A. Bahan Warna Sintetik yang Boleh Digunakan dan Tidak Boleh Digunakan
Bahan pewarna yang masih diperbolehkan untuk dipakai yaitu
1. Amarant (pewarna merah),
2. Tartrazine (pewarna kuning),
3. Erythrosine (pewarna merah),
4. Fast green FCF (pewarna hijau),
5. Sunset yellow (pewarna kuning),
6. Brilliant blue (pewarna biru).
Meskipun bahan pewarna tersebut diizinkan, tetapi harus selalu berhati-hati
dalam memilih makanan yang menggunakan bahan pewarna buatan karena
penggunaan yang berlebihan tidak baik bagi kesehatan. Penggunaan tartrazine
yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada
anak. Penggunaan erythrosine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi
pada pernapasan, hiperakfif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang
baik pada otak dan perilaku. Penggunaan Fast Green FCF secara berlebihan
dapat menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor. Adapun penggunaan
sunset yellow yang berlebihan dapat menyebabkan radang selaput lendir pada
hidung, saki pinggang, muntah-muntah, dan ganguan pencernaan. Selain itu,
terdapat beberapa bahan tambahan makanan yang dilarang penggunaannya
untuk pangan meskipun saat masih banyak digunakan. Misalnya, formalin,
boraks, rhodamin-B (pewama merah), dan methanil yellow (pewarna kuning).
Pewarna ini tergolong pewarna sintetis. Khusus untuk methanil yellow dan
rhodamin-B hanya diperbotehkan untuk pewarna barang hasil industri seperti
plastik, tekstil, kertas, keramik, ubin, dan sebagainya. Zat pewarna sintesis ini
bersifat racun jika digunakan dalam pewarna makanan dan dapat memicu
pertumbuhan zat karsinogenik yang menyebabkan munculnya penyakit kanker.
Oleh karena, harus berhati-hati dalam memilih makanan yang mempunyai warna
sangat menarik karena ada oknum pedagang yang masah menggunakan
pewarna tekstil untuk membuat makanan. Jadi jangan hanya tertarik pada
warnanya tetapi ingatlah dampak negatifnya.
D. PENGGU
NAAN PEWARNA BUATAN TERLARANG
1. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai
pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.28, Tahun 2004, rhodamin
B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-
produk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan,
iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan,
gangguan hati dan dapat menyebabkan kanker. Zat warna Rhodamin B
walaupun telah dilarang penggunaanya ternyata masih ada produsen yang
sengaja menambahkan zat warna rhodamin B untuk produknnya Harga menjadi
salah satu alasan oleh produsen untuk menggunakan zat pewarna tekstil untuk
ditambahkan pada produk makanan dan minuman, dimana zat pewarna tekstil
ini relatif lebih murah dan biasanya warnanya lebih menarik dibanding dengan
zat pewarna untuk makanan. Pemberian zat pewarna berbahaya dalam bahan
makanan dan minuman juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang zat
pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk
ditambahkan pada makanan. Masyarakat kurang mengetahui bahwa pewarna
tekstil yang digunakan dalam makanan dapat menimbulkan gangguan
kesehatan tubuh yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit
seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia Pewarna rhodamin B
banyak digunakan pada produk makanan dan minuman industri rumah tangga,
antara lain terdapat pada kerupuk, makanan ringan, permen , sirup, minuman
kemasan, es doger, dan manisan. Makanan yang diberi zat pewarna ini
biasanya berwarna lebih terang dan ditemukan pada makanan dan minuman
jajanan anak Sekolah Dasar (Judarwanto, 2009) Menurut WHO, rhodamin B
berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia dan kandungan logam
beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin
merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka
senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara
mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh.
Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang
bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam
tubuh. Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena
rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat. Uji
toksisitas rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit dan tikus telah
membuktikan adanya efek karsinogenik tersebut. Konsumsi rhodamin B dalam
jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan
gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati,
gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker
hati. Pada umumnya, bahaya akibat pengonsumsian rhodamin B akan muncul
jika zat warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu diketahui pula
bahwa rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500
mg/kg BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek toksik yang mungkin terjadi
adalah iritasi saluran cerna. Jika hal tersebut terjadi maka tindakan yang harus
dilakukan antara lain segera berkumur, jangan menginduksi muntah, serta
periksa bibir dan mulut jika ada jaringan yang terkena zat beracun. Jika terjadi
muntah, letakan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah
terjadinya muntahan masuk ke saluran pernapasan (aspirasi paru). Longgarkan
baju, dasi, dan ikat pinggang untuk melancarkan pernapasan. Jika diperlukan
segera bawa pasien ke rumah sakit atau dokter terdekat.
2. Metanil Yellow
Metanil yellow merupakan bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna
kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut dalam
benzen dan eter, serta sedikit larut dalam aseton. Pewarna ini umumnya
digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, dan cat,
serta sebagai indikator asam-basa di laboratorium. Namun pada prakteknya, di
Indonesia pewarna ini sering disalahgunakan untuk mewarnai berbagai jenis
pangan antara lain kerupuk, mie, tahu, dan pangan jajanan yang berwarna
kuning, seperti gorengan