Nama Autor
Triya Elliyatri 11, Ayu Nirmala Sari 22, Farisa Sabilla, Fazri Ardian Syah.
*E-mail: 200703015@student.ar-raniry.ac.id
PENDAHULUAN
Jajanan di ruang lingkup sekitar sekolah secara bebas menjadi masalah yang perlu
diperhatikan oleh banyaknya orang tua dan masyarakat, khususnya orang tua dan guru
karena makanan jajanan ini sangat berisiko terhadap cemaran biologis seperti terjadinya
cacingan sebab adanya bakteri pada makanan yang menjadi jajanan tiap anak sekolah yang
banyak mengganggu Kesehatan. Berdasarkan data pada jajanan anak sekolah, kelompok
siswa Sekolah Dasar (SD) paling sering mengalami keracunan pangan (Armanu.2012)
(Armanu, 2012). Menurut WHO (World Health Organizatiton) keracunan makanan yang
dapat menyebabkan kematian mencapai 2,2 juta orang dan besar terjadi pada anak-anak.
Berdasarkan KLB (Kejadian Luar Biasa) pada tahun 2018 tentang pangan jajanan anak
sekolah di Indonesia menunjukkan bahwa sekolah dasar merupakan kelompok yang rentan
mengalami keracunan makanan. Hal ini didukung dengan hasil survei BPOM (2018) yang
menunjukkan bahwa sebanyak 42 kali (14,4%) kejadian keracunan makanan berasal dari
jajanan, KLB tertinggi pada anak SD sebanyak 34 kejadian.
Data laporan tahunan Badan POM RI 2011 yang melakukan sampling dan pengujian
laboratorium terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang diambil dari 866 Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah yang tersebar di 30 kota di Indonesia menunjukan sebanyak
4.808 sampel pangan jajanan anak sekolah 1.705 (35,46%) sampel diantaranya tidak
memenuhi syarat (TMS) keamanan dan mutu pangan. Babakan Sentral Kota Bandung untuk
mengetahui gambaran pemilihan jajanan pada anak SD dengan jumlah responden
sebanyak 110 siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 42,7% siswa memiliki
pemilihan jajan yang baik dan 57,3% siswa memiliki pemilihan jajan yang tidak baik (Amira &
Setyaningtyas, n.d., 2021)
Beberapa ciri ciri-ciri produk yang mengandung Rhodamin B adalah warnanya yang
cerah mengkilap dan tidak homogen, adanya gumpalan warna pada produk, produk tidak
mencantumkan kode yang menandakan pemakaian pewarnaan sintetis pada makanan
seperti kode E110 yang menandakan pemakaian sintetis yellow, label, merek, informasi
kandungan atau identitas lainnya (Cahyadi, 2012).
Zat pewarna sintesis yang sering ditambahkan adalah Rhodamin B, yaitu merupakan
zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B bersifat
karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka Panjang atau berlebihan dapat
menyebabkan kanker. Penggunaan rhodamin B tentunya berbahaya bagi kesehatan.
menumpukkan rhodamin B dilemak dalam jangka waktu yang lama jumlahnya terus
menerus bertambah di dalam tubuh dan dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh
sampai mengakibatkan kematian (Ridawati, 2013). Selain itu, penelitian yang juga dilakukan
oleh (Amelia,2020)) (Amelia, 2020) menghasilkan bahwa dosis dan lama pemberian
rhodamin Rhodamin B pada mencit memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase
kerusakan glomerulus. Hasil analisis histologis ginjal mencit memperlihatkan adanya tingkat
kerusakan pada komponen penyusun ginjal yang meningkat seiring tingginya dosis dan
lama pemberian. Kerusakan yang ditemukan berupa penyempitan ruang bowman pada
glomerulus, hipertrofi, nekrosis dan serosis tubulus.
Pewarna Rhodamin B dilarang penggunaannya, penyalah gunaannya
penyalahgunaannya dalam makanan banyak dijumpai terutama dalam makanan yang
berwarna merah terang. Tim Jejaring Keamanan Pangan Terpadu (JKPT) Kabupaten
Purbalingga menemukan makanan ringan yang mengandung Rhodamin B atau pewarna
tekstil yang berbahaya apabila dikonsumsi. Makanan yang positif mengandung Rhodamin B
ini yakni snack pilus dan arumanis yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak. Kasi
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Alkes) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga,
Sugeng Santoso salah satu anggota Tim JKPT mengatakan, setelah melakukan uji pada
beberapa sample makanan, ternyata ditemukan dua makanan ringan yang memang positif
mengandung Rhodamin B. Padahal, Rhodamin B ini merupakan pewarna tekstil yang
berbahaya untuk dikonsumsi dalam jangka Panjang. (Alkes, 2017).
METODE
Metode penelitian ini melakukan observasi pada jajanan yang dicurigai mengandung
Rhodamin B dan dilanjutkan dengan melakukan analisis sampel di laboratorium secara
kualitatif.
Sampel penelitian ini berasal dari jajanan yang dipasarkan di lingkungan Sekolah
Dasar Negeri 56 Banda Aceh dan juga pada lingkaran Kampus UIN Ar-Raniry. Pengujian
dan analisis kandungan bahan rhodamine B dilakukan di Laboratorium Multifungsi UIN – Ar-
Raniry Banda Aceh.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan 5 Juni 2023 sampai dengan 7 Juni 2023.
Sampel Penelitian Sampel yang dipilih dan diambil untuk dianalisa adalah beberapa jajanan
yang dijual di kedai dekat perkarangan sekolah-sekolah yang diindikasikan mengandung zat
pewarna sintetis Rhodamin B.
Prosedur Penelitian
Kerupuk Balado
Orange Orange Neg (-)