PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warna merupakan salah satu faktor sensori yang dipakai oleh manusia untuk menilai suatu
produk atau keadaan lingkungan. Dengan melihat suatu warna manusia dapat merasa senang,
suka, tidak suka, kecewa atau marah. Orang akan merasa senang jika minggu pagi langit
berwarna biru cerah, dan sebaliknya akan kecewa jika warna langit berubah menjadi kelabu.
Begitu pula halnya dengan warna pakaian, warna interior rumah dan warna barang-barang
konsumsi (termasuk makanan) dapat menimbulkan berbagai macam perasaan seperti tersebut di
atas.
Khusus dalam hal makanan, warna mempunyai tempat tersendiri yang cukup penting dalam
penilaian kosumen. Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa warna untuk makanan
menempati urutan kedua dari kriteria penilaian, yaitu setelah kesegaran makanan. Selanjutnya
baru diikuti oleh bau, rasa, komposisi, nilai gizi dan seterusnya.
Meskipun nilai gizi makanan merupakan faktor yang amat penting, dalam kenyataannya daya
tarik suatu jenis makanan lebih dipengaruhi oleh penampakan, bau dan rasanya. Warna, sebagai
salah satu sifat penampakan, merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pewarna Makanan
2. Jenis Pewarna Pada Makanan
3. Dampak Pewarna Makanan Terhadap Kesehatan
4. Tujuan Pembuatan Zat Pewarna
C. Tujuan Masalah
BAB 2
PEMBAHASAN
Terdapat dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan
pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Tanaman dan hewan memiliki warna
menarik yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Beberapa pewarna
alami yang berasal dari kunyit, paprika, dan bit digunakan sebagai pewarna pada bahan
pangan yang aman dikonsumsi.
a. Pewarna Sintesis
pewarna sintetis merupakan zat warna yang dibuat melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering terkontaminasi oleh arsen atau
logam berat lain yang bersifat racun. Sebelum mencapai produk akhir, pembuatan zat
pewarna organik harus melalui senyawa antara yang cukup berbahaya dan senyawa
tersebut sering tertinggal dalam produk akhir atau terbentuk senyawa-senyawa baru
yang berbahaya, penggunaan zat pewarna untuk bahan pangan sering disalahgunakan
dengan pemakaian pewarna untuk tekstil dan kulit. Proses pembuatan zat pewarna
sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang
sering terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain.
Adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut sangat berbahaya bagi
kesehatan karena dengan terakumulasinya zat warna tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya kanker hati. Zat warna tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan kemudian menuju ke hati untuk diekskresikan tetapi hati memiliki
keterbatasan untuk mengekskresi secara terus menerus. Timbulnya penyalahgunaan
dikarenakan ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan dan
harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna
untuk pangan.
Suatu zat pewarna sintetis harus melalui berbagai prosedur pengujian
sebelum digunakan untuk zat pewarna makanan yang disebut proses sertifikasi. Zat
pewarna yang diizinkan penggunaannya dikenal sebagai permitted color atau
certified color. Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diijinkan dan
dilarang untuk pangan di Indonesia diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan
b. Pewarna Alami
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/PER/X/1999
secara umum pewarna alami (Natural Colour) adalah pewarna yang dibuat melalui
proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan,
mineral atau sumber alami lain, termasuk pewarna identik alami.
Dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk ke dalam diet
mereka, banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan pewarna sintetik
berpindah ke pewarna alami.Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan
hewan, diantaramya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin,
flavonoid, tannin, betalain, quinon dan xanthon, serta karotenoid.
Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang.
Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu yang lama.
Kelompok masyarakat yang luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu tergantung
pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik.
Beberapa masyarakat menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan
Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi
persyaratan.
Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur yang
ekstirm akibat proses pegolahan dan penyimpanan.
Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan diasosiasikan
dengan kualitas rendah. Jeruk yang matang dipohon misalnya sering disemprotkan
pewarna Citrus Red No. 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau burik atau orange
kecoklatan.
Membuat identitas produk pangan. Identitas es krim strawberry adalah merah. Permen
rasa mint aka berwarna hijau muda sementara rasa jeruk akan berwarna hijau yang sedikit
tua.
Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan.