FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BUMIGORA
MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui Praktikum
Koordinator Praktikum
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praltikum mata kuliah
Keamanan Pangan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga Laporan Praktikum ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Laporan
Praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
Laporan Praktikum ini.
Penulis
ACARA 6
BAB I
PEMDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat
Bahan
a) Kunyit
b) Aquades
c) KMnO4
d) Bahan uji
a) Sediakan sampel yang akan diuji yaitu bakso, tahu, mie dan sosis
b) Sediakan ekstrak kunyit dengan konsentrasi 100% dengan cara menimbang
bubuk kunyit sebanyak 50 gr dan dilarutkan kedalam aquades 50 ml
kemudian disaring.
c) Bakso diiris dan dan dihaluskan dengan menggunakan mortar kemudian
simpan dicawan petri yang berbeda.
d) Masukkan sebanyak 1 gr sampel yang telah dihaluskan kedalam plat tetes
yang telah diberi label
e) Teteskan masing-masing sampel dengan ekstrak kunyit dan amati
perubahan warna yang terjadi.
f) Jika sampel berubah menjadi merah kecoklatan, maka sampel mengandung
boraks sedangkan jika tetap berwarna kuning (warna kunyit), maka sampel
negatif.
Uji Formalin
a) Sediakan sampel yang akan diuji yaitu bakso, tahu, mie dan sosis
b) Bakso dihaluskan kemudian ditimbang masing-masing sebanyak 5gr
selanjutnya disimpan dicawan petri yang berbeda
c) Sampel dilarutkan dengan 10 ml aquades selanjutnya disaring.
d) Masing-masing filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah diberi
label kemudian ditetesi dengan KMnO4 0,1 N
e) Amati dan tunggu sampai bereaksi selama 1 jam.
f) Jika warna ungu violet segera memudar/hilang berarti sampel mangandung
formalin yang bersifat mereduksi KMnO4.
BAB IV
4.2 Pembahasan
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap 4 sampel makanan yaitu
tahu, bakso, mie, dan sosis, diperoleh hasil bahwa keempat sampel tersebut
positif mengandung bahan tambahan berbahaya yang meliputi formalin dan
boraks.
Sampel tahu positif mengandung formalin tetapi negatif boraks. Sampel
bakso dan sosis positif mengandung formalin dan boraks. Sampel mie
negatif formalin namun positif boraks.
Penggunaan bahan tambahan berbahaya seperti formalin dan boraks pada
makanan bertujuan untuk memperbaiki tekstur dan warna sehingga terlihat
segar, serta menghambat pertumbuhan mikroba agar awet dalam
penyimpanan.
Praktik ini sangat membahayakan kesehatan konsumen dan perlu dicegah
peredarannya. Diperlukan pengawasan ketat dari instansi kesehatan dan
pemerintah setempat untuk melindungi masyarakat dari makanan yang tidak
aman dikonsumsi.
LAMPIRAN
Boraks
Mie Basah dicampur Kunyit
Formalin
Mie Basah disaring, lalu dilarutkan
dengan Aquades
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formalin dan Boraks pada
Bakso dan Mie Basah. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pangan, 9(1), 26-36.
Aprilia, D.T. (2017). Analisis Kadar Formalin pada Tahu Putih di Pasar
Sangkumpal Bonang Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 7(3), 129-133.
Nuryani, T. (2018). Identifikasi Kadar Formalin dan Boraks pada Bakso Sapi yang
Diperjualbelikan di Kota Madiun. Jurnal Repository Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, 2(1), 27-34.
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
tingkat keasaman sampel makanan sehingga dapat menentukan tingkat kualitas dan
keamanan yoghurt yang akan dikonsumsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat
a) Tabung reaksi
b) Rak tabung
c) Pipet tetes
d) Ph Meter
e) Penyangga buret (statif)
f) Erlenmeyer
g) Gelas ukur
h) Corong
Bahan
Pengukuran pH larutan
4.2 Pembahasan
1. Berdasarkan data uji pH pada beberapa jenis bahan makanan di atas, terlihat
bahwa pH susu cair segar, yaitu 6,50, lebih tinggi dibandingkan pH susu
cair basi, yaitu 5,71. Menurut Winarno (2004), penurunan pH pada susu
disebabkan oleh aktivitas bakteri asam laktat yang memecah laktosa
menjadi asam laktat, sehingga susu menjadi asam atau basi.
2. pH minyak goreng baru, yaitu 17,24, jauh lebih tinggi dibanding pH minyak
goreng bekas pakai, yaitu 5,46. Menurut Ketaren (2008), penurunan pH
pada minyak goreng bekas terjadi karena reaksi hidrolisis dan oksidasi yang
menghasilkan senyawa organik berupa asam lemak bebas dan gliserol.
Asam lemak bebas inilah yang menyebabkan pH minyak goreng bekas
menurun drastis.
3. Sementara itu, pH yogurt segar lebih tinggi (6) dibanding pH yogurt basi
(4). Menurut Tamime dan Robinson (1999), penurunan pH yogurt
disebabkan karena bakteri asam laktat terus memproduksi asam laktat dari
laktosa, sehingga lingkungan menjadi semakin asam.
4. Pola yang sama juga terjadi pada santan segar (pH 6) dibanding santan basi
(pH 4). Menurut Haryoto (2009), aktivitas mikroba dapat mengubah santan
basi menjadi berasa masam karena terbentuknya asam organik dari proses
fermentasi.
BAB V
KESIMPULAN
LAMPIRAN
Santan Segar
Susu Segar
Minyak Baru
Yogurt Basi
Susu Basi
Santan Basi
PH Meter
Susu Segar
Susu Basi
Yogurt Basi
Yogurt Segar
Santan Basi
Santan Segar
Minyak Baru
Minyak Lama
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2020). Faktor Risiko Keamanan Pangan. Research Report of MoH 2020.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Purnawijayanti, H.A. (2001). Kualitas Susu Segar dan Olahannya. Yogyakarta:
Liberti Publisher.
Tamime, A.Y and Robinson, R.K. 1999. Yoghurt: Science and Technology. Boca
Raton: CRC Press.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pratiwi, D.A. dkk. 2020. Ilmu dan Teknologi Susu: Teori dan Praktikum. Bogor:
IPB Press.