Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia. dalam kehidupan sehari-


hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan dasar , makanan
tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan
aman dikonsumsi karena makanan yang tidak aman dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bahkan keracunan (Moehji, 1992).
Aneka produk makanan dan minuman yang berwarna-warni tampil
semakin menarik. Warna-warni pewarna membuat aneka produk makanan
mampu mengundang selera. Meski begitu, konsumen harus berhati-hati.
Pasalnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kerap menemukan
produk makanan yang menggunakan pewarna tekstil.
Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri dari
pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis
terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atau
allura red untuk warna merah.
Kadang-kadang pengusaha yang nakal menggunakan pewarna bukan
makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan. Demi
mengeruk keuntungan, mereka menggunakan pewarna tekstil untuk makanan.
Ada yang menggunakan Rhodamin B pewarna tekstil untuk mewarnai terasi,
kerupuk dan minuman sirup. Padahal, penggunaan pewarna jenis itu dilarang
keras, karena bisa menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lainnya.
Pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) pun harus
dibatasi penggunaannya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang
masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan efek.
Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang telah melarang
penggunaan pewarna sintetis seperti pewarna tartrazine.Mereka lebih

1
merekomendasikan pewarna alami, seperti beta karoten. Meski begitu,
pewarna sintetis masih sangat diminati oleh para produsen makanan.
Alasannya, harga pewarna sintetis jauh lebih murah dibandingkan dengan
pewarna alami. Selain itu, pewarna sintetis memiliki tingkat stabilitas yang
lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun sudah mengalami proses
pengolahan dan pemanasan.
Berbeda dengan pewarna sintetis, pewarna alami malah mudah mengalami
pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Sebenarnya, pewarna alami tidak
bebas dari masalah. Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), dari segi kehalalan,
pewarna alami justru memiliki titik kritis yang lebih tinggi. Lantaran pewarna
natural tidak stabil selama penyimpanan, maka untuk mempertahankan warna
agar tetap cerah, sering digunakan bahan pelapis untuk melindunginya dari
pengaruh suhu, cahaya, dan kondisi lingkungan.
Bahan pewarna yang memberikan warna merah diekstrak dari sejenis
tanaman. Supaya pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai
bahan pelapis melalui sistem mikroenkapsulasi. Pewarna ini sering digunakan
pada industri daging dan ikan kaleng. LPPOM MUI menyatakan penggunaan
pewarna sintetis yang tidak proporsional dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Namun penggunaan bahan pewarna alami pun jika tidak dilakukan
secara hati-hati dapat menjurus kepada bahan yang haram atau subhat (tak
jelas kehalalannya).
Meski demikian, pilihan terbaik tentu saja tetap pewarna alami, karena tidak
menimbulkan efek negatif pada tubuh. Perlu diingat kalau penggunaan bahan
tambahan seperti pelapis pada pewarna harus dipilih dari bahan-bahan yang
halal.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan


masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan BTM pada Rhodamin B ?
2. Apa jenis BTM pada Rhodamin B ?
3. bagaiman sifat dari bahan tambahan makanan pada Rhodamin B ?
4. bagaimana mekanisme kerja pada rhodamin B
5. apa tujuan penggunaan bahan tambahan makanan pada Rhodamin B ?
6. bagaimana fungsi dari bahan tambahan makanan pada Rhodamin B ?
7. bagaimana persyaratan bahan tambahan makanan pada Rhodoamin B ?
8. bagaimana sifat-sifat kimia pada Rhodamin B ?
9. bagaiman efek terhadap kesehatan pada Rhodhamin B ?

C. Tujuan makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui pengertian BTM dari Rhodamin B
2. Untuk mengetahui jenis bahan tambahan makanan pada Rhodamin B
3. Untuk mengetahui sifat dari bahan tambahan makanan Rhodamin B
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja Rhodamin B
5. Untuk mengetahui tujuan penggunaan bahan tambahan makanan
pada Rhodamin B
6. Untuk mengetahui fungsi dari bahan tambahan makanan pada
Rhodamin B
7. Untuk mengetahui persyaratan bahan tambahan makanan pada
Rhodamin B
8. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia pada Rhodamin B
9. Untuk mengetahui efek terhadap kesehatan pada rhodamin B

3
D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara


teoritis maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan konsep ilmu pengetahuan. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai alat penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep ilmu pengetahuan.
2. Pembaca/guru, sebagai media informasi tentang konsep ilmu pengetahuan
baik secara teoritis maupun secara praktis.

E. Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode


yang digunakan adalah metode deskriftif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang akan dibahas secara jelas dan komprehensif.
Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi
pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literatur yang relevan baik dari buku maupun internet. Data tersebut diolah
dengan teknis analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikannya dalam konsep ilmu pengetahuan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Bahan Tambahan Makanan
Bahan tambahan makanan adalah bahan-bahan yang di gunakan dan
dicampurkan kedalam bahan makanan. Bahan tambahan makanan ini
berfungsi beragam, baik sebagai bahan pengawet, membantu proses
(percepatan), menjaga kualitas dan lain-lain. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988
menyatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan
atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan
menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.

A. JENIS BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa


digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine
dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar
berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup
melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk

5
kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang
berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.

Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C 28H31N2O3Cl dengan berat


molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam
makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan,
sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan
dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam
alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut
digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan
titik leburnya pada suhu 165⁰C.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri,
didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak
hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa
anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika
Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan
arsen ( Subandi ,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua
unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam
makanan.

Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl )


yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif
dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis
zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat
warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan
resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan
rhodamin B.

6
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan
Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara
Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin
yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila
masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk
dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan
menyebabkan toksik dan karsinogen.

Table 1 perbwdaan warna sintesis dan alami

Nomor Pembeda Zat pewarna sintesis Zat Pewarna Alami


1. Warna yang Lebih cerah Lebih pudar
dihasilkan Lebih homogeny Tidak homogen

2. Variasi warna Banyak Sedikit


3. Harga Lebih murah Lebih mahal
4. Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas
5. Kestabilan Stabil Kurang stabil

1. SIFAT DARI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN


Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan
pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang
meningkat (Syah, 2005).
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang

7
ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau
pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980).
Sedangkan menurut Bellitz (1986) bahan tambahan makanan adalah
bahan yang dengan sengaja ditambahkan kedalam bahan makanan dasar atau
campuran bahan dengan tujuan mengubah sifat-sifat dari makanan tersebut.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri
Kesehatan(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan
Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di
Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol,
dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.
Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
pewarna dasar dalam tekstil dankertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk
kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang
berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.Rumus
Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul
sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini
berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah-merahan, sangat larut dalam
air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan danberfluorensi kuat.
Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH,
selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai
pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co,Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada
suhu 165 oC.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan
iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena
kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas
berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu
berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang

8
radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur
Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen
adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan
demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan
berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-
senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada
manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar
klorin sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan.
Efek toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup
pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel
yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO).
Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi
klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan
manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan
disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit
yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam
renang pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan
kulit manusia.

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:


1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
4. Baunya tidak alami sesuai makanannya
5. Harganya Murah seperti saus yang cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol.

9
2. MEKANISME KERJA
Menurut Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr. Dudut
Rustyadi, Sp.F., rhodamin B merupakan zat kimia yang digunakan sebagai
bahan dasar pewarna cat maupun tekstil. Apabila tidak sengaja terhirup, zat ini
mampu menyebabkan iritasi di dalam saluran pernapasan.
Jika tidak sengaja termakan, terutama dalam konsentrasi tinggi,
rhodamin B bisa menyebabkan kematian. Dalam perkembangannya, rhodamin
B saat ini tidak hanya digunakan sebagai bahan pewarna untuk cat dan tekstil
tetapi sering juga ditemukan pada kosmetik dan makanan. Salah satunya
adalah penemuan BBPOM pada jajanan anak sekolah (JAS). Meski yang
digunakan dalam konsentrasi yang tidak membunuh, namun menurut Dudut,
jika masuk ke dalam tubuh, rhodamin B tetap memberikan efek negatif pada
kesehatan. ''Rhodamin B bersifat karsinogenik. Jika masuk ke dalam tubuh
dalam konsentrasi rendah, zat ini akan menumpuk dan akhirnya bisa merusak
sel hati dan akhirnya menyebabkan kanker.
Rhodamin B merupakan zat kimia yang bersifat lokal dan sistemik jika
masuk ke dalam tubuh. Bersifat lokal maksudnya, zat langsung merusak
jaringan yang dilaluinya, dalam hal ini untuk rhodamin B jika terhirup akan
langsung merusak jaringan pernapasan. Sementara untuk sistemiknya, artinya
zat kimia tersebut sudah punya organ yang ditarget untuk dirusak jika masuk
ke dalam tubuh. Untuk rhodamin B biasanya jika menumpuk di tubuh, akan
mengganggu fungsi kerja organ hati. Awalnya fungsi kerja hati yang
diganggu. Karena bersifat karsinogenik, rhodamin B lama-kelamaan akan
memicu perubahan fungsi sel menjadi sel kanker.
Pada umumnya, bahaya akibat pengonsumsian rhodamin B akan
muncul jika zat warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu
diketahui pula bahwa rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika
tertelan sebanyak 500 mg/kg BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek

10
toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi saluran cerna. Jika hal tersebut
terjadi maka tindakan yang harus dilakukan antara lain segera berkumur,
jangan menginduksi muntah, serta periksa bibir dan mulut jika ada jaringan
yang terkena zat beracun. Jika terjadi muntah, letakan posisi kepala lebih
rendah dari pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran
pernapasan (aspirasi paru). Longgarkan baju, dasi, dan ikat pinggang untuk
melancarkan pernapasan. Jika diperlukan segera bawa pasien ke rumah sakit
atau dokter terdekat.

Pencegahan Keracunan
Hindari penggunaan rhodamin B dalam pangan dan hindari
mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B. Lebih lengkapnya,
untuk mencegah efek jangka panjang dari rhodamin B akibat tertelan secara
tidak sengaja, maka lebih baik dilakukan tindakan pencegahan dalam memilih
pangan, dengan cara:
1. Lebih teliti dalam membeli produk pangan, misalnya dengan menghindari
jajanan yang berwarna terlalu menyolok, terutama jajanan yang dijual di
pinggir jalan.

2. Mengenali kode registrasi produk, misalnya produk pangan sudah terdaftar di


Badan POM atau untuk pangan industri rumah tangga sudah terdaftar di
Dinas Kesehatan setempat.

3. Tidak membeli produk yang tidak mencantumkan informasi kandungannya


pada labelnya.

11
3. TUJUAN PENGGUNAAN
Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri
dari pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis
terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atau
allura red untuk warna merah.
Rhodamin B sering disalah gunakan pada pembuatan kerupuk,
terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis,
sirup, minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin
B antara lain warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna
terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada produk, dan bila
dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit. Biasanya produk pangan yang
mengandung rhodamin B tidak mencantumkan kode, label,
merek, atau identitas lengkap lainnya.
Kadang-kadang pengusaha yang nakal menggunakan pewarna bukan
makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan. Demi
mengeruk keuntungan, mereka menggunakan pewarna tekstil untuk makanan.
Ada yang menggunakan Rhodamin B pewarna tekstil untuk mewarnai terasi,
kerupuk dan minuman sirup. Padahal, penggunaan pewarna jenis itu dilarang
keras, karena bisa menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lainnya.
Pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) pun harus
dibatasi penggunaannya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang
masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan efek.
Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang telah melarang
penggunaan pewarna sintetis seperti pewarna tartrazine.Mereka lebih
merekomendasikan pewarna alami, seperti beta karoten. Meski begitu,
pewarna sintetis masih sangat diminati oleh para produsen makanan.
Alasannya, harga pewarna sintetis jauh lebih murah dibandingkan dengan
pewarna alami. Selain itu, pewarna sintetis memiliki tingkat

12
stabilitas yang lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun sudah
mengalami proses pengolahan dan pemanasan.
Berbeda dengan pewarna sintetis, pewarna alami malah mudah
mengalami pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Sebenarnya, pewarna
alami tidak bebas dari masalah. Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), dari segi
kehalalan, pewarna alami justru memiliki titik kritis yang lebih tinggi.
Lantaran pewarna natural tidak stabil selama penyimpanan, maka untuk
mempertahankan warna agar tetap cerah, sering digunakan bahan pelapis
untuk melindunginya dari pengaruh suhu, cahaya, dan kondisi lingkungan.
Bahan pewarna yang memberikan warna merah diekstrak dari sejenis
tanaman. Supaya pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai
bahan pelapis melalui sistem mikroenkapsulasi. Pewarna ini sering digunakan
pada industri daging dan ikan kaleng. LPPOM MUI menyatakan penggunaan
pewarna sintetis yang tidak proporsional dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Namun penggunaan bahan pewarna alami pun jika tidak dilakukan
secara hati-hati dapat menjurus kepada bahan yang haram atau subhat (tak
jelas kehalalannya).
Meski demikian, pilihan terbaik tentu saja tetap pewarna alami, karena
tidak menimbulkan efek negatif pada tubuh. Perlu diingat kalau penggunaan
bahan tambahan seperti pelapis pada pewarna harus dipilih dari bahan-bahan
yang halal.

BATAS PENGGUNAAN
ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas
penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
Bahan-bahan pengawet tersebut, antara lain sebagai berikut.

13
Batasan penggunaan berdasarkan resiko adalah ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu
batasan yang tidak menimbulkan resiko/bahaya jika dikomsumsi oleh manusia.
Perhitungannya dengan menggunakan perkilo gram bobot badan.

Zat Adiktif Batasan Batasan ADI per kg


PERMENKES RI per Bobot Badan
kg Makanan
BHA 100 mg-1000 mg 0 – 0,3 mg
BHT 100 mg-1000 mg 0 – 0,125 mg
Asam Asetat Secukupnya Tidak ada batasan
Asam Sitrat 5 g – 40 g Tidak ada batasan
Sakarin 50 mg – 300 mg -
Siklamat 500 mg – 3 g -
Aspartam - -
Asam Benzoat 600 mg – 1 g 0,5 mg
Asam Sorbat 500 mg – 3 g 0, 25 mg
Beta karoten 100 mg – 600 mg -
Karamal 150 mg – 300 mg Tidak ada batasan
Tartrazin 30 mg-300 mg 0-7,5 mg
Karmoisin 50 mg-300 mg 0 -4 mg
Eritrosin 30 mg- 300 mg 0-0,6 mg
MSG secukupnya 0-120 mg

4. FUNGSI DARI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN


Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri
dari pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis
terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna kuning atau
allura red untuk warna merah.
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan
dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna
merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna
merah terang pada konsentrasi rendah.
Tanda-tanda Makanan yang Mengandung Rhodamine B adalah sebagai
berikut:

14
 Berwarna merah menyala, bila produk pangan dalam bentuk larutan /
minuman merah berpendar atau berfotoluminesensi.
 Warna tidak pudar akibat pemanasan (akibat digoreng atau direbus).
 Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada
kerupuk, es puter).

5. PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN


Zat pewarna yang digunakan dalam produksi pangan dapat berupa zat
pewarna alami maupun sintetis/buatan. Zat pewarna alami dapat diperoleh
dari pigmen tanaman, misalnya warna hijau yang didapat dari klorofil
dedaunan hijau dan warna oranye-merah yang berasal dari karotenoid wortel.
Sedangkan zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna yang sengaja dibuat
melalui pengolahan industri. Zat pewarna sintetis biasanya digunakan karena
komposisinya lebih stabil, seperti Sunset yellow FCF yang memberi warna
oranye, Carmoisine untuk warna merah, serta Tartrazine untuk warna kuning.
Pada produk pangan yang perlu dihindari adalah penggunaan zat pewarna
yang berlebihan, tidak tepat, dan penggunaan zat pewarna berbahaya yang
tidak diperuntukkan untuk pangan karena dapat memberikan dampak negatif
terhadap kesehatan. Penggunaan zat pewarna baik alami maupun buatan
sebagai bahan tambahan makanan telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai Bahan Tambahan
Makanan. Sedangkan zat warna yang dilarang digunakan dalam pangan
tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
239/MenKes/Per/V/85 mengenai Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan
sebagai Bahan Berbahaya.
Dalam peraturan-peraturan tersebut, pemerintah mengatur bahan
tambahan makanan apa saja yang diperbolehkan dan batas maksimum
penggunaannya. Salah satu pewarna sintetis yang dilarang digunakan sebagai

15
bahan tambahan pangan adalah Rhodamin B. Rhodamin B merupakan
pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu
kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah terang
berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat warna golongan
xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai
pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun. Nama lain
rhodamin B adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B,
Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Penggunaan rhodamin B dalam pangan tentunya berbahaya bagi
kesehatan. Adanya produsen pangan yang masih menggunakan rhodamin B
pada produknya mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak
memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada
kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah. Selain itu, rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan
karena harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis untuk pangan,
warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih
baik daripada pewarna alami.
Rhodamin B sering disalah gunakan pada pembuatan kerupuk, terasi,
cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup,
minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B
antara lain warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna
terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada produk, dan bila
dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit. Biasanya produk pangan yang
mengandung rhodamin B tidak mencantumkan kode, label,
merek, atau identitas lengkap lainnya.

6. SIFAT-SIFAT KIMIA BAHAN TAMBAHAN MAKANAN


Rhodamin B

16
Golongan : Amina, aromatis, hidroksil, polynuclea
Sinonim / Nama Dagang
Acid Brilliant Pink B, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine BH, Aizen
Rhodamine BHC, Akiriku Rhodamine B, Brilliant Pink B, Calcozine Red BX,
Calcozine Rhodamine BL, Calcozine Rhodamine BX, Calcozine Rhodamine
BXP, [9-(ortho-Carboxyphenyl)-6-, Cerise Toner X1127, Certiqual
Rhodamine, Cogilor Red 321.10, Cosmetic Brilliant Pink, Edicol Supra Rose
B, Edicol Supra Rose BS, Elcozine Rhodamine B, Eriosin Rhodamine B, 3-
Ethochloride of 9-ortho-carboxyphenyl-6-diethylamino-3-ethylimino-3-
isoxanthene, FD and C Red No. 19, Geranium Lake N, Hexacol Rhodamine B
Extra, Ikada Rhodamine B, Iragen Red L-U, Mitsui Rhodamine BX, 11411
Red
Nomor Identifikasi
Nomor CAS : 81-88-9
Nomor EC (EINECS) : 201-383-9
RTECS : BP3675000
HS Code : 32041300
Sifat Fisika Kimia
Nama bahan : Rhodamin B

Deskripsi
Bentuk padat, kristal atau serbuk berwarna hijau kemerahan-ungu, tidak
berbau. Rumus molekul C28H31ClN2O3. Berat molekul 479,01; Titik lebur
329 F (165oC); Sangat mudah larut dalam air; Larut dalam alkohol dan ether;
Sukar larut dalam Larutah HCl dan NaOH

Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya

17
Peringkat NFPA (Skala 0-4) :
Kesehatan 2 = Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 1 = Dapat terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
Klasifikasi EC:
F = Sangat mudah menyala
Xi = Iritan
Xn = Berbahaya
R22 = Berbahaya jika tertelan.
R41 = Resiko kerusakan serius pada mata
R40 = Kemungkinan risiko efek ireversibel
S36 = Mengiritasi mata
S11 = Sangat mudah terbakar
S40 = Bukti terbatas dalam efek karsinogenik
R20/21/22 = Berbahaya jika terhirup, kontak dengan kulit dan jika
tertelan.

Penggunaan
Sebagai bahan pencelup/pewarna terutama untuk kertas; Merupakan suatu
reagen untuk antimoni, bismuth, kobalt, niobium, emas, mangaan, merkuri,
molibdenum, tantalum, thallium, tungsten, noda biologi.

7. EFEK TERHADAP KESEHATAN


Penggunaan Rhodamine B dalam produk pangan dilarang karena
bersifat karsinogenik kuat, dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati hingga
kanker hati (Syah et al. 2005). Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B
seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan
kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang

18
seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab
lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut
adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak
stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa
halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang
tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa
yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya
akan memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar
klorin sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan.
Efek toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup
pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel
yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO).
Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi
klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan
manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan
disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit
yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam
renang pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan
kulit manusia.
Bahaya jangka pendek diantaranya adalah mual, muntah, sakit perut,
dan tekanan darah rendah. Sedangkan bahaya jangka panjangnya adalah
kanker.
Tanda-tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan,
udem pada kelopak mata.

19
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna
merah atau merah muda.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan
dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna
merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna
merah terang pada konsentrasi rendah.

20
Tanda-tanda Makanan yang Mengandung Rhodamine B adalah sebagai
berikut:
 Berwarna merah menyala, bila produk pangan dalam bentuk larutan /
minuman merah berpendar atau berfotoluminesensi.
 Warna tidak pudar akibat pemanasan (akibat digoreng atau direbus).
Banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada
kerupuk, es puter).

Saran
Harus cerdas memilih makanan terutama makanan yang berwarna merah
menyala, dan :
1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan,
udem pada kelopak mata.
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna
merah atau merah muda.
karena dapat menyebabkan kanker, fungsi hati, kulit, mata, dan saluran
pencernaan dan dapat menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Moehji. 1992. Pengertian makanan. Jakarta.

Cahyadi.2006. Pewarna sintesis atau pewarna buatan.

21
Yuliarti. 2007. Penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk sembarang bahan
pangan.

Subandi. 1999. Penelitian kadar arsen dan timbal dalam pewarna rhodamine B
dan auramine secara spektrofotometri: Suatu penelitian pendahuluan.
http://www.malang.ac.id/jurnal/fmipa/mipa/1999a.htm. [30 September 2006 ]
Winarno FG. 2004. Keamanan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas
Teknologi Pertanian IPB.

http://id.wordpress.com/?ref=footer

http://kimiafarmasi.files.wordpress.com/2010/08/formalin.jpg

www.karimsouthaesesa.com

http://nizzgsukarya.blogspot.com/2011/06/makalah-rhodamin-b.html

https://www.google.com/search?
q=fungsi+dari+rhodamin+b&aq=f&oq=fungsi+dari+rhodamin+b&aqs=chrome.0
.57j62l3.6986&sourceid=chrome&ie=UTF-
8#q=fungsi+dari+rhodamin+b&start=10

https://www.google.com/search?
q=makalah+rhodamin+b&aq=f&oq=makalah+rhodamin+b&aqs=chrome.0.57j0j
60j0l2j62l2j60.7345&sourceid=chrome&ie=UTF-8#q=kegunaan%20rhodamin
%20B

http://karimsouthaesesa.blogspot.com/2011/10/uji-zat-warna-rhodamin-b-tujuan-
agar.html

22
http://ik.pom.go.id/wp-content/uploads/2011/11/Bahaya-Rhodamin-B-sebagai-
Pewarna-pada-Makanan.pdf

https://www.google.com/search?
q=sifat+kimia+bahan+tambahan+makanan&aq=f&oq=sifat+kimia+bahan+tamba
han+makanan&aqs=chrome.0.57j62l3.18462&sourceid=chrome&ie=UTF-
8#q=sifat+kimia+rhodamin+B

http://himikaung.wordpress.com/2011/03/01/bahan-kimia-dalam-bahan-
makanan/

http://ik.pom.go.id/katalog/Rodamin%20B.pdf

http://himikaung.wordpress.com/2011/03/01/bahan-kimia-dalam-bahan-
makanan/

http://kimiafarmasi.wordpress.com/tag/rhodamin-b/

http://nizma-isnayla.blogspot.com/2013/04/zat-kimia-berbahaya-pada-makanan-
minuman.html

LAMPIRAN
Soal
1. Rhodamin B adalah pewarna sintesis yang berbahaya dan dilarang dalam
penggunaannya sedangkan dalam penggunaan pewarna yang di

23
perbolehkan adalah penggunaan pewarna alami. Mengapa pewarna alami
memiliki tingkat titik kritis lebih tinggi dibandingkan dari Rhodamin B?

Jawab:
Lantaran pewarna natural tidak stabil selama penyimpanan, maka untuk
mempertahankan warna agar tetap cerah, sering digunakan bahan pelapis
untuk melindunginya dari pengaruh suhu, cahaya, dan kondisi lingkungan.
Bahan pewarna yang memberikan warna merah diekstrak dari sejenis
tanaman. Supaya pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai
bahan pelapis melalui sistem mikroenkapsulasi. Pewarna ini sering digunakan
pada industri daging dan ikan kaleng. LPPOM MUI menyatakan penggunaan
pewarna sintetis yang tidak proporsional dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Namun penggunaan bahan pewarna alami pun jika tidak dilakukan
secara hati-hati dapat menjurus kepada bahan yang haram atau subhat (tak
jelas kehalalannya).
Meski demikian, pilihan terbaik tentu saja tetap pewarna alami, karena tidak
menimbulkan efek negatif pada tubuh. Perlu diingat kalau penggunaan bahan
tambahan seperti pelapis pada pewarna harus dipilih dari bahan-bahan yang
halal.

Alasan :
pewarna alami mempunyai titik kritis dibandingkan dengan Rhodamin B
karena dalam tubuh memiliki batas maksimum sehingga jika terlalu banyak
mengomsumsi makanan yang mengandung pewarna alami maupun sintesis
dapat membahayakan bagi tubuh.

24

Anda mungkin juga menyukai