treatment, manipulated, antecedent, atau predictor (Creswell, 2014: 70). Dalam penelitian
ini terdapat 6 variabel bebas yaitu:
a. Luas lahan (X1)
Luas lahan adalah suatu tempat atau tanah yang mempunyai luas tertentu dengan
kegunaan untuk usaha pertanian, dalam penelitian ini adalah luas lahan adalah
yang digunakan untuk menanam komoditas bawang merah dan dinyatakan dengan
satuan hektar (Ha).
b. Modal kerja (X2)
Modal kerja dalam pertanian adalah banyaknya pengorbanan uang (Rp) yang
dikeluarkan petani dalam menjalani proses produksi pertanian mulai pra tanam
hingga panen. Secara umum dalam masyarakat pertanian modal yang dimaksud
meliputi, penyediaan bibit, pupuk, upah buruh tani dan sewa lahan.
c. Jumlah tenaga kerja (X3)
Dalam penelitian yang dimaksudkan adalah jumlah tenaga kerja atau buruh tani
yang ikut dalam proses produksi bawang merah selama satu musim. Jumlah tenaga
kerja dalam penelitian ini diukur menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK).
d. Pola pergantian tanam (X4)
Pola pergantian tanam yaitu praktik pergantian tanaman dari satu komoditas ke
komoditas lainnya pada satu lahan. Pola pergantian tanam dalam penelitian ini
dilihat dari banyaknya jenis tanaman yang ditanam pada satu tahun.
e. Biaya pengairan (X5)
Biaya pengairan yaitu biaya atau pengorbananan yang dikeluarkan petani dalam
usahatani bawang merah untuk mengakses air dari saluran irigasi menggunakan
diesel maupun biaya yang harus dibayarkan mengalirkan air dari saluran irigasi
sekunder secara langsung ke lahan sawah pertanian bawang merah. Biaya
pengairan dihitung menggunakan satuan rupiah (Rp).
f. Harga sebelum tanam (X6)
Harga dalam penelitian ini didevinisikan sebagai harga bawang merah kering
sebelum memasuki masa tanam bawang merah. Satuan harga yang dipakai dalam
penelitian ini adalah rupiah (Rp).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menanam bawang merah.
Sedangkan sampel yang menjadi responden adalah petani bawang merah. Dimana dalam
memilih sampel secara spesifik menggunakan metode Stratified Purposive Sampling. Yaitu
pengambilan sampel secara strataan dengan cara membagi populasi menjadi beberapa
subpopulasi atau strata. Kemudian pengambilan sampel dilakukan secara sengaja pada
masing – masing strata (Jogiyanto, 2010).

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari
responden di lapangan. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah dengan survei untuk
mendapatkan data primer dan. Survei adalah metode pengumpulan data primer dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan kepada responden individu (Jogiyanto, 2010:115).
Instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan survei yaitu berupa kuesioner yang
disusun sesuai kebutuhan untuk mendapatkan data yang relevan. Selain itu juga
menggunakan wawancara untuk memperkuat jawaban responden atas data yang dituliskan
melalui kuesinoner.

Metode Analisis Data

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh luas lahan,
modal kerja, jumlah tenaga kerja, pola pergantian tanam, biaya pengairan dan harga
sebelum masa tanam terhadap jumlah produksi bawang merah ditunjukkan dengan fungsi
produksi sebagai berikut:

Y = f(X1 X2 X3 X4 X5 X6)

Dalam fungsi produksi Cobb – Douglas dinyatakan sebagai berikut:

Y = b0 X b1 X1 b22 X b3
3
X4 b4 5X b5
6
X b6 e µ
Untuk estimasi koefisien regresi, dilakukan transformasi ke bentuk linear dengan
menggunakan logaritma natural (ln) guna menghitung nilai elastisitas dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat ke dalam model sehingga diperoleh persamaan
sebagai berikut:

Ln Y = Ln α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln
X6 + µ

Metode analisis efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA). Jika dalam perhitungan nantinya hasil yang didapatkan adalah
angka satu maka dapat disimpulkan bahwa usahatani bawang merah yang dijalankan sudah
efisien, apabila nilai yang didapatkan kurang dari satu maka usahatani dapat dikatakan belum
efisien. DEA menghitung efisiensi dari Decision Making Units (DMU) dalam satu kelompok
pengamatan. Dalam prinsip kerja DEA, cara yang digunakan yaitu dengan membandingkan
data input dan output dari suatu DMU dengan data input dan output dari DMU lainnya. Dari
perbandingan ini kemudian didapatkan skor efisiensinya.

Dalam penelitian ini pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
semua biaya usahatani (Soekartawi, 2006). Dalam penelitian ini pendapatan usahatani
bawang merah dihitung berdasarkan skala usahataninya. Penghitungan dilakukan dengan
rumus:

Pd= TR – TC

Di mana :

Pd : Pendapatan usahatani

TR : Total penerimaan

usahatani TC : Total

biaya usahatani

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linear Berganda


1. Uji Asumsi Klasik
Tabel 4.1: Uji asumsi klasik
Uji Hasil Keterangan
Titik - titik pada grafik Normal P-
Normalitas Data terdistribusi normal Plot
mendekati garis diagonal
Heteroskedatisitas Tidak terjadi Titik – titik menyebar pada
Scatterplot dan tidak membentuk pola
tertentu
Uji Hasil Keterangan
Multikolinearitas Tidak terjadi Nilai Tolerance menunjukkan nilai
diatas 0,1 dan nilai VIF tidak lebih
dari 10
Sumber: Olah data SPSS, 2019
 Pada pengujian asumsi klasik, menunjukkan bahwa tidak ada asumsi yang
dilanggar, sehingga proses pengujian selanjutnya dapat dilaksanakan.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Dalam penelitian ini yang menggunakan taraf keyakinan α = 0,05 didapatkan
nilai F-tabel sebesar 2,31 dan F-hitung menunjukkan nilai 71,896. Sehingga hasil
yang didapatkan adalah nilai F- tabel 2,31 < F-hitung 71,896. Artinya variabel –
variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Hasil penghitungan uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2: Uji F


ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19,944 6 3,324 71,896 ,000
b
Residual 2,081 45 ,046
Total 22,025 51
a. Dependent Variable: Ln_Y
b. Predictors: (Constant), Ln_X6, Ln_X1, Ln_X4, Ln_X5, Ln_X2, Ln_X3
Sumber: Olah data SPSS, 2019

b. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependent
secara parsial. Apabila nilai t-tabel < t-hitung maka menunjukkan adanya pengaruh,
namun apabila nilai t-tabel > t-hitung maka menunjukkan tidak ada pengaruh. Untuk
melihat signifikansi, apabila nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3: Uji t


Variabel Koefisie T Hitung Sig Keterang
n . an
(konstanta) -1,565 -0,503 0,617
Ln_X1 0,279 4,342 0,000 Berpengaruh positif signifikan
Ln_X2 0,701 4,249 0,000 Berpengaruh positif signifikan
Ln_X3 0,086 2,572 0,013 Berpengaruh positif signifikan
Ln_X4 0,220 1,178 0,245 Tidak berpengaruh
Ln_X5 0,145 1,663 0,103 Tidak berpengaruh
Ln_X6 -0,606 -2,984 0,005 Berpengaruh negatif signifikan
α = 0,05
t-tabel = 2,014
Sumber: Olah data SPSS, 2019
c. Uji Koefisien Determinasi R2
Dari Penghitungan diperoleh nilai R Square sebesar 0,906 menunjukkan
bahwa proporsi pengaruh variabel luas lahan (X1), modal kerja (X2), jumlah tenaga
kerja (X3), pola pergantian tanam (X4), biaya pengairan (X5) dan harga sebelum
masuk masa tanam (X6) terhadap variabel jumlah produksi (Y) adalah sebesar 90,6%.

Tabel 4.4: Uji R2


Model Summaryb
Adjusted Std. Error
Model R R Square R of the Durbin-
Square Estimate Watson
1 ,952 ,906 ,893 ,21502 1,672
a
a. Predictors: (Constant), Ln_X6, Ln_X1, Ln_X4, Ln_X5, Ln_X2, Ln_X3
Dependent Variable: Ln_Y
b.
Sumber: Olah data SPSS, 2019

d. Estimasi Model
Estimasi model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Ln Y = -1,565 + 0,279LnX1 + 0,701LnX2 + 0,086LnX3 + 0,220LnX4 + 0,145LnX5 –
0,606LnX6 + e

e. Return to Scale
Berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas, penjumlahan dari nilai koefisien
regresi setiap variabel independen akan menunjukkan kondisi Return to Scale.
Return to Scale = 0,279 + 0,701 + 0,086 + 0,220 + 0,145 - 0,606
Return to Scale = 0,825
0,825 < 1 = Decreasing Return to Scale
Berdasarkan penghitungan tersebut, didapatkan nilai Return to Scale sebesar
0,825 yang artinya nilai tersebut menunjukkan kondisi Decreasing Return to Scale
pada usahatani bawang merah di Desa Puhkerep. Artinya dengan ditambahkannya
faktor produksi sebesar 1% hanya akan menambah jumlah produksi sebesar 0,825%.
Dengan kata lain menunjukkan bahwa proporsi penambahan output tidak sebanding
(lebih kecil) dari proporsi penambahan inputnya.

Analisis Efisiensi
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap para petani bawang merah di
Kampung Arsopura Distrik Skanto Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Seluruh petani yang
diamati ini merupakan Decision Making Unit (DMU) dalam analisis Data Envelopment
Analysis (DEA). Dalam DEA, nilai efisiensi ditunjukkan dengan nilai Technical Efficiency
(TE) yang bernilai antara 0 sampai dengan 1. Dari penghitungan, diperoleh rata – rata
efisiensi usahatani sebesar 0,859.
Pendapatan Usahatani Bawang Merah
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani
(Soekartawi, 2006). Dalam penelitian ini pendapatan usahatani bawang merah dihitung
berdasarkan skala usahataninya. Penghitungan dilakukan dengan rumus:
Pd= TR – TC
Di mana :
Pd : Pendapatan usahatani
TR : Total penerimaan
usahatani TC : Total
biaya usahatani

Tabel 4.5: Pendapatan usahatani bawang merah


SKALA SKALA SKALA
KETERANGAN USAHATANI USAHATANI USAHATANI
KECIL MENENGAH BESAR
Pendapatan
Total penerimaan 18.488.300 41.545.037 73.764.750
(Rp)
Total biaya (Rp) 12.532.386 30.470.656 47.348.667
Pendapatan (Rp) 5.955.914 11.074.381 26.416.083
R/C ratio 1,48 1,36 1,55
Sumber: Data turun lapang (diolah), 2019

E. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini
diperoleh kesimpulan bahwa jumlah produksi bawang merah dipengaruhi oleh tiga faktor
produksi utama yakni luas lahan yang ditanam, modal kerja dan jumlah tenaga kerja.
Sehingga proporsi penggunaan ketiga faktor produksi tersebut pada setiap musim tanam,
dapat menentukan jumlah produksi bawang merah. Sedangkan Harga pada tingkat produsen
sebelum memasuki musim tanam bawang merah berdampak negatif terhadap jumlah
produksinya, hal ini dilandasi bahwa petani hanya bertindak sebagai penerima harga (price
taker).

Kondisi efisiensi pada usahatani bawang merah menunjukkan bahwa masih


didominasi oleh petani dengan tingkat efisiensi di bawah rata – rata. Artinya banyak petani
bawang merah yang mengalami kelebihan dalam penggunaan faktor produksi (excess input).
Kesimpulan tersebut sejalan dengan kondisi decreasing return to scale yang menunjukkan
bahwa penambahan input pada jumlah tertentu akan menghasilkan output dengan proporsi
lebih kecil.

Pendapatan petani bawang merah berbeda – beda sesuai dengan skala usahataninya.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar skala usahatani bawang
merah maka akan diikuti semakin besar pendapatan petaninya. Namun, secara garis besar
usahatani bawang merah masih layak untuk diusahakan dan masih memberikan keuntungan.
Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan nilai penerimaan total yang lebih besar dari biaya total
usahatani bawang merah.
SARAN

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Saran untuk penelitian selanjutnya, dapat memperdalam analisis pendapatan dengan


melihat biaya yang tidak diperhitungkan seperti biaya upah tenaga kerja dari dalam
keluarga, biaya jaminan tenaga kerja (rokok, jajanan, sarapan). Sehingga analisis
yang dilakukan dapat lebih mencerminan kondisi di lapangan sebenarnya.
2. Pemerintah daerah perlu berperan aktif dalam memberikan fasilitas berupa
penyuluhan terhadap petani bawang merah perihal alokasi penggunaan faktor
produksi yang benar. Pengetahuan yang diperoleh petani melalui penyuluhan akan
berguna untuk mengurangi kelebihan input (excess input) khususnya pupuk dan obat
sehingga petani dapat menggunakannya sesuai dengan dosis yang benar.
3. Guna meningkatkan nilai tambah pertanian bawang merah, perlu adanya kolaborasi
antara instansi terkait baik pemerintahan maupun perguruan tinggi untuk
menyediakan wahana pengolahan bawang merah. Sehingga dengan adanya wahana
pengolahan, petani memiliki potensi untuk meningkatkan nilai tambah dari produksi
pertaniannya sebelum dijual ke pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2001. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Amandasari, M. 2014. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung Manis di Kecamatan Tenjolaya


Kabupaten Bogor: Pendekatan Data Envelopment Analysis.
Andriani, W. 2014. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah Lokal
Tinombo di Desa Lombok Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal
Agrotekbis, 2(5), 533–538.

Bakhsh. 2006. Food Security Throught Increasing Technical Efficiency. Asian Journal of
Plant Sciences, 970– 976.

Boediono. 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi No.2, Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPPE

Bank Indonesia. 2017. Laporan Kajian Arah Pengembangan Klaster Nasional Dalam Rangka
Mendukung Pengendalian Inflasi. Jakarta.

Coelli T. J, Rao D. S. P, O'Donnell C. J, Battese G. E. 2005. An Introduction to Efficiency


and Productivity Analysis. New York (US)

Coelli, T J. 1995. Recent Development in Frontier Modelling and Efficiency Measurement.


Australian Journal and Agricultural Economics, Vol 38, 219-245.
Cooper, W.W., H. Deng, Z. M. Huang and S. X. Li, 2002, A one-model approach to
congestion in data envelopment analysis, Socio-Economic Planning Sciences. 231-238.

Creswell, John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,


dan Campuran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Disnakertrans Jatim. 2017. Peraturan Gubernur Jawa Timur No 75 Tahun 2017 tentang
UMK. 2017. https://disnakertrans.jatimprov.go.id/. Diakses pada 10 April 2018.

Farrel, M J. 1957. The Measurement Of Productive Efficiency. Journal Of The Royal


Statistical Society. Vol 120, 253 – 290.

Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian. Jakarta:

Salemba Empat. Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV

Andi Offset.

Hidayat. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawagn Merah.
Jurnal Hort, 21(3), 206–213.

Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya. 2017. Buku Pedoman Skripsi, KKN-P, Artikel
dan Makalah .
Malang: Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya.
Jogiyanto. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Kementrian Pertanian. 2015. Outlook Bawang Merah. Jakarta: Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. Khakim, L. 2013. Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, Penggunaan
Benih, dan Penggunaan Pupuk Terhadap
Produksi Padi di Jawa tengah, 9(1), 71–79.

Mahdalena, Z. 2016. Pengaruh Faktor - Faktor Produksi terhadap Pendapatan Usahatani


Jagung di Desa Sungai Riam Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Provinsi
Kalimantan Selatan, 41(1), 113–117.

Mubyarto. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.

Jakarta: LP3ES. Muljianto. 2007. Ilmu Lingkungan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ningsih, N. M. C. 2016. Pengaruh Modal danTingkat Upah Terhadap Nilai Produksi Serta
Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Perak. JEKT, 8(1), 83–91.

Novitasari. 2017. Analisis Pendapatan dan Faktor Faktor yang memengaruhi Produksi
Bawang Merah di Dataran Tinggi Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung.

Pranata, A. 2015. Pengaruh Harga Bawang Merah terhadap Produksi Bawang Merah di
Provinsi Jawa Tengah, Jejak 8(1), 36-44.

Anda mungkin juga menyukai