PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu produk pangan rempah yang paling penting dan paling
banyak diproduksi di Asia. Cabai digunakan sebagai rempah dalam berbagai
makanan di seluruh dunia, biasanya tersedia dalam bentuk green chilies, cabai
merah keriting utuh, dan cabai bubuk. Bisnis budidaya cabai terlihat sangat
menjanjikan dan berpotensi memberikan keuntungan yang cukup besar. Hal itu
disebabkan nilai pemasaran cabai yang tinggi bila ditinjau dari volume serta nilai
ekspor dan impor di tingkat domestik dan internasional (Winarno, 2017).
Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuum L. ini berasal dari
kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman cabai yang dicakup disini adalah
cabai besar, cabai keriting, dan cabai rawit. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan
biji. Komoditas cabai digunakan hampir pada semua jenis makanan karena
merupakan bumbu masak utama yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar.
Karena merupakan komoditas yang banyak digunakan, cabai memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan banyak diusahakan oleh petani di Sumatera Utara. Selain
itu, tanaman ini merupakan tanaman yang mudah ditanam didataran rendah maupun
didataran tinggi, sehingga dapat ditemukan diseluruh Kabupaten/Kota di Sumatera
Utara kecuali Kota Sibolga dan Pematang Siantar
(Badan Pusat statistik Sumatera Utara, 2017).
Kabupaten Langkat merupakan salah satu sentra tanaman cabai di Sumatera Utara.
Dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik, Kabupaten langkat berada pada urutan
kelima dengan produksi sebesar 1511 ton dan produktivitas sebesar 3,6 ton/ha,
dimana nilai tersebut merupakan nilai paling rendah dibandingkan dengan daerah
sentra produksi lainnya seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Batu Bara, dan Kabupaten Tapanuli Utara.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi
masalah sebagai berikut :
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk :
1. Untuk menganalisis produktivitas usahatani cabai merah dan pengaruh input
produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap jumlah produksi
cabai merah didaerah penelitian.
2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan petani cabai merah didaerah penelitian.
3. Untuk menganalisis kelayakan usahatani cabai merah didaerah penelitian.
4. Untuk menjelaskan kecenderungan harga cabai merah didaerah penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Cabai termasuk dalam golongan terung-terungan yaitu Solonaceae. Nama spesies
tanaman cabai adalah Capsicum sp. Jenis dan varietas tanaman cabai sangat banyak,
namun dari jumlah tersebut hanya beberapa jenis saja yang dibudidayakan secara
meluas. Di Indonesia setidaknya dikenal tiga macam cabai yang paling banyak
dibudidayakan, yakni cabai besar, cabai rawit, dan cabai hibrida. Disamping itu ada
pula beberapa jenis cabai hias yang bukan untuk dikonsumsi, walaupun cabai hias
juga bisa dikonsumsi. Secara umum terdapat tiga golongan cabai besar, yaitu cabai
merah besar, cabai merah keriting, dan cabai hijau (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Landasan Teori
Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat
produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi
yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti
tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2005).
Salah satu model fungsi produksi yang digunakan dalam analisis usahatani adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi Produksi Cobb –Douglas merupakan suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang
dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut
variabel independen (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan
variabel yang menjelaskan biasanya berupa input (Soekartawi, 2002).
Biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor
produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi baik
secara tunai maupun tidak tunai. Rumus menghitung biaya produksi usahatani :
TC = FC + VC
keterangan :
TC = Total biaya (total cost) (Rp)
FC = Biayai tetap (fix cost) (Rp)
VC = Biaya variabel (variable cost) (Rp)
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (total revenue) (Rp)
TC = Total biaya (total cost) (Rp)
Kelayakan Usahatani
Kelayakan usaha yaitu melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal dari
pengusaha secara individu. Kegiatan usaha terutama usahatani pada umumnya
mengutamakan financial benefit daripada social benefit. Kelayakan usaha dapat
diketahui dengan menggunakan beberapa kriteria investasi yang umum dikenal,
antara lain sebagai berikut: BEP dan R/C (Kasmir dan Jakfar, 2003).
BEP (Break even point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama
dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usahatani,
terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan
sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta
biaya modal lainnya. R/C adalah singkatan dari (Return Cost Ratio), atau dikenal
sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya (Sunarjono, 2000).
Penelitian Terdahulu
Menurut Agri Mandasari Damanik (2015), Analisis perbandingan kelayakan
usahatani cabai merah (Capsicum annum L.) dengan cabai rawit
(Capsicum frustescens L.) di desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten
Simalungun. Metode penentuan sampel menggunakan simple random sampling.
Metode analisis data dengan analisis deskriptif dan uji U Mann Whitney, analisis
regresi linier berganda dan analisis usahatani. Penelitian menyimpulkan bahwa
kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit berbeda di mana nilai R/C dan
B/C usahatani cabai merah berturut-turut sebesar 3,24 dan 2,25. Sedangkan nilai
R/C dan B/C usahatani cabai rawit berturut-turut sebesar 1,96 dan 1,01. Dengan
demikian usahatani cabai merah lebih layak diusahakan dan dikembangkan secara
ekonomi dibandingkan dengan usaha tani cabai rawit.
Berdasarkan jurnal Djohar, Noor (2015) dengan judul “Analisis Usahatani Cabai
Merah Besar (Capsicum annum L.) menunjukan bahwa usahatani dikatakan efisien
apabila R/C ratio > 1 dan R/C ratio < 1 tidak efisien atau tidak menguntungkan.
R/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya.
Dari hasil perhitungan R/C ratio sebesar 2.15 berarti dalam usahatani cabai merah
besar efisien atau menguntungkan. Sesuai dengan kaidah dalam usahatani apabila
R/C ratio >1,2 maka usahatani tersebut efisien. R/C ratio 2,15 artinya setiap Rp. 1
diperoleh pendapatan Rp. 2,15
(Hipotesis 1b) dianalisis dengan metode OLS menggunakan model regresi Cobb-
Douglas dengan fungsi persamaan sebagai berikut :
Y = f(X1,X2,......,Xn)
Dimana :
Y = Produksi cabai merah (kg)
X1 = Bibit (Batang)
X2 = Pupuk (Kg)
X3 = Pestisida (mL)
X4 = Tenaga kerja (HKO)
b0, b1 – b5 = Koefisien
µ = Kesalahan pengganggu
a=R/C
R = Y. Py
C = FC + VC
𝑌 .𝑃𝑦
a=( )
𝐹𝐶+𝑉𝐶
Dimana :
R = Penerimaan (Rp)
C = Biaya (Rp)
Y = Produksi yang diperoleh (kg)
Py = Harga jual (Rp)
FC = Biayai tetap (fix cost) (Rp)
VC = Biaya variabel (variable cost) (Rp)
Kriteria uji :
- Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan
- Jika R/C = 1, maka usaha layak impas
- Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan impas atau keadaan kembali
modal sehingga usaha tidak untung atau tidak rugi atau hasil penjualan sama
dengan biaya yang dikeluarkan.
Total Biaya Produksi
Kriteria uji : Titik impas terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih
tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point)
(Sunarjono, 2000).
3. Pestisida (mL)
a. Prevathon 214,81 1.193,42
b. Regent 175,93 977,37
c. Ammate 100,46 558,13
d. Pegasus 86,67 481,48
e. Confidor 48,89 217,60
f. Samite 178,70 992,80
g. DT – 45 549,07 3.050,41
h. Bion M 462,96 2.572,02
i. Antracol 583,33 3.240,74
j. Cabrio 177,78 987,65
k. Sagri-Pas 50,00 277,78
l. Sagri-Beat 68,89 382,72
m. Sagri-Bat 38,89 216,05
n. Sagri-Nil 35,19 195,47
o. Nomite 16,67 92,59
p. Endure 16,67 92,59
q. Winder 75,93 421,81
r. Cigal 18,52 102,88
s. Enclor 22,22 123,46
t. Abacel 27,78 154,32
u. BOM 18,52 102,88
v. Demolish 13,89 77,16
w. Acrobat 7,41 41,15
4 Tenaga Kerja (HKO)
a. TKDK 74,30 412,78
b. TKLK 105,64 586,89
Sumber: Data Sekunder Diolah
Bila dilihat rata-rata pendapatan petani cabai merah di daerah penelitian per
bulannya, maka pendapatan petani adalah sebesar Rp. 10.781.640 per petani/ bulan
atau Rp. 58.406.941 per hektar/bulan. Jika pendapatan per petani ini dibandingkan
dengan upah minimum (UMK) Kabupaten Langkat tahun 2017 sebesar Rp
2.127.375 /bulan maka dapat disimpulkan pendapatan petani di daerah penelitian
tergolong tinggi, karena lima kali lipat lebih tingi dari UMK.
Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah
Analisis R/C Ratio
Tabel 3. Nilai R/C ratio pada Petani Sampel Usahatani Cabai Merah di Desa
Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun
2017.
No Uraian Total Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) R/C
1 Per Petani 24.517.883 67.644.444 2,74
2 Per Hektar 136.511.785 370.139.550 2,74
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan Tabel 3. Rata-rata total penerimaan per petani adalah sebesar Rp.
67.644.444 dan rata-rata total biaya adalah sebesar Rp. 24.517.883. Pada usahatani
cabai merah diperoleh rata-rata nilai R/C sebesar 2,74. Berdasarkan kriteria
kelayakan, usahatani cabai merah dengan perhitungan R/C > 1 maka usahatani
cabai merah layak untuk diusahakan.
Rata-rata total penerimaan per hektar adalah sebesar Rp. 370.139.550 dan rata-rata
total biaya adalah sebesar Rp. 136.511.785. pada usahatani cabai merah diperoleh
rata-rata nilai R/C sebesar 2,74. Berdasarkan kriteria kelayakan, usahatani cabai
merah dengan perhitungan R/C > 1 maka usahatani cabai merah layak untuk
diusahakan. Nilai R/C sebesar 2,74 ini, mengindikasikan bahwa setiap penambahan
biaya produksi Rp. 1 akan menambah penerimaan sebesar Rp. 2,74.
Analisis Titik Impas Usahatani Cabai Merah
BEP Produksi
Tabel 4. Nilai BEP Produksi Usahatani Cabai Merah di Desa Tanjung Ibus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat tahun 2017.
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
No Uraian Total Biaya Harga BEP Produksi Produksi
(Rp) (Rp/Kg) (Kg) (Kg)
1 Per Petani 24.527.883 32.130 759,73 2.098
2 Per Hektar 136.511.785 32.130 4.257,05 11.534
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan tabel 4. diketahui rata-rata total BEP Produksi usahatani Cabai Merah
selama 1 musim tanam per petani adalah sebesar 759,73 Kg, artinya jumlah
produksi minimal yang harus dihasilkan sedikitnya 759,73 Kg agar usahatani tidak
mengalami kerugian.
Bila rata-rata produksi per petani yang ada didaerah penelitian yakni sebesar 2.098
Kg dibandingkan dengan rata-rata BEP produksi per petani sebesar 759,73 Kg,
maka dapat disimpulkan jumlah produksi yang ada sudah layak karena lebih tinggi
3 kali lipat dari BEP produksi. Oleh karenanya usahatani cabai merah didaerah
penelitian dinyatakan menguntungkan.
Rata-rata total BEP Produksi usahatani Cabai Merah selama 1 musim tanam per
Hektar adalah sebesar 4.257,05 Kg, produksi minimal yang harus dihasilkan
sedikitnya 4.257,05 Kg agar usahatani tidak mengalami kerugian.
Bila rata-rata produksi per hektar yang ada didaerah penelitian yakni sebesar 11.534
Kg dibandingkan dengan rata-rata BEP produksi per hektar sebesar 4.257,05 Kg,
maka dapat disimpulkan jumlah produksi yang ada sudah layak karena lebih tinggi
3 kali lipat dari BEP produksi. Sehingga usahatani cabai merah didaerah penelitian
dinyatakan menguntungkan.
BEP Harga
Tabel 5. Nilai BEP Harga Usahatani Cabai Merah di Desa Tanjung Ibus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat tahun 2017.
Total Biaya Produksi BEP Harga Harga
No Uraian
(Rp) (Kg) (Rp) (Rp/Kg)
1 Per Petani 24.527.883 2.098 12.413 32.130
2 Per Hektar 136.511.785 11.534 12.413 32.130
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan tabel 5. diketahui BEP harga per petani dan per hektar menunjukkan
angka yang sama yaitu Rp. 12.413/ Kg artinya harga jual cabai merah harus paling
rendah sebesar Rp. 12.413/ Kg agar petani tidak rugi, jika harga jual berada
dibawah nilai Rp. 12.413/ Kg maka petani akan mengalami kerugian.
Bila rata-rata harga jual per petani dan per hektar didaerah penelitian sebesar
Rp. 32.130/ Kg dibandingkan dengan rata-rata BEP harga per petani dan per hektar
sebesar Rp. 12.413/ Kg, maka dapat disimpulkan harga pasar untuk cabai merah
didaerah penelitian menguntungkan bagi petani karena harga jualnya lebih besar 3
kali lipat dari BEP Harga.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. a) Produktivitas cabai merah di daerah penelitian masih tergolong rendah karena
produktivitas cabai merah sebesar 11,53767 ton/ha lebih kecil dibandingkan
referensi potensi hasil yaitu sebesar 20 ton/ha.
b) Input produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah, namun secara parsial
hanya bibit dan pupuk yang berpengaruh nyata.
2. Pendapatan usahatani cabai merah didaerah penelitian tergolong tinggi dengan
rata-rata pendapatan usahatani per petani sebesar Rp. 10.781.640 per bulan lebih
besar dibandingkan dengan upah minimum (UMK) sebesar Rp 2.127.375 per
bulan.
3. Usahatani Cabai Merah layak untuk diusahakan karena nilai Net R/C > 1, serta
jumlah produksi yang dihasilkan dan harga jual lebih tinggi dari nilai titik impas.
4. Perkembangan harga cabai merah didaerah penelitian baik ditingkat pedagang
maupun petani berfluktuasi namun cenderung menurun.
Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Petani
Kepada para petani sebaiknya tetap menjalankan usahatani cabai merah dan
untuk meningkatkan jumlah produksi sebaiknya menambah penggunaan pupuk
sesuai rekomendasi, karena dosis pupuk yang digunakan masih berada dibawah
standar referensi penggunaan pupuk menurut Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian.
2. Untuk Pemerintah
Pemerintah diharapkan untuk tetap memberikan bantuan bibit unggul cabai
merah, pupuk, pestisida serta alat pertanian yang mendukung usahatani cabai
agar para petani semakin bersemangat dalam meningkatkan jumlah produksinya.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Kepada Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti tentang
pembentukan harga cabai dan posisi tawar petani di Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir dan Jakfar. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana Prenada
Media : Jakarta
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja
Grafindo Persada : Jakarta
Winarno, F. G. 2017. Cabai : Potensi Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri.
PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.