Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Terdapat beragam jenis makanan yang kita konsumsi sehari – hari. Kelompok
makanan seperti tampak pada gambar di bawah merupakan makanan yang telah diolah
atau yang disebut makanan olahan. Dahulu, ketika teknologi pangan belum berkembang
seperti saat ini, tidak banyak makanan dan minuman olahan yang beredar. Sebagai contoh,
dahulu orang membuat roti cukup dengan menggunakan bahan dasar terigu, ragi, dan air.
Akan tetapi, sekarang tidak cukup hanya dengan bahan utama itu saja, masih perlu
tambahan bahan lainnya, misalnya perasa atau flavor (bahan untuk menimbulkan aroma
dan rasa tertentu) dan bahan pewarna. Jadi, ketika makanan olahan diproses ke dalam
makanan tersebut telah ditambahkan zat – zat kimia dengan tujuan tertentu. Zat – zat
kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan kualitasnya yang
mencakup rasa, penampilan, warna, keawetan dan lain – lain disebut zat aditif makanan.
Begitu banyak zat aditif pada makanan yang saat ini digunakan para produsen
pada setiap produknya. Hal itu membuat kita semakin sulit memilih makanan / bahan
makanan yang betul – betul bebas dari zat aditif makanan. Sampai – sampai ingin rasanya
semua bahan makanan kita produksi sendiri. Padahal, perlu sobat ketahui bahwa
pemakaian zat aditif pada makanan tidak pernah dapat dihindari karena dalam beberapa
hal fungsinya memang diperlukan dalam proses pembuatan bahan makanan tersebut.
Selain itu, tidak semua zat aditif pada makanan berbahaya atau tidak bernilai gizi.
Beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh kita karena mengandung vitamin atau
malah mencegah kanker. Namun begitu, penggunaan zat aditif makanan yang berlebihan
dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu, pemakaiannya harus selalu terkendali
sehingga dampak negatifnya dapat diminimalkan.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan
makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya
kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain. Penggunaan zat aditif
sendiri sudah berlangsung sejak lama di masyarakat, baik yang sintetis maupun alami.
Dan saat ini hampir semua orang sangat bergantung pada penggunaan zat aditif ini dalam
kehidupannya. Dalam industri makanan dan minuman, zat aditif ini merupakan faktor
kunci untuk menghasilkan produk yang baik dan disenangi konsumen. Sedangkan

112
penggunaannya untuk keperluan rumah tangga bertujuan untuk meningkatkan citarasa dari
suatu makanan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja jenis zat aditif berbahaya yang beredar di lingkungan masyarakat?
2. Apa saja dampak penggunaan zat aditif berbahaya pada suatu bahan makanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat (khususnya pelajar SMA) tentang
bahaya pengguanaan bahan aditif pada bahan makanan.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat (khususnya pelajar SMA) tentang
jenis zat aditif berbahaya yang sering ditambahkan pada bahan makanan.

1.4 Manfaat
1. Masyarakat (khususnya pelajar SMA) dapat mengetahui ciri-ciri bahan makanan
yang mengandung zat aditif yang berbahaya.
2. Masyarakat (khususnya pelajar SMA) dapat mengetahui dampak penggunaan zat
aditif yang berlebihan.

113
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Pewarna


Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas suatu
produk makanan. Kualitas warna dianggap menunjukkan kualitas rasa dan tekstur dari
suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima di masyarakat. Warna juga
mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada makanan (Deman, 1980).
Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai
produk jajan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil
ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna buatan juga ditemukan pada
berbgai jenis makanan yang dibuat oleh industri besar.
Penggunaan pewarna diperbolehkan, selama penggunaanya tidak melebihi
kadar yang telah ditetapkan. Namun demikian, apabila pewarna yang digunakan
adalah pewarna non-makan, misalnya pewarna tekstil atau kertas ataupun pewarna
makanan tetapi dalam jumlah yang berlebihan tentulah dilarang penggunaannya, sebab
akan membahayakan kesehatan konsumen (Yuliarti, 2007). Pewarna buatan atau
pewarna sintetik adalah pewarna yang terjadi dan dibuat berdasarkan atas
penggabungan senyawa kimia. Penggunaan pewarna buatan sangat diminati karena
pewarna ini jauh lebih praktis dalam berbagi segi dibandingkan dengan pewarna alami
misalnya seperti, lebih mudah didapat atau dibeli, mudah digunakan, hasil terukur dan
residunya mudah diketahui pada makanan yang ditambahkan pewarna makanan
(Pitojo dan Zumiati, 2009). Minimnya pengetahuan produsen mengenai zat pewarna
untuk bahan pangan, menimbulkan penyalahguanaan dalam penggunaan zat pewarna
sintetik yang seharusnya untuk bahan non pangan digunakan pada bahan pangan. Hal
ini diperparah lagi dengan banyaknya keuntungan yang diperoleh oleh produsen yang
menggunakan zat pewarna sintetik (harga pewarna sintetik lebih murah dibandingkan
dengan pewarna alami).
Salah satu efek negative dari mengonsumsi pewarna sintesis ialah
hiperaktivitas. Hiperaktivitas adalah suatu kondisi ketika anak mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian dan mengontrol perilaku mereka. Pada bulan November
2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka Lancet
mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan meningkatkan tingkat

114
hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun. Anak-anak yang mengkonsumsi makanan
yang mengandung pewarna buatan selama bertahun-tahun lebih berisiko menunjukkan
tanda-tanda hiperaktif. Selain risiko hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi
anak (sekitar 0,1%) juga mengalami efek samping lain seperti: ruam, mual, asma,
pusing dan pingsan.
Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan yang populer dan efek samping
yang ditimbulkan:
a. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan
obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10
dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti
urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan
anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita
asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
b. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti
jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan.
Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan
urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah. Dalam beberapa
penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada
hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut
jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek
dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.
c. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai
produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu
hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di
beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and
Drug Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan
buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat
meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.
d. Allura Red (E129)

115
Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada
permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk
Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia. Sebuah studi menunjukkan
bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang mengkonsumsi Allura
Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit
selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak
mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam
atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi
makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu, 15%
kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.
e. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan
minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia,
Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas
dan serangan asma.

2.1.1 Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan
dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna
merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna
merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sering disalahgunakan
untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es-es dan minuman yang
sering dijual di sekolahan) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian
konsumen.
Rumus molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat
molekul sebesar 479.000 g/mol. Sangat larut dalam air yang akan
menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat, sukar larut
dalam HCl dan NaOH, serta titik leburnya pada suhu 165 ºC. Termasuk
golongan pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari meta-dietilaminofenol dan
ftalik anhidrid, suatu bahan yang tidak bisa dikonsumsi serta sangat
berfluoresensi. Rhodamin B digunakan sebagai pewarna kertas, kapas, wool,
serat kulit kayu, nilon, sabun dan industri tekstil sebagai pewarna bahan kain
atau pakaian (Merck Index, 2006). Di dalam struktur Rhodamin B terdapat

116
ikatan dengan senyawa klorin (Cl). Dimana atom klorin tergolong sebagai
senyawa halogen. Sifat halogen yang berada di dalam senyawa organik sangat
berbahaya dan memiliki reaktivitas yang tinggi untuk mencapai kestabilan
dalam tubuh dengan cara berikatan terhadap senyawa-senyawa di dalam tubuh
yang menimbulkan efek toksik dan memicu kanker pada manusia (Kusmayadi
& Sukandar, 2009).

Struktur Rhodamin B
Efek zat pewarna tekstil ini yang dicampur ke dalam makanan atau
minuman, meskipun warna yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan,
namun dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sebab, pewarna
tekstil bersifat karsinogen yang menjadi penyebab penyakit kanker.

2.2 Zat Pengawet


Pengawet merupakan bahan yang sering digunakan untuk mengawetkan
makanan supaya dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pengawet dapat
menghambat mikroorganisme untuk menguraikan makanan sehingga tidak mudah
membusuk dalam jangka waktu tertentu. Pengawet makanan ada dua jenis, yaitu
pengawet alami dan pengawet sintetik. Pengawet alami dapat berupa gula dan garam.
Sedangkan, beberapa jenis zat pengawet sintetik yang sering digunakan pada makanan
seperti natrium nitrat, natrium nitrit, asam benzoate, asam propionate dan lain-lain.
Namun terdapat beberapa produsen menggunakan zat pengawet yang tidak lazim
digunakan pada bahan makanan seperti boraks dan formalin.

2.2.1 Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan
nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7.10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk

117
padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat
(H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat
deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya
ini haram digunakan untuk makanan (Cahyadi, 2008). Boraks memiliki khasiat
antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak,
larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga
digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan
antiseptik kayu (Khamid, 2006).

Gambar Padatan Boraks


Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan
berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong,
ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat
membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan
makanan (Vepriati, 2007). Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara
langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-
demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap
melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang
terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih
dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya
menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi
118
pria. Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan
otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan
demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,
menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,
pingsan bahkan kematian (Djamhuri, 2009).

2.2.2 Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam
air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin
dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde,
Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal,
Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, 2006).
Formalin merupakan bahan kimia yang biasa dipakai untuk membasmi
bakteri atau berfungsi sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan
kelompok desinfektan kuat, dapat membasmi berbagai jenis bakteri
pembusuk, penyakit, cendawan atau kapang, disamping itu juga dapat
mengeraskan jaringan tubuh setiap hari. Kita menghirup formalin dari
lingkungan sekitar. Skala kecil, formaldehida sebutan lain untuk formalin
secara alami ada di alam. Formalin di udara terbentuk dari pembakaran gas
metana dan oksigen yang ada di atmosfer, dengan bantuan sinar
matahari. Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55 %, sangat reaktif
dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai zat pereduksi yang kuat, mudah
menguap karena titik didihnya rendah yaitu -21ºC (Winarno, 2004).
Peraturan Menteri Kesehatan sudah menyatakan bahwa formalin
merupakan bahan tambahan makanan terlarang, ternyata pada kenyataannya
masih banyak para pedagang/produsen makanan yang “nakal” tetap
menggunakan zat berbahaya ini. Formalin digunakan sebagai pengawet
makanan, selain itu zat ini juga bisa meningkatkan tekstur kekenyalan
produk pangan sehingga tampilannya lebih menarik (walaupun kadang bau
khas makanan itu sendiri menjadi berubah karena formalin). Makanan
yang rawan dicampur bahan berbahaya ini biasanya seperti bahan

119
makanan basah seperti ikan, mie, tahu hingga jajanan anak di sekolah
(Afrianto, 2008). Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah
bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu,
formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu
hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah
terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal .
Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan berformalin
lainnya menjadi lebih awet.
Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam
bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan
membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh
bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di
bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan
lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak
bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi
secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari
serangan berikutnya. Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan
menyerang protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada
lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis
tinggi.

Struktur Formalin
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : Luka bakar pada kulit, Iritasi pada
saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Dampak
formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat Akut : efek pada kesehatan
manusia langsung terlihat : sepert iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual,
muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Kronik : efek pada kesehatan
120
manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang :
iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal,
pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat
menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi
akumulasi formalin dalam tubuh.
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan
sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung,
mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek
neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head
dan kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut,
tenggorokan, paru dan otak. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi
mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur,
dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka
formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi
kerusakan pada lensa mata. Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut
terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi
pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah
rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi
kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan
ginjal.
BPOM, sebagai lembaga pengawas obat dan makanan memiliki data
statistik penggunaan formalin dalam makanan sebesar 98 sampel makanan
dengan rincian 23 sampel mie basah 15 produk tercemar formalin (65%) 34
sampel aneka ikan asin – 22 produk tercemar (64,7%) dan 41 sampel tahu dan
semuanya tercemar (100%). Data statistik ini dikeluarkan pada tahun 2007,
bisa dibayangkan bagaimana perkembangan nya pada tahun ini.
Untuk menghindari bahaya formalin dalam makanan, kita dapat
memerhatikan beberapa hal dalam memilih makanan yang hendak dikonsumsi.
Beberapa hal ini dijelaskan oleh Departemen Kesehatan RI dalam situs
resminya:

121
1. Hindari jajanan yang terlampau murah, tidak jelas dan tidak higenis.
2. Untuk tahu, perhatikan tekstur, jika sangat bagus, kenyal, tidak mudah
hancur, awet dalam beberapa hari dan tidak mudah busuk – maka dipastikan
tahu tersebut berformalin.
3. Mie basah yang awet dan tidak mudah busuk lebih dari tiga hari juga
dipastikan mengandung formalin.
4. Ayam potong yang terlihat sangat bersih dan berbau obat serta awet lebih
dari 4 hari dipastikan mengandung formalin.
5. Ikan basah yang dagingnya berwarna putih, serta insang nya berwarna
merah tua juga dipastikan mengandung formalin ketika sudah tidak busuk
pada hari ke 5.
6. Produk bakso yang kenyal, tahan lama serta berbau zat kimia juga
dipastikan mengandung formalin.

122
BAB III
METODE SOSIALISASI

Sosialisasi mengenai “Zat Aditif pada Bahan Makanan” ini dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kimia Bahan Makanan. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta sejumlah 29 orang
terdiri dari siswa/i SMAN 1 Narmada dan beberapa mahasiswa fakultas MIPA Universitas
Mataram. Sosialisasi ini dilaksanakan pada waktu dan tempat sebagai berikut :

Hari, tanggal : Sabtu, 9 Desember 2017


Waktu : 08.00-10.30 WITA
Tempat : SMAN 1 Narmada

Pada sosialisasi ini, dilakukan beberapa tahapan yaitu persiapan, pembukaan, penyampaian
materi sosialisasi, demonstrasi praktikum, sesi diskusi dan tanya jawab serta penutup.

123
BAB IV
PEMBAHASAN

Sosialisasi tentang “Zat Aditif pada Bahan Makanan (Bahan Tambahan Pangan)”
diadakan di SMAN 1 Narmada pada tanggal 9 Desember 2017. Jumlah peserta sosialisasi
yaitu 29 orang yang terdiri dari 20 orang siswa/siswi SMAN 1 Narmada dan 9 orang
mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Unram tahun angkatan 2014. Sasaran peserta
sosialisasi ini diambil dari kalangan siswa dan siswi agar setiap siswa dan siswi tersebut dapat
menyampaikan kembali pengetahuan yang didapatkan saat sosialisasi ke masyarakat di
lingkungannya masing-masing mengingat pentingnya pengetahuan mengenai penyalahgunaan
bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan yang sering dikonsumsi. Bagi masyarakat,
tentunya harga yang murah lebih penting dibandingkan dengan kualitas dari makanan
tersebut. Selain itu, minimnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya rhodamin B, boraks
maupun formalin membuat masyarakat tetap tenang membeli bahan-bahan makanan di
berbagai tempat. Oleh karena itu, sosialisasi ini akan sangat berguna untuk membah informasi
kepada masyarakat agar mereka lebih mewaspadai setiap jajanan maupun bahan makanan
lainnya yang dibeli di pasar maupun di tempat lainnya. Materi yang diberikan pada sosialisasi
ini disampaikan dengan cara dan bahasa yang mudah dimengerti dan diingat oleh masyarakat
(khususnya pelajar SMA).
Pada kegiatan ini, dilakukan beberapa tahapan kegiatan, yaitu :
4.1 Persiapan
Kami mempersiapkan kegiatan ini seminggu sebelum kegiatan ini akan
dilaksanakan sesuai rencana, yaitu mulai dari survei ke SMAN 1 Narmada;
mengirim surat izin mengadakan kegiatan ke pihak sekolah, peminjaman gedung
dan fasilitas; menyiapkan materi sosialisasi; menyiapkan keperluan penunjang
untuk melakukan demonstrasi praktikum; hingga mempersiapkan konsumsi dan
ruang kelas yang kami gunakan.

124
Kendala : tidak ada kendala yang begitu berarti dalam proses persiapan ini Pada
hari H kegiatan kami juga melakukan persiapan ruangan yaitu 1 jam sebelum
kegiatan, sehingga pada saat kegiatan dimulai dapat berjalan dengan lancar.
Tugas untuk setiap anggota kelompok telah ditetapkan sebelumnya, sehingga
setiap anggota mengetahui peran dan fungsinya masing-masing. Adapun tugas
setiap anggota sebagai berikut :
Moderator & MC : Vina Yada Ditya
Notulen : Husnul Hudyani
Penyaji Materi : Rizka Nurul Hasanah dan Siti Almitera Illiyin
Penyaji Praktikum : Hamdani Janori dan Ilhamsyah
Regitrasi : Zuhriatin dan Ni Komang Mahendri W.
Dokumentasi : Dino Julianto

4.2 Pembukaan
Pembukaan sosialisasi dilakukan oleh moderator sekaligus MC yaitu saudari
Vina Yada Ditya dengan melafazkan Al-basmallah. Pembukaan ini dilakukan
dengan cara semi formal agar peserta sosialisasi tidak merasa kaku dan canggung.
Tidak ada kendala yang dihadapi pada saat pembukaan.

4.3 Interview ringan


Interview ringan ini dilakukan langsung oleh moderator sekaligus MC setelah
membuka acara. Hal ini bertujuan untuk membuka wawasan peserta agar lebih aktif
dalam sosialisasi ini. Sehingga akan terjalin komunikasi dua arah dan maksud dari
sosialisasi ini tersampaikan kepada peserta sosialisasi. Interview ringan ini
dilakukan dengan cara moderator menanyakan beberapa pertanyaan kepada peserta
seputar pengetahuan tentang bahan makanan yang sering mereka konsumsi dan
peserta diminta untuk menjawab secara spontan. Berikut adalah daftar pertanyaan
dan jawaban hasil interview ringan yang telah kami lakukan;
1. Apa yang kalian ketahui tentang bahan makanan?
Jawaban : bahan makanan mengandung komposisi seperti protein, vitamin,
karbohidrat, dan komposisi lain yang diperlukan oleh tubuh.
2. Bahan tambahan apa yang biasanya saudara/i tambahkan dalam makanan?

125
Jawaban : yang sering ditambahkan biasanya kecap, saos, pewarna makanan,
pengawet makanan, perasa, pemanis dan lain-lain.
3. Apa yang saudara/i perhatikan saat membeli bahan makanan?
Jawaban : bungkusan bahan makanan, warnanya, aromanya, terkenal
kelezatannya, dan rupanya menarik.
4. Dampak yang ditimbulkan saat mengkonsumsi makanan yang mengandung
bahan berbahaya?
Jawaban : kenyang, pusing, diare, gigi berlubang.
4.4 Penyampaian materi
Penyampaian materi ini dilakukan oleh 2 orang yaitu Rizka Nurul Hasanah
dan Siti Almitera Iliiyin. Ada beberapa materi yang disampaikan oleh penyaji, yaitu
tentang Bahan Tambahan pangan (BTP), penyalahgunaan BPT serta bahayanya,
pengertian, kegunaan dan bahaya mengkonsumsi Rhodamin B, boraks dan
Formalin, serta bagaimana cara untuk menguji suatu bahan makanan mengandung
senyawa tersebut atau tidak.
Adapun rincian materi tersebut yaitu :
1. Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan
tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan
memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti
protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan
sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan
alami dan buatan atau sintetis.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah
merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan
tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa
enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan
penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia
(food aditiva). Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk
yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.

126
Bahan tambahan makanan/pangan dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
1) Antioksidan
Digunakan untuk memperpanjang daya simpan dan meningkatkan
stabilisasi makanan yang banyak mengandung lemak dan minyak dan
dapat pula digunakan untuk sari buah dalam kaleng sehingga terhindar dari
proses ketengikan yang menyebabkan perubahan warna, rusaknya vitamin,
bahkan penurunan nilai gizi. Contoh dari antioksidan adalah BHA, BHT,
THBP, TBHQ, NDGA, garam EDTA, (tokoferol, propilgallat, lesitin, dan
asam askorbat termasuk anti oksidan alami).
2) Anti Kempal
Digunakan untuk tujuan mencegah pengempalan atau penggumpalan
makanan terutama yang berbentuk serbuk, tepung, atau butiran (seperti
susu bubuk, krim bubuk, garam meja, dan kaldu bubuk). Umumnya bahan
makanan seperti itu mempunyai sifat mudah menyerap air (hidroskopis).
Bahan anti kempal tidak bersifat toksin dan ikut terserap oleh metabolisme
tubuh, namun dosisnya yang dugunakan harus sesuai dengan peraturan.
Jenis bahan ini adalah Aluminium silikat, Kalsium silikat, Magnesium
karbonat, Magnesium silikat dan Alumino silikat.

3) Pengatur keasaman (asidulan)


Umumnya digunakan atau berfungsi untuk mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman bahan makanan yang
diolah serta sebagai penegas rasa, warna, dan pengawet. Pada produk
olahan buah dan sayuran penambahan zat ini berakibat pada penurunan pH
juga mengurangi resiko tumbuhnya mikroba. Produk pangan olahan yang
sering memanfaatkan asidulan antara lain sari buah, acar ketimun, jem,
jeli, dan ikan kalengan). Asam organik yang sering ditambahkan pada
bahan makanan yakni asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat,
asam malat, asam suksinat, dan asam tatrat, sedangkan asam anorganinya
adalah asam fosfat.

4) Pemanis

127
Merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk memberi
rasa manis dan membantu mempertajam terhadap rasa manis tersebut,
biasanya memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa dan
hampir tidak mempunyai nilai gizi. Pada umumnya pemanis ini
dicampurkan pada berbagai produk olahan seperti kue, minuman ringan,
sari buah, dan sirop. Pemanis ideal harus memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. tingkat kemanisan minimal sama dengan sukrosa; tidak berwarna;
larut dalam air;
b. komposisinya stabil, tidak beracun dan tidak membahayakan
kesehatan pemakai;
c. memiliki sifat-sifat dan fungsi lain untuk makanan dan minuman
misalnya sebagai penghalus tekstur kue serta;
d. secara ekonomi layak.

Didalam industri pangan, dipakai dua jenis bahan pemanis yaitu sebagai
berikut :
a. Bahan pemanis Nutritif merupakan gula atau senyawa organik
karbohidrat yang mengandung nutrisi menghasilkan sejumlah kalori.
Pemanis nutritif ini terdiri dari pemanis nutritif alami yang berasal
dari tanaman dan hewan seperti gula tebu, gula bit, fruktosa (gula
buah), glukosa, sorbitol, maltosa dan laktosa (gula susu); serta
b. Pemanis nutritif sintesa yang berasal dari senyawa sintesis misalnya
aspartam, dimana aspartam ini memiliki tingkat kemanisan 200 kali
kemanisan sukrosa (gula pasir). Pemanis jenis ini terdiri dari asam-
asam amino dan amat sensitive terhadap pemanasan tinggi
(menyebabkan hilangnya rasa manis yang terkandung dalam senyawa
Aspartam) banyak digunakan untuk pemanis produk minuman ringan
(soft drink), khususnya untuk program diet dan aman untuk penderita
diabetes. Bahan pemanis non-nutritif adalah pemanis yang hanya
sedikit mengandung kalori atau tidak sama sekali. Pemanis ini ada
yang berasal dari tanaman, protein dan dari sintesis beberapa reaksi
kimia seperti Siklamat dan sakarin. Sakarin memiliki tingkat

128
kemanisan 200-700 kali tingkat kemanisan gula pasir dan memiliki
‘After taste’ dimana tertinggal rasa pahit setelah rasa manis berlalu,
sedangkan tingkat kemanisan siklamat hanya 30-80 kali gula pasir dan
tidak memiliki ‘After taste’.

5) Pemutih dan pematang tepung


Berfungsi untuk mempercepat proses pemutihan dan pematangan
tepung dengan demikian diharapkan mutu pangan dapat diperbaiki. Bahan
ini banyak digunakan pada tepung, seperti tepung terigu karena produk
tepung terigu yang masih baru biasanya berwarna kekuningan dan kadang
kurang elastis sehingga apabila dijadikan adonan roti tidak mengembang
dengan baik, untuk itu diperlukan zat pemutih dan pematang tepung
seperti benzoil peroksida atau kalium bromat. Tetapi dapat digunakan pula
zat yang memiliki fungsi ganda (sebagai pemutih sekaligus pengembang)
seperti nitrosil klorida dan nitrogen oksida.

6) Pengemulsi, pemantap dan pengental


Pengemulsi ini berfungsi sebagai pencegah terpisahnya antara dua
cairan yang berbeda (seperti minyak dan air atau cuka dengan bumbu
salada). Daya kerjanya terutama dipengaruhi oleh bentuk molekulnya yang
mampu terikat oleh dua jenis cairan serta dapat membantu terbentuknya
atau memantapkan sistem dispensi yang homogen pada makanan. Bahan
yang berfungsi sebagai pengemulsi antara lain kuning telur, putih telur
(albumin), gelatin, lesitin, pektin, kasein, tepung paprika (mustard) dan
pasta kanji. Diantara produk olahan pangan yang memanfaatkan
pengemulsian adalah mayonnaise, frenc dressing (salah satu salad
dressing), krim keju, susu, mentega, margarin, dan shortening. Beberapa
penyetabil/pemantap ada pula yang berfungsi emulsifers diantaranya gum
arab bisanya dimanfaatkan sebagai emulsi cita rasa minuman ringan dan
gum tragakan amat cocok digunakan untuk menghasilkan emulsi cita rasa
bacery. Untuk proses pengentalan bahan pangan cair dapat digunakan
hidrokoloid, gumi dan bahan polimer sintetis. Bahan Pengental ini seperti
karagenan, agar, pectin, gum arab, CMC.

129
7) Pengawet
Merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan guna
mencegah atau menghambat tumbuhnya jamur, bakteri, atau jasad renik.
Dengan begitu proses fermentasi (pembusukan), pengasaman atau
penguraian akibat aktivitas jasad renik dapat dicegah sehingga daya
simpannya relatif lebih panjang. Beberapa bahan pengawet diantaranya ;
a. senyawa organik seperti asam sorbat, asam propionat, asam asetat, dan
epoksida dan senyawa anorganik seperti garam nitrat dan nitrit;
b. Zat oksidatif yang dapat menimbulkan reaksi oksidasi seperti
peroksida dan ozon;
c. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan dari suatu mikroba,
terutama jamur yang berfungsi sebagai pembasmi mikroba tetapi sejak
tahun 1966 dilarang digunakan karena dapat menimbulkan kekebalan
dengan efek lain berupa reaksi alergi dan keracunan pada pengguna;
d. Fungisidal dipakai untuk membasmi pertumbuhan jamur pada produk
makanan seperti pimaricin;
e. Ikatan halogen yang terdapat pada klorin yang berfungsi untuk
membunuh dan mencegah pertumbuhan bakteri, alga, dan protozoa,
zat ini digunakan sebagai pembersih, pelindung dan sanitasi peralatan
dalam industri makanan tidak langsung dipakai pada makanan karena
umumnya bersifat racun;
f. Ikatan amonium bersifat basa dan cara kerjanya sama dengan ikatan
halogen.

Berbagai jenis pengawet ini telah banyak dikenal oleh masyarakat,


dimana aktivitas bahan pengawet tidak sama, ada yang efektif untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, khamir, ataupun kapang, maka dalam
pemakaiannya harus selektif sehingga tidak menimbulkan efek samping
bagi pengguna makanan.

8) Pengeras

130
Merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk
memperkeras atau mencegah melunaknya bahan makanan hasil olahan.
Pengeras ini disebut juga bahan perenyah. BTM ini ditambahkan pada
pengolahan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan karena sering
menghasilkan tekstur yang berubah menjadi lunak akibat proses
pengolahan atau pemanasan. BTM yang berfungsi sebagai pengeras antara
lain aluminium sulfat, kalsium glukonat, kalsium karbonat, kalsium laktat,
kalsium sitrat dan kalium sulfat.

9) Pewarna
Merupakan BTM yang digunakan untuk mempertajam atau
menyeragamkan warna yang memudar akibat pengolahan (menjadi pucat,
atau mengalami pencoklatan), sehingga dapat meningkatkan daya tarik
dari produk makanan tersebut. Pewarna makanan ini secara rinci terbagi
menjadi 3 golongan yaitu :
a. Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan bahan
alami, baik nabati, hewani maupun mineral seperti daun suji (warna
hijau), kunyit (warna kuning) daun Jati (warna merah) dan gula merah
(warna coklat);
b. Pewarna identik alami merupakan pigmen yang dibuat secara sintetis
dimana struktur kimianya identik dengan pewarna alami seperti
karotenoid murni (santoxantin/merah, apokaroten/merah-oranye, beta-
karoten/oranye sampai kuning, pewarna ini hanya boleh digunakan
dalam konsentrasi tertentu kecuali beta karotin;
c. Pewarna sintetis biasa digunakan untuk produk pangan berskala besar
yang tebagi dua yaitu Pewarna sintetis FD & C Dyes digunakan untuk
minuman ringan, minuman berkarbonat, kue, produk susu,
pembungkus sosis dan FD & C Lakes seperti biru berlian, coklat HT,
hijau CFC digunakan untuk makanan yang banyak mengandung
lemak atau produk-produk berkadar air rendah misalnya tablet,
adonan cake, donat, kembang gula dan permen karet.

10) Penyedap rasa, aroma dan penguat rasa

131
Merupakan BTM yang dapat memberikan, menambah atau
mempertegas rasa dan aroma. Penggunaan penegas rasa atau sering disebut
penyedap rasa yang berfungsi untuk menambah rasa nikmat pada masakan
yang diolah juga sebagai penekan rasa yang tidak diinginkan pada suatu
bahan makanan. Zat penyedap ini dapat berasal dari senyawa alami seperti
bawang bombay, bawang putih, ekstrak tanaman atau sari buah, minyak
esensial dan oleorisin. Sedangkan senyawa sintetis berasal dari hasil
sintetis zat-zat kimia seperti Vetsin/MSG (mono sodium glotamat).
Adapun contoh bahan untuk pemberi aroma tergolong pemberi aroma
alami adalah jeruk, berbagai macam rempah, minyak asiri dan oleoresin
dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah, sedangkan tergolong tiruan
atau identik alami yang dibuat secara sisntetis dan bahannya merupakan
campuran bahan kimia adalah amil asetat (aroma pisang), amil kaproat
(aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili) dan metil
anthranilat (aroma buah anggur).

11) Sekuestran
Merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi mengikat logam
yang terdapat dalam bahan makanan olahan sehingga kehadirannya amat
membantu terjaganya kestabilan warna, cita rasa, dan tekstur makanan.
Contohnya adalah Asam Fosfat, Asam Sitrat, Dikalium fosfat, Kalium
Sitrat. BTM ini digunakan dalam pengolahan makan seperti kepiting
kalengan, minyak kacang, minyak kelapa, kentang goreng beku lemak,
kaldu, es krim, daging awetan, dll

2. Bahaya Penggunaan BTP yang dilarang

132
Secara umum efek yang ditimbulkan oleh penambahan zat aditif yang
berlebihan pada makanan adalah menimbulkan berbagai macam penyakit pada
tubuh. Hal ini disebabkan karena setiap jenis zat aditif yang digunakan dapat
menganggu sistem kerja organ dalam tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan
seperti kanker, diabetes, gangguan hati, tumor, serta gangguan sistem
pencernaan.

3. Pengertian, Kegunaan, dan Bahaya mengkonsumsi Rhodamin B serta Ujinya


Rhodamin B merupakan suatu senyawa kimia yang biasa digunakan
sebagai pewarna pada industry cat, tekstil dan kertas. Senyawa ini sering kali
disalahgunakan sebagai zat pewarna pada makanan. Beberapa kegunaan
rhodamin b yang sebenarnya adalah untuk mewarnai bahan-bahan ‘keras’
seperti tekstil, kertas, dan plastik. Hal ini disebabkan karena kemudahan
senyawa ini melarut dalam berbagai zat seperti (air, alkohol, HCl, NaOH,
dsb) 

Gambar struktur senyawa rhodamin B

133
Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna Rhodamin B antara lain
makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak
memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Contoh makanan yang
mengandung Rhodamin B adalah jajanan pasar yang memiliki warna merah
terang, kerupuk, terasi dan minuman bersoda. Rhodamin B dilarang
penggunaannya pada makanan karena senyawa ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti:
1) Menyebabkan kanker
2) Menimbulkan iritasi saluran pernapasan
3) kerusakan hati
4) Iritasi kulit
5) Iritasi saluran pencernaan
6) Terjadinya penimbunan lemak

Jajanan yang sering mengandung rhodamin B

Terasi yang mengandung rhodamin B

Salah satu metode untuk menganalisis keberadaan Rhodamin B adalah


dengan teknik kromatografi kertas. Kromatografi adalah proses pemisahan
134
yang digunakan untuk memisahkan campuran molekuler berdasarkan
perbedaan kecepatan migrasi komponen dan distribusi molekul-molekul dalam
dua fase, yaitu fase diam (adsorben) dan fase bergerak (eluen). Dengan
perkataan lain prinsip dasar dalam analisis kromatografi adalah berdasarkan
pada prinsip distribusi fase yakni suatu perpindahan komponen-komponen zat
yang dianalisis dari suatu fase yang bergerak (eluen) menuju ke fase lain yang
diam (adsorben) yang dilaluinya (Anonim, 2010).
Dibawah ini merupakan hasil uji rhodamin B yang telah digunakan.
Dimana sampel yang kami gunakan adalah terasi dan wantex. Dapat dilihat
dari hasil pengamatan bahwa kedua sampel negatif mengandung rhodamin B
karena tidak menunjukan Rf yang sama dengan rodhamin B standar.

4. Pengertian, Kegunaan, dan Bahaya mengkonsumsi Boraks serta Ujinya


Boraks dengan nama kimia natrium tetraborat (Na2B4O7 10H2O) adalah
senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil pada suhu
tekanan normal. Boraks memiliki khasiat antiseptika dalam salep, bedak,
larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga
digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan
antiseptik kayu.

135
Struktur Natrium tetraborat (Boraks)

Penggunaan boraks pada makanan sering dijumpai pada mie basah, bakso,
kerupuk, jajanan dengan cirri-ciri sebagai berikuit :
1) Ciri-ciri mie basah : Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan
tidak cepat putus.
2) Ciri bakso : teksturnya sangat kenal, warna tidak kecokelatan seperti
penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
3) Ciri-ciri jajanan : teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, seperti sangat
gurih dan membuat lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
4) Ciri-ciri kerupuk : teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi makanan yang


mengandung boraks adalah :
1) Dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bayi, terutama mata.
2) Menyebabkan gangguan proses reproduksi.
3) Dapat menimbulkan iritasi pada lambung, kulit merah dan mengelupas.
4) Menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testis.
5) Iritasi pada saluran pernapasan
6) Efek Akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual,
nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai
muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala.
Uji borak dapat dilakukan dengan cara kualitatif berupa uji nyala dan
secara kuantitatif melalui titrasi dan juga dengan uji kertas tumerik. Dari ketiga
cara ini uji kualitatif ujia nyala dan kertas tumerik lebih sering digunakan
karena lebih mudah dan efisien. Pada uji nyala ini, sampel dinyatakan positif
jika warna nyala yang dihasilkan berwarna hijau seperti pada gambar dibawah
ini.

136
Dan hasil uji positif dengan menggunakan metode uji kertas tumerik adalah
terbentuk endaan berwarna mera bata pada media kertas saring yang
menandakan adanyareaksi antara boraks dengan larutan indikator (larutan
kunyit)

5. Pengertian, Kegunaan, dan Bahaya mengkonsumsi Formalin serta Ujinya


Senyawa kimia formaldehid (formalin) merupakan aldehyde dengan
rumus kimia CH2O yang berbentuk gas atau cair. Formalin dapat digunakan
sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet untuk hewan dan
manusia, insektisida, bahan baku resin plastik, bahan peledak, dan sebagai
pembersih.

Makanan yang mengandung formalin biasanya memiliki cirri-ciri sebagai


berikut:
1) Ayam potong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk
2) Bakso yang tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar dan memiliki tekstur
yang sangat kenyal
3) Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang
berwarna merah tua dan tidak cemerlang, bau menyengat khas formalin.

137
4) Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar,
warna ikan bersih dan cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.
5) Tahu yang biasanya berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet
hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau
menyengat khas formalin.
6) Mie Basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 oC), bau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.

Uji senyawa formalin pada makanan dapat dilakukan dengan


menggunakan pereaksi fehling A dan fengling B melalui proses pemanasan.
Kedua pereaksi ini merupakan oksidator lemah yang dapat mengidentifikasi
senyawa aldehide. Uji postif pada percobaan ini ditandai dngan terbentuknya
endapan merah bata pada dasar tabung reaksi setelah larutan sampel
dipanaskan seperti pada gambar berikut :

4.5 Demonstrasi Praktikum


Praktikum yang disajikan adalah uji kertas tumerik untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan boraks didalam bahan makanan yang dicurigai. Adapun bahan-
bahan yang diperlukan adalah beberapa botol semprot, media uji (cotton buds

138
pengganti kertas saring), beberapa sampel yang dicurigai (tahu, bakso dan mie
basah), larutan standar boraks, dan larutan indikator (larutan kunyit).
Adapun prosedur uji kertas tumerik ini meliputi proses penghancuran sampel
dan pelarutan sampel menggunakan air hangat, selanjutnya larutan sampel
didekantasi untuk memperoleh filtratnya. Setelah semua sampel mendapatkan
perlakuan yang sama, maka filtrat dari sampel-sampel tersebut dimasukan kedalam
botol semprot guna mempermudah proses uji yang akan dilakukan. Selanjutnya
pada media uji (cotton buds) disemprotkan terlebih dahulu larutan indikator (larutan
kunyit), dan kemudian disemprotkan sampel yang dicurigai dan larutan standar
boraks pada media uji yang berbeda. Kemudian media uji dikeringkan guna
mempermudah melihat perubahan warna yang terjadi. Hasil yang diperoleh pada
media uji yang disemprotkan larutan standar boraks adalah merah bata yang
mengindikasikan terdapat senyawa boraks, dan pada sampel yang dicurigai
menghasilkan warna merah bata yang agak sedikit pudar yang mengindikasikan
bahwa pada sampel2 tersebut mengandung senyawa boraks.

4.6 Tanya jawab


Pada sesi Tanya jawab, peserta diberikan kesempatan untuk menayakan hal-hal
yang masih kurang jelas atau hal-hal yang ingin diketahui seputar bahan makanan.
Adapun pertanyaan yang disampaikan oleh peserta adalah sebagai berikut :
1. Apakah ketiga bahan tersebut (rhodamin B, Formalin dan Boraks) memiliki
standar yang boleh dikonsumsi?
Jawaban : ketiga bahan tersebuit sebenarnya bukan bahan yang boleh
ditambahkan kedalam makanan sehingga tidak ada standar yang ditentukan
oleh pemerintah sebagai standar yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Karena
ketiga bahan tersebut telah dilarang penggunaannya sedikitpun pada makanan.
Apa bahan tambahan pangan seperti micin berpengaruh pada kesehatan atau
bagaimana dampak penggunaan micin?
Jawaban : Micin merupakan salah satu penyedap rasa yang sudah lumrah
digunakan atau ditambahkan pada proses memasak suatu bahan makanan.
Micin memiliki kandungan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan
micin dalam batas normal tidak akan menimbulkan dampak apapun, tetapi

139
apabila micin digunakan di atas batas normal maka akan menimbulkan dampak
pada sel saraf otak.
2. Bagaimana bisa boraks dan formalin mengawetkan bahan makanan?
Jawaban : boraks dan formalin mengawetkan bahan makanan karena sifatnya
yang dapat melindungi makanan tersebut dari bakter (antibakteri). Boraks akan
bereaksi dengan ptotein pada bahan makanan dan membentuk lapisan pada
makanan tersebut sehingga bakteri tidak dapat memakan proteinnya.
Sedangkan formalin bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri yang
disusun oleh protein sehingga bakteri tersebut akan mati dan tidak dapat
membusukkan makanan.

4.6 Penutup
Setelah tanya jawab selesai, moderator lalu menutup acara sosialisasi dengan
melafazkan Al-hamdallah.

BAB V
PENUTUP

140
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil sosialisasi yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Zat aditif makanan merupakan suatu bahan tambahan yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas dari suatu makanan. Jenis zat aditif yang sering ditambahkan
berupa pemanis, pewarna, penambah aroma, dan pengawet. Secara umum zat aditif
dikelompokkan menjadi zat aditif alami dan sintesis. Zat ditif alami berasal dalam
bahan alam sehingga tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh. Akan
tetapi, zat aditif sintesis lebih dipilih masyarakat karena lebih murah dan mudah
didapat. Penggunaan zat aditif sintetis dalam kadar yang banyak dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dalam tubuh. Gangguan kesehatan yang sering
diderita adalah gangguan pencernaan, pernapasan, reproduksi, kangker dan
kematian.
b. Penyalahgunaan zat aditif dalam makanan marak terjadi dikalangan masyarakat.
Senyawa seperti rodhamin B, boraks dan formalin menjadi pilihan utama
masyarakat untuk penambahan pada bahan makanan. Ketiga senyawa ini
merupakan senyawa yang sangat berbahaya apabila ada di dalam tubuh. Senyawa
rhodamine merupakan bahan pewarna yang biasa digunakan dalam tekstil, kertas
dan industri cat. Senyawa boraks merupakan bahan yang digunakan untuk
antimikroorganisme yang digunakan dalam salep, balsam, insektisida, dan
pembersih lantai. Senyawa formalin merupakan bahan pengawet untuk mayat dan
bangkai hewan. Oleh karena itu, apabila ketiga senyawa ini terkontaminasi dalam
tubuh akan menimbulkan berbagai macam penyakit dalam tubuh dan paling parah
dapat menyebabkan kematian.

5.2 Saran
a. Masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih makanan untuk dikonsumsi terutama
untuk jajanan pinggir jalan.
b. Sebaiknya masyarakat dapat meminimalisasi penggunaan zat aditif berbahaya
dalam makanan.
DAFTAR PUSTAKA

141
Afrianto, Eddy. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid II. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta : Penebar Swadaya.

De Man, M. J., 1980. Principles of Food Chemistry. Jakarta: ITB-Press.

Djamhuri, Agus. 2009. Racun dalam Makanan. Surabaya: Airlangga University Press.

Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Kompas.

Kusmayadi A., dan Sukandar D. 2009. Food Safety and Its Application in Daily Life to
Prevent Dangers of Consuming Unsafe Foods and Promote SPFS Farmer’s
Health. http://database.deptan.go.id/saims-indonesia/index.php?files [8
Desember 2016].

Merck Index. 2006. Chemistry Constant Companion, Now with a New Additon, Ed 14Th.
USA: Merck & Co., Inc, Whitehouse Station, NJ.

Pitojo, Setijo dan Zumiati. 2009. Pewarna Nabati Makanan. Yogyakarta: Kanisius.

Winarno, FG. 2004. Keamanan Pangan 2. Bogor: M Brio Press.

Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi.

http://kimiadasar.com/zat-aditif-pada-makanan/

http://www.bukupedia.net/2015/12/macam-macam-zat-aditif-pada-makanan-
lengkap.html

http://nizzgsukarya.blogspot.co.id/2011/06/makalah-rhodamin-b.html

142
http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/07/pengertian-fungsi-dan-sifat-formalin.html

http://fhienhasidwi.wordpress.com/tugas-kuliah/mpit/pewarna-alami-dan-pewarna-
sintetik/

http://mudaindonesia.com/bahaya-formalin-bagi-kesehatan/

143
Lampiran Foto Kegiatan

144
145
146
147
148

Anda mungkin juga menyukai