Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ZAT PEWARNA PADA BAHAN PANGAN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Toksikologi

Disusn oleh :

YUSRIL ALAMSYAH

4001200042

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

TAHUN 2021
2

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Zat Pewarna Pada

Bahan Pangan" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Toksikologi. Selain itu,

makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang zat kimia pewarna pada

minuman bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Komala selaku dosen Mata

Kuliah Toksikologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran

dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 2 Juni 2021

Penulis

 
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Pewarna telah lama digunakan pada bahan pangan seperti makanan dan

minuman untuk memperbaiki tampilan produk pangan. Pada mulanya zat warna

yang digunakanan adalah zat warna alami dari tumbuhan dan hewan. Semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna

alami semakin berkurang dalam industri pangan yang digantikan lebih banyak

oleh zat warna sintetik (Bernad et al., 2012).

Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang

untuk pangan di Indonesia, diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor

722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali

terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan,

misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan

pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam

berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain

disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan,

dan disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah

dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea

masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna

bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya

lebih menarik (Cahyadi, 2009).

1
4

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari zat pewarna ?

2. Zat pewarna apa sajakah yang dilarang untuk bahan pangan ?

3. Zat pewarna apa yang paling sering digunakan untuk bahan pangan ?

4. Dampak penyakit apa yang dapat disebabkan oleh zat pewarna pada

pangan tersebut ?
5

BAB 2

ISI

1.1 Zat Pewarna

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/PER/X/1999

secara umum pengertian pewarna adalah bahan tambahan pangan

berupa pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan atau

diaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau memperbaiki warna.

1.2 Zat pewarna yang dilarang untuk bahan pangan

Berdasarkan Permenkes No. 239/menkes/Per/V/1985 tentang Zat

Warna Tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya, pewarna yang

dilarang untuk pangan antara lain: Auramine, Alkanet, Butter Yellow, Black

7984, Burn Umber, Chrysoidine, Chrysoine S, Citrus Red No.2, Chocolate

Brown Fb, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue

RS, Mageta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Oil Orange XO, Oil Yellow AB,

Oil Yellow OB, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Orchil and Orcein,

Ponceau 3 R, Ponceau SX, Ponceau 6 R, Rhodamin B, Sudan 1, Scarlet GN,

Violet 6 B.

1.3 Zat Pewarna yang paling sering digunakan untuk bahan pangan

Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak

digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak

negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan

Norwegia. Sebuah study menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi

pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura Red. Berdasarkan study itu, 52
6

peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu

atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung

Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau

gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi

makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu,

15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal (Githa, 2012).

1.4 Dampak penyakit yang disebabkan oleh zat pewarna

Penggunaan pewarna sintesis yang salah dapat berbahaya bagi

manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit, kanker mulut, kerusakan

otak, serta menimbulkan dampak bagi lingkungan seperti pencemaran air dan

tanah yang juga berdampak secara tidak langsung bagi kesehatan manusia

karena di dalamnya terkandung unsur logam berat seperti Timbal (Pb),

Tembaga (Cu), Seng (Zn) yang berbahaya (Bernad et al., 2012).

Jika digunakan secara berlebihan dan terus-menerus, pewarna

sintesis ini akan menumpuk dalam tubuh, hingga akhirnya  merusak

fungsi organ tubuh , terutama hati dan ginjal. Hati terpaksa bekerja keras

untuk merombak zat tersebut untuk dikeluarkan dari hati, padahal

kemampuannya terbatas.

Dari hati, pewarna sintesis ini akan masuk dalam sistem peredaran darah,

lalu dibawa ke ginjal. Sama seperti hati, ginjal juga harus bekerja keras

untuk mengeluarkan zat berbahaya ini dari dalam tubuh. Jika gagal

dikeluarkan, zat pewarna makanan ini akan menyebabkan penyakit kanker


7

Berdasarkan hal tersebut, banyak penelitian yang mengembangkan

bahan alami sebagai bahan pewarna makanan karena lebih aman. Salah

satu bahan alami yang dapat menggantikan pewarna sintetis yaitu kulit

buah naga.
8

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan zat pewarna pada bahan pangan sangat tidak dianjurkan

apalagi zat pewarna kimia berbahahay yang digunakan untuk pewarnaan

tekstil karena dampak yang diakibatkan sangat fatal dari timbul nya

penyakit sampai dengan kematian.

B. Saran

Sebaiknya tetap menggunakan bahan alami yang terbuat dari bahan-bahan

yang terdapat dialam sepeti warna hijau dari perasan daun pandan, itu jauh

lebih membuat sehat dan tidak adanya zat kimia yang masuk kedalam

tubuh kita.
9

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, A. S. (2014). Kandungan Zat Pewarna Sintetis pada Makanan dan

Minuman Jajanan di SDN IX Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2014

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id 

https://www.orami.co.id/magazine/bahaya-pewarna-dan-pemanis-buatan-

pada-makanan/

Anda mungkin juga menyukai