Anda di halaman 1dari 6

Karya Ilmiah Bidang Kesehatan

2020

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B MAKANAN JAJANAN DI


SEKOLAH DASAR NEGERI CIASEM KECAMATAN CIASEM
KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020

Neni Supriyanti Puskesmas Ciasem, E-mail: nenisyan25@yahoo.com

Abstrak
Makanan jajanan merupakan salah satu jajanan yang digemari oleh anak-anak dalam warna
dan bentuk yang beragam. Jajanan ini tersedia di sekitar lingkungan sekolah dasar negeri Ciasem.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan Rhodamin B pada makanan
jajanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah dasar negeri Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif dengan pendekatan verifikatif yaitu
data yang diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan di Laboratorium menggunakan metode
Asam Basa dan pemeriksaan organoleptik pada makanan jajanan serta pengetahuan pedagang
mengenai Rhodamin B sebagai bahan tambahan makanan yang dilarang diperoleh dengan cara
wawancara.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan seluruh sampel makanan jajanan negatif
mengandung Rhodamin B. Pemeriksaan secara organoleptik dihasilkan 6 sampel berwarna merah
mencolok. Pengetahuan pedagang menunjukkan 6 pedagang memiliki kriteria nilai kurang dari 50%.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium disimpulkan bahwa seluruh sampel makanan
jajanan negatif mengandung Rhodamin B. Pemeriksaan secara organoleptic dihasilkan 6 sampel
berwarna mencolok. Kuesioner tingkat pengetahuan pedagang makanan jajanan sebagian besar
pedagang mendapat kriteria kurang dengan nilai 50%.
Disarankan petugas Puskesmas setempat untuk meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan
mutu makanan serta melakukan penyuluhan tentang zat pewarna berbahaya seperti Rhodamin B.
Upaya yang dilakukan yaitu perlu dilakukan penyuluhan mengenai zat pewarna Rhodamin B pada
pedagang makanan jajanan oleh pihak Puskesmas.

Kata Kunci: Rhodamin B, Zat Pewarna Makanan

[1]
PENDAHULUAN
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan tubuh kecuali air dan obat-obatan dan
substansi-substansi yang digunakan untuk pengobatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 942/MENKES/SK/VII/2003 makanan jajanan adalah makanan dan minuman
yang dioleh pengrajin makanan ditempat penjualan atau disajukan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum selain itu yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran dan hotel.
Makanan jajanan berdasarkan FAO dalam Judarwanto (2014) adalah makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum
lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi kemudian tanpa pengolahan atau persiapan terlebih
lanjut. Makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%,
protein 29% dan zat besi 52% (Judarwanto, 2014).
Dalam proses pengolahan makanan jajanan terdapat bahan tambahan makanan yang digunakan
oleh pedagang agar lebih menarik. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Menkes, 2012). Tujuan bahan
tambahan makanan digunakan pada industry makanan yaitu untuk meningkatkan mutu pangan olahan
dan penggunaannya dibenarkan jika tujuannya untuk keperluan yang jelas. Jenis-jenis bahan
tambahan pangan salah satunya yaitu zat pewarna makanan, yaitu bahan tambahan berupa pewarna
alami dan pewarna sintetis yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi
atau memperbaiki warna. Zat pewarna alami dibuat dari tumbuhan, hewan mineral atau sumber alami
lainnya sebagai contoh yaitu kurkumin, caramel, klorofil, karoten, dll. Pewarna kimiawi contohnya
tartazin, kuning kuinilon, karmoisin, dan indigotin.
Bahan pewarna makanan ada yang dilarang penggunaannya dalam makanan salah satunya yaitu
Rhodamin B. merupakan salah satu zat pewarna sintetis yang dilarang untuk makanan. Rhodamin B
berbentuk Kristal hijau atau serbuk ungu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang
menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat, ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan merah terang mencolok
atau merah menyala. Pemakaian bahan pewarna sintetis dalam makanan walaupun mempunyai
dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu makanan lebih
menarik, meratakan warna makanan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau
berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan
bahkan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Cahyadi, 2012).
Zat pewarna Rhodamin B ini tidak diizinkan karena dapat menimbulkan bahaya pada konsumen.
Apabila dikonsumsi secara terus menerus akan terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat
karsinogenik yang dapat menyebabkan kelainan pada organ tubuh manusia (Judarwanto, 2014). Selain
itu apabila zat pewarna ini menimbulkan dampak mual apabila terhirup dan tertelan, sakit perut, diare,
panas, serta iritasi pada saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata. Penyebarannya dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati (Cahyadi, 2016).
Walaupun pemerintah sudah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
033 Tahun 2012 mengenai Bahan Tambahan Pangan, masih saja ada penjual makanan atau produsen
yang menggunakan bahan tambahan pangan yang dilarang yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, seperti pada uji BPOM yang dilakukan di 18 provinsi pada tahun 2008 diantaranya Jakarta,
Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar dan Padang terhadap 861 contoh makanan
menunjukkan bahwa 39,95% (344 contoh) tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Dari total
sampel itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang, yakni rhodamin B, methanol yellow dan
amaranth (Nurdwiyanti, 2018).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
penggunaan zat pewarna yang digunakan oleh pedagang melalui Karya Tulis Ilmiah dengan judul “
Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Makanan Jajanan di Sekitar Lingkungan Sekolah Dasar Negeri
Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Tahun 2020”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif termasuk deskriptif pendekatan verifikatif yang
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya zat pewarna Rhodamin B makanan jajanan di sekitar
lingkungan Sekolah Dasar Negeri Ciasem Kabupaten Subang. Subjek yang teliti adalah makanan
jajanan yang menggunakan tambahan berwarna merah mencolok yang dijual di luar pagar Sekolah
Dasar Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, sebanyak 6 sampel makanan.

[2]
Cara pengumpulan data secara pemeriksaan visual atau organoleptic pada makanan jajanan,
kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium menggunakan uji asam basa rapid test untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan Rhodamin B. Teknik wawancara digunakan untuk
pengumpulan data mengenai pengetahuan pedagang tentang zat pewarna Rhodamin B. Intrumen yang
digunakan menggunakan kuesioner untuk wawancara dan seperangkat alat rapid untuk pemeriksaan
zat pewarna Rhodamin B. data hasil penelitian ditabulasi untuk dihitung nilai mean, proporsi,
presentase untuk memperoleh gambaran dari kandungan Rhodamin B pada makanan jajanan yang
dijual sekitar lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang.

PEMBAHASAN
Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan Ciasem pada umumnya terdapat penjual
makanan jajanan yang berada di sekitar lingkungan sekolah. Dilokasi tersebut disediakan berbagai
macam makanan jajanan dan minuman. Makanan jajan yang berupa macaroni, roti bakar selai
strowberi, cilor, tahu bulat, sosis dan telor puyuh yang khusus berwarna merah mencolok yang
diambil sebagai sampel dan semuanya diambil disekitar lingkungan sekolah karena untuk
memudahkan peneliti dalam pengambilan sampel.
Pembuatan makanan jajanan tidak terlepas dari penggunaan zat pewarna. Banyak jenis pewarna
yang digunakan oleh pedagang makanan jajanan antara lain yaitu yang terkandung di dalam saos
ataupun selai. Pembelian saos tersebut biasanya diperoleh dari pasar, took dan warung-warung
terdekat secara ecer atau perkilo.
Penggunaan pewarna yang aman pada makanan telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012, yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang digunakan
dalam makanan, pewarna yang diizinkan serta batas penggunaannya, termasuk bahan pewarna alami.
Akan tetapi masih banyak produsen makanan, terutama bahan pewarna alami. Akan tetapi masih
banyak produsen makanan, terutama pengusaha kecil yang
menggunakan bahan-bahan pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan misalnya pewarna
tekstil yaitu Rhodamin B yang warnanya lebih cerah, lebih stabil selama penyimpanan, serta harganya
yang murah dan produsen pangan belum mengetahui dan menyadari bahaya dari pewarna tersebut.
Kelebihan pewarna dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat
dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna
buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan (Cahyadi,
2005).
Karena pewarna alami adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstrasi, isolasi, atau
derivatisasi (sintetis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain. Peraturan
mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk pangan diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 mengenai Bahan Tambahan
Pangan. Akan tetapi, sering kali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang
bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan.
Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna
tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan
masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga karena harga zat pewarna untuk industri
relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk pangan (Hidayat, 2006)

a. Pemeriksaan Rhodamin B Makanan Jajanan di Sekitar lingkungan Sekolah Dasar


Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Secara Visual (Pengamatan)
Hasil pemeriksaan warna makanan jajanan di sekitar lingkungan Sekolah Dasar Negeri
Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Tahun 2020 secara pengamatan atau
organoleptik adalah sebagai berikut :

Tabel.1 Pemeriksaan Rhodamin B Secara Pengamatan atau Organoleptik pada Makanan


Jajanan di Sekitar Sekolah Dasar Negeri Ciasem Tahun 2020

[3]
NO Kode Sampel Warna Kandungan Rhodamin B
1 A Merah mencolok Terindikasi
2 B Merah mencolok Terindikasi
3 C Merah mencolok Terindikasi
4 D Merah mencolok Terindikasi
5 E Merah mencolok Terindikasi
6 F Merah mencolok Terindikasi

Berdasarkan tabel.1 pemeriksaan Rhodamin B makanan jajanan di sekitar lingkungan


Sekolah Dasar Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang secara visual
menunjukkan bahwa dari 6 sampel makanan jajanan terindikasi bahwa merah mencolok
dengan jenis jajanan yaitu cilor, macaroni, sosis, tahu bulat, roti bakar selai stroberi dan telur
puyuh.
b. Pemeriksaan Makanan Jajanan di Sekitar Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Ciasem
Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang di Laboratorium
Pengambilan sampel makanan jajanan dilakukan tanggal 03 Februari 2020 di Sekolah
Dasar Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Banyaknya sampel yang
diambil yaitu 6 buah makanan jajanan yang berwarna merah. Hasil pemeriksaan Rhodamin B
pada makanan jajanan di sekitar lingkungan Sekolah Dasar Negeri Ciasem Kecamatan
Ciasem Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :

Tabel.2 Hasil Pemeriksaan Rhodamin B pada Makanan Jajanan


di Sekitar Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten
Subang Tahun 2020
NO Kode Sampel Jumlah Sampel Hasil Pemeriksaan
1 A 1 Negatif
2 B 1 Negatif
3 C 1 Negatif
4 D 1 Negatif
5 E 1 Negatif
6 F 1 Negatif

Pemeriksaan Rhodamin B di laboratorium dilakukan menggunakan uji reaksi asam


basa dengan menggunakan alat rapid test. Hasil pemeriksaan makanan jajanan menunjukkan
sampel makanan jajanan tersebut tidak mengandung Rhodamin B sehingga makanan tersebut
aman untuk dikonsumsi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012
tentang Bahan Tambahan Pangan dan Bahan Berbahaya yang dilarang penggunaannya dalam
makanan jajanan yang telah diteliti sudah memenuhi peraturan tersebut.

c. Pengetahuan Pedagang
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada pedagang makanan jajanan di
sekitar lingkungan Sekolah Dasar Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang
tentang pengetahuan zat pewarna berbahaya yang tidak boleh digunakan sebagai berikut :

Tabel.3 Tingkat Pengetahuan Pedagang


NO Tingkat Pengetahuan Jumlah Pedagang Jumlah (%)
Pedagang
1 Sangat Baik -
2 Baik 2 33

[4]
3 Cukup 1 17
4 Kurang 3 50
Jumlah 100

Hasil wawancara dengan pedagang mengenai zat pewarna yang dikarang


penggunaannya seperti Rhodamin B dari 6 pedagang makanan jajanan yang mendapatkan
kriteria baik berjumlah 2 pedagang dengan presentase 33%, kriteria cukup 1 pedagang dengan
presentase 17% dan kriteria kurang 3 pedagang dengan presentase 50%.
Pengetahuan adalah hasil tabu, terjadi setelah melalui panca indara yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Irnawati Marsaulina, 2012). Secara garis
besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
Pengukuran pengetahuan pedagang dapat dilaksanakan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian / responden ke
dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan.

KESIMPULAN
Pemeriksaan makanan jajanan di sekitar Sekolah Dasar Negeri Ciasem Kecamatan Ciasem
Kabupaten Subang Tahun 2020 bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya penambahan zat
pewarna Rhodamin B pada makanan dengan 2 cara yaitu visual atau organoleptic dan dengan
pemeriksaan laboratorium. Sampel yang diambil yaitu sebanyak 6 sampel terdiri dari cimol, macaroni,
sosis, tahu bulat, roti bakar selai stroberi dan telur puyuh.
Hasil pemeriksaan organoleptic menunjukkan bahwa sampel makanan berwarna merah
mencolok dan diindikasikan ada penambahan zat pewarna Rhodamin B. Maka dari itu pemeriksaan
dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium dengan uji asam basa menggunakan rapid test. Dari 6
sampel yang diperiksa, semuanya negatif Rhodamin B. Kemungkinan pewarna yang mencolok
didapatkan dari pewarna makanan sehingga masih aman digunakan atau dikonsumsi sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan dan Bahan
Berbahaya.
Dari hasil wawancara pengetahuan pedagang tentang penggunaan zat pewarna sintetis rata-
rata pedagang belum mengetahui bahan pewarna sehingga diperlukannya penyuluhan mengenai zat
pewarna Rhodamin B pada pedagang makanan jajanan oleh pihak Puskesmas, selain itu Puskesmas
juga perlu melakukan pengawasan terhadap makanan jajanan di sekitar lingkungan Sekolah Dasar
Negeri dalam kurun waktu 1 bulan sekali.

REFERENSI
Cahyadi, W, (2005). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Cetakan I.
Bumi Aksara.
_______, (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: BumiAksara
_______, (2009). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: BumiAksara
Firdaus, A., dan Winarti, Sri. (2010). Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosela untuk Pewarna
Makanan dan Minuman, dalam Jurnal teknologi Pertanian (Vol. 11, No. 2, Agustus 2010).
Hlm 78.
F.G. Winarno, Titi Sulistiowati Rahayu. (1994). Bahan Tambahan Makanan Untuk Makanan dan
Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

[5]
Goa, Handryani Daleno Faeltha. (2007). Studi Kandungan Rhodamin B Pada Minuman di Kantin
SDN Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas Tahun 2017. KTI. Purwokerto: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
Judarwanto. (2014). Studi Penggunaan Zat Pewarna Rhodamin B Pada Kue KU dan Kue Lapis yang
dijual di Pasar Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014. KTI. Purwokerto
:Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
Menkes RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Pangan

BIODATA PENULIS
Nama : Neni Supriyanti
Tempat Tanggal Lahir : Banyumas, 25 Agustus 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Tinggarjaya, RT 04 RW 03 Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas Jawa tengah
Riwayat Pendidikan : 1. MIM Muhammadiyah Jatilawang
2. SMP Negeri Jatilawang (2009-2011)
3. SMA Negeri Jatilawang (2011-2014)
4. Poltekkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan
(2014-2018)

[6]

Anda mungkin juga menyukai