Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KUALITATIF ZAT PEWARNA RHODAMIN B

DALAM BAHAN PANGAN (SAOS TOMAT) DI PASAR SUMBER


CIREBON TAHUN 20019

Proposal ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh:

LAILATUL BADRIAH

11117055

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan oleh
makhluk hidup untuk mendapatkan tenaga dan nutrisi.Makanan yang dibutuhkan manusia
biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan, dan
tumbuhan.Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain. Makanan adalah salah satu
kebutuhan dalam kehidupan manusia, akan tetapi dalam makanan biasanya mengandung zat
pewarna makanan seperti Rhodamin B, Methanyl Yellow, Formalin, dan Aspartam yang dapat
menggangu kesehatan tubuh seperti dapat menyebabkan kanker (Soemirat, 2009).

Penambahan pewarna pada makanan bertujuan untuk memperbaiki warna makanan yang
berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau memberi warna pada makanan yang
tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Akan tetapi, sering kali terjadi penyalahgunaan
pemakaian zat warna pada makanan, misalnya untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai
bahan makanan (Cahyadi, 2008).

Keberadaan bahan tambahan makanan adalah untuk membuat makanan tampak lebih
berkualitas, lebih menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna.Zat-zat itu ditambahkan
dalam jumlah sedikit, namun hasilnya memuaskan bagi konsumen dan produsen. Sering tidak
kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat
kimia yang bersifat racun, baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan bahan campuran lain.
Zat-zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita, sehingga kebanyakan kita akan mengetahui
dampaknya dalam waktu yang lam (Eka, 2013).

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No . 239 /


Menkes / Per / V / 1985 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamin B termasuk salah satu
zat pewarna berbahaya yang dilarang digunakan pada produk pangan. Namun demikian,
penyalahgunaan rhodamin B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di lapangan
dan diberitakan di beberapa media massa.

Rhodamin B merupakan bahan pewarna sintesis dalam industri tekstil dan kertas, yang
secara illegal digunakan untuk pewarna makanan.Makanan yang menggunakan bahan ini bisa
dikenali dari warna merah mencolok yang tidak wajar, banyak terdapat titik-titik warna karena
tidak homogen. Kasus keracunan pangan seharusnya tidak perlu terjadi apabila produk pangan
diolah dengan prosedur pengelolahan yang benar.Mutu dan keamanan pangan juga sangat
penting dalam perdagangan.Keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, konsumen dan industri pangan (Kristina, 2010).
Pada penelitian ini peneliti tertarik mengambil judul Analisis Kualitatif Rhodamin B pada
saus tomat. Jenis saus tomat terdiri atas dua yaitu saus tomat yang berwarna merah mencolok dan
berwarna merah pucat.Tetapi peneliti mengambil saus tomat 1 3 yang berwarna merah mencolok
untuk sampel penelitian karena diduga mengandung zat pewarna Rhodamin B.

B. RUMUSAN MASALAH

penggunaan Rhodamin B sangat bebahaya maka perlu adanya penelitian tentang Analisis
kandungan zat pewarna Rhodamin B pada saos tomat yang berada di pasar Sumber Cirebon
untuk menjamin kualitas makanan yang dikonsumsi masyarakat.

Oleh sebab itu muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Apakah saus tomat yang berada di warung makan Kota Kendari mengandung zat
pewarna Rhodamin B ?
2) Apakah bahaya dari penggunaan zat pewarna bagi tubuh?
3) Hal apa yang dilakukan agar dapat mengurangi penggunaan zat pewarna berbahaya
rodamin b dalam bahan pangan?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui adanya zat pewarna Rhodamin B pada saus tomat yang beredar di pasar
sumber Cirebon tahun 2019.

2.TUJUAN KHUSUS

a.Mengidentifikasi zat pewarna rodamin b pada bahan makanan (saus tomat) yang
berwarna mencolok dari Pasar Sumber.
b. Mengukur kadar
rodamin b dalam saus tomat dari Pasar Sumber.
c. Mengurangi penggunaan zat pewarna berbahaya dalam bahan pangan yang digunakan
oleh masyarakat luas.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. MANFAAT TEORITIS

Menambah informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Analis Kesehatan
mengenai penambahan zat pewarna Rhodamin B pada saus tomat.

2. MANFAAT METODOLOGIS

Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas ilmu dalam bidang Toksikologi khususnya pada
profesi Analis Kesehatan.
3. MANFAAT APLIKATIF

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih berhatihati dalam


menggunakan saus tomat. Dan manfaat Bagi Institusi Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan Farmasi.

E.RUANG LINGKUP

Penelitian ini merupakan penelitian bidang farmasi yang ditujukan untuk mendapatkan
pengetahuan bagi masyarakat awan untuk memilah bahan pangan yang biasa digunakan setiap
hari tapi tidak membahayakan bagi tubuh.
Yang akan diteliti kali ini adalah apakah ada zat pewarna (rodamin b) yang terdapat pada
saus tomat yang beredar di Pasar Sumber, dan apakah bahaya yang ditumbulkan apabila
mengkonsumsi bahan makanan mengandung bahan pewarna yang berbahaya ini.
Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah).
Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang
senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai
karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

Zat Pewarna Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitasmakanan
antara lain, warna dapat member petunjuk mengenai perubahankimia dalam makanan. Oleh
karena itu, warna menimbulkan banyak pengaruhterhadap konsumen dalam memilih suatu
produk makanan dan minuman sehinggaprodusen makanan sering menambahkan pewarna dalam
produknya.

Pada awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh daritumbuhan,
hewan, atau mineral, akan tetapi zat warna tersebut tidak stabiloleh panas dan cahaya serta
harganya mahal(Azizahwatidkk,2007).

Zat warna merupakan senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna
suatu objek atau suatu kain juga digunakan pada makan, obat-obatan dan kosmetik.Zat warna
merupakan faktor penentu mutu kesegaran dan kematangan suatu bahan.Zat warna dapat
digolongkan menurut sumber diperoleh yaitu zat warna alami dan sintetik.Bahan pewarna alami
merupakan bahan pewarna yang berasal dari alam yang dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber seperti sayuran, bunga dan buah-buahan.Penggunaan pewarna alami lebih aman daripada
pewarna sintetik (Winarno, 2004).

Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampilan
makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah
memberi kesan menarikbagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta
menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Zat pewarna makanan
terbagi tiga bagian yaitu pewarna alami, pewarna identik alami dan pewarna sintetis
(Mudjajanto, 2006).

Penggunaan pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila melebihi batas
yang telah ditentukan seperti dapat menyebabkan tumor, hiperaktif pada anak-anak,
menimbulkan efek pada sistem saraf, alergi dan dapat menimbulkan radang selaput lendir pada
hidung, sakit pinggang, 6 muntah-muntah, gangguan pencernaan, dan penggunaan dalam waktu
yang lama dapat mengakibatkan penyakit kanker (Yuliarti, 2007).

Pemerintah pada umumnya harus mengadakan pemeriksaaan rutin terhadap penggunaan zat
perwarna sintetis pada bahan makanan sebagaimana telah diatur dalam Permenkes RI No.
722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan, dan masyarakat sebagai konsumen
harus berhatihatidalam membeli berbagai produk makanan yang diperdagangkan untuk menjaga
kesehatan. Karena penggunaan perwarna sintetis pada makanan dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan gangguan fungsi hati dan penyakit kanker, bahkan jika perwana sintetis
dikonsumsi dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan menyebabkan keracunan.

Menurut International Food Information Council foundation (IFIC) 1994, pewarna pangan
adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan warna suatu produk pangan,
sehingga menciptakan image tertentu dan membuat produk lebih menarik. Definisi yang
diberikan oleh Depkes 1999 lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat
memperbaiki atau memberi warna pada pangan (Wijaya dan Mulyono, 2009).

Menurut (Lazuardi, 2010), pewarna ditambahkan kedalam untuk memperkuat warna


penampilan warna dari suatu makanan agar konsumen lebih tertarik, untuk menyeragamkan
warna dalam produksi makanan dari setiap prosespengolahan dengan memberi warna yang
menarik pada produk makanan contohnya dalam produk yang berbahan dasar gula, es krim dan
minuman, yang jika tidak diberi warna tidak akan menarik. Timbulnya penyalahgunaan
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai pewarna untuk makanan, disamping itu
harga zat perwarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan harga zat perwarna untuk
makanan dan warna dari zat pewarna untuk industri biasanya lebih menarik.Pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.1168/Menkes/PER/X/1999 beberapa bahan tambahan pewarna yang
dilarang seperti Rodamin B (pewarna merah) dan methanyl yellow (pewarna kuning) (Cahyadi,
2006).

B. Tinjauan Umum Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif


Penelitian kualitatif dan kuantitatif hendaknya tidak dilawankan, melainkan dikontraskan.
Kontras ini diperlukan untuk melihat keunggulan dan kelemahannya masing-masing dalam
memecahkan masalah dan atau dalam pengembangan teori. Metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif masingmasing berkembang berdasarkan paradigma tertentu (yang berbeda) yang
menjadi acuannya.

Jenis penelitian apa yang harus digunakan, selalu didasarkan pada masalah yang diteliti,
bukan ditetapkan jenis penelitiannya dulu baru ditetapkan masalahnya. Hal ini disebabkan karena
adanya kenyataan bahwa penelitian itu dilakukan karena ada masalah. Alasan pemilihan suatu
metode, tentunya didasarkan pada kesesuaiannya dengan masalah penelitian, tujuan 23
penelitian, serta prosedur penelitian yang cocok, hasil yang diharapkan, dan kondisi kelompok
sasaran atau objek penelitiannya.

1. Analisis Kualitatif

Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah).
Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, perbuatan awal yang
senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai
karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya.

Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth
interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. Penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif.

Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman
peneliti berdasarkan pengalamannya yang kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-
permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi)
dalam bentuk dukungan data empiris di laporan. Penelitian kualitatif adalah penekanan pada
proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita
yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi
yang membentuk penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara munculnya pengalaman sosial
sekaligus perolehan maknanya.Pada penelitian uji analisis kualitatif menggunakan metode tes
kita rhodamin B. Alasan peneliti mengambil metode tes kit rhodamin B karena harganya murah
dan cara menganalisis sampel lebih mudah dan cepat di pahami oleh peneliti

2. Analisis Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengungkapkan gejala secara
holistik-konstektual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri
peneliti sebagai instrumen kunci. 24 Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif lebih menonjol disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan
mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh dengan nilai-nilai otentik.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada pengukuran dan analisis
hubungansebab-akibat antara bermacam-macam variabel, bukan prosesnya, penyelidikan
dipandang berada dalam kerangka bebas nilai.Pada penelitian analisis kunatitatif menggunakan
metode spektrofotometri.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagaipewarna tekstil.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004, Rhodamin Bmerupakan zat warna
tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produkpangan. Rhodamin B dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit,iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pencernaan, keracunan, dan gangguan hati,akan tetapi sampai sekarang masih banyak produsen
yang menggunakan RhodaminB dalam produk makanan dan minuman yang dihasilkannya.

Penambahan pewarna pada makanan bertujuan untuk memperbaiki warna makanan yang
berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau member warna pada makanan yang
tidak berwarna agar terlihat lebih menarik. Akan tetapi, sering kali terjadi penyalahgunaan
pemakaian zat warna pada makanan, misalnya pewarna yang harus digunakan untuk tekstil dan
kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan.

Salah satu jenis makanan yang ditambahkan pewarna tekstil yang tidak diperbolehkan yaitu
Rhodamin B seperti pada saos tomat.Untuk menganalisis saos tomat pada makanan yang
mengandung Rhodamin B dapat dilakukan dengan menggunakan metode tes Rhodamin B yaitu
dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada saat ditetesi reagen tes Rhodamin B, jika
bahan makanan tersebut mengandung Rhodamin B maka akan berwarna ungu dan apabila tidak
terjadi perubahan warna (akan tetap berwarna merah) pada saat ditetesi reagen rapid tes
Rhodamin B berarti bahan makanan tersebut tidak mengandung zat pewarna Rhodamin B.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah secara Deskriptif Observasional dengan cara
kualitatif yaitu menggunakan metode Tes KitRhodamin B.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah sampel saos tomat yang berada di warung
makan.

2. Sampel Sampel penelitian ini adalah sampel saus tomat yang berada di warung makan. Jumlah
sampel diambil menggunakan metode Total Sampling yang berjumlah 30 sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi :

- Saos tomat yang memiliki ciri-ciri mengandung Rhodamin B.

- Saos tomat yang memiliki warna mencolok kemerahan.


- Saos tomat yang tidak berbau.

- Tidak ada BPOM.

Kriteria eksklusi :

- Saus tomat yang memiliki warna pucat.

- Saus tomat yang memiliki bau yang sedap.

C. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data primer Data primer yaitu sampel Rhodamin B yang diambil pada saos tomat yang berada
di warung makan.

2. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu dan dari
jurnal-jurnal yang dipublikasikan kemudian dijadikan landasan teoritis dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini.

E. Prosedur Penelitian

 Pra Analitik :

Alat dan Bahan

a.) Alat

-Tabung Reaksi

-Batang Pengaduk

-Neraca Analitik

-Gelas Kimia

- Botol Aquadest

- Tes Kit Rhodamin B

b.) Bahan

-Saus tomat

-Aquades

-Reagen Rhodamin B

 Analitik :
1. Masukkan 8,5 gr sampel yang akan diuji dalam volume 16 ml aquadest, lalu dihancurkan
dengan pengaduk sampai larut seluruhnya.

2. Siapkan tabung reaksi, masukkan 1-3 ml sampel serta tambahkan 3 tetes reagent Rhodamin -
1, lalu diaduk.

3. Tambahkan 1 tetes reagent Rhodamin .

4. .Sampel akan berubah menjadi warna ungu yang menunjukkan Rhodamin B positif.

 Pasca Analitik

1. Positif (+) : Jika terbentuk warna ungu.

2. Negative (-) : Ttetap berwarna merah.

F. Analisa Data

Data yang terkumpul berupa hasil analisis kandungan Rhodamin B dan analisis yang
dilakukan secara deskriptif yaitu hasil pemeriksaan laboratorium uji kualitatif kandungan
Rhodamin B kemudian dibuat dalam bentuk tabel dan dinarasikan, dibahas serta diamsil
kesimpulan. Hasil pemeriksaan tersebut diketahui apakah sampel saos tomat yang berada di
warung makan Kota Kendari Sulawesi Tenggara mengandung Rhodamin B atau tidak, untuk
menjamin kualitas makanan yang dikonsumsi masyarakat.

G. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil uji laboratorium kenudian diolah, ditabulasikan dan di
deskriptif dengan jelas.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penilitian

Hasil Penelitian Dari hasil pemeriksaan zat pewarna Rhodamin B dilakukan pada 30
sampel saus tomat yang berada di warungmakan , sampel yang telah dikumpulkan dari setiap
warung makan dianalisis di Laboratorium menggunakan metode analisis kualitatif yaitu untuk
mengetahui ada atau tidaknya zat pewarna Rhodamin B pada saus tomat. Pemberian identitas
pada sampel yang diteliti dilakukan dengan pemberian kode sampel menggunakan angka yaitu

Kode positif negatif


sampel
1 X
2 X
3 X
4 X
5 X
6 X
7 X
8 X
9 X
10 X
11 X
12 X
13 X
14 X
15 X
16 X
17 X
18 X
19 X
20 X
21 X
22 X
23 X
24 X
25 X
26 X
27 x
28 X
29 X
30 x

menunjukkan bahwa dari seluruh sampel saus tomat didapatkan 1 sampel saus tomat
(Merek.I) positif dengan uji analisis kualitatif menggunakan metode Tes Kit Rhodamin B dengan
ditandai terjadinya perubahan warna dari warna merah menjadi warna ungu dan 29 sampel saus
tomat didapatkan hasil negatif tidak terjadinya perubahan warna.

B. Pembahasan

Hasil dari analisis zat pewarna Rhodamin B pada saus tomat yang diambil dari 30 warung
makan yang berbeda-beda dengan dua jenis yaitu berwarna merah mencolok dan berwarna
merah pucat dengan menggunakan uji analisis kualitatif dengan metode Tes Kit Rhodamin B,
dari hasil uji tersebut didapatkan 1 sampel positif saus tomat (Indofood) yaitu terjadi perubahan
warna dari warna merah setelah diteteskan reagen Rhodamin B 1 dan 2 berubah menjadi warna
ungu maka bahan makanan 34 tersebut mengandung zat pewarna Rhodamin B. Hal ini
menandakan bahwa warung makan tersebut 90% dalam kategori baik karena telah memenuhi
ketentuan BPOM untuk tidak menggunakan zat pewarna Rhodamin B sedangkan 10% belum
dikategorikan baik karena hasil penelitian menggunakan metode Tes Kit Rhodamin B di
dapatkan 1 sampel positif yang mengandung zat pewarna Rhodamin B. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa diantara 30 sampel saus tomat yang berada diwarung makan Kelurahan
Anduonohu Kota Kendari terdapat 1 sampel saus tomat (Merek.I) yang dikatakan positif dengan
menggunakan uji analisis kualitatif dengan metode Tes Kit Rhodamin B yang bisa
membahayakan kesehatan manusia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Julyana dan Sella (2013)
mengenai pemeriksaan zat pewarna Rhodamin B pada saus tomat yang dijual di Pasar
Tradisional di kota Balikpapan dan di Pasar Tradisional Blitar yang menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) yang terbukti dari 7 sampel bahwa 2 sampel positif mengandung
zat pewarna Rhodamin B. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua warung makan yang
berada di Kelurahan Anduonohu Kota Kendari itu baik karena dari hasil analisis di dapatkan 1
sampel mengandung zat pewarna Rhodamin B yang ditandai dengan warna merah mencolok.
Sedangkan yang kita ketahui penggunaan pewarna buatan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan apabila melebihi batas yang telah ditentukan seperti dapat menyebabkan tumor,
hiperaktif pada anak-anak, menimbulkan efek pada sistem saraf, alergi dan dapat menimbulkan
radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, gangguan pencernaan, dan
penggunaan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan penyakit kanker (Yuliarti, 2007).

Timbulnya penyalahgunaan dapat disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai


jenis pewarna untuk makanan, disamping itu harga zat perwarna Rhodamin B yang biasa
digunakan pada industri tekstil jauh lebih murah dibandingkan harga zat perwarna untuk
makanan, serta warna dari zat 35 pewarna untuk kebutuhan industri lebih menarik. Menteri
Kesehatan telah mengatur larangan penggunaan zat pewarna berbahaya sebagai bahan tambahan
pangan, aturan ini diatur dalam Permenkes RI No.1168/Menkes/PER/X/1999 (Cahyadi, 2006).

Oleh karena itu pemerintah harus mengadakan pemeriksaaan rutin terhadap penggunaan zat
perwarna sintetis pada bahan makanan sebagaimana telah diatur dalam Permenkes RI No.
722/MenKes/Per/VI/88 salah satu bahan tambahan pangan dalam hal ini zat pewarna adalah
Rhodamin B (pewarna merah) mengenai bahan tambahan makanan, dan masyarakat sebagai
konsumen harus berhati-hati dalam membeli berbagai produk makanan yang diperdagangkan
untuk menjaga kesehatan. Karena penggunaan perwarna sintetis pada makanan dalam waktu
yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan penyakit kanker, bahkan jika perwana
sintetis dikonsumsi dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan menyebabkan
keracunan (Cahyadi, 2006).
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ketiga
puluh sampel saus tomat yang berada diwarung makan dikatakan satu sampel saus tomat
(Indofood) positif dengan ditandai terjadinya perubahan warna merah menjadi warna ungu
dengan uji analisis kualitatif menggunakan metode Tes Kit Rhodamin B dan 29 sampel saus
tomat negatif yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna (tetap berwarna merah).

B. Saran

1. Untuk pedagang kiranya selalu menyajikan makanan yang baik untuk dikonsumsi dan tidak
ditambahkan zat-zat pewarna makanan yang telah dilarang penggunaannya oleh pemerintah.

2. Sebaiknya bagi pemerintah setempat setiap bulan sekalinya melakukan penyuluhan di tiap-tiap
warung makan yang berada di sekitarnya agar tidak terdapat penyalahgunaan zat pewarna tekstil
seperti Rhodamnin B pada makanan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan memperluas lokasi penelitian, yang mencakup seluruh
wilayah dan diharapkan dapat menganalisis zat pewarna Rhodamin B dengan menggunakan
metode lain.
DAFTAR PUSTAKA

Azizahwati,dkk. 2007. Penggunaan Zat Warna Rhodamin B Pada Saos Berdasarkan


Pengetahuan.:(http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/153/13 5), diakses pada 19
September 2014.

Afrianti. 2013. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung: Alfabeta

Broto. 2003. Pengawetan Tambahan Bahan Pangan.Jakarta:EGC

BPS. 2003. Penyebaran Bahan Pangan. Bandung: Pustaka Belajar.

BPOM. 2007. Bahan Pengawasan Obat dan Makanan. Pustaka Belajar. Budianto. 2008. Kimia
Farmasi Analisis. Bandung: Pustaka Belajar Cahyadi, 2006.

Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Penerbit Bumi Askara, Jakarta. .2008.

Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. BumiAksara. Jakarta .2009.

Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta..
Cristhina, 2007.

Pencemar Organik Yang Bersifat Non Biodegradable Zat Warna Tekstil. PT Pustaka Harapan:
Jakarta Ditjen POM, 2000.

Obat dan Makanan. Pustaka Belajar. Eka. 2013.


Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Jakarta: Titik Media Publisher. Erliza. 2007.

Farmasi Analisis. Bandung: Pustaka Belajar. Fardiaz,dkk. 1978.

Anda mungkin juga menyukai