Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI

CABAI MERAH (Capsicum Annuum L.)


(Kasus : Desa Tanjung Ibus, Kec. Secanggang, Kab. Langkat)
Rahmah Yaumul Furqonisa*), Thomson Sebayang**),
Sinar Indra Kesuma**)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera


Utara Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan.
Hp. 081250099085, E-mail : rahmayaumul18@gmail.com
**) Staf pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis produktivitas usahatani cabai
merah dan pengaruh input produksi ( bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja )
terhadap jumlah produksi cabai merah, tingkat pendapatan petani cabai merah,
kelayakan usahatani cabai merah, dan menjelaskan kecenderungan harga cabai
merah di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), sementara
penentuan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 54 petani. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode OLS dan analisis kelayakan usahatani. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Produktivitas cabai merah masih tergolong rendah karena
produktivitas cabai merah sebesar 11,53767 ton/ha < 20 ton/ha (referensi potensi).
Input produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah, namun secara parsial hanya bibit
dan pupuk yang berpengaruh nyata. Pendapatan sebesar Rp. 10.781.640/ bulan per
petani dan Rp. 58.406.941/bulan per hektar. Usahatani cabai merah layak untuk
diusakahan ditinjau dari kriteria kelayakan R/C ratio yakni nilai R/C > 1 yaitu
sebesar 2,74 per petani dan per hektar. Berdasarkan analisis Break Even Point dapat
diketahui bahwa BEP produksi cabai merah per hektarnya sudah melampaui titik
impas yaitu dengan rata-rata titik impas sebesar 4.257,05 Kg dengan BEP harga per
hektarnya sebesar Rp. 12.413/ Kg. Berdasarkan hasil diatas, usahatani cabai merah
didaerah penelitian sudah layak dan menguntungkan. Harga cabai merah ditingkat
pedagang dan petani cenderung turun dan perkembangan harga cabai merah
fluktuatif.

Kata kunci : Produksi, Kelayakan, Kecenderungan Harga, Cabai Merah


ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the productivity of red chili farming and
the influence of production input (seeds, fertilizers, pesticides, and labor) on the
amount of red chili production, income level of red chili farmers, feasibility of red
chili farming, and explaining the tendency of red pepper price in Desa Tanjung Ibus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Determination of research area done
purposively (purposely), while the determination of the sample done by simple
random sampling method with the number of sample is 54 farmers. The analysis
method used in this research is OLS method and feasibility analysis of farming.The
results showed that the productivity of red chili is still low because the productivity
of red chili is 11,53767 ton / ha < 20 ton / ha (potential reference). Input production
of seeds, fertilizers, pesticides, and labor simultaneously significantly affect the
production of red pepper, but partially only seeds and fertilizers that have a real
effect. Revenue of Rp. 10.781.640 / month per farmer and Rp. 58.406.941 / month
per hectare. Red chili farming is feasible damaged in terms of the R/C ratio of R/C
ratio of R/ C value of 1 is 2,74 per farmer and per hectare. Based on the analysis of
Break Even Point can be seen that BEP production of red chili per hectare has
exceeded the breakeven point with an average breakeven point of 4.257,05 Kg with
BEP price per hectare of Rp. 12.413 / Kg. Based on the above results, red chili
farming research area is feasible and profitable. The price of red peppers at traders
and farmers tends decline and the development of fluctuating red chili prices.

Keywords: Production, Feasibility, Price Trend, Red Chilli

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu produk pangan rempah yang paling penting dan paling
banyak diproduksi di Asia. Cabai digunakan sebagai rempah dalam berbagai
makanan di seluruh dunia, biasanya tersedia dalam bentuk green chilies, cabai
merah keriting utuh, dan cabai bubuk. Bisnis budidaya cabai terlihat sangat
menjanjikan dan berpotensi memberikan keuntungan yang cukup besar. Hal itu
disebabkan nilai pemasaran cabai yang tinggi bila ditinjau dari volume serta nilai
ekspor dan impor di tingkat domestik dan internasional (Winarno, 2017).

Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuum L. ini berasal dari
kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman cabai yang dicakup disini adalah
cabai besar, cabai keriting, dan cabai rawit. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan
biji. Komoditas cabai digunakan hampir pada semua jenis makanan karena
merupakan bumbu masak utama yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar.
Karena merupakan komoditas yang banyak digunakan, cabai memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan banyak diusahakan oleh petani di Sumatera Utara. Selain
itu, tanaman ini merupakan tanaman yang mudah ditanam didataran rendah maupun
didataran tinggi, sehingga dapat ditemukan diseluruh Kabupaten/Kota di Sumatera
Utara kecuali Kota Sibolga dan Pematang Siantar
(Badan Pusat statistik Sumatera Utara, 2017).
Kabupaten Langkat merupakan salah satu sentra tanaman cabai di Sumatera Utara.
Dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik, Kabupaten langkat berada pada urutan
kelima dengan produksi sebesar 1511 ton dan produktivitas sebesar 3,6 ton/ha,
dimana nilai tersebut merupakan nilai paling rendah dibandingkan dengan daerah
sentra produksi lainnya seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Batu Bara, dan Kabupaten Tapanuli Utara.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi
masalah sebagai berikut :

1. Berapa besar produktivitas cabai merah di daerah penelitian dan bagaimana


pengaruh input produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap
jumlah produksi cabai merah didaerah penelitian?
2. Bagaimana tingkat pendapatan petani cabai merah didaerah penelitian?
3. Apakah usahatani cabai merah di daerah penelitian menguntungkan dan layak
untuk diusahakan?
4. Bagaimana kecenderungan harga cabai merah didaerah penelitian?

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk :
1. Untuk menganalisis produktivitas usahatani cabai merah dan pengaruh input
produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) terhadap jumlah produksi
cabai merah didaerah penelitian.
2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan petani cabai merah didaerah penelitian.
3. Untuk menganalisis kelayakan usahatani cabai merah didaerah penelitian.
4. Untuk menjelaskan kecenderungan harga cabai merah didaerah penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Cabai termasuk dalam golongan terung-terungan yaitu Solonaceae. Nama spesies
tanaman cabai adalah Capsicum sp. Jenis dan varietas tanaman cabai sangat banyak,
namun dari jumlah tersebut hanya beberapa jenis saja yang dibudidayakan secara
meluas. Di Indonesia setidaknya dikenal tiga macam cabai yang paling banyak
dibudidayakan, yakni cabai besar, cabai rawit, dan cabai hibrida. Disamping itu ada
pula beberapa jenis cabai hias yang bukan untuk dikonsumsi, walaupun cabai hias
juga bisa dikonsumsi. Secara umum terdapat tiga golongan cabai besar, yaitu cabai
merah besar, cabai merah keriting, dan cabai hijau (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Landasan Teori
Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat
produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi
yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti
tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2005).

Salah satu model fungsi produksi yang digunakan dalam analisis usahatani adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi Produksi Cobb –Douglas merupakan suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang
dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut
variabel independen (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan
variabel yang menjelaskan biasanya berupa input (Soekartawi, 2002).

Teori Total Biaya

Biaya produksi adalah kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor
produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi baik
secara tunai maupun tidak tunai. Rumus menghitung biaya produksi usahatani :

TC = FC + VC
keterangan :
TC = Total biaya (total cost) (Rp)
FC = Biayai tetap (fix cost) (Rp)
VC = Biaya variabel (variable cost) (Rp)

Teori Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan


dan semua biaya, jadi :

Pd = TR – TC

Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (total revenue) (Rp)
TC = Total biaya (total cost) (Rp)

Kelayakan Usahatani

Kelayakan usaha yaitu melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal dari
pengusaha secara individu. Kegiatan usaha terutama usahatani pada umumnya
mengutamakan financial benefit daripada social benefit. Kelayakan usaha dapat
diketahui dengan menggunakan beberapa kriteria investasi yang umum dikenal,
antara lain sebagai berikut: BEP dan R/C (Kasmir dan Jakfar, 2003).

BEP (Break even point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama
dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usahatani,
terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan
sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta
biaya modal lainnya. R/C adalah singkatan dari (Return Cost Ratio), atau dikenal
sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya (Sunarjono, 2000).

Penelitian Terdahulu
Menurut Agri Mandasari Damanik (2015), Analisis perbandingan kelayakan
usahatani cabai merah (Capsicum annum L.) dengan cabai rawit
(Capsicum frustescens L.) di desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten
Simalungun. Metode penentuan sampel menggunakan simple random sampling.
Metode analisis data dengan analisis deskriptif dan uji U Mann Whitney, analisis
regresi linier berganda dan analisis usahatani. Penelitian menyimpulkan bahwa
kelayakan usahatani cabai merah dan cabai rawit berbeda di mana nilai R/C dan
B/C usahatani cabai merah berturut-turut sebesar 3,24 dan 2,25. Sedangkan nilai
R/C dan B/C usahatani cabai rawit berturut-turut sebesar 1,96 dan 1,01. Dengan
demikian usahatani cabai merah lebih layak diusahakan dan dikembangkan secara
ekonomi dibandingkan dengan usaha tani cabai rawit.

Berdasarkan jurnal Djohar, Noor (2015) dengan judul “Analisis Usahatani Cabai
Merah Besar (Capsicum annum L.) menunjukan bahwa usahatani dikatakan efisien
apabila R/C ratio > 1 dan R/C ratio < 1 tidak efisien atau tidak menguntungkan.
R/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya.
Dari hasil perhitungan R/C ratio sebesar 2.15 berarti dalam usahatani cabai merah
besar efisien atau menguntungkan. Sesuai dengan kaidah dalam usahatani apabila
R/C ratio >1,2 maka usahatani tersebut efisien. R/C ratio 2,15 artinya setiap Rp. 1
diperoleh pendapatan Rp. 2,15

Menurut Reigana G Laurens (2017), Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai


Merah (Capsicum annum L.) (Studi Kasus : Desa Telaga Jernih, Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
besar pendapatan usahatani cabai merah dan menganalisis kelayakan finansial serta
break event point (titik impas) usahatani cabai merah di Desa Telaga Jenih,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan
daerah penelitian dilakukan secara purvosive (sengaja). Penentuan sampel
penelitian menggunakan metode sensus yaitu sebanyak 32 petani cabai merah.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usahatani,
analisis kelayakan finansial, dan analisis break event point. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pendapatan usahatani cabai merah menguntungkan yaitu
sebesar Rp. 21.183.270 per petani per musim tanam atau sebesar Rp. 90.052.052,51
per hektar per musim tanam dan usahatani cabai merah tergolong layak diusahakan
secara finansial (R/C = 3,10 dan B/C = 2,10) serta telah melewati titik impas
produksi dan titik impas harga (BEP Produksi = 664,31 Kg dan BEP Harga = Rp.
5.065/Kg).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive.

Metode Pengambilan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Metode Analisis Data
Untuk Identifikasi Masalah 1, (Hipotesis 1a) dianalisis secara deskriptif dengan
membandingkan produktivitas cabai merah di Desa Tanjung Ibus Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat dengan standar referensi.

(Hipotesis 1b) dianalisis dengan metode OLS menggunakan model regresi Cobb-
Douglas dengan fungsi persamaan sebagai berikut :
Y = f(X1,X2,......,Xn)

Y = bo X1 b1, X2 b2, X3 b3, X4 b4, µ

Dimana :
Y = Produksi cabai merah (kg)
X1 = Bibit (Batang)
X2 = Pupuk (Kg)
X3 = Pestisida (mL)
X4 = Tenaga kerja (HKO)
b0, b1 – b5 = Koefisien
µ = Kesalahan pengganggu

Untuk Identifikasi Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan rumus :


Pendapatan usahatani yakni dengan formula :
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (total revenue) (Rp)
TC = Total biaya (total cost) (Rp)
Kriteria uji : Jika pendapatan usahatani per petani per bulan ≤ UMK maka tingkat
pendapatan usahatani per petani rendah
Jika pendapatan usahatani per petani per bulan > UMK maka tingkat
pendapatan usahatani per petani tinggi

Atau pendapatan usahatani dapat dikatakan tinggi apabila pendapatan usahatani


perhari lebih tinggi dari upah harian rata-rata yang ada didaerah penelitian. UMK
langkat pada tahun 2017 sebesar Rp. 2.127.375 per bulan.

Untuk Identifikasi Masalah 3, kelayakan usahatani dianalisis dengan menghitung


R/C ratio dan BEP.
 R/C (Return Cost Ratio) adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Secara sistematika dapat ditulis :

a=R/C
R = Y. Py
C = FC + VC
𝑌 .𝑃𝑦
a=( )
𝐹𝐶+𝑉𝐶

Dimana :

R = Penerimaan (Rp)
C = Biaya (Rp)
Y = Produksi yang diperoleh (kg)
Py = Harga jual (Rp)
FC = Biayai tetap (fix cost) (Rp)
VC = Biaya variabel (variable cost) (Rp)
Kriteria uji :
- Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan
- Jika R/C = 1, maka usaha layak impas
- Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan
 Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan impas atau keadaan kembali
modal sehingga usaha tidak untung atau tidak rugi atau hasil penjualan sama
dengan biaya yang dikeluarkan.
Total Biaya Produksi

Total Biaya Produksi


BEP Produksi =
Harga di Tingkat Petani

Total Biaya Produksi


BEP Harga =
Total Produksi

Kriteria uji : Titik impas terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih
tinggi dari hasil perhitungan BEP (Break Even Point)
(Sunarjono, 2000).

Untuk Identifikasi Masalah 4, menggunakan analisis kecenderungan


(trend analysis) yaitu dengan menjelaskan keadaan perkembangan harga yang
terdapat didaerah penelitian. Untuk melihat kecenderungan (trend) menggunakan
analisis time series, yaitu dengan data harga perbulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Budidaya Usahatani Cabai Merah di Daerah Penilitian
Tabel 1. Rata -rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Cabai Merah
No Penggunaan Input Per Petani Per hektar
1. Bibit (batang) 4.507,78 25.043,21
2. Pupuk (Kg)
a. NPK BASF 37,50 208,33
b. Pupuk Kandang 453,70 2.520,58
c. Dolomit 223,15 1.239,71
d. KCl 21,76 120,88
e. SS/Amophos 27,78 154,32
f. Ponska 38,43 213,48
g. SP 36 43,52 241,77
h. Hydro Complex 22,69 126,03
i. ZA 18,89 104,94
j. NPK Mutiara 14.35 79,73
k. Urea 0,37 2,06
l. Super Kal 3,89 21,60

3. Pestisida (mL)
a. Prevathon 214,81 1.193,42
b. Regent 175,93 977,37
c. Ammate 100,46 558,13
d. Pegasus 86,67 481,48
e. Confidor 48,89 217,60
f. Samite 178,70 992,80
g. DT – 45 549,07 3.050,41
h. Bion M 462,96 2.572,02
i. Antracol 583,33 3.240,74
j. Cabrio 177,78 987,65
k. Sagri-Pas 50,00 277,78
l. Sagri-Beat 68,89 382,72
m. Sagri-Bat 38,89 216,05
n. Sagri-Nil 35,19 195,47
o. Nomite 16,67 92,59
p. Endure 16,67 92,59
q. Winder 75,93 421,81
r. Cigal 18,52 102,88
s. Enclor 22,22 123,46
t. Abacel 27,78 154,32
u. BOM 18,52 102,88
v. Demolish 13,89 77,16
w. Acrobat 7,41 41,15
4 Tenaga Kerja (HKO)
a. TKDK 74,30 412,78
b. TKLK 105,64 586,89
Sumber: Data Sekunder Diolah

Produktivitas Usahatani Cabai Merah dan Pengaruh Input Produksi


Terhadap Jumlah Produksi Cabai Merah

Produktivitas Usahatani Cabai Merah


Total produksi cabai merah dari petani sampel didaerah penelitian adalah sebesar
113.300 Kg dengan luas lahan sebesar 9,82 Ha sehingga produktivitas usahatani
cabai merah pada petani sampel sebesar 11.537,67 Kg/Ha (lampiran 20b).
Jika produktivitas petani ini dibandingkan dengan standar referensi produktivitas
cabai dari Direktorat Pembenihan Kementerian Pertanian yakni cabai jenis varietas
Lado/lokal memiliki potensi hasil sebesar 20 ton/ha, maka diketahui rata-rata
produktivitas usahatani cabai merah petani sampel masih tergolong rendah karena
lebih kecil dari nilai produktivitas potensi seharusnya.Produktivitas cabai tertinggi
yang dihasilkan petani sampel di daerah penelitian adalah sebesar 25.000 Kg/Ha,
sedangkan terendah sebesar 5.208 Kg/Ha
Pengaruh Input Produksi Terhadap Jumlah Produksi Cabai Merah
Diketahui bahwa nilai signifikansi F < α 0,05 artinya secara serempak variabel bibit,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi
cabai merah.
Diketahui bahwa nilai signifikansi t bibit (X1) sebesar 0,001 (≤ α 0,05) artinya
variabel bibit secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi. Nilai signifikansi
t pupuk (X2) sebesar 0,04 (≤ α 0,05) artinya variabel pupuk secara parsial
berpengaruh nyata terhadap produksi. Nilai signifikansi t pestisida (X3) sebesar
0,384 (≥ α 0,05) artinya variabel pestisida secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi. Nilai signifikansi t tenaga kerja (X4) sebesar 0,679 (≥ α 0,05)
artinya variabel tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah produksi.
Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb- Douglas. Variabel
yang digunakan dalam model penduga adalah variabel terikat yaitu produksi cabai
merah (Y) serta variabel bebas bibit (X1), pupuk (X2), pestisida (X3), tenaga kerja
(X4). Berdasarkan tabel 17. Selanjutnya fungsi linier dari hasil regresi sebagai
berikut :
ln Y = b0 + b1 lnx1+ b2 lnx2 + b3 lnx3 + b4 lnx4
ln Y = -0,633 + 0,778 lnx1 + 0,112 lnx2 + 0,018 lnx3 + 0,098 lnx4
Dimana fungsi linier diatas diubah kedalam bentuk fungsi pangkat yaitu sebagai
berikut :
Y = - 0.633X10,778X20,112X30,018X40,098
Dimana Y = Jumlah Produksi (Kg)
X1 = Bibit (Batang)
X2 = pupuk (Kg)
X3 = pestisida (mL)
X4 = Tenaga Kerja (HKO)
Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata
terhadap jumlah produksi cabai merah hanya jumlah penggunaan bibit dan pupuk.
Sedangkan penggunaan pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata.
Pendapatan Usahatani Cabai Merah
Pendapatan adalah total penghasilan yang diterima oleh petani yang diperoleh dari
selisih antara penerimaan dengan total biaya yang telah dikeluarkan dalam
usahatani cabai merah. Pendapatan merupakan hasil bersih yang didapat petani dari
hasil usahataninya. Besar atau tidaknya pendapatan petani cabai merah dapat
dibandingkan dengan UMK di Kabupaten Langkat.
Tabel 2. Rata-rata Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Per
Petani dan Per Hektar pada Petani Sampel Usahatani Cabai
Merah per Musim tanam
Per Petani Persentase Per Hektar Persentase
No Jenis
(Rp) (%) (Rp) (%)
1 Biaya Tetap
PBB 4.093 1,07 22.737 1,12
Penyusutan
364.522 98,93 2.025.120 98,88
alat
Total Biaya
368.448 100 2.047.856 100
Tetap
Biaya
2
Veriabel
Bibit 285.546 1,24 1.586.368 1,24
Pupuk 1.296.056 5,60 7.200.309 5,60
Pestisida 1.150.704 4,96 6.392.798 4,96
Tenaga Kerja 20.423.981 88,20 113.466.564 88,20
Total Biaya
23.156.287 100 128.646.039 100
Variabel
Biaya lain-
3
lain
Sewa Lahan 195.833 19,73 1.087.963 19,73
Snack Pekerja 627.685 63,22 3.487.240 63,22
Sewa Zetor 169.259 17,05 940.329 17,05
Total Biaya
992.778 100 5.515.432 100
lain-lain
4 Total Biaya 24.517.883 136.511.785
5 Penerimaan 67.644.444 370.139.550
6 Pendapatan 43.126.562 233.627.765
Sumber: Data Sekunder Diolah

Bila dilihat rata-rata pendapatan petani cabai merah di daerah penelitian per
bulannya, maka pendapatan petani adalah sebesar Rp. 10.781.640 per petani/ bulan
atau Rp. 58.406.941 per hektar/bulan. Jika pendapatan per petani ini dibandingkan
dengan upah minimum (UMK) Kabupaten Langkat tahun 2017 sebesar Rp
2.127.375 /bulan maka dapat disimpulkan pendapatan petani di daerah penelitian
tergolong tinggi, karena lima kali lipat lebih tingi dari UMK.
Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah
Analisis R/C Ratio
Tabel 3. Nilai R/C ratio pada Petani Sampel Usahatani Cabai Merah di Desa
Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun
2017.
No Uraian Total Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) R/C
1 Per Petani 24.517.883 67.644.444 2,74
2 Per Hektar 136.511.785 370.139.550 2,74
Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan Tabel 3. Rata-rata total penerimaan per petani adalah sebesar Rp.
67.644.444 dan rata-rata total biaya adalah sebesar Rp. 24.517.883. Pada usahatani
cabai merah diperoleh rata-rata nilai R/C sebesar 2,74. Berdasarkan kriteria
kelayakan, usahatani cabai merah dengan perhitungan R/C > 1 maka usahatani
cabai merah layak untuk diusahakan.
Rata-rata total penerimaan per hektar adalah sebesar Rp. 370.139.550 dan rata-rata
total biaya adalah sebesar Rp. 136.511.785. pada usahatani cabai merah diperoleh
rata-rata nilai R/C sebesar 2,74. Berdasarkan kriteria kelayakan, usahatani cabai
merah dengan perhitungan R/C > 1 maka usahatani cabai merah layak untuk
diusahakan. Nilai R/C sebesar 2,74 ini, mengindikasikan bahwa setiap penambahan
biaya produksi Rp. 1 akan menambah penerimaan sebesar Rp. 2,74.
Analisis Titik Impas Usahatani Cabai Merah
BEP Produksi
Tabel 4. Nilai BEP Produksi Usahatani Cabai Merah di Desa Tanjung Ibus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat tahun 2017.
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
No Uraian Total Biaya Harga BEP Produksi Produksi
(Rp) (Rp/Kg) (Kg) (Kg)
1 Per Petani 24.527.883 32.130 759,73 2.098
2 Per Hektar 136.511.785 32.130 4.257,05 11.534
Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan tabel 4. diketahui rata-rata total BEP Produksi usahatani Cabai Merah
selama 1 musim tanam per petani adalah sebesar 759,73 Kg, artinya jumlah
produksi minimal yang harus dihasilkan sedikitnya 759,73 Kg agar usahatani tidak
mengalami kerugian.
Bila rata-rata produksi per petani yang ada didaerah penelitian yakni sebesar 2.098
Kg dibandingkan dengan rata-rata BEP produksi per petani sebesar 759,73 Kg,
maka dapat disimpulkan jumlah produksi yang ada sudah layak karena lebih tinggi
3 kali lipat dari BEP produksi. Oleh karenanya usahatani cabai merah didaerah
penelitian dinyatakan menguntungkan.
Rata-rata total BEP Produksi usahatani Cabai Merah selama 1 musim tanam per
Hektar adalah sebesar 4.257,05 Kg, produksi minimal yang harus dihasilkan
sedikitnya 4.257,05 Kg agar usahatani tidak mengalami kerugian.
Bila rata-rata produksi per hektar yang ada didaerah penelitian yakni sebesar 11.534
Kg dibandingkan dengan rata-rata BEP produksi per hektar sebesar 4.257,05 Kg,
maka dapat disimpulkan jumlah produksi yang ada sudah layak karena lebih tinggi
3 kali lipat dari BEP produksi. Sehingga usahatani cabai merah didaerah penelitian
dinyatakan menguntungkan.
BEP Harga

Tabel 5. Nilai BEP Harga Usahatani Cabai Merah di Desa Tanjung Ibus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat tahun 2017.
Total Biaya Produksi BEP Harga Harga
No Uraian
(Rp) (Kg) (Rp) (Rp/Kg)
1 Per Petani 24.527.883 2.098 12.413 32.130
2 Per Hektar 136.511.785 11.534 12.413 32.130
Sumber: Data Sekunder Diolah

Berdasarkan tabel 5. diketahui BEP harga per petani dan per hektar menunjukkan
angka yang sama yaitu Rp. 12.413/ Kg artinya harga jual cabai merah harus paling
rendah sebesar Rp. 12.413/ Kg agar petani tidak rugi, jika harga jual berada
dibawah nilai Rp. 12.413/ Kg maka petani akan mengalami kerugian.
Bila rata-rata harga jual per petani dan per hektar didaerah penelitian sebesar
Rp. 32.130/ Kg dibandingkan dengan rata-rata BEP harga per petani dan per hektar
sebesar Rp. 12.413/ Kg, maka dapat disimpulkan harga pasar untuk cabai merah
didaerah penelitian menguntungkan bagi petani karena harga jualnya lebih besar 3
kali lipat dari BEP Harga.

Analisis Kecenderungan Harga Cabai Merah


Analisis ini digunakan untuk melihat perkembangan harga cabai merah di daerah
penelitian, apakah stabil atau fluktuatif serta kecenderungan harga cabai merah
apakah cenderung turun atau naik. Rata-rata harga ditingkat pedagang perbulannya
sebesar Rp. 36.146, dengan harga tertinggi pada bulan November 2016 sebesar
Rp. 70.000 dan harga terendah pada bulan Juni 2017 sebesar Rp. 20.000.
Rata-rata harga ditingkat petani perbulannya sebesar Rp. 26.375, dengan harga
tertinggi pada bulan November 2016 sebesar Rp.55.000 dan harga terendah pada
bulan Juli 2017 sebesar Rp. 9.000. Perkembangan dan kecenderungan harga cabai
merah ditingkat pedagang dan petani didaerah penelitian diperlihatkan pada
gambar 1.

Pedagang (Rp/Kg) Petani (Rp/Kg)


Linear (Pedagang (Rp/Kg)) Linear (Petani (Rp/Kg))
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0

Gambar 1. Perkembangan dan kecenderungan harga cabai merah ditingkat


pedagang dan Petani Tahun 2016-2017

Berdasarkan gambar 1. Dapat dilihat bahwa perkembangan harga cabai merah


ditingkat pedagang maupun ditingkat petani fluktuatif namun harga cabai merah
cenderung turun, kecenderungan harga tersebut dapat dilihat dari garis trend yang
tampak menurun. Harga yang cenderung turun diduga dapat disebabkan oleh tidak
efisiennya saluran tata niaga yang ada didaerah penelitian.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. a) Produktivitas cabai merah di daerah penelitian masih tergolong rendah karena
produktivitas cabai merah sebesar 11,53767 ton/ha lebih kecil dibandingkan
referensi potensi hasil yaitu sebesar 20 ton/ha.
b) Input produksi bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah, namun secara parsial
hanya bibit dan pupuk yang berpengaruh nyata.
2. Pendapatan usahatani cabai merah didaerah penelitian tergolong tinggi dengan
rata-rata pendapatan usahatani per petani sebesar Rp. 10.781.640 per bulan lebih
besar dibandingkan dengan upah minimum (UMK) sebesar Rp 2.127.375 per
bulan.
3. Usahatani Cabai Merah layak untuk diusahakan karena nilai Net R/C > 1, serta
jumlah produksi yang dihasilkan dan harga jual lebih tinggi dari nilai titik impas.
4. Perkembangan harga cabai merah didaerah penelitian baik ditingkat pedagang
maupun petani berfluktuasi namun cenderung menurun.
Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Petani
Kepada para petani sebaiknya tetap menjalankan usahatani cabai merah dan
untuk meningkatkan jumlah produksi sebaiknya menambah penggunaan pupuk
sesuai rekomendasi, karena dosis pupuk yang digunakan masih berada dibawah
standar referensi penggunaan pupuk menurut Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian.
2. Untuk Pemerintah
Pemerintah diharapkan untuk tetap memberikan bantuan bibit unggul cabai
merah, pupuk, pestisida serta alat pertanian yang mendukung usahatani cabai
agar para petani semakin bersemangat dalam meningkatkan jumlah produksinya.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Kepada Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti tentang
pembentukan harga cabai dan posisi tawar petani di Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2011. Kiat Sukses Berinovasi Cabai.

Damanik, A.M. 2015. Analisis perbandingan kelayakan usahatani cabai merah (


Capsicum annum L. ) dengan cabai rawit ( Capsicum frustescens L. ) di desa
Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Skripsi sarjana.
Universitas Sumatera Utara : Medan
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara : Jakarta

Kasmir dan Jakfar. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana Prenada
Media : Jakarta
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja
Grafindo Persada : Jakarta
Winarno, F. G. 2017. Cabai : Potensi Pengembangan Agrobisnis dan Agroindustri.
PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai