Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.

2 68
IDENTIFIKASI BORAKS DAN FORMALIN PADA JAJANAN ANAK SD
MALAKA JAYA JAKARTA
Apriani1, Intan Diah Ferna2

1. Apriani: Program Studi D-III Analis Kesehatan, STIKes Kesetiakawanan Sosial Indonesia. Jln Bojong
Raya No.58, Kel. Rawabuaya, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat 11740
E-mail: apriani@stikeskesosi.ac.id

Abstrak

Boraks dan Formalin sering disalahgunakan oleh produsen nakal sebagai tambahan pengawet pada makanan jajanan
seperti bakso, lontong, kerupuk dan makanan lainnya. Sebagian besar pedagang jajanan di SDN Malaka Jaya membeli
bahan baku di lokasi (pasar) yang sebelumnya diketahui pernah ditemukan bahan tambahan boraks dan formalin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan senyawa boraks dan formalin pada makanan yang dijual oleh
pedagang jajanan anak di SD Malaka Jaya. Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan metode uji nyala api dan
perubahan warna. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 14 jenis
jajanan anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua sampel jajanan yang diuji dengan uji nyala api
menghasilkan reaksi warna api bewarna biru/merah dan pada uji perubahan warna tidak menghasilkan larutan bewarna
bening. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa penjual makanan/jajanan di SD Malaka Jaya tidak menambahkan
borak dan formalin pada dagangannya.

Kata kunci : Boraks, Formalin, Jajanan anak SD, Uji Nyala Api, Uji Perubahan Warna.

Pendahuluan tambahan makanan, bahwa Natrium


Tetraborate yang lebih dikenal bahan
Jajanan sekolah adalah makanan dan tambahan yang dilarang digunakan dalam
minuman yang disiapkan dan dijual oleh makanan, tetapi pada kenyataannya masih
pedagang kaki lima di area sekitar sekolah banyak bentuk penyalahgunaan dari zat
maupun di pinggiran jalan tempat keramaian tersebut (Tubagus, 2013).
umum sekitar sekolah. Jajanan jenis tersebut Formalin dalam makanan dapat
biasanya langsung dimakan atau konsumsi menyebabkan iritasi pada membran mukosa
tanpa pengolahan dan persiapan lebih lanjut. dan bersifat karsinogenik (Wakefield, 2014),
Istilah makanan jajanan tidak lepas dari istilah sementara konsumsi boraks secara terus
junk food, fast food, dan street food (Aprilia, menerus dapat mengganggu gerak pencernaan
2011). Jajanan yang biasanya dijual dikaki usus, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan
lima, pinggiran jalan, stasiun, pasar, tempat kekacauan mental (Saparinto, 2006).
pemukiman, dan lokasi yang sejenis Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak
dinamakan dengan street food. (Winarno, secara langsung dapat berdampak buruk,
1997). dampaknya akan terakumulasi (tertimbun)
Hasil pengawasan BPOM tahun 2008-2010 sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan
terhadap sampel pangan jajanan sekolah testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
menunjukkan bahwa 40-44% jajanan anak pencernaan namun juga dapat diserap melalui
tidak memenuhi syarat. Hal tersebut kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam
disebabkan karena adanya penyalahgunaan jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air
bahan berbahaya serta cemaran mikroba dan kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui
bahan tambahan pangan yang melebihi batas. keringat. Boraks bukan hanya mengganggu
Permasalahan ini mengindikasikan kurangnya enzim-enzim metabolisme tetapi juga
pengetahuan, kepedulian, atau kesadaran para mengganggu alat reproduksi pria (Nasution,
pembuat, penjual dan pembeli akan pentingnya 2009).
keamanan pangan (BPOM, 2014). Berdasarkan hasil investigasi dan
Penggunaan boraks dalam bahan pangan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai
sudah diperkuat dengan adanya Permenkes RI Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
No. 235/Menkes/VI/1984 tentang bahan di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 69
memakai formalin sebagai pengawet. Produk bahwa terdapat pedagang makanan yang
pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar menjual jajanan yang diduga mengandung
dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, boraks dan formalin. Hal tersebut menjadi
Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan ketertarikan peneliti untuk menjadikan SD di
aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan wilayah Malaka Jaya sebagai lokasi
ini sebenarnya sudah lama menjadi rahasia pengambilan sampel yang akan diidentifikasi
umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali kandungan boraks dan formalin pada makanan
menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini yang dijajakan oleh pedagang di sekolah
karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih tersebut.
menyadarkan masyarakat bahwa selama ini
terdapat bahaya formalin yang mengancam Metode
kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari (Judarwanto, 2011). Jenis peneltian ini adalah survei deskriptif
Menurut hasil penelitian mengenai sekolah dengan pemeriksaan laboratorium secara
sehat yang dilakukan oleh Pusat kualitatif. Pengujian boraks dilakukan dengan
Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas uji nyala api dan pengujian formalin dilakukan
tahun 2007 pada 640 SD di 20 provinsi yang dengan tes KMnO4. Populasi pada penelitian
diteliti, terdapat sebanyak 40% belum memiliki ini adalah jajanan yang dijual oleh para penjual
kantin. Sementara dari yang telah memiliki jajanan Sekolah Dasar di SDN Malaka Jaya
kantin (60%) sebanyak 84,3% kantinnya belum Jakarta timur.
memenuhi syarat kesehatan (Kemenkes, 2011). Pengujian boraks dilakukan dengan cara
Pada tahun 2011, BPOM juga melakukan menimbang sampel sebanyak 5 gr, lalu dibakar
sampling dan pengujian laboratorium terhadap sampai terbentuk arang, arang yang terbentuk
pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang kemudian digerus hingga lembut, dan
diambil dari 866 sekolah dasar/madrasah serbuknya dimasukkan kedalam cawan
ibtidaiyah yang tersebar di 30 kota di penguap. Dalam cawan penguap ditambahkan
Indonesia. Sampel pangan jajanan yang 10 tetes H2SO4 pekat dan 2 ml metanol. Uap
diambil sebanyak 4.808 sampel, dan 1.705 yang terjadi dibakar, dan diamati reaksi warna
(35,46%) sampel di antaranya tidak memenuhi api yang terbentuk. Jika pada pengujian nyali
persyaratan (TMS) keamanan dan atau mutu api muncul reaksi warna hijau, maka sampel
pangan. Dari hasil pengujian terhadap positif mengandung boraks (Roth 1988).
parameter uji bahan tambahan pangan yang Pengujian formalin dilakukan dengan
dilarang, yaitu boraks dan formalin yang menimbang 10 gr sampel, lalu dihaluskan,
dilakukan terhadap 3.206 sampel produk PJAS ditambahkan 20 mL akuades, lalu diaduk dan
yang terdiri dari mie basah, bakso, kudapan disaring. Sebanyak 5 mL hasil penyaringan
dan makanan ringan, diketahui bahwa 94 dimasukkan kedalam tabung reaksi.
(2,93%) sampel mengandung boraks dan 43 Selanjutnya ditambahkan 5 tetes larutan
(1,34%) sampel mengandung formalin KMnO4 0,1 N dan dioyang-goyangkan.
(BPOM, 2012). Selanjutnya diamati perubahan warna yang
Kepala seksi ketahanan pangan suku dinas terjadi. Sampel positif formalin menunjukkan
kelautan pertanian dan ketahanan pangan adanya perubahan warna ungu menjadi tak
(KPKP) Jakarta Timur Siti Halimah Telah bewarna (bening).
Melakukan pengawasan pangan dan razia di
Pasar Klender SS, Pasar Cakung, Pasar Ujung Hasil
Menteng Pasar Pulogadung, dan Pasar Enjo
pada tahun 2016 bulan September. Dari razia Hasil pengujian terhadap 14 sampel
tersebut, petugas menemukan mie kuning jajanan di SD Malaka untuk mendeteksi
berformalin dan kue, kerupuk, serta jajanan kandungan boraks dan formalin diperoleh hasil
lainnya yang mengandung boraks. bahwa semua sampel menunjukkan hasil
Wilayah Malaka Jaya memiliki 7 sekolah negatif (-) untuk uji nyala api dan uji
dasar yaitu SDN Malaka Jaya 01, 04, 05, 06, perubahan warna dengan 3x penggulangan
08, 09, dan 010. Hasil survei menunjukkan (Tabel 1).
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 70
Tabel 1 Hasil uji kualitatif Boraks dan formalin metode uji nyala api dapat memberikan hasil
pada sampel Jajanan Anak SD Malaka Jaya. positif dan negatif. Dan hasil negatif diperoleh
Hasil Uji Boraks apabila nyala api yang muncul pada uji nyala
No Asal SD Sampel dan formalin menunjukkan warna Merah/Biru, sedangkan
U-1 U-2 U-3
hasil positif akan ditunjukkan dengan warna
Makaroni (1) (-) (-) (-)
1 SDN 01
Bakso (2) (-) (-) (-)
Hijau (BPOM, 2007). Pada penelitian ini
Cimin (3) (-) (-) (-) semua sampel yang diuji menunjukkan hasil
2 SDN 04 yang Negatif. Begitupun pada pemeriksaan uji
Batagor (4) (-) (-) (-)
3 SDN 05
Cireng (5) (-) (-) (-) kandungan formalin, semua tidak ada yang
Cimol (6) (-) (-) (-) mengalami perubahan warna menjadi bening.
Cakwe (7) (-) (-) (-) Sehingga kesimpulanya untuk uji formalin
4 SDN 06 & 09
Siomay (8) (-) (-) (-)
adalah semua sampel negatif (-). Hasil negatif
Cimin (9) (-) (-) (-)
5 SDN 08 Siomay (10) (-) (-) (-) ini adalah indikasi tidak terjadadinya reaksi
Batagor (11) (-) (-) (-) kimia antara KmnO4 dengan formaldehid yang
Bagator (12) (-) (-) (-) terkandung dalam formalin. Fessenden &
6 SDN 10 Bakso (13) (-) (-) (-) Fessenden (1997) menyatakan semua adehid
Cimin (14) (-) (-) (-) dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat
Keterangan: dengan pereaksi KmnO4. Jika warna segera
(-) = negatif memudar/hilang berarti bahan makanan
U-1, U-2, U-3 = ulangan 1,2,3 mengandung aldehid yang bersifat mereduksi
kalium permanganat.
Dari sebanyak 14 sampel jajanan SD yang
Natrium Tetraborat atau boraks menurut
diidentifikasi kandungan boraks dan formalin,
(BPOM 2008) sendiri, sama sekali dilarang
semua menunjukkan hasil yang negatif (-).
penggunaan nya dalam makanan ataupun
Hasil Positif pada uji nyala api untuk
minuman. Penggunaan boraks dalam dosis
mendeteksi kandungan boraks dicirikan
yang rendah tidak akan menyebabkan
dengan nyala api yang bewarna Hijau ketika
kerusakan namun akan terakumulasi di otak,
proses pembakaran sampel, sedangkan untuk
hati, lemak, dan ginjal (Anonim, 2006). Jika
hasil negatif akan ditunjukkan dengan warna
terakumalasi terus menerus akan menyebabkan
nyala api Biru/ Merah. Uji perubahan warna
mal fungsi dari organ – organ tersebut
pada pemeriksaan kandungan formalin Jika
sehingga membahayakan tubuh. Pengunaan
warna campuran mengalami perubahan dari
boraks dalam dosis yang banyak
ungu menjadi bening maka bahan mengandung
mengakibatkan penurunan nafsu makan,
formalin. Dalam penelitian ini semua sampel
ganguan pencernaan, deman, anuria. Dan
yang diperiksa menunjukkan hasil yang negatif
dalam jangka panjang akan menyebabkan
(-), artinya tidak ada yang mengandung
radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi,
formalin.
slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen.
Banyaknya pedagang yang sudah menyadari
Pembahasan akan bahaya Boraks dan juga Pemerintah yang
sudah melarang penggunaan boraks dan
Penelitian dilakukan karena boraks dan
bilamana masih ada pedagang yang
formalin sering disalah gunakan sebagai bahan
menggunakan boraks akan ditindak lanjuti
tambahan pangan, boraks tidak diizinkan
dengan pidana 12 tahun Penjara (Widyaningsih
penggunaannya dalam makanan yang
& Murtini, 2006) sehingga pedagang pun
disesuaikan dengan PermenkesRI
menggunakan keragenan sebagai pengganti
No.1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan
boraks.
pangan. Analisis yang dilakukan pada
Berdasarkan penelitian (Dody, 2003),
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan boraks pada makanan dapat
adanya kandungan boraks dan formalin dalam
digantikan dengan bahan pengawet alami
makanan secara kualitatif. Dalam hal ini,
makanan yang dapat menjadi alternatif
sampel dilakukan pada jajanan anak SD di
pengganti boraks, salah satunya adalah
SDN Malaka Jaya.
karagenan. Karagenan merupakan bahan
Pada pemeriksaan senyawa boraks dengan
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1 No.2 71
pengenyal yang terbuat dari rumput laut BPOM RI. (2012) Laporan Tahunan 2012.
(Euchena sp) dan aman dikonsumsi manusia. Jakarta:
Bentuknya seperti tepung agar – agar dan BPOM. (2007). Informasi Penanganan Bahan
sudah banyak beredar dipasar. Oleh sebab itu berbahaya : Boraks (Borax). Direktorat
berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Dody. (2003). Penggunaan boraks pada
No.722/Menkes/Per/IX/88 dilarang makanan dengan bahan pengawet alami
menggunakan boraks sebagai bahan campuran karagenan; Bandung.
dan pengawet makanan. Fessenden & Fessenden. (1997). Kimia
Pada hasil pemeriksaan yang menandakan Organik. Jakarta : Erlangga
negatif senyawa boraks dan formalin pada Judarwanto, Widodo. (2011). Pengaruh
jajanan anak SD dapat memberikan dampak Formalin Bagi Sistem Tubuh. Rumah
yang positif terhadap masyarakat, sekolah, Sakit Bunda Jakarta. Diperoleh dari
maupun anak anak SD. Positifnya pada http://puterakembara.org/archives8/0000
masyarakat, memberikan informasi bahwa 0066.shtml.
jajanan anak SD yang dijual oleh pedagang di Kemenkes RI. (2011). Pedoman keamanan
SDN Malaka Jaya Pagi Jakarta Timur tidak pangan di sekolah dasar. Jakarta:
mengandung senyawa boraks dan formalin dan Kemenkes RI.
masyarakat pun dapat mengkonsumsi jajanan Nasution, A. (2009). Analisa Kandungan
anak SD tanpa khawatir adanya bahan Boraks pada Lontong di Kelurahan
campuran pengawet boraks pada jajanan Padang Bulan Kota Makassar Tahun
tersebut. 2009 [Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Kesimpulan Roth, H. J. (1988). Analisis Farmasi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Seluruh jajanan SD yang dijual disekitar Saparinto, C dan Hidayati, D. (2006). Bahan
SDN Malaka Jaya Jakarta negatif mengandung tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.
senyawa tambahan boraks dan formalin. Tubagus, I, Gayatri, C, Fatimawali. Identifikasi
dan Penetapan Kadar Boraks Dalam
Referensi Bakso Jajanan di Kota Manado. (2013).
Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(4):142-148.
Anonim. (2006). Waspadai Makanan yang Wakefield J. (2014). Formaldehyde,
Mengandung BTP Berbahaya di Sekitar toxicological overview Diperoleh dari
Kita. Jurnal Chemica Vol 11 Nomor 1 http://www.hpa.org.uk/webc/ hpawebfi
le/hpaweb_c/1219908739327
Juni 2010, 57 – 64. Diperoleh dari
Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murtini. (2006).
http://www.Disperindag-jabar.go.id. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Aprilia, B.A. (2011). Faktor Yang Produk Pangan. Trubus Agirasana,
Berhubungan Dengan Pemilihan Surabaya.
Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah
Dasar [Skripsi]. Semarang: Universitas
Diponegoro.
BPOM Republik Indonesia, (2008). Kamanan
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Serta Upaya Penanggulangannya. Info
POM Vol. 9, No. 6, November 2008.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
BPOM RI. (2014) Laporan Tahunan 2014.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai