Anda di halaman 1dari 9

PEWARNA MAKANAN

Disusun oleh

Hasnin Arifiani 121160032

Ina Zafira Dewi 121160059

Diah Ayu Safitri 121160060

Riswandha Alan 121160101

A. Definisi Pewarna Makanan

Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat

memperbaiki tampilan makanan.Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua,

yaitu pewarna alami dan sintetis.Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna

khusus makanan (food grade). Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan
industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna nonmakanan

untuk pembuatan cat dan tekstil (Purba, 2010).

Menurut Winarno (1997) yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan

tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau

menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan

yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI

No.722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan, bahwa zat

pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi

warna pada makanan.

B. Jenis-Jenis Pewarna Makanan

Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama yaitu

pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami terdiri dari Klorofil, yaitu zat

warna alami warna hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga sering disebut

zat warna hijau daun, Mioglobulin dan Hemoglobin, yaitu zat warna merah pada

daging, Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah

orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain

lumut, tomat, cabe merah, wortel, dan Anthosianin dan Anthoxanthin. Warna pigmen

anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan, dan sayur-

sayuran (Purba, 2010).

Pemakaian zat pewarna buatan di negara maju harus melalui berbagai

prosedur pengujian sebelum digunakan sebagai pewarna makanan.Proses pembuatan

zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat
yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.

Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai prooduk akhir.Harus melalui

suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam

hal akhir, atau terbentuk senyawaa-senyawa baru yang berbahaya (Cahyadi, 2006).

Namun sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk

sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai

bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan adalah pewarna yang

berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow, dan

Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan mengandung bahanbahan

berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goring, tahu, kerupuk,

es cendol, mie dan manisan (Yuliarti,2007).

Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan

masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga disebabkan karena harga

zat pewarna untuk industri lebih murah dibanding dengan hargazat pewarna untuk

pangan (Seto, 2001).

1. Bahan Pewarna Alami

Bahan Pewarna Alami adalah suatu pewarna makanan yg diperoleh dan dibuat

dari Alam, baik bisa didapatkan dari Hewan, Buah – Buahan ataupun Tumbuhan.

Kelebihan Bahan Pewarna Makanan Alami sendiri sangatlah banyak dan


bermanfaat karena lebih aman dan sehat, bahkan dapat memberikan efek lebih

sehat bagi mereka yg mengkonsumsinya.

Contoh Bahan Pewarna Makanan yg menyehatkan dari Tumbuhan ialah

makanan yg diwarnai dg Kunyit, maka secara tidak langsung orang tersebut

mengkonsumsi Kunyit dan Kunyit ini sangatlah baik untuk Tubuh.

Contoh Bahan Pewarna Makanan Alami dari Buah – Buahan ialah dari

Buah Naga yang dapat memberikan efek warna merah hati dan tentunya Buah

Naga ini banyak mengandung Vitamin. Contoh Bahan Pewarna Makanan Alami

secara lebih lengkap antara lain :

a. Buah Anggur dan Buah Murbei Untuk Warna Biru

b. Kunyit dan Mangga Untuk Warna Kuning

c. Wortel Untuk Warna Orange

d. Buah Naga dan Buah Stroberi Untuk Warna Merah

e. Kakau dan Gula Kelapa Untuk Warna Cokelat

f. Arang Untuk Warna Hitam

g. Daun Pandan dan Bayam Untuk Warna Hijau

2. Bahan Pewarna Makanan Buatan

Pengertian Bahan Pewarna Buatan ialah bahan pewarna yang terbuat dari

bahan – bahan kimia. Kelebihan Pewarna Makanan Buatan ini adalah

pembuatannya jauh lebih praktis, harganya murah, warna yang lebih awet dan
pekat, serta dapat menghasilkan lebih banyak warna. Hanya saja didalam Bahan

Pewarna Makanan Buatan ini terdapat Kelemahannya, yakni berbahaya bagi

Kesehatan Manusia sehingga harus benar – benar dibuat secara benar, agar Aman

dikonsumsi.

Macam Bahan Pewarna Makanan Buatan tergolong menjadi 2 Macam

yakni Bahan Pewarna Buatan Yang Aman dan Yang Tidak Aman untuk

dikonsumsi oleh Manusia. Contoh Bahan Pewarna Buatan Yang Aman untuk

digunakan adalah Tartrazin yang dapat memberikan efek warna kuning pada

makanan ataupun minuman.

Sedangkan Contoh Bahan Pewarna Makanan Buatan yang dilarang ialah

Rhodamin B yg dapat memberikan efek warna merah. Pewarna makanan tersebut

memiliki kandungan zat karsinogen yg dapat memicu penyakit kanker. Contoh

Bahan Pewarna Makanan Buatan secara lengkapnya antara lain :

a. Carmoisine Untuk Warna Merah

b. Amaranth Untuk Warna Merah

c. Ponceau 4R Untuk Warna Merah

d. Tartrazine Untuk Warna Kuning

e. Methanil Yellow Untuk Warna Kuning

f. Malachite Green Untuk Warna Hijau

g. Indigo Carmine Untuk Warna Biru.


C. Pemakaian Bahan Pewarna Makanan

Bahan perwarna dapat membahayakan kesehatan bila pewarna buatan

ditambahkan dalam jumlah berlebih pada makanan, atau dalam jumlah kecil namun

dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Perlu diperhatikan

bahwa pada saat ini banyak pengusaha nakal yang menggunakan zat-zat pewarna

berbahaya yaitu zat pewarna bukan untuk makanan (non food grade). Misalnya,

pemakaian zat pewarna tekstil atau kulit. Selain itu, terjadi juga penggunaan bahan

pewarna buatan dengan dosis tidak tepat. Hal-hal tersebutlah yang dapat

membahayakan kesehatan tubuh.

Perilaku hiperaktif pada anak-anak ternyata terkait dengan pewarna makanan

dan pengawet sodium benzoat, sebut penelitian yang diterbitkan “The Lancet”, baru-

baru ini. Dampak zat-zat tersebut sangat luas, kata para peneliti. Mereka

menyarankan para orangtua mengatur makanan anak-anak mereka, karena langkah

itu ternyata cara mudah untuk menangani perilaku hiperaktif.

Para peneliti di Universitas Southampton, Inggris selatan, merekrut 153 balita

berumur tiga tahun dan 144 anak-anak berumur delapan atau sembilan tahun.

Keduanya dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi juice buah biasa dan

yang lain diberi minuman yang rasa dan tampaknya sama dengan juice itu, padahal

mengandung pengawet. Kedua minuman itu dipasok ke para orangtua dalam botol

serupa tanpa keterangan apapun dan tersegel. Kelompok “pengawet” dibagi ke

dalam dua grup. Satu grup diberi “Campuran A,” minuman yang mengandung
pewarna buatan yang biasa ada dalam permen ukuran dua kantong 56 gram. Grup

lainnya diberi “Campuran B”, dengan tingkat pewarna yang lebih tinggi, setara empat

kantong permen itu. Kedua minuman campuran itu punya takaran sodium benzoat

yang sama. Sebelum percobaan selama enam pekan itu dilakukan, para peneliti minta

orangtua dan guru menilai anak-anak mereka dalam segi overaktif, impulsif dan

perilaku kurang memerhatikan, yang semuanya adalah ciri-ciri hiperaktif.

Penilaian juga dilakukan oleh para pengamat terlatih (bahkan oleh para

sarjana psikologi), yang duduk di kelas dan mencatat perilaku masing-masing anak,

sesuai ukuran-ukuran yang berlaku secara internasional. Selama sepekan pertama

pecobaan, anak-anak menerima makanan biasa. Setelah itu, semua permen-permen

dan minuman yang menggunakan pengawet tidak lagi diberikan, lalu para orangtua

diminta menggantinya dengan minuman percobaan dalam botol tersebut.

Takaran minuman yang diberikan kepada anak-anak itu disesuaikan dengan

takaran pewarna pada makanan mereka sehari-hari. Para orangtua tidak tahu manakah

Campuran A, Campuran B atau juice asli. Enam pekan kemudian, anak-anak itu

kembali dinilai tingkat hiperaktifnya. Campuran A memberi efek yang “merugikan

secara signifikan” kepada balita usia tiga tahun, meski Campuran B tidak

berpengaruh terhadap kelompok itu. Pada kelompok usia 8-9 tahun, Campuran A

maupun Campuran B punya efek yang kuat.

“Secara keseluruhan, anak-anak yang diberi minuman campuran, maju sekitar

10 persen ke arah hiperaktif. Kita sekarang punya bukti nyata bahwa campuran antara

pewarna tertentu dengan pengawet benzoat memengaruhi tingkah laku anak-anak


secara merugikan,” (Jim Stevenson, yang juga profesor psikologi di universitas

Southampton).

Peringatan mengenai zat tambahan pada makanan serta akibatnya terhadap

kesehatan anak-anak sudah disampaikan sejak tiga puluh tahun lalu, namun bukti

konkret mengenai peringatan itu selalu dinyatakan masih kurang atau tidak ilmiah.

Para dokter di Amerika Serikat (AS), rata-rata memandang hiperaktivitas

sebagai masalah kejiwaan (ADHD) dan memberi resep obat merk paten, ritalin.

Mereka mengemukakan penggunaan obat kuat untuk memengaruhi pikiran adalah

langkah berbahaya. Dalam penelitian terbaru itu, Campuran A berisi 45 mg sodium

benzoat dan 20 mg pewarna makanan bernama sunset yellow (European food code

E110), carmoisine (E122); tartrazine (E102); dan ponceau 4R (E124). Campuran B

berisi 45 mg sodium benzoat dan 30 mg pewarna sunset yellow (E110); carmoisine

(E122); quinoline yellow (E110) dan allura red AC (E129). Gula maupun pengganti

gula tidak menjadi fokus dalam penelitian itu.

Bagaimana cara menghindari penggunaan zat warna buatan dalam produk

makanan ?.

1. Setiap kali membeli produk makanan, baca jenis dan jumlah pewarna yang

digunakan dalam produk tersebut.

2. Perhatikan label pada setiap kemasan produk. Pastikan di label itu tercantum

izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis: “POM

dan Nomor izin pendaftaran”. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah
tangga maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis : “ P-IRT dan

nomor izin pendaftaran”.

3. Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya pilih

makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok, karena

kemungkinan warna tersebut berasal dari bahan pewarna bukan makanan (non

food grade) seperti pewarna tekstil.

Anda mungkin juga menyukai