Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123 S113

ANALISIS SIFAT FISIKO KIMIA SAUS CABAI FORTIFIKASI LABU SIAM DAN LABU KUNING
ANALYSIS PHYSICOCHEMICAL PROPERTIES SAUCE CHILI FORTFICATION PUMPKIN
SIAM AND YELLOW SQUASH
Sriwulan Indrawati1), Lahming2), dan Andi Sukainah3)
1) Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2) dan 3) Dosen PTP FT UNM

Sriwulan.indrawati7@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi cabai dan jenis labu
terhadap sifat fisiko kimia saus cabai fortifikasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu: jenis labu (labu
siam dan labu kuning) dan konsentrasi cabai yaitu (40%,50% dan 60%). Variabel penelitian yang
diamati adalah viskositas, kadar abu, vitamin C, pH dan uji organoleptik meliputi warna, aroma,
rasa, dan tekstur. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis ragam dengan
menggunakan SPSS versi 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah
penggunaan labu kuning dengan konsentrasi cabai 60%. yaitu viskositas (2,54%), kadar abu
(6,41%), vitamin C (221,67%), pH (2,20%), warna (3,95%), rasa (3,65%) dan aroma (3,59%)
tekstur (3,52%) saus yang dihasilkan.
Kata Kunci : Saus cabai, Fortifikasi labu
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of adding chili and pumpkin concentration
to the physicochemistry properties of chili pepper sauce. This research is an experimen research
with a complete Randomized Design of factorial pattern consisting of two factors: flask type
(squash siam and yellow squash) and concentration of chili (40%, 50% and 60%). Research
variables observed were viscosity, ash content, vitamin C, pH and organoleptic test including
color, aroma, taste, and texture. Analyze technique in this research is the of analysis variety by
using SPSS version 23. The result of research shows that the best treatment is the use of yellow
squash with 60% chili concentration. namely of viscosity (2.54%), ash content (6.41%) , vitamin C
(221.67%), pH (2.20%), color (3.95%), flavor (3.65%) and aroma (3.59%) texture (3.52%) the
resulting sauce.
Keywords: Chili Sauce, Pumpkin Fortification
PENDAHULUAN produk pertanian lainnya, cabai memiliki
Cabai (Capsicum annum L) karakteristik tanaman yang mudah rusak
merupakan tanaman musiman yang (perishable) sehingga memiliki kendala
memiliki volume produksi yang tinggi setiap dalam proses penyimpanannya (Santana,
harinya dan banyak dijumpai di pasaran. 2004). Oleh sebab itu, dibutuhkan alternatif
Cabai dapat dikonsumsi secara alami pengembangan pengolahan cabai merah
maupun diolah sebagai menu hidangan lain menjadi produk lain yang dapat di konsumsi.
(Sundari, 2006). Sama halnya dengan Alternatif yang dapat dilakukan adalah

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S114 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123
Jurnal
Pendidik
an
pengembangan produk pangan tradisional, 19.237,- per kg, sementara harga cabai
Teknolog
seperti sambal tradisional dan cabai merah merah tahun 2010 di tingkat konsumen
i
kering giling. Alternatif ini telah luas Dengan sebesar Rp 31.260,- per kg sedangkan
Pertania
teknologi sangat sederhana, sehingga tidak tahun 2014 menjadi Rp 44.519,- per kg.
n
membutuhkan peralatan yang mahal. Berdasarkan permasalahan di atas
Volume
Alternatif lain adalah peningkatan nilai maka solusi yang dapat dilakukan yaitu
4
ekonomi melalui pengolahan cabai merah dengan penambahan labu sebagai bahan
Septemb
menjadi produk antara, maupun produk jadi, tambah kedalam saus cabai untuk
er
Supleme
seperti cabai merah kering, saus cabai, meningkatkan volume produk. Adapun jenis
n (2018) cabai merah kalengan dan lain-lain Salah labu yang akan digunakan yaitu labu siam
: S1- S14 satu olahan cabai yang digemari dan labu kuning. Di mana pada labu
masyarakat adalah saus cabai. tersebut mempunyai kandungan vitamin,
Saus cabai produk makanan yang mudah didapatkan dan hasil produksinya
berupa cairan kental yang ditambahkan melimpah.
pada makanan yang berfungsi untuk Penambahan jenis labu pada
meningkatkan penampilan, aroma dan rasa pembuatan saus cabai ini akan
makanan tersebut. Seiring dengan mempengaruhi sifat fisikokimia saus cabai
berjalannya waktu permasalah yang sering yang di hasilkan. Secara umum, penelitian
dihadapi dalam pengolahan cabai yaitu ini dilakukan untuk menemukan jenis labu
harga yang terus meningkat. Tiap tahun dan konsentrasi cabai yang tepat digunakan
harga cabai baik kriting maupun cabai besar pada pembuatan saus cabai yang diterima
mengalami peningkatan yang cukup sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia)
signifikan. Sehingga membuat petani, dan organoleptik oleh konsumen.
penjual, dan konsumen harus mengambil TUJUAN PENELITIAN
langkah-langkah cerdas mensiasati hal
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
Berdasarkan data dari Badan Pusat mengetahui pengaruh penambahan jenis
Statistik (BPS), perkembangan harga cabai labu dan konsentrasi cabai terhadap sifat
merah di tingkat produsen dan konsumen di fisikokimia saus cabai fortifikasi.
Indonesia selama tahun 1983–2014
METODE PENELITIAN
menunjukkan kecenderungan meningkat.
Pada periode tersebut harga cabai merah Penelitian ini termasuk penelitian
di tingkat produsen mengalami eksperimen dengan menggunakan
pertumbuhan dengan rata-rata sebesar Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
12,80% per tahun, sedangkan di tingkat faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor A
konsumen sebesar 16,06%. Pada periode 5 adalah jenis labu yang digunakan 2 jenis
tahun terakhir (tahun 2010-2014), harga labu yaitu (labu siam dan labu kuning) dan
cabai merah di tingkat produsen maupun di faktor B adalah konsentrasi Cabai merah
tingkat konsumen mengalami peningkatan (40%, 50%, dan 60%) yang dilakukan
yang cukup tajam. Tahun 2010 harga sebanyak 2 perlakuan dan 3 kali Ulangan
produsen cabai merah sebesar Rp 16.343,- Penelitian ini dilaksankan pada
per kg dan di tahun 2014 menjadi Rp Laboratorium Program Studi Pendidikan

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123 S115

Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, di kukus kemudian dihaluskan


Universitas Negeri Makassar dan hasil menggunakan blender. Pelaksanaan
produk dianalisis di Laboratorium Kimia dan penelitian tahap ke tiga yaitu pembuatan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, saus cabai yaitu dengan cara timbang
Universitas Hasanuddin. Alat-alat yang semua bahan seperti bawang putih 50 g,
digunakan dalam praktikum ini adalah pisau garam 7 g, gula pasir 6 g, dan air 20 ml,
timbangan, panci, pengaduk, blender, kemudian campurkan masing-masing pasta
wadah, wajan, talenan, kompor, termometer. labu siam, pasta labu kuning dan pasta
Bahan-bahan yang digunakan dalam cabai berdasarkan konsentrasi yang telah
penelitian ini yaitu cabai merah, labu kuning, ditentukan, kemudian aduk masing-masing
labu siam, garam, gula pasir, asam cuka, adonan hingga benar-benar tercampur rata,
bawang putih, dan air. setelah tercampur rata adonan siap di
Pelaksanaan penelitian yaitu pertama masak hingga mengental, setelah saus
pembuatan pasta labu siam dan labu kuning cabai mengental tambahkan larutan cuka
dengan cara Labu kuning dan labu siam sebanyak 4 ml, lalu aduk kembali hingga
dikupas dan diperkecil ukurannya 2-3 cm, tercampur rata, saus cabai kemudian siap di
Kemudian labu siam dan labu kuning dicuci uji.
hingga bersih, Setelah itu masing-masing
daging buah dikukus (steaming) dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
suhu 1000 C selama 5 menit, Setelah labu 1. Viskositas
siam dan labu kuning dikukus lalu Pengujian Viskositas dilakukan untuk
dihaluskan menggunakan blender. mengetahui kekentalan dari saus cabai
Pelaksanaan penelitian yang ke dua yaitu fortifikasi yang dihasilkan. Semakin besar
pembuatan pasta cabai merah yaitu dengan nilai koefisien viskositasnya, maka semakin
cara cabai merah besar disortasi, kental pula aliran fluida tersebut. Hasil
dipisahkan dari tangkainya dan dipotong- analisis viskositas saus cabai fortifikasi dari
potong dengan ukuran 2-3 cm, kemudian berbagai perlakuan dapat dilihat pada
cabai dikukus (steaming) dengan suhu 80- gambar 1.
1000 C selama 3 menit, setelah Cabai merah

3 2,62 2,56 2,71 2,63


2,45 2,54
Nilai Viskositas saos cabai

2,5
Fortifikasi (cP)

2
1,5 40
1 50
0,5 60
0
Labu siam Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 1
Hasil Uji Viskositas Terhadap Saus Cabai Fortifikasi

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S116 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123
Jurnal
Pendidik
an
Susanto (2015) yang menyatakan bahwa
Teknolog
Hasil analisis sidik ragam, peningkatan dapat terjadi karena pasta labu
i
menunjukkan bahwa jenis labu dan kuning mengandung pati yang dapat
Pertania
konsentrasi cabai memberikan pengaruh mengalami gelatinisasi pati saat proses
n
sangat nyata terhadap saus cabai fortifikasi. pengukusan dan pengentalan saus cabai.
Volume
Namun demikian, interaksi antar jenis labu Bila campuran pati dan air dipanaskan akan
4
dan konsentrasi cabai tidak memberikan mengembang dengan cepat dan menyerap
Septemb
pengaruh yang nyata. Data hasil uji lanjut air dalam jumlah besar sehingga semakin
er
Supleme
Duncan, menunjukkan bahwa perlakuan besar konsentrasi pati ditambahkan pada
n (2018) terbaik untuk viskositas saus cabai fortifikasi adonan maka kemampuan adonan
: S1- S14 adalah labu kuning dengan konsentrasi menyerap air juga semakin besar (Haryadi,
cabai 40% dan nilai rata-rata 2,71, karena 1993). Meningkatnya nilai viskositas saus
semakin tinggi viskositas saus cabai maka cabai yang dihasilkan dipengaruhi oleh
semakin kental saus yang dihasilkan. Di beberapa faktor yaitu konsentrasi, tingkat
Indonesia sendiri, belum ada standar untuk dispersi, pengadukan, penguapan, dan suhu
kekentalan saus. Menurut Setiyoningrum (Wandestri, 2016).
dan Surahman (2009), analisis viskositas 2. Kadar Abu
tidak dicantumkan dalam certificate of Kadar abu dalam suatu bahan
analysis saus, sehingga semakin besar nilai pangan menggambarkan banyaknya mineral
viskositas maka semakin besar kekentalan yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat
suatu produk. menguap (Fauzi, 2016). Hasil analisis kadar
Menurut Fatma (2015), daging buah abu saus cabai fortifikasi dari berbagai
labu kuning mengandung pati yang tinggi. perlakuan dapat dilihat pada gambar 2.
Hal tersebut diperkuat oleh Ikhsani dan

7 6,20 6,37 6,41


Nilai Kadar Abu Saos Cabai

6 5,28 5,41 5,49


5
Fortifikasi

4
40
3
2 50

1 60

0
Labu siam Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 2
Hasil Uji Kadar Abu Terhadap Saus Cabai Fortifikasi
Hasil analisis sidik ragam nyata terhadap saus cabai fortifikasi. Namun
menunjukkan bahwa jenis labu dan demikian, interaksi antar jenis labu dan
konsentrasi cabai memberikan pengaruh konsentrasi cabai tidak memberikan

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123 S117

pengaruh yang nyata. Data hasil uji lanjut pada bahan kurang disukai karena
Duncan menunjukkan bahwa perlakuan cenderung memberikan warna gelap pada
terbaik untuk kadar abu saus cabai adalah produk. Semakin rendah kadar abu pada
labu siam dengan konsentrasi cabai 40% produk akan semakin baik, karena kadar
dan nilai rata-rata 5,28. Kadar abu tersebut abu selain mempengaruhi warna akhir
menunjukkan adanya mineral-mineral yang produk juga akan mempengaruhi tingkat
terkandung dalam saus cabai. Menurut kestabilan adonan.
Mesiana (2013), adanya kadar abu saus 3. Vitamin C
cabai disebabkan oleh bahan baku yang Analisis kadar vitamin C dilakukan
digunakan sehingga Sejumlah mineral yang untuk mengetahui kandungan kadar Vitamin
terkandung pada bahan baku tersebut akan C pada saus cabai fortifikasi. Hasil analisis
berada pada saus cabai selama proses vitamin C saus cabai fortifikasi dari berbagai
pembuatannya. perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.
Menurut Mudjisono dalam Ambarsari
dan Choliq (2009), kadar abu yang tinggi

250
221,67
212,00
Nilai Vitamin C Saos Cabai

191,00
200 180,33
159,67167,33
Fortifikasi (ppm)

150

100 40
50
50
60

0
Labu siam Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 3
Hasil Uji Vitamin C Terhadap Saus Cabai Fortifikasi
Hasil analisis sidik ragam, 2,2167%. Hal ini disebabkan karena cabai
menunjukkan bahwa jenis labu dan merah dan labu kuning mengandung vitamin
konsentrasi cabai memberikan pengaruh C yang tinggi, sehingga semakin tinggi
sangat nyata terhadap saus cabai fortifikasi. penambahan cabai merah maka vitamin C
Namun demikian, interaksi antara jenis labu yang dihasilkan semakin tinggi.
dan konsentrasi cabai tidak memberikan Menurut Departemen Kesehatan RI
pengaruh yang nyata. Data hasil uji lanjut (1996), kandungan vitamin C pada labu
Duncan menunjukkan bahwa perlakuan kuning yaitu 52 mg dan kandungan vitamin
terbaik untuk vitamin C saus cabai adalah C cabai merah yaitu 180,0 mg (Departemen
labu kuning dengan konsentrasi cabai 60% Kesehatan, 1981). Namun karena vitamin C
dan nilai rata-rata 221,67 ppm atau merupakan vitamin yang mudah larut dalam

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S118 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123
Jurnal
Pendidik
an
air dan pemasakan dengan suhu tinggi, 4. Uji pH
Teknolog
sehingga vitamin C pada saus cabai yang pH merupakan derajat keasaman
i
dihasilkan menurun. Penurunan kadar yang digunakan untuk menentukan tingkat
Pertania
vitamin C disebabkan oleh suhu pemanasan keasaman atau kebasaan suatu larutan,
n
pada saat pengukusan (steaming) dan pada yang didefinisikan sebagai logaritma aktifitas
Volume
saat pengolahan menjadi saus cabai ion hydrogen [H+]. Asam adalah zat yang
4
(Meikapasa dan Seventilofa, 2016). bertindak sebagai akseptor elektron dari
Septemb
Sementara itu, menurut Winarno (2004), air basa, sedangkan basa adalah zat yang
er
Supleme
merupakan pelarut alami yang mudah bertindak sebagai pendonor elektron kepada
n (2018) menguap sehingga penguapan air dimana asam. Analisis pH. Hasil analisis pH saus
: S1- S14 vitamin C yang terlarut di dalamnya akan cabai fortifikasi dari berbagai perlakuan
menyebabkan penurunan kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.
pada produk.

2,5
2,13 2,17 2,20
2,03 2,10 2,10
Hasil Analisis pH Saos Cabai

2
Fortifikasi (%)

1,5
40
1
50

0,5 60

0
Labu siang Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 4
Hasil Uji pH Terhadap Saus Cabai Fortifikasi
Nilai pH yang dipersyaratkan untuk (Syarifudin, 2003). Agar saus mempunyai
saus cabai maksimal 4 (SNI 2006). Dengan daya simpan yang lebih lama perlu ditunjang
demikian, produk saus cabai digolongkan proses dan cara pengemasan yang steril.
sebagai bahan pangan asam. Formula saus (Nataliningsih, 2009).
cabai terpilih memiliki pH berkisar antara 5. Warna
2,03 sampai 2,20 yang berarti formula Indikator warna merupakan
terpilih belum sesuai dengan persyaratan. parameter uji hedonik yang cukup penting
Produk saus cabai memiliki pH yang tinggi karena warna merupakan parameter yang
karena telah dilakukan penambahan asam diamati secara langsung oleh indera
asetat ke dalamnya. Penambahan asam penglihatan (Nataniel, 2016). Penentuan
asetat berfungsi untuk menghambat mutu suatu bahan pangan tergantung dari
pertumbuhan mikroba terutama bakteri, beberapa faktor, tetapi sebelum faktor lain
sehingga produk akan menjadi lebih awet diperhitungkan secara visual faktor warna

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123 S119

tampil lebih dahulu untuk menetukan mutu berbagai perlakuan dapat


bahan pangan (Winarno, 2002). Hasil dilihat pada Gambar 5.
penilaian warna saus cabai fortifikasi dari

4,5
Penilaian Panelis Terhadap Warna 3,95
4 3,68 3,72 3,79
Saos Cabai Fortifikasi(%) 3,52 3,61
3,5
3
2,5
2 40

1,5 50

1 60
0,5
0
Labu siam Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 5
Hasil Uji Hedonik Terhadap Warna Saus Cabai fortifikasi
Hasil analisis sidik ragam fortifikasi memiliki warna yang menarik.
menunjukkan bahwa jenis labu dan Cabai yang memiliki warna khas merah dan
konsentrasi cabai memberikan pengaruh labu kuning memiliki warna kuning. Pantan
nyata terhadap saus cabai fortifikasi. Namun (2012) mengemukakan bahwa warna merah
demikian, interaksi antara jenis labu dan pada cabai dan warna kuning pada labu
konsentrasi cabai tidak memberikan kuning berasal dari kandungam pigment
pengaruh yang nyata. Data hasil uji lanjut karatenoid. Karatenoid merupakan suatu
Duncan menunjukkan bahwa perlakuan pigmen berwarna oranye, merah, atau
terbaik untuk warna adalah labu siam kuning. Jenis utama pada cabai merah yaitu
dengan konsentrasi cabai 60%. Hal ini β-karoten dan capsaicin.
disebabkan karena saus cabai yang 6. Rasa
disajikan kepada panelis memiliki warna Rasa merupakan parameter yang
merah kekuningan yang dihasilkan dari berpengaruh terhadap penerimaan produk
perpaduan warna labu kuning dan cabai pada konsumen, dimana rasa pada saus
merah. cabai fortifikasi akan berpengaruh pada
Warna terbentuk karena adanya ketertarikan konsumen untuk membeli suatu
pigmen yang terkandung dalam bahan baku produk. Hasil penilaian rasa saus cabai
produk pangan. Warna saus cabai yang fortifikasi dari berbagai perlakuan dapat
dihasilkan yaitu merah-kekuningan yang dilihat pada Gambar 6.
tidak terlalu gelap sehingga saus cabai

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S120 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123
Jurnal
Pendidik
an
Teknolog
i 4 3,60 3,65
3,37 3,47 3,45 3,59

Penilaian Panelis Terhadap Rasa


3,5
Pertania

Saos Cabai Fortifikasi (%)


3
n
2,5 40
Volume
2 50
4
1,5
Septemb 60
1
er
0,5
Supleme
0
n (2018)
Labu siam Labu Kuning
: S1- S14 Jenis Labu
Gambar 6
Hasil Uji Hedonik Terhadap Rasa Saus Cabai Fortifikasi
Hasil uji panelis terhadap rasa saus kuning dan rasa bumbu yang ditambahkan,
cabai yang dihasilkan, diperoleh perlakuan pada proses pengolahan saus cabai. Ikhsani
jenis labu kuning dengan konsentrasi cabai dan Susanto (2015), Rasa pedas
60% adalah rasa saus cabai yang paling dipengaruhi oleh kandungan capsaicin cabai
disukai oleh panelis. Hasil analisis sidik merah yang merangsang ujung saraf
ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak chemoreceptor di kulit, terutama selaput
memberikan pengaruh nyata terhadap rasa lendir.
saus cabai fortifikasi karena F hitung < F 7. Aroma
tabel, sehingga tidak layak untuk di uji lanjut. Aroma suatu produk dapat dianalisa
Hal ini disebabkan karena saus cabai yang dengan menggunakan indera penciuman
disajikan kepada panelis memiliki rasa khas (Akifah, 2018). Hasil penilaian aroma saus
dari cabai merah dan labu kuning. Rasa cabai fortifikasi dari berbagai perlakuan
saus cabai adalah merupakan hasil dapat dilihat pada Gambar 7.
perpaduan antara rasa cabai, rasa labu
4 3,59
3,39 3,47
PenilaianPanelis Terhadap Aroma

3,5 3,31
3,15 3,19
Saos Cabai Fortifikasi (%)

3
2,5
2 40
1,5
50
1
60
0,5
0
Labu siang Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 7
Hasil Uji Hedonik Terhadap Aroma Saus Cabai Fortifikasi

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123 S121

Hasil analisis sidik ragam aroma saus adalah aroma cabai merah
menunjukkan bahwa jenis labu dan yang lebih dominan. Hal ini diperkuat oleh
konsentrasi cabai memberikan pengaruh Furia dalam Gobel (2012), cabai
sangat nyata terhadap saus cabai fortifikasi. mengandung oleoresin yang menimbulkan
Namun demikian, interaksi antara jenis labu aroma yang khas. Oleoresin adalah suatu
dan konsentrasi cabai tidak memberikan produk yang mengandung resin, minyak-
pengaruh yang nyata. Data hasil uji lanjut minyak esensial yang bersifat volatin dan
Duncan menunjukkan perlakuan terbaik bahan aktif lainnya yang diekstrak dengan
untuk aroma diperoleh perlakuan jenis labu pelarut non-aqueous seperti hidrokarbon.
kuning dengan konsentrasi cabai 60% 8. Tekstur
adalah rasa saus cabai yang paling disukai Tekstur merupakan parameter yang
oleh panelis dengan nilai rata-rata 3,59. Hal berpengaruh terhadap penerimaan produk
ini terjadi karena aroma cabai merah adalah pada konsumen, dimana tekstur pada saus
bau khas cabai merah sehingga mengurangi cabai memiliki kekentalan yang tinggi atau
aroma labu kuning. Menurut Kristianingsih rendah. Hasil penilaian tekstur saus cabai
(2010), Semakin sedikit labu kuning yang fortifikasi dari berbagai perlakuan dapat
digunakan maka aroma yang dihasilkan dilihat pada Gambar 8.
semakin tidak nyata. Standard penilaian

5
Tekstur Saos Cabai Fortifikasi

4,5
Penilaian Panelis Terhadap

3,79 3,64
4 3,49 3,33 3,52
3,5 3,25
3
2,5 40
(%)

2
1,5 50
1 60
0,5
0
Labu siam Labu Kuning

Jenis Labu

Gambar 8
Hasil Uji Hedonik Terhadap Tekstur Saus Cabai Fortifikasi
Hasil analisis sidik ragam dengan nilai rata-rata 3,79. Semakin rendah
menunjukkan jenis labu dan konsentrasi konsentrasi cabai yang ditambahkan, maka
cabai memberikan pengaruh nyata terhadap semakin kental tekstur saus cabai yang
tekstur saus cabai. Namun demikian dihasilkan sebaliknya semakin tinggi
interaksi antar jenis labu dan konsentrasi konsentrasi cabai yang ditambahkan maka
cabai tidak memberikan pengaruh nyata. kekentalan saus cabai berkurang. Hal ini
Diperoleh hasil uji lanjut Duncan diperkuat oleh Mesiana (2013), cabai merah
menunjukkan bahwa perlakuan terbaik tidak memberikan pengaruh kekentalan
untuk tekstur adalah saus cabai pada jenis yang nyata karena bukan cabai merah yang
labu kuning dengan konsentrasi cabai 40% berfungsi sebagai pemberi kekentalan,

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
S122 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123
Jurnal
Pendidik
an
melainkan pati dari labu kuning sebagai Jurnal pendidikan teknologi pertanian.
Teknolog
bahan pengisi yang ditambahkan kedalam Universitas Negeri Makassar.
i
pembuatan saus. Menurut Hendrasti (2003), Fatma Aulia Mia. 2015. Ekperimen
Pertania
bahwa karbohidrat tepung labu kuning yang Pembuatan Dodol Labu Kuning.
n
cukup tinggi sangat berperan dalam Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Volume
pembuatan adonan pati. Negeri Semarang.
4
KESIMPULAN Fauzi Akhmad, Muhzin Z dan A. Sukainah.
Septemb
2016. Pengaruh Variasi Larutan
er
Berdasarkan hasil penelitian dan Perendaman Sukun Terhadap
Supleme
pembahasan yang telah diuraikan, maka Karakteristik Fisiko Kimia Tepung
n (2018)
dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik Sukun. Jurnal pendidikan teknologi
: S1- S14
adalah penggunaan labu kuning dengan pertanian. Universitas Negeri
konsentrasi cabai 60% dengan indikator Makassar.
penentuan kualitas terbaik vitamin C, pH, Gobel Angriany Ririen. 2012. Studi
warna, rasa dan aroma saus yang Pembuatan Bumbu Inti Sambal
dihasilkan. Kering. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin. Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi.1993. Teknologi Pengolahan Beras
Akifah, Andi Sukainah, Kadirman, 2009. .PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Analisis Mutu Keju Lunak (Soft Universitas Gajah Mada.
Cheese) Cottage Dengan Hendarsty. H. K. 2003. Tepung labu kuning
Penambahan Sari Nanas (Ananas pemanfaatan dan pembuatannya.
Comusus (L.) Merr) Dan Lactobacillus Yogyakarta. Kanisus.
Fabifermentans. Jurnal pendidikan Ikhsani Atika Yahdiyani dan Susanto Hadi
teknologi pertanian. Universitas Wahono, 2015. Pengaruh Proporsi
Negeri Makassar. Pasta Labu Kuning dan Cabai Rawit
Ambarsari Indric Sarjana, dan A. Choliq., Serta Konsentrasi Ekstrak Rosella
2009. Rekomendasi Dalam Merah Terhadap Sifat Fisik Kimia
Penetapan Standar Mutu Tepung Ubi Organoleptik Saus Labu Kuning
Jalar. Balai Pengkajian Teknologi Pedas. Malang. Jurusan Teknologi
Pertanian: Jawa Tengah Hasil Pertanian, FTP Universitas
Direktorat Gizi Depkes RI. 1996. Daftar Brawijaya.
Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Kristianingsih, Zusnaini. 2010. Pengaruh
Karya Aksara: Jakarta. Substitusi Labu Kuning Terhadap
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Kualitas Brownies Kukus. Skripsi.
(1981). Daftar Komposisi Bahan Universitas Negeri Semarang.
Makanan: Jakarta Meikapasa Ni Wayan Putu dan I Gusti
Dendang Nataniel. Lahming. Muh.Muis. Ngurah Octova Seventilofa. 2016.
2016. Pengaruh Lama Dan Suhu Karakteristik Total Padatan Terlarut
Pengeringan Terhadap Mutu Bubuk (tpt), Stabilitas Likopen dan Vitamin C
Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Saus Tomat pada Berbagai
Dengan Menggunakan Cabinet Dryer. Kombinasi Suhu dan Waktu

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen (2018) : S113- S123 S123

Pemasakan. Fakultas Pertanian. saus cabai di PT Heinz ABC


UNMAS Mataram. Indonesia, Karawang. Skripsi. Bogor
Mesiana, Cici. 2013. Pemanfaatan Tepung (ID): Institut Pertanian Bogor.Untari.
Asia Ubi Jalar Sebagai Bahan Pengisi 2008. Formulasi selai dari pasta buah
Dalam Pembuatan Saus Cabai. merah (Pandanus conoideus Lamk).
Skripsi. Departemen Ilmu Dan Jurnal Agricola, 1(1): 35-47.
Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Wandestri. 2016. Penambahan Beberapa
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Konsentrasi Xanthan Gum Terhadap
Nataliningsih. 2009. Pengaruh Imbangan Mutu Saus Tomat (Solanum
Tomat (Lycopersicum esculentum Lycopersicum Lin). Jurusan Teknologi
Mill) dan Labu Kuning (Cucucrbita Pertanian, Fakultas Pertanian,
maschata ex. Poir) Terhadap Universitas Riau.
Karakteristik Saus Tomat. Fakultas Winarno, F.G., 2004. Produk Pangan.
Pertanian. Universitas Bandung Trugus Agirasana, Surabaya.Kimia
Raya. Pangan dan Gizi. Jakarta. PT.
Pantan, Sri Rahmawati. 2012. Studi Gramedia Utama.
Pengaruh Suhu Penggorengan Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
Vacum Terhadap Kualitas Cabai Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Kering. Skripsi Jurusan Teknologi
Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Setiyoningrum, F., dan Surahman., D.N.
2009. Pengaruh Penggunaan Tomat
Apel Belum Matang Terhadap Mutu
Pasta Tomat di PT. Mitra Aneka Food
Kuningan. LIPI BSS, 235 (2), 1-6.
SNI. 01-2976-2006. Saus Cabe. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional.
Sundari A. 2006. Analisis Ekuitas Merek
Produk Saus Pada Tingkat Rumah
Tangga Di Kota Bogor. Skripsi.
Program Studi Manajemen Agribisnis.
Institut Pertanian Bogor.
Santana GN. 2004. Analisis Perilaku
KonsumenSaus Sambal Botol dan
Implikasinya Terhadap Strategi
Pemasaran (Studi Kasus di PT.
Sedap Wangi). Skripsi. Program Studi
Ekstensi Manajemen
Agribisnis.Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Syarifudin A. 2003. Aplikasi hazard analysis
critical control point (HACCP) pada

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858

Anda mungkin juga menyukai