Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

TOKSIKOLOGI KLINIK TINGKAT 4 SARJANA TERAPAN

Kelompok : Kelompok 12
Anggota :
1. Dhita Ramdhanty (1913353010)
2. Syadza Soleha (1913353049)
3. Viola Chuzaifa (1913353003)
4. Katrina Chika R. (1913353031)
5. M. Ismail Ramadhoni (1913353017)
6. Alinta Septianda (1913353043)
7. Annisa Salma Zafirah (1913353045)
8. Iqbal Ubaydillah (1913353032)
9. Ermala Dewi (1913353033)
10.Shalsa Ayu Sabilla (1913353038)
11.Pitri Anisa (1913353023)
12.Vallerisia Karua (1913353015)
13.Annisa Icha Rahmawati (1913353019)
REVIEW JURNAL

Judul
ANALISIS KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN
OLAHAN YANG DIPASARKAN DI SEKITAR KAMPUS
UNISA

(Analysis of Borax Content in Processed Food Marketed


Around UNISA Campus)
Nama Jurnal
Jurnal Riset Kesehatan, 7 (2), 2018, 109 - 109

Tahun 2018
Penulis Titin Aryani, Aji Bagus Widyantara
Reviewer Kelompok 12
Tanggal review 18 November 2022
Latar belakang Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak
sekolah yang beredar di 478 sekolah dasar pada 26 ibukota propinsi
yang berada di Indonesia, dengan jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan terhadap
beberapa jenis jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar, es mambo, lolipop,
mie siap konsumsi, bakso, dan kudapan (bakwan, tahu isi, dan
sebagainya). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat
6% mie menggunakan formalin, dan kurang dari 8% bakso
menggunakan boraks. formalin) dan pengawet kayu (boraks).
(Maidah, 2015). Sedangkan penggunaan borak sebagai zat tambahan
pada makanan dapat berakibat buruk pada tubuh.
Berdasarkan penelitian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai
keberadaan kandungan boraks pada institusi pendidikan. Kampus
UNISA (Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta) terletak di Jl. Ringroad
Barat No.63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
boraks dalam berbagai jenis makanan olahan yang
dipasarkan di lingkungan Kampus UNISA (Universitas
Aisyiyah).
Subjek penelitian Berbagai jenis makanan olahan yang dipasarkan di lingkungan
Kampus UNISA (Universitas Aisyiyah).
Metodologi penelitian Jenis Penelitian :
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian kualitatif dan
kuantitatif.

Metode Kualitatif :
Uji kertas turmerik, Test kit boraks, dan Uji nyala.

Metode Kuantitatif :
Titrasi Alkalimetri.

Alat dan Bahan Alat :


Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah mortir
dan stemper, cawan porselen, pipet volume, pipet ukur, corong,
korek, gelas ukur.

Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bebas CO2,
asam sulfat pekat, alkohol, boraks BPFI (Baku Pembanding
Farmakope Indonesia), sampel makanan olahan (bakso, bakso
tusuk, tahu, tempe, lontong dan krupuk).

Cara Kerja Preparasi Sampel :


Preparasi Sampel Pada penelitian ini adalah sampel makanan
olahan ditimbang dan dicatat sampel dengan berat 100 g secara
seksama. Sampel kemudian dihaluskan dengan mortir, kemudian
ditambahkan air bebas CO2 sebanyak 50 ml, kemudian disaring
menggunakan kertas saring. Filtratnya diambil untuk dianalisis
kandungan boraknya melalui metode kualitatif dan kuantitatif.

Analisis Kualitatif :
Langkah selanjutnya Menyiapkan beberapa potong kunyit ukuran
sedang lalu kunyit ditumbuk dan disaring sehingga dihasilkan
cairan kunyit berwarna kuning. Kertas saring yang disiapkan
sebelumnya dicelupkan ke dalam cairan kunyit tersebut hingga
kering. Hasil dari proses ini disebut kertas turmerik.

Metode Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk


mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak.
Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar,
kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks
asli. Sampel ditimbang sebanyak 10 gram dan dipotong-potong
kecil lalu di oven pada suhu 1200C selama 6 jam. Kemudian
sampel dimasukan ke dalam cawan porselin. Dimasukkan ke
dalam tanur dan dipijarkan pada suhu 8000C. Sisa pemijaran
ditambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat dan 5-6 tetes metanol,
kemudian dibakar. Bila timbul nyala hijau, maka menandakan
adanya boraks (Roth, 1988 & Tubagus, 2015).

Kemudian dilakukan Tes Kit borak yaitu tes yang dilakukan


dengan cara menggunakan kertas uji yang dijual dipasaran. Tes
kit ini digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan boraks dan
asam borat dalam makanan olahan. Kertas ini telah mengabsorpsi
zat pewarna kuning yang diekstrak dari tumbuhan curcuma
tinctonia. Zat warna tersebut mampu mendeteksi keberadaan
boraks dan asam borat dengan memberikan perubahan warna
yang dapat amati secara visual.(Purnama, 2016)

Analisis Kuantitatif :
Kemudian dilanjut ke metode titrasi alkalimetri dimulai dengan
cara mengambil sebanyak 10 ml filtrat hasil preparasi sampel,
menambahkan gliserol sebanyak 5 ml. Kemudian menambahkan 2
pipet tetes indikator fenolftalein. Selanjutnya melakukan titrasi
terhadap sampel dengan larutan standar NaOH 0,1 N yang telah
distandarisasi. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna
larutan dari jernih ke warna merah muda.
Hasil penelitian
Pembahasan
Kesimpulan Pada penelitian ini, berdasarkan uji kualitatif boraks
menggunakan metode kertas turmerik, tes kit dan uji nyala dapat
disimpulkan bahwa pada 20 sampel makanan olahan yang dipasarkan
disekitar kampus UNISA, hanya 1 yang mengandung boraks yaitu
sampel No. 18 (Bakso 5).

Berdasarkan uji kuantitatif terhadap satu sampel yang mengandung


boraks menggunakan metode titrasi alkalimetri, diperolah kadar
boraks sebagai asam borat pada sampel No. 18 (Bakso 5) adalah
sebesar 3,82 ppm (mg/L).
Analisis Kandungan Formalin Dan Boraks Pada Ikan Asin Dan Tahu Dari
Pasar Pinasungkulan Manado Dan Pasar Beriman Tomohon
 TUJUAN PENELITIAN
untuk menguji secara kualitatif keberadan formalin dan boraks pada ikan asin dan tahu
serta menentukan secara kuantitatif jika produk pangan tersebut positif mengandung
formalin dan boraks.

 PENDAHULUAN

Produk pangan pada umumnya yang menggunakan formalin dan boraks adalah
bahan pangan segar atau makanan olahan yang mengandung kadar air tinggi, yang tidak
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, terutama jika disimpan pada suhu ruang.
Produk pangan yang sering diawetkan dengan formalin antara lain ikan segar ,tahu, tempe,
mie basah mentah/mie segar (Puspasari dan hadijanto., 2014). Produk pangan lainnya yang
juga sering diawetkan adalah ikan asin, pengasinan ikan adalah salah satu cara pengawetan
ikan agar tidak mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk dengan menambahkan garam
15-20% pada ikan segar. Penambahan formalin pada ikan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai jual dan kualitas dari ikan asin, terutama menambah masa simpan
(Mirna et al., 2016).
Tahu dan ikan merupakan bahan makanan yang mudah mengalami kerusakan
terutama kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme, seperti bakteri,
kapang dan khamir. Penambahan formalin dan boraks memang secara efektif dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu pada penelitian ini akan
dilakukan analisis kandungan formalin dan boraks pada ikan asin dan tahu yang di jual
dipasar Pinasungkulan Manado dan pasar Beriman Tomohon..

 ALAT DAN BAHAN


Alat utama yang digunakan adalah peralatan destilasi dan spektrofotometer UV-Vis
Simadzu. Analisis kimia dilakukan dengan menggunakan tes kit formalin dan pereaksi
Schiff.

Sampel yang digunakan adalah ikan asin yang dibuat dari ikan kakatua (Scarus sp.) yang
diperoleh dari pasar Pinasungkulan Manado dan pasar Beriman Tomohon. Untuk sampel
tahu di peroleh dari pabrik yang ada dikota Manado dan Tomohon serta tahu yang ada
dipasar Pinasungkulan Manado dan pasar Beriman Tomohon Sampel diambil dari lima
penjual yang berbeda dari setiap pasar.

 UJI KUALITATIF FORMALIN


Uji Formalin Menggunakan Preaksi Schiff. Sebanyak 20 gram sampel dihaluskan
dimasukan ke dalam labu destilat, tambahkan 50 mL akuades, diasamkan dengan 1 mL
H3PO4 85%, kemudian didestilasi. Diambil 2 ml hasil destilat, ditambahkan 0,5 ml H2SO4
pekat, kemudian tambahkan 0,5 ml larutan schiff, jika terbentuk warna merah keunguan
maka positif mengandung formalin.

 PENGUJIAN MENGGUNAKAN TES KIT FORMALIN


20 gram sampel dihaluskan, ditambahkan 20 ml air panas lalu diaduk dan dibiarkan dingin.
Ditambahkan 4 tetes reagen A dan 4 tetes reagen B. Dikocok sebentar dan ditunggu 5-10
menit. Diamati perubahan warna yang terbentuk. Jika terbentuk warna ungu berarti bahan
yang diuji positif mengandung formalin.

 PENGUJIAN KUANTITATIF FORMALIN


Untuk penentuan kadar formalin diuat baku seri formalin dengan konsentrasi 0; 0,05; 0,1;
0.15; 0,20; 0,25; 0,30; 0,35; 0,40; 0,45;0,50 ppm dibuat dari larutan baku formalin 20 ppm.
Masing-masing larutan dipipet 2,9 mL dan ditambahkan 0,1 yang sudah di
tentukan.Diambil 2 mL hasil destilat ditambahkan 0,5 mL H2SO4 96%, kemudian
ditambahkan 0,5 mL pereaksi Schiff. Di baca pada spektrofotometri UV-Vis dengan
panjang gelombang yang telah ditentukan.

 UJI KUALITATIF BORAKS


Metode Uji Boraks Menggunakan Kertas Tumerik (Triastuti et al., 2011). Diambil 100
gram kunyit diblender dan disaring sehingga menghasilkan cairan kunyit berwarna kuning,
celupkan kertas saring kedalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari proses ini
disebut kertas tumerik. Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif
dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air 50 mL dan
diaduk larutan boraks diteteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan. Diamati
perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan dipergunakan
sebagai kontrol positif. blender 50 gram bahan, diuji dan ditambahkan 20 ml air dan
disaring. Diteteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik.
Amati perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama
dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung
boraks.
REVIEW JURNAL

Jurnal Iinternational 1

Judul Ganda Silang-Linked Starch-Borax Hidrogel Jaringan


Ganda dengan Sifat Tangguh dan Penyembuhan
Sendiri

Nama Jurnal https://www.mdpi.com/journal/foods

Tahun 30 April 2022

Penulis Xiao Yu Chen, Na Ji, Fang Li, Yang Qin, Yan Fei
Wang, Liu Xiong, Qingjie Sun

Reviewer Kelompok 12

Tanggal Review 18 November 2022

Latar Belakang Penambahan boraks secara signifikan meningkatkan


modulus penyimpanan dan modulus kehilangan
hidrogel DC pati-boraks ini. Tegangan kompresi
maksimum hidrogel DC pati-boraks yang
mengandung 5% boraks sekitar sepuluh kali lebih
besar daripada hidrogel pati murni.Nilai analisis
profil tekstur hydrogel DC termasuk
hardness, springiness, cohesiveness, dan
adhesiveness—meningkat dibandingkan dengan
hidrogel pati murni. Selain itu, hidrogel DC
pati-boraks menunjukkan sifat penyembuhan diri
dan pemulihan bentuk yang sangat baik. Hidrogel
DC ini, dengan berbagai sifat yang sangat
baik,memiliki aplikasi potensial di bidang pertanian,
biomedis, dan industri. Hidrogel adalah jaringan
polimer tiga dimensi cross-linked yang dibentuk
oleh rantai polimer hidrofilik, dan mereka memiliki
aplikasi yang luas di bidang makanan, pengiriman
obat, aktuasi, dan rekayasa jaringan. Lisensi atribusi
dapat diperbaiki ketika hidrogel mengalami
beberapa retakan, yang membatasi umurnya,serta
aplikasinya dalam industri pertanian dan
bioteknologi.
Saat ini, strategi untuk menyiapkan hidrogel
jaringan ikatan silang ganda secara kimia dan fisik
telah digunakan untuk meningkatkan sifat mekanik
dengan efisiensi penyembuhan diri yang lebih baik.
Boraks, sebagai agen pengikat silang kovalen
dinamis, telah diterapkan di berbagai bidang, seperti
pertanian, biomedis, dan pengolahan air. Ini dapat
membentuk ikatan boron ester dinamis dengan
gugus fungsi hidroksil polisakarida dan
meningkatkan sifat mekanik hidrogel.
Menunjukkan bahwa penambahan boraks dapat
secara signifikan meningkatkan kelenturan hidrogel
poli. Liu dkk. melaporkan bahwa fenugreek
gum-borax hydrogels menunjukkan ketahanan panas
yang signifikan, yang disebabkan oleh ikatan borat/
didiol reversibel antara fenugreek gum dan
boraks. Selain itu, penambahan boraks dapat
meningkatkan sifat mekanik film pati.

Tujuan Penelitian Mendemonstrasikan metode satu pot yang layak


untuk membuat hidrogel DC pati-boraks dengan
sifat mekanik yang sangat baik. Dengan perilaku
mekanik yang sangat baik dan sifat penyembuhan
diri, kami percaya bahwa aplikasi hidrogel pati
terbarukan dan biokompatibel dapat diperluas di
bidang pertanian, makanan, biomedis, dan
rekayasa jaringan.

Subjek Penelitian Ganda Silang-Linked Starch-Borax Hidrogel Jaringan


Ganda

Metodologi Penelitian Jenis Penelitian : Kualitatif dan Kuantitatif

Kualitatif : Pengukuran Rheologi

Kuantitatif : Pengukuran Rheologi


Alat dan Bahan Alat :

-Probe 0,5 (TA-XT plus, Stable Mikro System,Surrey,


UK).

-Probe P36R

-DHR-Hybrid Rheome ter (instrumen TA, Anton


Paar, Gaar, Graz, Austria)

Bahan :

-Borax

- Pati Jagung (kandungan amilosa 28%)

Cara Kerja 1. Persiapan Hidrogel Pati-Boraks DC


Hidrogel DC pati-boraks disiapkan melalui
metode satu pot. Pati jagung (4,2 g)
ditambahkan ke dalam 23,8 mL air suling
dengan konsentrasi boraks 0%, 0,5%, 1,0%,
3%, dan 5,0%. Setelah itu, bubur campuran
dipanaskan selama 30 menit pada suhu
100 ÿC untuk memastikan gelatinisasi pati
sempurna. Selanjutnya, pasta pati yang
diperoleh disimpan selama 6 jam pada
suhu 4 ÿC untuk membentuk hidrogel DC
pati-boraks.
2. Sifat Mekanis
Sebuah penganalisa tekstur dengan probe
P 0,5 (TA-XT plus, Stable Micro Systems,
Surrey, UK) digunakan untuk
mengkarakterisasi sifat mekanik dari
sampel hidrogel pada kondisi ruangan
menurut penelitian Ge. Pengukuran
teganganregangan tekan dilakukan pada
suhu kamar dengan menggunakan probe
P36R. Sampel silinder hidrogel dengan
diameter sekitar 20,0 mm dan tinggi
terukur 6,0 mm.
3. Pengukuran Rheologi Pengukuran reologi
Hidrogel dilakukan menggunakan
DHR-Hybrid Rheome ter (Instrumen TA,
Anton Paar, Graz, Austria) menggunakan
sistem pelat paralel (PP50). Daerah
viskoelastik linier (LVE) ditentukan sebelum
pengukuran geser melalui uji sapuan
regangan geser (0,01– 1000%) pada
frekuensi konstan (1 Hz), pada 25 ÿC,
menurut metode yang telah dijelaskan
sebelumnya, dengan beberapa modifikasi.
Untuk memastikan viskoelastisitas
dinamis, pasta pati diseimbangkan hingga
50 ÿC dan dilakukan percobaan sapuan
frekuensi, menggunakan rentang frekuensi
sudut dari 0,1 hingga 100 rad/sa regangan
geser sebesar 1,0%. Pasta pati yang baru
disiapkan kemudian dipanaskan hingga 4
ÿC selama 6 jam untuk mendapatkan
hidrogel DC pati-boraks. Untuk uji sapuan
frekuensi yang sama dari hidrogel DC
pati-boraks, diperoleh modulus storage
(G ), modulus rugi (G ), dan tangen rugi
(tanÿ = G / G ). Sapuan waktu hidrogel DC
dilakukan dengan mendinginkan hidrogel
hingga 4 ÿC pada platform dan
mempertahankan suhu tersebut selama
120 menit, dengan frekuensi 1 Hz dan a
regangan geser 1%. Strain osilasi
amplitudo dilakukan menurut sebuah studi
oleh Huang. Hidrogel DC mengatasi dari 25
ÿC menjadi 4 ÿC, dengan kecepatan 4
ÿC/min. Selanjutnya, reggangan geser 1,0%
dan 500% diterapkan setiap 5 menit,
secara bergantian, pada frekuensi tetap (1
Hz).
4. Karakterisasi
Untuk analisis struktural, hidrogel pati dan
hidrogel DC pati-boraks dibekukan pada
suhu ÿ80 ÿC, diliofilisasi vakum, dan
kemudian digiling untuk mendapatkan
hidrogel bekukering . Difraksi sinar-X (XRD)
dari hidrogel beku-kering diukur dengan
radiasi Cu Kÿ menggunakan difraktometer
XRD (AxSD8 Advance, Bruker, Karlsruhe,
Jerman). Spektrofotometer FTIR
(NEXUS-760, Thermo Nicolet Corp.,
Madison, WI, USA) digunakan untuk
merekam spektrum hidrogel beku-kering.
Sebelum dianalisis, hidrogel beku-kering
ditekan menjadi pelet dengan kalium
bromida. Metode ini berdasarkan
penelitian sebelumnya, dengan sedikit
modifikasi. Morfologi hidrogel dievaluasi
menggunakan mikroskop elektron
pemindaian (SEM, S-4800, Hitachi
Instruments Ltd., Tokyo, Jepang). Sampel
dibekukan dan kemudian diliofilisasi
selama 3 hari. Hidrogel beku-kering dilapisi
dengan emas sebelum dipasang ke tahap
spesimen untuk diamati morfologinya.
5. Uji Penyembuhan Diri
Hidrogel kanji-boraks3,5% DC dipecah
menjadi dua. Kemudian, potongan
antarmuka ditempatkan bersama-sama,
tanpa stimulus apapun, pada suhu 25 ÿC.
Setelah itu, sampel direntangkan dari
kedua ujungnya untuk memastikan
kemampuan penyembuhannya. Metode ini
berdasarkan penelitian sebelumnya,
dengan sedikit modifikasi. Hidrogel DC
pati-boraks dicetak menjadi berbagai
bentuk. Kemudian, hidrogel dipotong
kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam
cetakan dengan berbagai bentuk. Mereka
dicetak pada 25 ÿC. Proses penyembuhan
diri diamati dengan mengambil foto.
6. Analisis Statistik
Semua percobaan dilaksanakan dalam
rangkap tiga. Analisis statistik dilakukan
dengan uji Tukey menggunakan perangkat
lunak statistik SPSS V.17 (SPSS Inc.,
Chicago, IL, US). Tingkat signifikansi p
<0,05.

Hasil Penelitian

Jurnal International 2

Judul Pengaruh Rasio Boron dan Air-ke-Semen terhadap


Kinerja Semen Belite-Ye'elimite-Ferrite (BYF) yang
Disiapkan di Laboratorium

Nama Jurnal https://www.mdpi.com/journal/foods

Tahun 26 Agustus 2021

Penulis Raquel Pérez-Bravo, Alejandro Morales-Cantero,


Margherita Bruscolini, Miguel AG Aranda, Isabel
Santacruz, Angeles G. De la Torre

Reviewer Kelompok 12

Tanggal Review 18 November 2022

Latar Belakang Kebutuhan untuk mengurangi dampak lingkungan


dari industri semen adalah topik hangat. Semen
Belite-ye'elimite-ferrite (BYF) dianggap sebagai
bahan hijau karena permintaan energi yang rendah
dan emisi CO2 yang rendah dari proses produksinya
dibandingkan dengan semen Portland (PC).
Produksi bahan-bahan ini layak dan penggunaan
bahan baku alternatif merupakan langkah maju
dalam keberlanjutan. Namun, semen kaya belite
masih menjadi tantangan karena tingkat
reaktivitasnya yang lebih rendah dengan air dan
akibatnya pengembangan kekuatan mekanik awal
yang lebih rendah. Selain itu, semen ini memiliki
tingkat kehalusan yang lebih rendah, membutuhkan
jumlah energi yang lebih tinggi untuk kehalusan
yang ditarget. Salah satu pendekatan untuk
meningkatkan reaktivitas BYF adalah stabilisasi
polimorf belite suhu tinggi, yaitu bentuk-ÿ, pada
suhu kamar dengan memasukkan elemen minor
seperti natrium, kalium atau belerang [11,12] atau
boron [13-15]. Ada rute aktivasi lain yang terdiri
dari pengurangan ukuran partikel dengan
penggilingan atau peningkatan cacat/ regangan
dalam partikel dengan laju pendinginan yang cepat
selama klinker.

Selain itu, mortar dengan kinerja optimal dapat


disiapkan melalui kontrol sifat fisik-kimia yang
terlibat dalam sistem semen segar. Homogenitas
(dan kemampuan kerja) yang dibutuhkan dari
sistem semen segar dapat dicapai melalui
penambahan campuran seperti superplastisizer
(SP), yang merupakan praktik umum dalam industri
bangunan. SPs biasanya teradsorpsi ke permukaan
partikel semen, membantu penyebaran partikel
melalui tolakan elektrostatik dan/ atau sterik .
Efektivitas SP tergantung pada sifat bahan
( komposisi semen, luas permukaan spesifik,
ukuran, bentuk partikel dan jenis SP), jumlah SP
yang ditambahkan, dan persiapan pasta (urutan
penambahan, waktu berlalu sejak akhir
pencampuran, suhu dan sebagainya). SPs
berdasarkan polikarboksilat menunjukkan
keuntungan penting dalam dispersi partikel semen
dibandingkan yang lain, seperti SPs berbasis
lignosulfonat, melamin atau naftalena. Dengan
demikian, SP memungkinkan persiapan mortar
dengan rasio w/c rendah dengan kinerja kompetitif
atau bahkan ditingkatkan karena membantu
dispersi partikel semen dan mengurangi viskositas,
juga dapat mengubah waktu pengikatan, dan akan
memengaruhi pengembangan kekuatan (dan daya
tahan). mortar akhir dan beton. Oleh karena itu,
optimalisasi jumlah (dan jenis) campuran kimia ini
adalah kunci untuk mencapai tujuan peningkatan
kinerja mortar akhir.

Tujuan Penelitian mengungkap pengaruh campuran, yaitu


superplastisizer dan boraks, dan rasio air-ke-semen
pada mekanisme hidrasi dan kekuatan mekanik.
Studi reologi telah dilakukan untuk memahami
keadaan segar dari bahan-bahan ini. Pengukuran
kalorimetrik, difraksi sinar-X (dengan analisis
Rietveld) dan studi MAS-NMR telah dilakukan untuk
memahami peran campuran dan air pada panas
yang berevolusi dan kumpulan fase. Selain itu,
kekuatan mekanik beberapa mortar terpilih telah
diuji dan dikorelasikan dengan pengembangan fase.

Subjek Penelitian Pengaruh Rasio Boron dan Air-ke-Semen terhadap


Kinerja Semen Belite-Ye'elimite-Ferrite (BYF)

Metodologi Penelitian Jenis Penelitian : Kualitatif dan Kuantitatif

Kualitatif : Pengukuran metode standar internal,


mencampur sampel dengan 20% berat kuarsa
kristal.

Kuantitatif : Pengukuran metode Rietveld (RQPA).

Alat dan Bahan Alat :

-SDT Q600 analyzer (TA Instrumen,New Castle,


DE,USA)

Bahan :

-Klinker BYF

- standar dan activated

Cara Kerja 1. Persiapan Semen


Dua kilogram dari dua klinker BYF, standar dan
aktif, disiapkan seperti yang dilaporkan di
tempat lain . Yang pertama, tanpa aktivasi,
disebut st-BYF, dan yang terakhir, disebut
B-BYF, dibuat dengan menambahkan boraks
pada langkah klinker. Kedua klinker digiling
dengan anhidrit 10% berat untuk menyiapkan
semen [22]. Anhidrit disiapkan dengan
memanaskan basanit komersial (BELITH SPRL,
Mouscron, Belgia) pada suhu 700 ÿC selama 60
menit. Nilai permeabilitas udara dari semen
akhir masing-masing adalah 5650 dan 5260
cm2/g untuk st-BYF dan B-BYF. Gambar S1,
disediakan sebagai informasi tambahan,
menunjukkan distribusi ukuran partikel yang
diukur dengan difraksi laser (Mastersizer 3000,
Malvern, UK). Peralatan dilengkapi dengan
modul basah dengan etanol dan terletak di
Servicios Centrales de Apoyo a la Investigación
(SCAI) di Universidad de Malaga (UMA)
(Malaga, Spanyol). Nilai Dv,10, Dv,50 dan Dv,90
masing-masing adalah 2.0, 7.4 dan 27.5 µm,
dan 2.7, 8.3 dan 30.4 µm, untuk st-BYF dan
B-BYF.
2. Persiapan Pasta
Pasta semen disiapkan dengan air deionisasi
(w/c = 0,40 dan 0,50) dengan pengadukan
mekanis pada kecepatan tetap 800 rpm selama
90 detik dua kali dengan waktu istirahat 30
detik di antaranya. Untuk memastikan
homogenitas pasta, superplasti ciser (SP)
berbahan dasar polikarboksilat komersial,
dengan 25% berat bahan aktif (Floadis 1623
dipasarkan oleh Adex Polymer SL, Madrid,
Spanyol) ditambahkan bila perlu. Jumlah
superplasticiser yang ditambahkan selalu
ditampilkan sebagai bahan aktif SP yang
mengacu pada kandungan semen, dan
tambahan air yang ditambahkan
dipertimbangkan untuk perhitungan w/c. SP
selalu ditambahkan ke air sebelum
penambahan semen. Boraks, sebagai
campuran, juga digunakan dengan pasta st-BYF
terpilih dengan w/c = 0,40, dengan
menambahkannya ke dalam air (setelah
penambahan SP) sampai pembubaran total
(selanjutnya disebut sebagai st-BYF-B2O3).
Pasta dituangkan ke dalam cetakan silinder
polytetrafluoroethylene (PTFE) yang ditutup
rapat dan diputar (16 rpm) selama 24 jam
pertama pada suhu 20 ± 1 ÿC. Kemudian,
silinder dibongkar dan ditempatkan ke dalam
bak air pada suhu 20 ± 1 ÿC untuk digunakan
pada umur hidrasi yang dipilih (7, 28 dan 120
hari). Hidrasi sampel ditangkap sebelum
karakterisasi dengan menggiling dan mencuci
bubuk secara manual dua kali dengan
isopropanol dan sekali dengan dietil eter, dan
terakhir dikeringkan pada suhu 40 ÿC selama
24 jam di dalam kompor.
3. Difraksi Serbuk Sinar-X Laboratorium (LXRPD)
dan Analisis Data
Semen anhidrat dan pasta hidrasi yang ditahan
dianalisis dengan LXRPD yang dikumpulkan
pada difraktometer X'Pert MPD PRO
PANalytical dengan radiasi tembaga dengan
monokromator primer Johansson Ge (111)
yang menghasilkan CuKÿ1 monokromatik (ÿ =
1,5406 Å). Difraktometer terletak di SCAI di
UMA (Malaga, Spanyol) . Pengambilan data
dilakukan pada geometri refleksi dari 5ÿ
sampai 70ÿ (2ÿ) dengan waktu pengukuran 2,5
jam dengan menggunakan sample holder yang
berputar (16 rpm). Kedua klinker digiling
dengan anhidrit 10% berat untuk menyiapkan
semen. Anhidrit disiapkan dengan
memanaskan basanit komersial (BELITH SPRL,
Mouscron, Belgia) pada suhu 700 ÿC selama 60
menit. Nilai permeabilitas udara dari semen
akhir masing-masing adalah 5650 dan 5260
cm2/g untuk st-BYF dan B-BYF. Gambar S1,
disediakan sebagai informasi tambahan,
menunjukkan distribusi ukuran partikel yang
diukur dengan difraksi laser (Mastersizer 3000,
Malvern, UK). Peralatan dilengkapi dengan
modul basah dengan etanol dan terletak di
Servicios Centrales de Apoyo a la Investigación
(SCAI) di Universidad de Malaga (UMA)
(Malaga, Spanyol). Nilai Dv,10, Dv,50 dan Dv,90
masing-masing adalah 2.0, 7.4 dan 27.5 µm,
dan 2.7, 8.3 dan 30.4 µm, untuk st-BYF dan
B-BYF. Bahan 2021, 14, 4862 3 dari 19 * Secara
nominal ditambahkan sebagai boraks. Pola
dianalisis dengan metode Rietveld
menggunakan paket perangkat lunak GSAS ,
menggunakan fungsi bentuk puncak
pseudo-Voigt dengan koreksi asimetri
termasuk untuk mendapatkan RQPA (analisis
fase kuantitatif Rietveld). Parameter
keseluruhan yang disempurnakan adalah:
koefisien latar belakang, kesalahan pergeseran
nol, faktor skala fase, parameter sel unit ,
parameter bentuk puncak, dan koefisien
orientasi pilihan, jika diperlukan. Deskripsi
struktur fase kristal anhidrat dan terhidrasi
yang digunakan diberikan di tempat lain
[35,36]. Penentuan non-kuantifikasi amorf dan
kristal (ACn) dilakukan dengan metodologi
standar internal, mencampur sampel dengan
20% berat kuarsa kristal.
4. Analisis Termogravimetri
Kandungan air bebas (yaitu, air gabungan
non-kimiawi) dari semua pasta pada semua
usia dihitung dengan menganalisis jejak
termogravimetri dari semua pasta hidrasi yang
ditahan. Sebuah SDT-Q600 analyzer (TA
Instruments, New Castle, DE, USA) digunakan
untuk melakukan analisis ini. Beberapa
miligram pasta hidrasi yang ditahan
ditempatkan di cawan lebur platina terbuka di
bawah aliran udara dan dipanaskan dari suhu
kamar (RT) hingga 1000 ÿC (pada 10 ÿC/menit).
Air bebas dihitung secara rinci dalam [38]
dengan mempertimbangkan kehilangan
tertimbang dari RT hingga 600 ÿC sebagai air
yang terikat secara kimiawi dan dari 600 hingga
1000 ÿC sebagai CO2.
5. Perilaku Reologi Pasta Semen
Pasta st-BYF, B-BYF dan st-BYF-B2O3 (yang
terakhir dengan 0,25% berat B2O3, disebut
semen kering) dengan kandungan SP yang
berbeda (dari 0,0 hingga 0,5% berat) pada w/c
= 0,40 dikarakterisasi secara reologis.
Karakterisasi reologi dilakukan dalam
viskometer (Model VT550, Thermo Haake,
Karlsruhe, Jerman) dengan sensor silinder
koaksial bergerigi, SV2P, yang dilengkapi
penutup untuk mengurangi penguapan. Dua
pengukuran berbeda dilakukan: (i) kurva aliran,
pada laju terkendali, dari 2 hingga 350 sÿ1
dengan total 12 ramp (kurva detik. atas),
Penurunan dengan lebih waktu lanjut ramp
dari 6 laju geser 350 menjadi 2 sÿ1 dilakukan
dengan mengikuti waktu ramp yang sama
(kurva ke bawah). Pasta dicukur sebelumnya
pada 350 detikÿ1 selama 30 detik dan ditahan
pada 0 detikÿ1 selama 5 detik sebelum
pengukuran. Data diperoleh setelah 8 menit
sejak bubuk semen ditambahkan ke dalam air;
(ii) pengukuran viskositas vs waktu pada laju
geser tetap 5 sÿ1 .
6. Studi Magic Angle Spinning Nuclear Magnetic
Resonance (MAS-NMR)
Spektra MAS-NMR 29Si dari semua sampel
direkam pada suhu kamar pada spektrometer
Bruker AVIII HD 600 NMR (Karlsruhe, Jerman)
(kekuatan medan 14,1 T) pada 119,8 MHz
dengan probe DVT triple-resonansi 2,5 mm
menggunakan rotor zirkonia pada 15 laju
pemintalan kHz , terletak di SCAI di UMA
(Spanyol). Eksperimen dilakukan dengan
decoupling 1H dengan menerapkan eksitasi
pulsa tunggal dengan pulsa ÿ/2 5 us,
penundaan relaksasi 30 detik, dan 10.800
pemindaian. Pergeseran kimia dirujuk ke solusi
eksternal tetramethylsilane (TMS). Spektra
MAS-NMR 27Al direkam dalam spektrometer
yang sama pada 156,4 MHz dan rotor
beroperasi pada 20 kHz. Eksperimen dilakukan
dengan dan tanpa decoupling 1H (urutan cw)
dengan menerapkan pulsa tunggal (ÿ/12),
pulsa eksitasi 1 µs dan penundaan relaksasi 5,0
detik dan 200 pemindaian. Pergeseran kimia
dirujuk ke larutan eksternal 1 M Al(NO3)3.
7. Kalorimetri Isotermal
Pengukuran kalorimetri isotermal dilakukan
dalam Monitor Aktivitas Termal delapan
saluran, dari Instrumen TA (New Castle, DE,
USA), menggunakan ampul kaca 20 mL.
Pertama, 8 g semen anhidrat dicampur secara
manual dengan jumlah air yang sesuai (dan
superplastisizer) selama 1 menit diikuti dengan
pengadukan tambahan selama satu menit
dengan mixer vortex. Kemudian pasta
dimasukkan ke dalam ampul (6 g). Air
digunakan sebagai referensi . Data aliran panas
dikumpulkan hingga 7 hari pada 20 ÿC. 45
menit pertama setelah memasukkan ampul ke
dalam peralatan tidak dicatat karena waktu ini
diperlukan untuk stabilisasi
8. Persiapan Mortar
Mortar disiapkan menurut UNE-EN196-1
dengan rasio massa semen/pasir 1/3 dan rasio
w/c 0,40 untuk semua sampel, dan sebagai
tambahan, 0,50 untuk B-BYF. Mortar disiapkan
dengan jumlah superplasticiser terpilih (0,3,
0,4 dan 0,1% berat mengacu pada semen,
masing-masing untuk st-BYF, B-BYF dan
st-BYF-B2O3 ). Kekuatan kompresi diukur pada
mortar kubus (3 × 3 × 3 cm3 ), dituang dan
dikeringkan pada suhu 20 ± 1 ÿC dan
kelembaban relatif (RH) 99% selama 24 jam.
Kubus dibongkar dan disimpan dalam bak air
(20 ± 1 ÿ). Kelembaban (RH) selama 24 jam.
Kubus dibongkar dan disimpan dalam
penangas air (20 ± 1 °C) selama 7, 28 dan 120
hari hidrasi. Tiga mortar kubik diuji pada setiap
umur hidrasi dan nilai yang diberikan adalah
nilai rata-rata dengan standar deviasi yang
sesuai untuk 7, 28 dan 120 hari hidrasi. Tiga
mortir kubik diuji pada setiap hidrasi
(UNE-EN196-1). Nilai yang diberikan dalam
penelitian ini adalah hasil penerapan usia
koreksi dan nilai yang diberikan adalah nilai
rata-rata dengan faktor standar deviasi yang
sesuai (1,78) untuk membandingkannya
dengan nilai yang diperoleh dengan prisma
standar (4 × 4 × 16 (UNE- EN196-1).Nilai yang
diberikan dengan cm3. Financiera dalam
membandingkannya diperlihatkan SA
penelitian semen Malaga dan Minera untuk
Portland ini Mortar Spanyol) adalah SA dengan
demi (PC yang hasil tipe nilai yang
perbandingan.

Hasil Penelitian

(a)

Gambar. Kurva aliran (a) st-BYF dan (b) B-BYF yang


dibuat pada w/c = 0,40 dan kandungan
superplastisizer (SP) yang berbeda. Lampiran dari
(b) menunjukkan evolusi viskositas dengan waktu
pasta B-BYF (w/c=0,40) dan jumlah SP yang berbeda
pada laju geser 5s−1. Angka yang dekat dengan
setiap kurva menunjukkan jumlah SP (% berat)
bahan aktif yang mengacu pada kandungan semen.

Anda mungkin juga menyukai