Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGSN FORMALIN PADA TAHU YANG


DIJUAL DI PASAR KEMUNING KOTA PONTIANAK

PRETI PURWATI
21031062

POLITEKNIK AISYIYAH PONTIANAK


DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIS
2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Sumber dari pangan ini bisa dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan lain-lain, yang dimana kebanyakan sumber
pangan berasal dari hewan maupun tumbuhan (Ruswanto, 2019). Salah satu
tumbuhan yang umumnya menjadi sumber protein adalah kedelai (Swarinastiti
et al., 2018).
Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi
masyarakat Indonesia. Saat ini, sebagian besar kedelai dimanfaatkan untuk
pembuatan tahu, tempe, dan susu kedelai (Cahyadi W., 2007). Kedelai
memiliki kandungan 35-38% protein, 15% asam lemak jenuh, 60% lemak
tidak jenuh. Kedelai juga kaya vitamin (vitamin E, K, dan beberapa jenis
vitamin B) dan mineral (Ca, P, Fe, Bo, Mg dan Zn) (Krisna, 2015). Salah satu
bahan makanan yang diolah dari kedelai adalah tahu. Tahu merupakan
makanan yang populer dan sering dikonsumsi oleh masyarakat. Tahu menjadi
makanan yang banyak dinikmati karena rasanya yang enak, harganya relatif
murah, mempunyai kandungan yang cukup tinggi, dan juga mudah ditemukan
di pasar-pasar tradisional. Tahu juga sering dijadikan salah satu menu diet
rendah kalori karena kandungan hidrat arangnya yang rendah (Utami, 2012).
Formaldehid adalah suatu senyawa kimia yang berbentuk gas dengan
rumus CH2O. Formaldehid merupakan suatu aldehida yang juga disebut
metanal. Larutannya tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan biasanya
ditambah metanol hingga 15% sebagai stabilisator. (Dir. Jen. POM., 2003 ;
Winarno, 2007). Formaldehid biasa digunakan sebagai pembunuh kuman
sehingga dimanfaatkan untuk pembersih, bahan pengawet produk kosmetika
dan pengeras kuku dalam konsentrasi <1%, cairan pembalsam atau pengawet
mayat (Dreisbach, 1982).
Penyalahgunaan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan
tambahan bagi produk makanan maupun minuman yang tidak
sesuai dengan
peruntukkannya telah banyak membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan
kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan makanan
dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih
tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan
yang ditimbulkan dari penggunaan bahan- bahan berbahaya tersebut sangatlah
buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang
bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen
merupakan beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen
(Aghnan, 2016).
Salah satu bahan makanan yang mengandung formalin yaitu tahu.
Tahu dibuat dari kedelai yang digumpalkan dengan asam cuka, kalsium sulfat.
Tahu merupakan bahan pangan dengan kandungan protein yang tinggi dan
kadar air mencapai 85% sehingga tahu tidak dapat bertahan lama, satu hari
setelah produksi tahu akan mulai rusak. Tahu yang diberi formalin akan
membuat tahu menjadi lebih keras, tidak mudah hancur, tahan terhadap
mikroorganisme, dan dapat bertahan hingga tujuh hari (Sarwenda, 2015).
Pembuatan tahu yang ada di Indonesia sebagian besar masih
menggunakan cara tradisional,sehingga berpengaruh terhadap kualitas produk
tahu yang dihasilkan. Produk makanan akan memiliki kualitas yang baik
apabila dilakukan perbaikan dalam proses produksi dan pengolahannya
(Nurhayati et al., 2012). Hal ini jugalah yang menyebabkan persaingan
industri semakin ketat pada kualitas dan keawetan produk, sehingga ada
ditemukan beberapa pabrik tahu yang menambahkan bahan kimia sebagai
pengawet. Salah satu bahan kimia yang dilarang penggunaanya adalah
formalin. Penelitian mengatakan apabila formalin masuk melalui saluran
pencernaan akan menyebabkan nyeri hebat disertai inflamasi, ulserasi dan
nekronis membran mukosa lambung (Sudjarwo et al., 2013)
Formalin mudah bereaksi dengan protein karena formalin akan
mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga kedalam tahu.
Setelah matinya protein karena terikat unsur kimia dari formalin menyebabkan
tahu menjadi kenyal dan tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam sehingga tahu yang berformalin akan awet dan
tahan lama (Ariani et al., 2016).
Dalam pengolahan tahu biasanya produsen menggunakan formalin
sebagai pengawet agar produksinya dapat bertahan lama dan dapat disimpan
jika tidak habis terjual oleh para pedagang tahu di pasaran. Tahu yang
berformalin mempunyai ciri-ciri antara lain tekstur kenyal, tidak padat tetapi
tidak mudah hancur; awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15
hari dalam lemari es; dan aroma menyengat bau formalin (kadar 0,5-1,0 ppm)
(Artikel Kesehatan, 2016).
Formaldehid atau formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya
bagi kesehatan manusia. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsinya tidak
langsung terlihat tetapi akan terasa bertahun-tahun kedepan setelah kadar
formaldehid pada tubuh terakumulasi. Dosis Fatal formaldehid adalah 60 – 90
mL (Dreisbach, 1982). Ambang batas kadar Formaldehid yang dapat ditolerir
oleh tubuh adalah 0,2 miligram per kilogram berat badan. (Anonim, 2006 ;
Dir. Jen. POM., 2003 ).
Kurangnya pengetahuan produsen tahu tentang dampak buruk yang
dapat ditimbulkan dari penggunaan formalin untuk jangka waktu yang lama
maka masih banyak produsen tahu yang menggunakan formalin dalam proses
pengolahan produksinya. Hal ini tentu saja dapat merugikan masyarakat
terutama konsumen tahu. Salah satu upaya untuk meminimalisir masuknya
formalin ke dalam tubuh sebaiknya masyarakat mulai selektif dalam memilah
makanan yang akan dikonsumsi, terutama yang diisukan kerap menggunakan
bahan formalin seperti tahu (N.N., 2016).
Ada 3 dasar hukum yang melarang penggunaan formaldehid. Pertama,
UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Kedua, formaldehid merupakan bahan tambahan pangan (BTP)
yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri
Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999. Ketiga, Peraturan
Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan. (Depkes RI, BPOM 2003).
B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penggunaan pengawet formalin pada tahu di Pasar


kemuning Kota pontianak?
2. Apakah tahu yang beredar di pasar kemuning mengandung formalin
sebagai bahan tambahan makanan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penggunaan pengawet formalin pada tahu di Pasar
kemuning kota pontianak.

2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui kandungan pengawet formalin pada tahu di pasar
kemuning kota pontianak.
2) Menganalisi dpamak dari mengkonsumsi tahu yang memiliki kadar
formalin.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan penulis khususnya di bidang kesehatan mengenai bahaya
formalin sebagai bahan tambahan pangan.
2. Manfaat bagi institusi
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada
institusi khususnya bagi mahasiswa sebagai salah satu acuan dan
perbandingan
dalam penelitian selanjutnya.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada
masyarakat tentang tahu yang dijual disekitar pasar kemuning kota
pontianak.
E. Keaslian penelitian

No. Tahun Penulis Judul Hasil


1. Mei Nita Rosita UJI FORMALIN Berdasarkan hasil uji
2022 PADA TAHU laboratorium yang sudah
YANG DI dilakukan terhadap 27 sampel
PERDAGANGKAN tahu yang di jual di Pasar
DI CIPUTAT Tradisional Ciputat, Pasar
TANGERANG Tradisional Bukit dan Pasar
SELATAN Tradisional Cimanggis. Tabel
1 menunjukkan bahwa dari 27
sampel tahu yang di uji
terdapat 74,07 % (20 sampel)
positif mengandung formalin
dan 25,93% (7 sampel) negatif
mengandung formalin.
Pengujian kualitatif dengan
kalium permanganat (KMnO4
0,1 N) merupakan pereaksi
spesifik dari formalin
2. 2017 Regina Sasmita ANALISIS dapat diketahui pemeriksaan
Lakuto, Rahayu KANDUNGAN kandungan Formalin pada
H. Akili, FORMALIN PADA Tahu Putih yang dijual di
Woodford B. TAHU PUTIH DI Pasar Bersehati Kota Manado
S Joseph. PASAR Tahun 2017 bahwa Sampel A,
BERSEHATI B, C, D, F, G, H, I, J, K, L, M,
KOTA MANADO N
TAHUN 2017 yang hasilnya positif (+)
mengandung formalin dengan
terjadinya perubahan warna
ungu tua menjadi merah bata
hingga coklat, kemudian
bening dan terdapat Sampel E
yang hasilnya negatif (-) tidak
mengandung formalin dengan
tidak terjadinya perubahan
warna, tetap warna ungu.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Formalin


1. Pengertian formalin
Formaldehid atau yang sering dikenal dengan nama formalin
merupakan larutan yang tidak berwarna, dan berbau tajam. Sebenarnya
formalin bukan bahan tambahan makanan dan termasuk bahan yang tidak
dibolehkan untuk penambahan pada makanan (Wijayanti, 2016). Efek yang
ditimbulkan dari formalin sangat berbahaya bagi kesehatan baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendek yang ditimbulkan seperti
mual, muntah, mengiritasi kulit, sesak napas, dan diare, sedangkan efek jangka
panjang yang ditimbulkan seperti perdarahan di lambung atau usus, kerusakan
hati, ginjal, dan kanker. Efek pemberian formalin melalui oral dosis tinggi
(Sekitar 100-300 mg/kg berat badan) selama 2 bulan melalui air minum hewan
percobaan menunjukkan terhambatnya pertumbuhan berat badan disertai
dengan menurunnya asupan makanan dan minuman, produksi urin menurun,
penyempitan dan penipisan bagian depan lambung (WHO, 1989 dalam
Cahyadi, 2012).
Formalin adalah nama dagang dari larutan Formaldehyd dalam air
dengan kadar 30-40%. Formalin juga dapat diperoleh di pasaran dalam bentuk
yang sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20, dan
10%, dan dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram
(Lakuto, 2017).
2. Sifat Formalin
Formaldehid atau yang sering dikenal dengan nama formalin merupakan
larutan yang tidak berwarna, dan berbau tajam. Sebenarnya formalin bukan
bahan tambahan makanan dan termasuk bahan yang tidak dibolehkan untuk
penambahan pada makanan (Wijayanti, 2016). Efek yang ditimbulkan dari
formalin sangat berbahaya bagi kesehatan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Efek jangka pendek yang ditimbulkan seperti mual, muntah,
mengiritasi kulit, sesak napas, dan diare, sedangkan efek jangka panjang yang
ditimbulkan seperti perdarahan di lambung atau usus, kerusakan hati, ginjal,
dan kanker. Efek pemberian formalin melalui oral dosis tinggi (Sekitar 100-
300 mg/kg berat badan) selama 2 bulan melalui air minum hewan percobaan
menunjukkan terhambatnya pertumbuhan berat badan disertai dengan
menurunnya asupan makanan dan minuman, produksi urin menurun,
penyempitan dan penipisan bagian depan lambung (WHO, 1989 dalam
Cahyadi, 2012).
3. Sifat fisika kimia formaldehida
Rumus Molekul : CH2O Nama

Nama Kimia : Formaldehyde

Nama lain : Formol, Morbicid, Methanal, Formicaldehide,


Methyloxide Oxymethylene, Methylene
aldehyde,Oxomethane, Formoform, Formalith,
Karsan, Methylene glycol, Paraforin,
Polyoxymethylene glycols, Superlysoform,
Tetraoxymethylene, Trioxane.

Massa Molar : 30,03

g/mol Titik leleh : -920C

Titik Didih : -210C

Kelarutan dalam air Rumus Struktur (g/100 ml) : bercampur

sempurna. Rumus struktur :

Dalam udara bebas formalin berada dalam wujud gas, tetapi bisa
larut dalam air biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan
merk dagang formalin atau formol. Umumnya, larutan ini mengandung 10-
15% metanol sebagai stabilisator dan untuk membatasi polimerisasinya.
Meskipun formalin menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya
aldehida, senyawa ini lebih reaktif dari pada aldehida lainnya. Formalin
bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu
larutan
formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak masuk udara
(Sinaga, 2009).
4. Fungsi Formalin

Menurut Rahmawati (2017), kegunaan formalin antara lain:

a. Membunuh organisme, yaitu sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.


b. Digunakan untuk pembersih lantai kapal, gudang dan pakaian.
c. Sebagai bahan dalam pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca
dan bahan peledak.
d. Dalam dunia fotografi, biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas.
e. Sebagai bahan dalam pembuatan produk parfum.
f. Sebagai bahan untuk pembuatan pupuk dalam urea.
g. Sebagai bahan pengawet dalam produk kosmetik dan pengeras kuku.
h. Dalam bidang industri, digunakan sebagai bahan perekat untuk produk
kayu lapis (Playwood), resin maupun tekstil.
i. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi.
j. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ), formalin digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang
rumah tangga, perawatan sepatu, shampo mobil, lilin, dan pembersih
karpet.
k. Dalam dunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat.

5. Bahaya formalin bagi tubuh


Menurut Hasnah (2018), bahaya formalin bagi tubuh antara lain:
a. Bahaya jangka pendek (Akut)
Bahaya yang akan terjadi jika terhirup uap formalin pada jangka
pendek, yaitu: terjadi iritasi, terasa terbakar pada tenggorokan dan hidung,
batuk-batuk, gangguan saraf, kerusakan jaringan dan luka pada saluran
pernafasan seperti, radang paru dan pembengkakan paru, tanda-tanda umum,
bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, jantung berdebar,
mual muntah, pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan
kematian. Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat
mudah terpercik, misalnya saat menuangkan formalin jika mengenai kulit,
maka pada
kulit akan mengalami perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi
merah, mengeras dan mati rasa. Jika formalin terkena mata maka dapat
menimbulkan iritasi mata, mata menjadi merah, sakit gatal, penglihatan kabur
dan mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi dapat merusak lensa mata.
Keadaan yang sangat mengkhawatirkan apabila tertelan larutan formalin maka
akan menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak
sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pancreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.
b. Bahaya jangka panjang (kronis)
Jika terjadi pemaparan formalin pada jangka panjang secara terus menerus
akan terjadi radang selaput lendir hidung, batuk-batuk serta gangguan
pernafasan, sensitasi paru, kanker pada hidung, tenggorokan, mulut, paru dan
otok, luka pada ginjal, gangguan haid dan kemandulan pada wanita, efek
neuropsikosis, sakit kepala, gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, mual, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Hal ini
terjadi pada saat uap formalin secara terus menerus dalam waktu yang relatif
lama.

B. Tinjauan Tentang Tahu


1. Definisi Tahu
Tahu adalah makanan yang berbahan dasar kacang kedelai putih yang
digiling halus, direbus, dipisahkan antara ampas dan filtrat, kemudian diberi
tambahan asam cuka. Tahu merupakan salah satu makanan sumber protein
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kandungan protein nabati yang
tinggi pada tahu dianggap dapat menggantikan protein hewani. Tahu
mempunyai kandungan protein tinggi, dalam 100 gram tahu mengandung 7,8
gram protein, 68 gram kalori, karbohidrat 1,6 gram, lemak 4,6 gram, besi 0,8
mg, kalsium 124 gram, vitamin B 0,06 mg dan fosfor 63 mg (Sikanna, 2016).
Tahu berasal dari Cina, dan metode pembuatan tahu pertama kali
ditemukan pada tahun 164 SM oleh Liu An yang merupakan seorang filsuf,
guru,
ahli hukum dan ahli politik yang mempelajari kimia dan meditasi dalam
agama Tao. Liu An memperkenalkan tahu pada teman- temannya yaitu para
pendeta yang tidak mengkonsumsi daging. Pada masa itu kedelai termasuk
salah satu bahan makanan utama orang-orang kuil (pendeta). Pendeta yang
memperkenalkannya sambil menyebarkan agama Budha, tahu tersebar
keseluruh dunia (Susanti, 2010).

C. Ciri-ciri Tahu Yang Mengandung Formalin


Tahu yang mengandung formalin memiliki ciri yang dapat dibedakan,
yaitu bila semakin tinggi kandungan formalin, maka akan tercium bau obat
yang semakin menyengat; sedangkan tahu yang tidak berformalin akan
tercium bau protein kedelai yang khas. Tahu yang berformalin memilki tekstur
yang baik dan tidak mudah hancur serta memiliki sifat membal (jika ditekan
terasa sangat kenyal), tahu yang berformalin juga akan tahan lama, sedangkan
tahu yang tidak berformalin hanya dapat bertahan satu sampai dua hari
(Susanti, 2010).
Karena tahu mudah mengalami kerusakan, maka beberapa produsen
menggunakan formalin sebagai pengawet tahu. Adapun ciri-ciri tahu yang
mengandung formalin terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Ciri tahu yang
mengandung formalin dan yang tidak mengandung formalin (BPOM, 2006).

D. Hipotesis Penelitian
Diduga adanya kandungan formalin dalam tahu yang dijual di pasar
Kemuning Kota pontianak.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran
Tahu merupakan salah satu bahan makanan yang terbuat dari kacang
kedelai yang mempunyai nilai gizi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral
dalam jumlah yang cukup tinggi. Selain memiliki kelebihan, tahu juga
mempunyai kelemahan, yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah
rusak dan mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa
penyimpanannya, pedagang tahu yang ada di Indonesia menambahkan
formalin sebagai bahan pengawet.
Para pedagang tahu menggunakan formalin sebagai bahan pengawet
karena tahu merupakan salah satu makanan yang memiliki kadar protein yang
sangat tinggi sehingga tahu tersebut tidak tahan lama, cepat hancur, mudah
busuk, dan juga harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu terus
mengalami peningkatan sehingga harga tahu yang dijual dari para industri
tahu ke para pedagang-pedagang di pasaran cukup mahal.

Formalin adalah bahan kimia beracun yang tidak berwarna dengan bau
yang sangat menyengat. Formalin juga digunakan sebagai pembunuh kuman
dan pengawet mayat. Para pedagang biasanya membubuhkan formalin dengan
kadar minimal, sehingga konsumen pada umumnya bingung ketika harus
membedakan tahu yang mengandung formalin dan yang tidak mengandung
formalin karena hanya dibubuhi sedikit formalin, sehingga bau formalin tidak
tercium (Nur’an, 2011).
B. Kerangka Pikir

Survey

Pengambilan
Sampel

Uji Laboratorium

Analisis Kualitatif

Formalin

Hasil

Positif Negatif

C. Definisi operasional dan kriteria objektif


a) Definisi Operasional
Definisi operasional mencakup pengertian-pengertian atau batasan-
batasan yang digunakan untuk mendapatkan data serta memudahkan dalam
menganalisis data yang berhubungan dengan kesimpulan.
1. Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai berbentuk
padatan dan bertekstur lunak.
2. Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan
manusia jika kandungannya dalam tubuh tinggi, bereaksi secara kimia
dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
3. Uji kualitatif formalin adalah suatu proses dalam mengidentifikasi
keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel.
b) Kriteria objektif :
1. Hasil positif (+) mengandung formalin jika terjadi perubahan warna
ungu.
2. Hasil negatif (-) tidak mengandung formalin jika terjadi perubahan
warna kuning keruh.
DAFTAR PUSTAKA

Aghnan. 2016. Bahan Pengawet dan Penyedap dalam Makanan (BORAKS,


FORMALIN, DAN MSG) (https://aghnan354.wordpress.com/ilmu-
pengetahuan /bahan-pengawet-dan-penyedap- dalam-makanan-boraks-
formalin- dan-msg/). Diakses pada 27 April 2016
Ariani, N., Safurti, M., dan Musiam, S. (2016). Analisis Kualitatif Formalin pada
Tahu Mentah yang Dijual di Pasar Kaliando, Teluk Tiram dan Telawang
Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2(1), 60-64.
Artikel Kesehatan. 2016. Penggunaan Formalin dalam Produk Pangan.
(http://www.smallcrab.com/kesehat an/650-penggunaan-formalin- dalam-
produk-pangan). Diakses pada 30 April 2016.
Badan BPOM RI. 2006. Mengenal Formalin dan Bahayanya. Denpasar : Bali
Post, 2006
Dreisbach, dan Robert, H. 1982. Hand Book Of Poisoning. Washington:
University Of Washington. Hal: 200-201
Hasnah, N. 2018. Identifikasi Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Yang Dijual
Dikota Kendari Sulawesi Tenggara, Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Analis
Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari, Kendari
Sikanna, R. 2016. Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang
Dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Palu. Kovalen Jurnal Riset Kimia. 2(2),
85-90.
Sinaga, E. J. 2009. Analisis Kandungan Formalin Pada Ikan Kembung Rebus Di
Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Susanti, S. 2010, Penetapan Kadar Formaldehid Pada Tahu Yang Dijual Di Pasar
Ciputat Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Disertai Kolorometri
Menggunakan Pereaksi Nash, Skripsi, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri, Jakarta
Utami, C. P. 2012. Pemanfaatan Iles-iles (Amorphopallus oncophylus) sebagai
Bahan Pengenyal pada Pembuatan Tahu. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, 1 (1), 79-85.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jtki/article/view/368
Rahmawati. 2017. Identifikasi Formalin Pada Tahu Yang Dijual Di Pasar Kota
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara, Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Analis
Kesehatan, Polliteknik Kesehatan Kendari, Kendari.

Anda mungkin juga menyukai