GROUP44
1.1. SEPTIA
SEPTIAHIDAYATI
HIDAYATI
2.2. NINDI
NINDIHEDIYANTI
HEDIYANTI
3.3. MUHAMMAD
MUHAMMADICHSAN ICHSAN
4.4. MAULIA
MAULIAADRIANI
ADRIANI
5.5. LILIK
LILIKINDRIANI
INDRIANI
6.6. INTAN
INTANFEBRIANTI
FEBRIANTI
3.3.Asam
Asamlemak
lemakyang
yangterbentuk
terbentukdimasukkan
dimasukkan
kekedalam
dalamflash
flashtank(suhu
tank(suhuturun
turundan
danasam
asam
lemak
lemakyang
yangdihasilkan
dihasilkanmenjadi
menjadilebih
lebihpekat)
pekat)
4. dimasukkan ke kolom high vacuum still hingga proses destilasi, (proses ini
asam lemak akan menguap, sedangkan zat yang tidak diharapkan akan
keluar melalui bawah kolom}
5. Uap asam lemak yang terbentuk dilewatkan ke dalam cooler sehingga
dihasilkan asam lemak yang berbentuk pasta murni lalu produk ini
disimpan dalam holding tank.
6. Bahan baku lemak yang dipompa ke dalam mixer, lalu ditambahakn NaOH
dan diaduk dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi proses saponifikasi
atau penyabunan. Reaksi yang terjadi adalah :
R.COO.H +NaOH à RCOO.Na + H2O
7. dimasukkan ke dalam blender dengan kecepatan rendah agar campuran
homogeny, Pada blender terjadi pencampuran dengan bahan-bahan lain
yang dibutuhkan.
8. produk sabun telah jadi, dan untuk finishing diteruskan dengan dipompa
melalui jalur dipanaskan ke bar sabun untuk sabun batangan dengan
menggunakan tekanan.
Detergen berbeda dengan sabun dalam kerjanya pada
air sadah. Sabun membentuk senyawa tidak larut
dengan ion air sadah (Ca dan Mg) yang menyebabkan
endapan dan mengurangi busa dan cleaning
actionnya. Detergen bereaksi dengan ion air sadah
yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu
anionik, kationik, nonionik dan amfoterik. Kelompok
terbesarnya adalah anionik yang biasanya adalah
garam natrium dari sulfonat (organik sulfat). Pengotor
dapat dihilangkan melalui proses pembasahan,
pengemulsian, pendispersian dan atau pelarutan
noda oleh cleaning agent
DIAGRAM ALIR DETERGENT
DIAGRAM ALIR DETERGENT
URAIAN PROSES
Sulfonasi
Alkilbenzen ini dimasukkan terus menerus
ke sullfonator dengan jumlah yang
diperlukan. Suhu harus
dijaga sekitar 55C. Lemak alkohol
dan oleum lebih banyak dimasukkan ke
dalam
campuran tersulfonasi mixture. kemudian dip
ompa ke sulfator (juga harus
beroperasi sekitar 50-55 C)
URAIAN PROSES
Produk tersulfonasi-disulfat dinetralkan
dengan larutan NaOH di bawah suhu
terkontrol untuk mempertahankan fluiditas
bubur surfaktan. Bubur surfaktan
dipindahkan ke penyimpanan.
URAIAN PROSES
Bubur surfaktan, natrium tripolyphostphate dan sebagian
besar aditif lain-lain dimasukkan ke dalam kruker.
Sejumlah besar air dihilangkan dan pasta dikentalkan oleh
reaksi hidrasi natrium tripolyphostphate. Campuran
dipompa ke lantai atas di mana disemprotkan di bawah
tekanan tinggi ke menara semprot setinggi 24 m, melawan
udara panas dari tungku. butiran bentuk dan ukuran yang
dapat diterima dan kepadatan yang sesuai dibentuk.
Granul kering dipindahkan ke lantai atas oleh udara yang
mendinginkannya dari 115 C dan menstabilkan butiran.
Mereka kemudian dipisahkan dalam cyclone, screen
(disaring), perfume (diharumkan) dan dikemas.
Bahan Aditif
Additives (Zat Tambahan)
• Bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang
tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi
produk.
• Contoh :
• · Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh deterjent ke dalam larutan
tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti redeposisi).
Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum,
sedangkan air sebagai bahan pengikat.
• · Natrium Silicate digunakan untuk mencegah terjadinya korosi
• · Carboxyl Merthyl Cellulose (CMC) anti redeposisi agent.
• · Benzotrizole menghambat noda dan bercak
• · Bluings dari jenis peroxygen, pemutih (Carbonilides, salycyl
anilides, sebagai anti microbial agent)