Anda di halaman 1dari 7

BAHAYA PEWARNA MAKANAN SINTETIS UNTUK KESEHATAN

OLEH: MARGIYATI, S.ST., M.KES

Bahan pewarna makanan bukanlah

merupakan hal baru. Salah stau tujuan

utamanya adalah untuk menarik

konsumen dengan warna-warna yang

menarik, sehingga konsumen tertarik

utuk membeli dan akhirnya

memakannya. Meski telah lama

digunakan, ada perbedaan mendasar antara waktu lampau dengan waktu kini

perihal sumber bahan pewarna makanan tersebut. Di Indonesia, sejak dahulu

orang banyak mengunakan pewarna tradisional, bahan pewarna makanan sering

diambil dari bahan-bahan alam, misalkan ingin warna merah maka akar bit atau

daun jambu, untuk warna hijau dipakai daun suji, untuk warna kuning dipakai

kunyit. Nah, setelah perang dunia ke-2, bahan-bahan pewarna buatan atau

sintetis mulai marak digunakan. Dalam proses pembuatannya, seringkali

pewarna alami digunakan sebagai purwarupa dalam proses sintetis pewarna

buatan. Oleh karena itu, pewarna buatan dapat dipastikan akan memiliki warna

yang lebih mencolok atau menarik ketimbang pewarna alami. Selain warna yang

lebih menarik, keunggulan lain pewarna buatan dibandingkan pewarna alami

adalah biaya yang dibutuhkan dalam proses produksinya lebih kecil serta

memiliki waktu kadaluwarsa yang jauh lebih panjang daripada pewarna alami.

Terlepas dari keunggulannya, pewarna sintetis ternyata menyimpan sejuta

bahaya, terutama bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya.


A. Dampak mengkonsumsi pewarna sintetis/ buatan adalah :

1. Menyebabkan Kanker

Sebuah penelitian menunjukan bahwa pewarna makanan yang biasa digunakan

pada produk es krim, permen dan minuman, yaitu Blue 1 beresiko dapat

menyebabkan kanker pada tikus. Hal ini sama ditemukan pada pewarna blue 2

yang beresiko menyebabkan kanker otak pada tikus jantan.

2. Menyebabkan Hiperaktivitas

Selain menimbulkan kanker pewarna juga menyebabkan hiperaktifitas pada

anak anak. Beberapa gejala hiperaktif yang disebabkan oleh pewarna

makanan, seperti Red 40, yaitu tantrum, gelisah, agresif, ketidakmampuan

untuknfokus dan gugup. Studi terbaru menunjukkan bahwa pewarna dan

pengawet sintetis tertentu menjadi penyebab memburuknya gejala ADD dan

ADHD pada anak.

3. Gangguan pada Ginjal

Pewarna tertentu yang diketahui dengan nama Yellow 6 terkait dengan

munculnya tumor ginjal dan tumor pada kelenjar adrenal. Yellow 6 juga

diketahui mengandung sedikit senyawa karsinogen.

4. Kemandulan pada Pria

Pewarna Blue 1 dan 2 diketahui juga dapat menyebabkan kemandulan pada pria.

5. Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh

Sebuah studi yang dilakukan di University of California menunjukkan bahwa

beberapa pewarna makanan dapat menyebabkan melemahnya system imun

tubuh. Dari studi yang dilakukan itu, dosis pewarna makanan yang dikonsumsi

akan menentukan tingkat pelemahan system kekebalan tubuh.

6. Komplikasi
Gejala lainnya yang mungkin dapat muncul secara bersamaan (komplikasi) yang

disebabkan oleh pewarna makanan sintetis yang berbahaya adalah reaksi alergi,

serangan asma, migraine, pandangan kabur, kecemasan dan munculnya

masalah pada perilaku.

Dengan diketahui sejumlah bahaya dari pewarna makanan sintetis di atas, maka

wajar jika mulai dari sekarang Kita lebih membiasakan diri untuk menggunakan

bahan pewarna alami, serta berusaha menghindari bahan-bahan makanan yang

berwarna cerah dan mencolok.


B. Tips menghindari Pewarna Makanan Tidak Aman

1. Carilah makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok,

karena makanan yang terlihat mencolok atau ngejreng, kebanyakan dari

pewarna makanan sintetis yang biasa digunakan untuk pewarna tekstil

2. Test terlebih dahulu jika memilih makanan atau minuman yang berwarna

Cara uji makanan dengan pewarna sintetis adalah dengan menempelkan

makanan ke tangan atau kain, jika warnanya menempel dan sulit untuk

dihilangkan berate makanan tersebut mengunakan pewarna yang tidak aman

dan tidak layak untuk dikonsumsi. Makanan alami warnanya tidak ngejreng

cenderung soft dan lebih halus.

3. Kenalkan sejak dini pada anak

Tidak cukup dengan mengetahui pewarna yang aman atau tidak aman, kenalkan

juga sedini mungkin pada anak anak, yang aman dan tidak aman.

4. Biasakan anak sarapan dirumah

Kebiasaan sarapan dirumah sebelum berangkat sekolah dan berikan bekal untuk

makan siang anak. Karena dengan anak sarapan pagi dirumah, maka

meminimalkan anak untk jajan diluar yang yang belum terjamin keamanan dan

kebersihannya.

5. Baca jenis dan jumlah pewarna yang dipergunakan

Setiap kali membeli makanan dalam kemasan, teliti dan baca jenis dan bahan

pewarna yang dipergunakan dalam produk tersebut. Hal ini untuk mengetahui

jumlah kandungan bahan pewarna yang dippakai di makanan tersebut.


6. Perhatikan label pada setiap kemasan produk

Pastikan dilabel makanan tercantum izin BPOM yang tertulis POM beserta no izin

pendaftaran. Bila makanan hasil industry rumah tangga, maka harus ada nomor

pendaftarannya yang tertulis P-IRT ( Pangan Industri Rumah Tangga) dan nomor

izin pendaftarannya.

C. Perbedaan pewarna sintetis dan pewarna alami

Perbedaan Pewarna Alami Pewarna Sintetis


Warna 1. Warna lebih 1. Warna lebih
dihasilkan pudar cerah
Variasi warna 2. Lebih Homogen
ketersediaan 3. Sedikit 3. Banyak
Harga 4. Mahal 4. Lebih murah
Kestabilan 5. Tidak stabil 5. Stabil

D. Alasan Memberi Warna pada makanan

1. Memberi kesan utama menarik bagi konsumen

2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan

3. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna

4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau

temperature yang ektrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan

5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar

matahari selama produk disimpan.

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menter Kesehatan ( Permenkes

No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamine B

termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna

berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan ( Syah et al. 2005).

Namun demikina, penyalahgunaan Rhodamine B sebagai pewarna pada

makanan masih sering terjadi dilapangan. Rhodamine B sering ditemukan pada

makanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol dan sirup, ini

berdasarkan hasil pemeriksaan BPOM dari beberapa sampel makanan dan

minuman ringan di Makasar. ( Anonimus, 2006)

Rhodamine B termasuk zat yang apabila diamati dari segi fisiknyacukup mudah

untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu

kemerahan.
E. Ciri - ciri pangan mengandung Rhodamin B yaitu :

1. Berwarna merah menyala, bila produk bila produk pangan dalam bentuk

larutan/ minuman warna merah berpedar atau berflueresensi.

2. Dalam pengolahan tahan terhadap pemanasan ( direbus/digoreng tidak

pudar)

3. Banyak memberikan titik titik warna karena tidak homogen ( missal

kerupuk, es puter)

Bahaya akut Rhodamin B bila sampai tertelan maka dapat menimbulkan iritasi

pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda.

Apabila terpapar Rhodamin B dalam waktu lama maka dapat menyebabkan

gangguan pada fungsi hati dan kanker hati.

F. Saran

Alternative lain untuk mengantikan penggunaan zat pewarna sintetis adalah

dengan mengunakan pewrna alami seperti daun suji, kunyitdan ektrak buah

buahan yang pada umumnya lebih aman. Disamping itu masih ada pewarna

alami yang diijinkan digunakan dalam makanan anatara lain caramel, beta-

karoten, klorofil dan kurmin.

*images by google

Anda mungkin juga menyukai