Anda di halaman 1dari 8

PENGUJIAN MULTITEST FORMALIN, RHODAMIN-B, METHANYL

YELLOW DAN BORAX PADA MAKANAN


Kelompok 4

Gina Restiara (2017340076), M Taqiyyudin (2016340078),


Nurnidhaini Marsida (2016340099)

ABSTRAK

Kasus cemaran kimia yang masih sering ditemui adalah adanya kandungan bahan-
bahan berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil dalam makanan. Bahan-
bahan tersebut tidak seharusnya terdapat dalam makanan karena dapat membahayakan
kesehatan, namun dengan alasan untuk menekan biaya produksi dan memperpanjang
masa simpan, banyak produsen yang masih menggunakan bahan-bahan tersebut. Jenis
makanan yang seringkali mengandung bahan berbahaya tersebut salah satunya adalah
golongan makanan jajanan. Makanan jajanan yang diambil adalah jenis makanan yang
diduga mengandung bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin, methanyl yellow
dan rhodamin-B. Pengujian ada atau tidaknya kandungan bahan kimia berbahaya dalam
sampel makanan jajanan secara kualitatif dilakukan di Laboratorium Universitas Sahid
Jakarta. Pengujian dilakukan dengan bantuan test-kit. Hasil yang didapat yaitu pada
sampel mie kuning positif mengandung formalin.
Kata kunci : makanan, formalin, boraks, pewarna
ABSTRACT
Cases of chemical contamination that are still frequently found are the presence
of hazardous substances such as formaldehyde, borax, and textile dyes in food. These
ingredients should not be found in food because they can endanger health, but with the
reason to reduce production costs and extend the shelf life, many producers still use these
materials. One type of food that often contains hazardous ingredients is one of the snacks.
Snack food taken is a type of food that is thought to contain dangerous chemicals such as
borax, formalin, methanyl yellow and rhodamin-B. Testing the presence or absence of
hazardous chemicals in qualitative food samples was conducted at the University of Sahid
Laboratory in Jakarta. Testing is done with the help of a test-kit. The results obtained are
positive yellow noodle samples containing formalin.
Keywords: food, formaldehyde, borax, coloring
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia untuk


mendapatkan nutrisi agar kesehatan tubuh manusia tetap terjaga, karena mengandung
senyawa-senyawa yang diperlukan oleh tubuh. Fungsi makanan diantaranya untuk
pertumbuhan, sebagai sumber energi dalam tubuh, memelihara dan memperbaiki jaringan
tubuh yang telah rusak, serta mengatur proses di dalam tubuh. Senyawa utama yang
terdapat dalam bahan makanan adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral
(Saraswati, 2012).
Bahan makanan yang dikonsumsi sangat mempengaruhi tingkat kesehatan dan
kecerdasan seseorang. Sehingga makanan haruslah sehat, aman serta yang mengandung
gizi lengkap. Bahan makanan dikatakan aman apabila tidak mengandung komponen fisik,
kimia dan mikrobiologi yang berbahaya. Pasal 1 ayat 4 Undang-undang RI No. 7 tahun
1996 tentang Pangan menyatakan keamanan pangan sebagai kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
BPOM (2006) menyatakan bahwa walaupun tidak bisa dipastikan berapa persen dari
masyarakat Indonesia yang mengerti dan sadar tentang keamanan pangan, jumlah yang
tidak mengerti lebih banyak. Rinto et al. (2009) menerangkan bahwa secara fisik pangan
yang aman adalah bahan pangan yang bersih dari bahan-bahan yang tidak dapat dicerna
oleh tubuh yaitu plastik, logam dan bahan bahan-bahan lainnya yang mengganggu
pencernaan manusia, secara kimiawi dapat berasal dari zat-zat berbahaya yang tidak
boleh digunakan dalam bahan pangan seperti formalin, boraks, insektisida serta bahan
tambahan makanan yang sangat dibatasi penggunaannya.
Pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit (food borne diseases) yaitu
gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan atau
senyawa beracun dan atau organisme patogen, bahan yang tidak dapat dicerna seperti
plastik, logam maupun bahan yang dapat mengganggu pencernaan manusia. Pengawet
yang lagi ramai dibicarakan di kalangan masyarakat adalah penggunaan formalin sebagai
pengawet bahan makanan (Elmatris 2008)
Kasus cemaran kimia yang masih sering ditemui adalah adanya kandungan bahan-
bahan berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil dalam makanan. Bahan-
bahan tersebut tidak seharusnya terdapat dalam makanan karena dapat membahayakan
kesehatan, namun dengan alasan untuk menekan biaya produksi dan memperpanjang
masa simpan, banyak produsen yang masih menggunakan bahan-bahan tersebut. Jenis
makanan yang seringkali mengandung bahan berbahaya tersebut salah satunya adalah
golongan makanan jajanan.
Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu sampel makanan yang diambil
secara acak pada tukang jajanan apakah mengguanakan senyawa berbahaya seperti
formalin, boraks, methanyl yellow dan rhodamin b.

ALAT DAN METODE

Alat
Praktikum dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan Universitas Sahid,
pada tanggal 21 Desember 2019. Dilakukan pengenalan alat-alat yang ada digunakan
yaitu tabung reaksi, beaker glass, hot plate, lumpang dan alu, spatel
Metode
Prosedur pengenceran sampel :
 Masukan 25 gram sampel yang akan diuji dalam volume 50 ml aquadest atau air
panas, lalu cacah dan hancurkan dengan pengaduk sampai larut seutuhnya
(prosedur ini tidak berlaku untuk sampel minuan yang sudah cair)
Uji formalin

1. Lakukan prosedur awal uji formalin, yaitu sebagai berikut :


- Tambahkan 3 tetes reagen 2 pada sampel padatan yang sudah diencerkan
sesuai prosedur diatas
- Jika sampel berupa cairan, tambahkan 3 tetes reagen 2 dalam volume 50
ml sampel cairan.
2. Siapkan tabung reaksi, masukan 1-3 ml sampel serta tambahkan 3 tetes reagen
1, aduk hingga merata
3. Diamkan selama 5-15 menit, perlahan sampel akan berubah menjadi warna
ungu muda seulas sampai ungu tua yang menunjukan formalin positif,jika tidak
terjadi perubahan warna menunjukan formalin negatif

Uji rhodamin-b

1. Lakukan pengenceran sampel sesuai petunjuk diatas


2. Siapkan tabung reaksi, masukkan 1-3 ml sampel serta tamahkan 3 tetes reagen 1,
aduk hingga merata
3. Tambahkan 3 tetes reagen 2 perlahan tetes demi tetes
4. Sampel akan berubah menjadi warna ungu yang menunjukan rhodamin b positif,
jika tidak terjadi perubahan warna menunjukan rhodamin-b negatif

Uji methanyl yellow

1. Lakukan pengenceran sampel sesuai petunjuk diatas


2. Siapkan tabung reaksi, masukan 3-5 ml sampel serta tambahkan 3 tetes reagen 1,
aduk hingga merata
3. Tambahkan 1-3 tetes reagen 2 secara perlahan
4. Sampel akan berubah menjadi warna merah seulas sampai merah tua atau merah
keunguan yang menunjukan methanyl yellow positif. Jika tidak terjadi perubahan
warna menunjukan methyanyl yellow negatif.

Uji boraks

1. Haluskan sampel yang akan diuji (akan lebih baik diblender dengan sedikit air, 4
sendok bahan dengan 1 sendok air)
2. Ambil 3 sendok makan bahan yang akan diuji, masukan kedalam beaker glass
3. Tambahkan 10 tetes reagen cair dan 1 sendok makan air yang mendidih, diaduk
sekitar 1 menit
4. Basahkan kertas kuning kedalam air yang ada didalam gelas dan diamkan sampai
kering dengan sendirinya. Jika kertas berubah menjadi warna merah berarti bahan
yang diuji positif mengandung borax
HASIL DAN PENGAMATAN

Pengujian Sampel Hasil

Positif

Uji formalin Mie kuning

Negatif

Uji rhodamin-b Saos sambal

Negatif

Uji methanyl yellow Mie kuning

Negatif

Uji borax Tahu bakso


Berdasarkan tabel diatas telah dilakukannya pengujian pada beberapa sampel
yaitu mie kuning yang diuji formalin dan methanyl yellow, saos sambal yang dilakukan
pengujian rhodamin b dan tahu bakso pada pengujian boraks. Pengujian dilakukan sesuai
dengan prosedur dan didapatkan nya hasil positif mengandung formalin pada mie kuning
dan negatif pada sampel dan pengujian yang.
Mie basah digunakan untuk produk makanan seperti mie Aceh, mie baso, mie soto
bogor, mie goreng, ataupun pada pembuatan makanan camilan. Kadar air mie basah
tergolong tinggi, sehingga daya awetnya rendah. Penyimpanan mi basah pada suhu kamar
selama 40 jam menyebabkan tumbuhnya kapang, dalam pembuatan mie basah diperlukan
bahan pengawet agar mi bisa bertahan lebih lama. Menurut Puspitasari dalam Cahyadi
(2008), mengatakan sejumlah produsen mie basah dan bakso di Bantul, banyak
menggunakan formalin atau boraks. Mie basah juga menjadi sasaran penggunaan BTP
yang berbahaya yaitu makanan yang mengandung formalin dan bahan kimia berbahaya
lainnya.
Pada pengujian kali ini ditemukannya pada sampel mie kuning mengandung
formalin, formaldehid digunakan sebagai obat pembasmi hama untuk membunuh virus,
bakteri, jamur, dan benalu yang efektif dalam konsentrasi tinggi, ganggang, amuba
(binatang bersel satu), dan organism uniseluler lain, relativ sensitif terhadap formaldehid
dengan konsentrasi yang mematikan berkisar antar 0,3-22 mg/liter.
Formalin digunakan pada mie supaya lebih bertahan dari basi hingga 24 jam
sehingga tidak mudah rusak, seharusnya produsen mie bisa mengambil bahan lain sebagai
pengawet yang sehat untuk menjaga agar mie tidak mudah rusak. Formalin tidak boleh
digunakan karna sangat berbahaya, menurut syukur (2006) dalam Kasma (2011),
pengaruh formalin terhadap kesehatan antara lain jika terhirup rasa terbakar pada hidung
dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.akan
terjadi mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung,
kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan
kematian. NIOSH menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20
ppm. Sedangkan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS), formaldehida dicurigai
bersifat kanker (Hasyim 2006)
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat mengkonsumsi bahan-bahan kimia
berbahaya tersebut sangat merugikan. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat
mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan
mental. Konsumsi formalin secara kronis dapat mengakibatkan iritasi pada membran
mukosa dan bersifat karsinogenik. Penggunaan rhodamin-B secara terus menerus dapat
menimbulkan kerusakan hati, dan bahkan kanker hati.
Zat pewarna sintesik Rhodamin B dan Methanyl Yellow masih sering
ditambahkan pada jajanan agar membuat warna jajanan lebih mencolok dan anak-anak
tertarik untuk mengkonsumsinya. Padahal kenyataannya kedua zat ini merupakan zat
warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan karena
bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
kanker. Bahan pewarna sintetis yang dilarang di Indonesia yang didasarkan pada
Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan pewarna, tidak diizinkan
menggunakan zat warna Methanyl Yellow karena pewarna ini hanya digunakan untuk
pewarna industri tekstil (kain), kertas dan cat, tidak boleh digunakan sebagai bahan
tambahan untuk pangan. Methanyl Yellow dengan senyawa azo yang bersifat
karsinogenik dapat menyebabkan timbulnya gangguan saluran pencernaan, serta dalam
jangka waktu lama dapat merusak jaringan hati

KESIMPULAN

Hasil pengujian multitest formalin, rhodamin-b, methanyl yellow dan boraks pada
beberapa sampel menunjukan bahwa sampel mie kuning, sampel positif mengandung
formalin, tetapi pada sampel lain negatif mengandung rhodamin-b, methanyl yellow dan
boraks. Perlu pengawasan lebih lanjut dari pihak yang berwenang kepada para produsen
makanan jajanan, terutama jenis bakso, saos, siomay, mie, jeli, dan yang lainnya yang
paling sering ditemukan mengandung bahan kimia berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Paratmanitya, Y., & Aprilia, V. (2016). Kandungan bahan tambahan pangan berbahaya
pada makanan jajanan anak sekolah dasar di Kabupaten Bantul. Jurnal Gizi dan
Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 4(1), 49-55.

Pertiwi, D., Sirajuddin, S., & Najamuddin, U. (2013). Analisis Kandungan Zat Pewarna
Sintetik Rhodamin B dan Methanyl Yellow Pada Jajanan Anak di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makasar. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makasar, Makasar.

Rahayu, M., & Mahmuda, Y. I. (2016). Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Dan
Methanyl Yellow Pada Kerupuk Yang Dijual Di Pasar Beringharjo Yogyakarta
Tahun 2016. Jurnal Teknologi Laboratorium, 5(2), 55-58.

Yulizar, Y., Wintarsih, I., & Amin, A. A. (2014). Derajat Bahaya Penggunaan Air Abu,
Boraks Dan Formalin Pada Kuliner Mie Aceh Yang Beredar Di Kota X Provinsi
Aceh Terhadap Manusia. Journal of Natural Resources and Environmental
Management, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai