SKRIPSI
OLEH
TARMIZI
NIM : 09C10104124
i
ANALISIS ZAT WARNA RHODAMIN B DALAM SAUS TOMAT
DAN CABE KEMASAN PLASTIK YANG BEREDAR DI KOTA
MEULABOH
SKRIPSI
OLEH
TARMIZI
NIM : 09C10104124
i
i
ABSTRAK
TARMIZI : Analisis Zat warna Rhodamin-b dalam Saus Tomat Dan Cabe
Kemasan Plastik Yang Beredar Di kota Meulaboh, di bawah bimbingan Bapak
Kiswanto, S. Pd, M. S i dan Bapak Jun Musnadi Is, SKM.
Saus tomat dan cabe merupakan salah satu bentuk olahan yang dipergunakan
sebagai bahan penyedap makanan, saus tomat adalah bubur kental yang diperoleh
dari pengolahan daging buah tomat yang masak dan segar dengan penambahan
bumbu-bumbu dan dugunakan sebagai penyedap makanan. Dari pengujian yang
dilakukan YLKI pada tahun 1979-1990 diberbagai kota besar di Indonesia
ternyata masih banyak saus tomat yang menggunakan bahan bukan dari tomat asli
melainkan ubi jalar dan pepaya selain itu menggunakan bahan pewarna tidak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Rhodamin B
merupakan zat pewarna berupa serbuk kristal berwarna hijau atau ungu
kemerahan, tidak berbau serta mudah larut dalam larutan warna merah terang
berflouresan sebagai bahan pewarna textil, saat ini masih ada produk makanan
yang di temukan mengandung rhodamin B salah satu nya adalah saus tomat dan
cabe.
Tujuan Penelitian untuk mengetahiu apakah produk saus tomat dan cabe kemasan
plastik yang beredar di Kota Meulaboh mengandung zat warna sintetis yaitu
rhodamin-b yang dilarang menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1998.
Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan cara melakukan pengujian
labolatorium, populasi penelitian adalah seluruh merek saus tomat dan cabe
kemasan plastik dan satu saus tidak bermerek yang beredar di Kota Meulaboh.
Sampel dalam penelitian ini adalah saus tomat dan cabe kemasan plastik yang
beredar di kota Meulaboh, dengan merek Dena, Dua ikan tradisional, Captain,
ABC, dan saus tidak bermerek yang di ambil secara acak di pasar Kota Meulaboh.
uji zat warna Rhodamin-b menggunakan metode kromatografi kertas di lakukan di
Akademik Analis Kesehatan Banda Aceh.
Kesimpulan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan sampel pada saus tersebut di
labolatorium akademik analis kesehatan Banda Aceh bahwa ke 5 saus tomat dan
cabe kemasan plastik dengan merek, Dena, Captain, Dua ikan tradisional, ABC,
dan saus tidak Bermerek hasilnya Negatif yaitu bebas dari zat perwarna
Rhodamin-b, Di sini penulis hanya meneliti satu zat warna saja yaitu Rhodamin-b.
dari hasil penelitian maka kelima saus tersebut bebas dari zat pewarna rhodamin-
b. Tetapi belum tentu bebas dari zat warna aditif lainnya karna benang wol yang
di panaskan tidak menunjukan warna hijau kotor, Untuk melindungi konsumen
dari bahaya produk makanan tersebut sebaiknya pemerintah melalui instansi
terkait meningkatkan pengawasan terhadap produk makanan, pembinaan dan
penyuluhan kepada produsen makanan tersebut, penyuluhan kepada masyarakat
sebagai konsumen produk makanan tersebut dan sebagai pedagang makanan
(bakso/mie).
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini Peran bahan tambahan pangan (BTP) khusus nya zat pewarna
bahan tambahan pangan sintesis, banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk
lebih murni dan tersedia secara komersial dengan harga yang relatif murah, akan
meningkatnya komsumsi bahan tersebut bagi setiap individu ( Cahyadi ,2008). salah
satunya produk pangan olahan yang sering menggunkan bahan tambahan pangan
( BTP ) zat pewarna merupakan saus tomat dan cabe kemasan plastik yang diproduksi
oleh industri besar ataupun industri rumah tangga yang sering diberitakan di media
masa ataupun media cetak mengandung bahan pewarna sintetis yang membahayakan
kesehatan.
pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna hasil rekayasa
teknologi yang ikut berkembang. Warna merupakan salah satu faktor penentu yang
dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu barang yang
termasuk di dalamnya adalah makanan dan minuman. Makanan yang memiliki warna
cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen daripada makanan yang tidak
berwarna. Pemakaian zat pengawet, pemanis dan pewarna sintetik pada makanan dan
minuman telah banyak digunakan. Khususnya zat pewarna, masih banyak ditemukan
pemakaian zat pewarna sintetik yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia,
1
2
contohnya: Rhodamin B, Sudan I, Metanil Yellow, Citrus Red, Violet dan lain-lain.
pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi
pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati, akan tetapi
dalam produk kerupuk, jelli/agar-agar, aromanis, saus dan minuman serta dalam
terasi. Rhodamin B dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik
Saus adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna
menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang merangsang (dengan
rasa pedas atau tanpa rasa pedas). Saus mempunyai daya simpan panjang karena
mengandung asam, gula, garam, dan sering kali pengawet. Saus dibuat dari
campuran bubur buah tomat, cabe dan bumbu-bumbu lainnya, berwarna merah
muda dan agak orange sesuai dengan warna tomat dan cabe yang digunakan. Saus
yang baik berwarna merah tidak pucat, atau bahkan cenderung berwarna orange, bila
pucat dan berwarna merah kekuningan berarti bukan berasal dari tomat asli
melainkan sudah ditambah dengan bahan-bahan lain serta menggunakan zat pewarna.
3
Saus yang terbuat dari buah asli sebenarnya sama sekali tidak memerlukan zat
Berita media masa sering kali memuat kasus keracunan pangan serta
adalah keracunan akibat pangan rumah tangga, pangan jajanan, dan pangan olahan.
(Rahayu,2006)
pada tahun 1979-1990 diberbagai kota besar di Indonesia ternyata masih banyak saus
tomat yang menggunakan bahan bukan dari tomat asli melainkan ubi jalar dan pepaya
selain itu menggunakan bahan pewarna tidak sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk
saus tomat yang beredar di Pasar Johar Kota Semarang mengandung zat warna
pada Januari 2010, menemukan beberapa jajanan sekolah yang mengandung zat-zat
Pendrikan Tengah 01-02 di Jalan Sadewa Semarang dan SD Masehi di Jalan Imam
Bonjol. Dari beberapa jajanan sekolah yang diperiksa ternyata ditemukan dua produk
jajanan yang mengandung zat berbahaya, yaitu formalin yang ditemukan pada mie
goreng dan Rhodamin B (pewarna tekstil) ditemukan pada kerupuk dan saus isi ulang
kemasan plastik. BPOM Makasar pada tahun 2009 sampai 2010 juga menemukan 72
sampel makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya, salah satunya adalah
4
Rhodamin B.
yang beredar di pasar Lambaro Aceh tahun 2005, diketahui dari 20 sampel saus yang
diperiksa, (saus bermerek dan tidak bermerek) maka ditemukan 5 (lima) sampel saus
yang tidak bermerek positif mengandung zat pewarna yang dilarang, Menurut
otak, sehingga anak menjadi malas, sering pusing, dan menurunnya konsentrasi
belajar.
Survei awal penulis mengamati saus tomat dan cabe kemasan plastik yang
beredar di Kota Meulaboh dari beberapa pedagang saus tomat dan cabe di pasar Kota
Meulaboh semuanya berwarna merah dan ada beberapa saus tomat dan cabe yang
berwarna agak merah menyala dari warna tersebut penulis meragukan apakah saus
tersebut yang dijual oleh pedagang di Kota Meulaboh memenuhi syarat dalam
penggunaan zat pewrna sesuai dengan Standar Menkes RI, maka dari hal tersbut
penulis ingin meneliti lebih lanjut apakah saus tomat dan cabe kemasan plastik yang
dijual di Pasar-Pasar Kota Meulaboh layak untuk di komsumsi atau tidak dan zat
pewarna apa yang digunakan dalam saus kemasan plastik tersebut. Jika saus tersebut
satunya adalah rhodamin b maka sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat
Di Kabupaten Aceh Barat sendiri khususnya Kota Meulaboh saus tomat dan
cabe kemasan plastik isi ulang produk jadi ini didatangkan langsung dari Kota Medan
untuk di pasarkan di Kota Meulaboh, penjualan saus tomat dan cabe kemasan plastik
sangat mudah kita dapatkan di Pasar-Pasar Kota Meulaboh ataupun Diruko tempat
dan cabe kemasan plastik yang dijual di pasar-pasar Kota Meulaboh Maka tidak
heran saus tersebut sangat maudah kita dapatkan, konsumen utama yang
seperti pedagang bakso, somay, mie aceh, penjual jajanan anak dan lain-lainnya yang
banyaknya pemakaian saus tomat dan cabe kemasan plastik yang di gunakan oleh
penjual makanan lain karena mudah di dapatkan dan harga yang relatif lebih murah,
bila di banding kan dengan saus-saus yang sudah dipatenkan, selama penulis
melakukan survei di beberapa pasar atau tempat penjualan saus di Kota Meulaboh,
harga saus kemasan plastik yang di jual per kemasan plastik dengan berat 500-650 gr
Karena harga yang di jual terlalu murah, maka dari hal itu penulis
meragukan ada penggunaan zat pewarna yang dilarang oleh pemerintah yang
digunakan secara sangaja oleh produsen untuk mencerahkan warna produk saus
tersebut sehingga lebih tampil dengan warna yang cerah dan sangat menarik.
Servei penulis selanjutnya dan wawancara dengan pedagang saus tomat dan
6
cabe kemasan plastik yang dijual di pasar Kota Meulaboh warnanya merah mencolok
dan ada dari beberapa saus yang dijual tidak mencantumkan label zat warna yang di
gunakan, sehingga diragukan ada penambahan zat warna yang dilarang oleh
pemerintah.
Meulaboh mereka rata-rata menjual saus kemasan plastik Semenjak tahun 2006
Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, mulai dari
pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun
industri besar. Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna
untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan
disamping itu juga harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan
beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis.
Tetapi sebelum faktor-faktor lain di pertimbangkan, secara visual faktor warna tampil
Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat
Masalah warna dari suatu produk makanan atau minuman merupakan salah
satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan
kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan
Zat warna alami mengandung pigmen yang secara umum berasal dari
tumbuh-tumbuhan, tetapi beberapa zat warna alami tidak menguntungkan, tidak stabil
selama proses dan penyimpanan. Kestabilan zat warna alami tergantung pada
beberapa faktor antara lain cahaya, oksigen, logam berat, oksidasi, temperatur,
keadaan air, dan pH, sehingga penggunaan zat warna sintetik pun semakin meluas.
Keunggulan zat warna sintetik antara lain lebih murah, lebih mudah untuk digunakan,
lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondis lingkungan, daya mewarnainya
lebih kuat, dan memiliki rentang warna yang lebih luas (Nollet, 2004).
menggunakan zat warna sintetis yang dilarang tersebut untuk produknya dengan
alasan zat warna tersebut memiliki warna yang cerah, praktis digunakan, harganya
relatif murah, serta tersedia dalam kemasan kecil di pasaran sehingga memungkinkan
cabe giling, serta rangkaian pelengkap kelezatan makanan salah satunya saus tomat,
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap selera dan daya tarik konsumen
Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam industri
konsumen tergugah untuk membelinya. Warna seperti halnya cita rasa, juga
merupakan suatu pelengkap daya tarik makanan dan minuman penambahan zat warna
dalam makanan dan minuman mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pangan (Djalil, 2005). Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa
digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel
9
makanan dan minuman. Rhodamin-B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan
Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang
berfluorensi dalam sinar matahari. Dalam analisis dengan metode destruksi dan
metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam
Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga
oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika
,1999).
masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat warna rhodamin B untuk produk
cabe giling dan saos tomat sebagai pewarna merah dengan alasan warnanya sangat
bagus, mudah didapat, dan murah harganya. Sebagian besar produk tersebut tidak
mencantumkan kode, label, merek, jenis atau data lainnya yang berhubungan dengan
zat warna tersebut. Para pedagang cabe merah giling menggunakan pewarna untuk
memperbaiki warna merah cabe giling yang berkurang (menjadi pudar) akibat
penambahan bahan campuran seperti wortel dan kulit bawang putih (Djarismawati ,
2007).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti saus tomat
dan cabe kemasan plastik yang di jual di pasar Kota Meulaboh apakah zat pewarna
yang di gunakan dalam saus tersebut sesuai dengan standar kesehatan atau
dalam penelitian ini adalah apakah ada zat pewarna Rhodamin b yang terkandung
dalam saus tomat dan cabe kemasan plastik yang beredar di Pasar Kota Meulaboh?
Dalam penelitian ini hanya menganalisis satu zat pewarna Rhodamin-b pada
saus tomat dan cabe kemasan plastik yang beredar di Pasar Kota Meulaboh.
Tujuan utama dalam penelitin ini untuk membuktikan apakah bahan pewarna
yang di gunakan dalam saus tomat dan cabe kemasan plastik yang beredardi Pasar di
Untuk mengetahui apakah bahan pewarna yang di gunakan dalam saus tomat
dan cabe kemasan plastik yang beredar di pasar Kota Meulaboh sesuai dengan
Dengan adanya penelitian ini, maka di harapkan akan bermanfaat bagi semua pihak
1. Bagi penulis
di masyarakat.
11
2. Bagi kepustakaan
a. untuk dapat mengetahui produk saus yang aman untuk di komsumsi dan
mengenai produk saus mana yang aman untuk di jual kepada konsumen
sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan kab/kota agar lebih mengawasi
penjualan produk pangan, makanan dan jajanan sehat terhindar dari zat warna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pangan
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
komsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan
jaringan tubuh yang rusak (Harper, 1986). Pangan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang pemenuhannya harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman,
bermutu, bergizi, beragam dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan daya
beli masyarakat. Oleh karena itu, ketersediaan dan keamanan makanan harus
diperhatikan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan keadaan bebas dari resiko kesehatan yang
disebabkan oleh kerusakan, pemalsuan dan kontaminasi, baik oleh mikroba atau
senyawa kimia, maka keamanan pangan merupakan faktor terpenting baik untuk
dikonsumsi pangan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Keamanan pangan
12
13
toksisitas kimia dan status gizi. Hal ini saling berkaitan, dimana pangan yang tidak
membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu dan bergizi
sehari-hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan
tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh
Sistem pangan yang ada saat ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan
produksi makanan dan peredarannya sampai siap dikonsumsi manusia. Salah satu
aspek yang harus dipehatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan
terhadap bahan pangan, yang kemudian dikenal dengan bahan tambahan makanan
(Syah, 2005).
14
Dari beragam jenis BTP seperti yang telah diketahui, sebenarnya hanya
beberapa yang penggunaanya pada pangan lebih sering dibandingkan dengan BTP
lainnya, salah satunya pewarna. Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan
c) Menstabilkan warna
Penggunaan pewarna yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
yang dilarang digunakan dalam makanan, pewarna yang diizinkan serta batas
2.2 Saus
Berbicara tentang saus, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa kerap
menjadikan saus akrab dengan semua kalangan. Mulai dari makan bakso, mie ayam,
sampai makan seafood rasanya kurang lengkap tanpa saus. Saus yang beredar di
pasaran saat ini beragam jenisnya. Berbagai perusahaan industri makanan biasanya
untuk memilih mana yang terbaik. Meski secara umum saus yang ada sudah
yang patut diwaspadai komposisi bahan pembuatannya. Seperti saus yang biasa
digunakan oleh para pedagang makanan kaki lima. Biasanya, saus yang mereka
gunakan adalah saus yang merupakan hasil olahan industri rumah tangga yang tidak
dari buah cabe asli melainkan sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti ubi.
sebenarnya sudah mengurangi mutu saus tersebut. Apalagi bila salah satu bahannya
Sesuatu yang paling harus diwaspadai adalah penambahan zat aditif seperti
pewarna. Penambahan zat pewarna dikarenakan ada tambahan bahan lain seperti ubi,
sehingga tidak mudah untuk mendapat warna merah alami. Untuk itu, dibutuhkan zat
pewarna merah. Kalau tidak, warnanya akan berubah menjadi lebih pucat bahkan
hampir tidak bisa di sebut ‘berwarna’ lagi. Selama ini, ada kecurigaan saus awetan
tidak menggunakan zat pewarna semestinya. Sebab, warna merah untuk pewarna
makanan sangat jarang ditemukan di pasaran. Kalaupun ada, harganya cukup mahal,
tidak sebanding dengan sebungkus saus yang dihargai paling mahal Rp3.000,00
membutuhkan sedikit warna saja. Bila yang digunakan adalah pewarna kain biasanya
hanya dicampurkan sedikit karena warna untuk pewarna kain lebih cerah dari
16
pewarna makanan. Hal ini berbahaya untuk kesehatan karena sifat racunnya akan
Kata “saus” berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari
bahasa latin salsus yang berarti “digarami”. Saus dalam istilah masak-memasak
berarti cairan kental yang digunakan sewaktu memasak atau dihidangkan bersama-
sama makanan sebagai penyedap atau agar makanan kelihatan bagus (Musaddad,
2003).
Saus juga dapat diartikan sebagai produk berbentuk pasta yang dibuat dari
bahan baku buah atau sayuran dan mempunyai aroma serta rasa yang merangsang. Saus
yang umum diperjualbelikan di Indonesia adalah saus tomat dan saus cabai. Ada pula
yang memproduksi saus papaya, tetapi biasanya pepaya hanya digunakan sebagai
Saus merupakan salah satu produk olahan yang sangat popular. Umumnya
saus berwarna orange hingga merah, dalam pembuatan saus dapat pula ditambahkan
zat pewarna makanan alami maupun buatan (zat pewarna untuk makanan), bahan
baku saus dapat berasal dari pasta atau tomat, cabai dan pepaya segar, untuk lebih
1) Saus Cabe
didefinisikan sebagai saus yang diperoleh dari pengolahan cabe (Capsicum annum)
17
yang matang dan baik dengan tambahan lain dan digunakan sebagai penyedap
makanan.
Syarat mutu dari saus cabai dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
2) .Saus Tomat
Saus tomat merupakan saus berbentuk pasta dengan aroma khas tomat, saus
tomat dibuat dari campuran pure tomat (bubur tomat kental) dengan bahan tambahan
makanan seperti gula, garam, cuka, rempah-rempah (lada, cengkeh, bawang putih dan
kayu manis), pati maizena, dan pengawet. saus tomat biasa ditambahkan sebagai
bahan penyedap dan penambah rasa pada makanan tertentu seperti bakso dan mi
ayam.
2) Saus Pepaya
Saus pepaya merupakan saus yang bahan dasar pembuatanya adalah buah
pepaya yang masak, dengan bahan pelengkapnya adalah gula pasir, garam, cuka dan
rempah-rempah sebagai penyedap, saus pepaya berupa bubur halus yang cukup kental
botol yang telah tersedia di kantin atau warung. Pengemasan atau isi ulang
umur simpan bahan dan dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan
Hal ini memperlihatkan bahwa posisi strategis makanan dalam peradaban telah
disadari sejak lama. Makanan yang kita makan sehari-hari tentu saja juga mempunyai
bahanbahan yang bebahaya seperti mikroba, bahan kimia atau benda-benda lainnya
yang dapat meracuni, atau dapat mengakibatkan kecelakaan. Karena itu, tindakan-
tindakan untuk mencegah timbulnya bahaya dalam makanan, bahan kimia, fisik
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang
ditambahkan terhadap bahan pangan, yang kemudian dikenal dengan nama bahan
yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
19
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja
(Cahyadi, 2008).
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan makanan
pengolahan.
Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu :
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
20
2) Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempuyai fungsi dalam makanan tersebut, sebagai contoh residu pestisda dan
antibiotik.
pangan yang diizinkan adalah (1) Antioksidan, (2) antikempal, (3) pengatur
keasaman, (4) pemanis buatan, (5) pemutih dan pematang telur, (5) pengemulsi,
pemantap, dan pengental, (6) pengawet, (7) pengeras, (8) pewarna, (9) penyedap rasa
masih ada beberapa bahan tambahan pangan yang biasa digunakan dalam pangan,
misalnya:
1) Enzim, yaitu bahan tambahan pangan yang berasal dari hewan, tanaman, atau
2) Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin,
baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3) Humektan, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat menyerap lembab (uap air)
(boraks), (2) formalin, (3) minyak nabati yang dibrominasi, (4) kloramfenikol, (5)
21
tambahan di atas, ada tambahan kimia yang dilarang, seperti rhodamin B (pewarna
merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintesis), dan potasium
bromat (pengeras).
(Cahyadi, 2008).
pengolahan.
2.Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak
memenuhi persyaratan..
Zat warna adalah bahan tambahan minuman yang dapat memperbaiki atau
memberi warna pada makanan dan minuman. Pemakaian zat warna pada minuman
diperbolehkan dengan maksud dan tujuan untuk mengembalikan warna dari bahan
dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, memperbaiki atau menambah
warna makanan dan minuman yang asalnya tidak berwarna atau warnanya kurang
baik, untuk memberikan warna yang seragam pada produk yang diolah pada waktu
yang berlainan, agar suatu makanan dan minuman terlihat lebih segar dan menarik,
berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan
bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis (Hidayat, 2006).
4) Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar
satu ciri yang sangat penting. Warna merupakan kriteria dasar untuk menentukan
kualitas makanan, antara lain warna juga dapat memberi petunjuk mengenai
atau karakteristik dari suatu makanan, mempertegas warna alami dari makanan; untuk
mengkoreksi variasi alami dalam warna, menjaga keseragaman warna, dimana variasi
tersebut biasa terjadi pada intensitas warna dan memperbaiki penampilan makanan
dalam penyalahgunaan pemakaiannya. Zat warna untuk tekstil dan kulit terkadang
zat warna belum ada, terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat warna
untuk sembarang bahan pangan; misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai
untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena
adanya residu logam berat pada pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat
untuk makanan, atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang
melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan, dan harga zat pewarna
untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk
makanan.
24
Zat warna tersebut memiliki warna yang cerah, dan praktis digunakan.
Zat warna tersebut juga tersedia dalam kemasan kecil di pasaran sehingga
Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok yaitu certified color dan
uncertified color. Perbedaan antara certified dan uncertified color adalah bila
certified color merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari dye dan lake, maka
uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami.
Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color additive ini adalah zat pewarna
alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral, walaupun
ada juga beberapa zat pewarna seperti ß-karoten dan kantaxantin yang telah dapat
dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya bebas sesuai prosedur sertifikasi dan
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan, dapat
bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya.
Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, di antaranya adalah
alami, dan sintetik. Pewarna makanan yang berasal dari bahan alam disebut pewarna
alami. Pewarna identik alami adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara
kimia, tetapi mempunyai sifat kimia yang identik dengan pewarna alami. Pewarna
sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara kimia (Wijaya, 2009).
1) Pewarna Alami
Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat
bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa (caramel) ke bahan olahan (Cahyadi,
2009).
Beberapa contoh pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan di
2) Pewarna sintetis
Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen
dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna
alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung
berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila
permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus
menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses
sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media
terhadap zat warna tersebut (Yuliarti, 2007). Bahan Pewarna Sintesis yang diizinkan
Sejak tahun 1938 di Amerika juga telah di keluarkan peraturan baru yaitu
yang di sebut Food, Drug And Cosmetic Act ( FD & C ) yang memperluas ruang
lingkup peraturan tahun 1906 dalam mengatur penggunaan zat pewarna. Zat pewarna
dapat di golongkan dalam tiga katagori yaitu FD & C Color, D & C Color, Dan D&C.
FD & C Color adalah zat pewarna yang diizinkan untuk dimakan, obat-
kosmetik, sedangkan untuk bahan makanan dilarang Ext D & C diizinkan dalam
undang-undang yang baru ini zat warna dibagi menjadi dua kelompok yaitu certified
Certified colour merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari Dye dan Lake,
sedangkan uncertifiedcolor adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami.
permitted colour atau certerfied colour. Zat pewarna ini harus menjalani pengujian
dan posedur penggunaannya yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini
meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat
warna tersebut. Ada dua macam yang tergolong pada certified colour yaitu pewarna
sintetis golongan dyes dan lakes. Zat pewarna yang tergolong dyes telah melalui
prosedur sertiikasi yang ditetapkan oleh US-FDA ( Food and Drug Adminitrasion ).
Sedangkan zat pewarna lakes yang hanya terdiri dari satu warna, tidak merupakan
warna tertentu misalnya bentuk garam, kelarutan, dan resedu yang terdapat di
1. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga
29
larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut
yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin atau alkohol,
sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dye tidak dapat larut. Dye terdapat
dalam bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan. Penggunaannya tergantung dari
kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnaannya sendiri. Zat pewarna dye terbagi
menjadi empat kelompok, yaitu azo dye, tryphenylmethane dye, fluorescein dan
sulfonated indigo (Winarno, 1992). Pada umumnya penggunaan dye dilakukan untuk
mewarnai roti dan kue, produk-produk susu, minuman ringan, minuman berkarbonat
dan lain-lain. Konsentrasi pemakaian tidak dibatasi secara khusus, tetapi di Amerika
Practices (GMP), yang pada prinsipnya dapat digunakan dalam jumlah yang tidak
melebihi keperluan untuk memperoleh efek yang diinginkan, jadi rata-rata kurang
dari 300 ppm. Tetapi dalam praktiknya ternyata digunakan konsentrasi 5-600 ppm.
2. Lake
Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna dye dengan radikal basa
(Al atau Ca) yang dilapisi dengan aluminium hidrat (alumina). Lapisan alumina
initidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua pelarut.
Lake stabil pada pH 3,5-9,5 dan diluar selang tersebut lapisan alumina pecah dan dye
yang dikandungnya terlepas (Winarno, 1992). Kandungan dye dalam lake disebut
pure dyes contents (pdc). Lakes umumnya mengandung 10-40% dye murni. Sesuai
dengan sifatnya yang tidak larut dalam air, maka zat pewarna ini digunakan untuk
30
produk-produk yang tidak boleh kena air. Dibandingkan dengan dye, maka lake pada
umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehingga harga lake
dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan
mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan.
Ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan dan bahkan
a. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun berulang.
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari-hari, dan
keadaan fisik.
secara berlebihan.
e. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi pensyaratan.
penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan
non pangan, seperti metanil yellow, auramin dan rhodamin B ternyata banyak
menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan
melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Zat warna yang
memasuki jalur sirkulasi enterohepatik. Zat warna azo yang larut dalam air
diekskresi secara kuantitatif melalui empedu, sedangkan yang larut dalam lemak
dalam hati oleh azo-reduktase membentuk amin primer yang sesuai, atau dapat juga
metabolit polar cepat dieliminasi lewat urine. Beberapa senyawa azo, terurai pada
32
ikatan azo-nya membentuk aminonaftol. Efek kronis yang disebabkan oleh zat warna
azo yang dimakan dalam jangka waktu lama menyebabkan kanker hati. Selain
senyawa-senyawa azo lain mengakibatkan kanker walaupun efeknya lebih kecil dan
waktunya lebih lama. Para ilmuwan pada umumnya mempergunakan zat warna azo
dalam penelitiannya, karena hampir 90% dari bahan pewarna pangan terdiri dari zat
warna azo (Cahyadi, 2009). Zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan disebut zat
beracun. Banyak zat-zat kimia yang beracun pada dosis besar dan tidak beracun
pada dosis yang kecil. Kecenderungan zat-zat berbahaya yang menyebabkan kanker
pada manusia menjadi perhatian publik pada saat ini (Hughes, 1987).
pangan
pelaksanaan penggunaan bahan tambahan pangan sangat bervariasi dari satu negara
dengan negara lain. Masing-masing negara mempunyai suatu lembaga atau badan
pelaksaannya, sebagai contoh Amerika Serikat mempunyai FDA ( food and Drug
Council ), dan di Indonesia dengan Deretoral Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan
Dirjen BPOM, olehkarena itu wajar apabila ada perbedaan mengenai pemakian bahan
yang dilarang penggnaannya pada makanan dan minuman, yang sangat di perlukan
33
alternatif dan pengawasan yang ketat dan berkesinambungan oleh beberapa intalasi
kualitas bahan pangan agar di peroleh hasil yang baik, di perlukan tiga sara pokok,
dosis penggunaan zat pewarna yang dapat menyebabkan efek toksik, maka
2.4.6 Rhodamin-B
Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya
Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada
industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut,
dan sabun. Nama lain rhodamin B adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC
makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerahan, tidak berbau dan
dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Rhodamin-B sangat larut dalam
air dan alkohol, sedikit larut dalam asam klorida dan natrium hidroksida.
sebagai berikut :
b. ADC Rhodamine B
c. Aizen Rhodamine BH
e. Akiriku Rhodamine B
f. Briliant Pink B
g. Calcozine Rhodamine BL
h. Calcozine Rhodamine BX
j. Cerise Toner
k.[9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin-3-ylidene]dietil
m. Certiqual Rhodamine
q. Elcozine rhodamine B
r. Geranium Lake N
t. Rheonine B
u. Symulex Magenta
v. Takaoka Rhodmine B
w. Tetraetilrhodamine
Nethylethanaminium chlorida
Nama Lazim : Tetraethylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamine B chlorida; C.I.
BM : 479
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah kebiruan
dan berfluoresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut dalam alkohol; sukar
larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat
membentuk senyawa dengan kompleks antimon berwarna merah muda yang larut
Penggunaan : Sebagai pewarna untuk sutra, katun, wol, nilon, kertas, tinta,
sabun,pewarna kayu, bulu, dan pewarna untuk keramik China. Jug digunakan sebagai
pewarna obat dan kosmetik dalam bentuk larutan obat yange ncer, tablet, kapsul,
pasta gigi, sabun, larutan pengering rambut, garam mandi, lipstick, pemerah pipi
(Budavari, 1996).
terhisap pernapasan atau terserap melalui kulit. Toksisitasnya adalah ORL - RAT
berikut:
menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
3. Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema
menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna atau merah muda (Yulianti,
2007)
mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya
penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran
masyarakat yang masih rendah. Selain itu, rhodamin B sering digunakan sebagai
pewarna makanan karena harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis
untuk pangan, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya
giling, agar-agar, dan saus tomat dan cabe, aromanis/kembang gula, manisan, sosis,
(Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika
tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh.
Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat
radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh. P
nggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamin B
Uji toksisitas rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit dan tikus telah
jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala
pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis
Zat tersebut sangat berbahaya jika terhirup, terkena kulit, mengenai mata dan
tertelan. Jika penggunaan Rhodamin-B ini secara terus-menerus dan melebihi dari
kadar yang sudah ditentukan, maka akan terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang
akhirnya dapat merusak jaringan atau organ tertentu yang akan menyebabkan gejala
akut keracunan Rhodamin-B. Sebagai contoh, karena tingginya kadar bahan pewarna
39
maka hati akan bekerja keras untuk merombaknya agar dapat dikeluarkan dari hati
(Irianto, 2007).
pangan. Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai
pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati (Trestiati,
2003). Zat warna rhodamin B walaupun telah dilarang penggunaannya tetapi masih
ada produsen yang sengaja menambahkan zat warna rhodamin B pada produknya
karena harga zat pewarna untuk pangan lebih mahal jika dibandingkan dengan zat
pewarna tekstil dan kulit biasanya warna dari zat pewarna tekstil dan kulit lebih
menarik dibanding dengan zat pewarna untuk makanan. Pemberian zat pewarna
ketidaktahuan tentang zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak
bahwa pewarna tekstil yang digunakan dalam makanan dapat menimbulkan gangguan
kesehatan tubuh yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit seperti
bahan pewarna yang dilarang untuk pangan, seperti Rhodamin B yang ditemukan
menunjukkan adanya tanda yang telah ditentukan oleh pemerintah melalui Keputusan
yaitu tanda khusus untuk pewarna makanan adalah lingkungan dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf M yang menyentuh garis tepi (pasal 3 ayat 1). Tanda
khusus harus diletakkan sedimikian rupa agar mudah terlihat (pasal 2) dan ukuran
yang sesuai dengan kemasan, tebal garis minimal 1 mm (ayat 3) (Hidayat, 2006).
menyala, (2) bila produk pangan dalam bentuk larutan/minuman warna merah
berpendar atau berfotoluminesensi, (3) warna tidak pudar akibat pemanasan (akibat
digoreng atau direbus) dan (4) banyak memberikan titik-titik warna karena tidak
homogen (misalnya pada kerupuk, es puter). terkadang warna terlihat tidak homogen
(rata), ada gumpalan warna pada produk, dan bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih
Pada umumnya, bahaya akibat pengonsumsian rhodamin B akan muncul jika zat
warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu diketahui pula bahwa
rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg
BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi
saluran cerna. Jika hal tersebut terjadi maka tindakan yang harus dilakukan antara lain
segera berkumur, jangan menginduksi muntah, serta periksa bibir dan mulut jika ada
41
jaringan yang terkena zat beracun. Jika terjadi muntah, letakan posisi kepala lebih
pernapasan (aspirasi paru). Longgarkan baju, dasi, dan ikat pinggang untuk
melancarkan pernapasan. Jika diperlukan segera bawa pasien ke rumah sakit atau
dokter terdekat
Seperi kita ketahui bahwa berbagai jenis pangan dan minuman yang beredar
di indonesia, baik secara sengaja maupun tidak di sengaja telah di warnai dengan
pewarna tekstil atau bukan food grade, yang tidak di izinkan digunakan dalam
kulit.
tetapi teliti untuk mengindentfikasi adanya zat pewarna sintetis dan bila perlu dapat di
bedakan jenis pewarna sintetis dalam pangan. Hal tesebut penting sekali bagi
agar mempunyai suatu teknik atau metode analisis yang cepat yang kerjanya, Teknik
analisis tersebut seyogianya yang cukup sederhana mudah dilakukan di tingka rumah
tangga dan di lapangan bagi penjual zat pewarna atau penjual pangan, adanya
kebutuhan yang mendesak tersebut juga ditegaskan oleh JECFA ( Cahyadi, 2008 ).
42
melaporkan hasil penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna sintetis daat dilakukan
secara sederhana dan dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana, seperti
gelas, air, dan kertas kering. Sehingga tidak di perlukan adanya pelarut ataupun
di lapangan. Keuntungan penting dari metode tersebut karena cara analisisnya tidak
sederhana itu didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil dengan zat pewarna
pangan sintetis. Diantaranya karena daya kelarutan dalam air yang berbeda, zat
pewarna tekstil seperti Rhodamib b bersifat tidak larut dalam air. ( Cahyadi 2008 ).
Telah diketahui bahwa berbagai jenis makanan dan minuman yang beredar di
Indonesia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, telah diwarnai dengan pewarna
tekstil atau yang bukan zat pewarna food grade yaitu yang tidak diizinkan digunakan
tekstil, kertas atau kulit. Seperti telah diketahui, berdasarkan beberapa penelitian telah
dibuktikan bahwa beberapa zat pewarna tekstil yang tidak diizinkan tersebut bersifat
percobaan.
43
dilakukan, dengan berbagai metoda, teknik dan cara. Sebagian besar dari cara analisa
tersebut masih berdasarkan suatu prinsip kromatografi atau pun menggunakan alat
secara teliti, karena itu minimal diperlukan fasilitas yang cukup canggih serta dituntut
profesional.(Cahyadi, 2008 ).
Dasar tiori kromatografi di temui oleh Micheael Tswett, seorang ahli Batoni
dari kata Yunani “Warna” dan “tulis” kromatografi terbentuk apabila terdapat satu
cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air,
setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu
(bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan
persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom
yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat campur
dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu
44
sendiri. Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa
gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan
Kromatografi berkembang menjadi teknik pemisahan untuk zat kimiawi dengan sifat
yang sangat mirip, dan dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif dan penetapan
Kromatografi diantaranya :
peralatan yang murah serta sederhana, kecuali untuk kromatografi gas, hingga
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak,
akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang
kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
45
berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat
seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Kromatografi
kertas merupakan kromatografi partisi dimana fase geraknya adalah air yang
disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas. Kertas yang digunakan adalah
kertas Whatman No.1 dan kertas yang lebih tebal Whatman No. 3 biasanya untuk
pemisahan campuran dalam jumlah yang lebih besar karena dapat menampung lebih
laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak
warna.
3. Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap
pelarut.
harga Rf.
2) Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefesien partisi dan juga kecepatan
aliran.
dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada terdensi perambatan lebih lama.
4) Kertas, pengaruh utama kertas pada harga-harga Rf timbul dari perubahan ion
volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak (Sastrohamidjojo, 2007).
47
Beberapa fasa gerak beserta harga Rf (ratio faktor) pada identifikasi pewarna
Tabel 2.5 Harga Rf Untuk Berbagai jenis pewarna pada beberapa fasa gerak
Pewarna Fasa gerak
A B C D E F
MERAH
Ponceau Mx 0,33 0,55 0,35 0,41 0,41 0,23
Ponceau 4R 0,18 0,26 0,13 0,26 0,25 0,07
Carmoisin 0,44 0,17 0,37 0,28 0,55 0,30
Amaranth 0,14 0,19 0,11 0,17 0,16 0,04
Red 10 B 0,26 0,30 0,23 0,37 0,37 0,21
Eritrosin 1,00 0,58 0,47 0,57 1,00 0,56
Reg 2 G 0,35 0,35 0,38 0,39 0,41 0,18
Red 6 B 0,18 0,17 0,37 0,22 0,22 0,10
Red FB 0,25 0,11 0,49 0,13 0,58 0,24
Ponceau SX 0,39 0,30 0,41 0,39 0,51 0,26
Ponceau 3 R 0,38 0,47 0,35 0,45 0,58 0,21
Fast red E 0,38 0,47 0,45 0,49 0,51 0,24
JINGGA
Orange G 0,35 O,47 0,48 0,52 0,46 0,23
Orange RN 0,59 0,75 0,74 0,75 0,78 0,57
Sunset Yellow 0,28 0,45 0,45 0,43 0,46 0,22
KUNING
Tartrazine 0,12 0,17 0,09 0,20 0,25 0,04
Napnthol Yellow 0,44 0,54 0,17 0,68 0,73 0,44
Yellow 2G 0,44 0,41 0,41 0,37 0,65 0,31
Yellow FRS 0,33 0,47 0,30 0,43 0,47 0,22
Yellow RY 0,77 0,04 0,18 0,07 0,16 0,03
+ Rhodamin-b
Saus Regesia
- Rhodamin-b
Adanya kandungan zat aditif rhodami-b pada saus tomat dan cabe kemasan
BAB III
METODE PENELITIAN
uji laboratorium untuk mengetahui zat pewarna aditif Rhodamin-B pada saus tomat
dan cabe kemasan plastik yang diperjual belikan di Pasar Kota Meulaboh.
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis saus tomat dan cabe kemasan
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima jenis saus tomat
dan cabe kemasan plastik dengan merek cap dua ikan, dena, captain, ABC, dan saus
tidak bermerek yang memiliki bentuk yang sama, ( kemasan plastik ) yang
mempunyai ciri-ciri hampir sama yaitu kemerahan yang diambil secara acak dari
49
50
a. Data Primer.
Rhodamin-B dalam saus tomat dan cabe kemasan plastik yang di pasarkan di Kota
Meulaboh.
b. Data Sekunder.
Data sekunder diperoleh dari buku, media massa, jurnal maupun internet
c. skema penelitian
a. Persiapan bahan :
5. Melakukan penelitian
4. dilihat hasil nya ( jika ada yang sama maka sampel positif mengandung
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan maka hasil uji akan diolah secara
yang sudah di beli di masukkan kedalam pot plastik yang sudah di sterilkan dengan
alkohol 96% kemudian diberi kode, lokasi dan tanggal pengambilan sampel, siapkan
box dan kemudian masukkan sampel ke dalam box untuk pengiriman sampel ke
3.7.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada pengujian ini adalah Beaker Glass (250 mL
dan 600 mL), chamber, gelas ukur (10mL dan 50 mL), erlenmeyer ( 250 mL dan 500
mL), neraca analitik, water bath (Penangas air), penjepit tabung, kaki tiga, labu ukur (
50 mL dan 100 mL), kaca arloji, Bunsen, cawan porselin, pipetkapiler, pipet tetes,
batang pengaduk, Pinset, sendok, kertas lakmus merah dan biru, kertas sari woodman
0,1mm
52
3.7.2 Bahan
Benang wol bebas lemak dapat dibuat dengan cara ekstrak/rendam benang
berikut:
Identifikasi zat warna dalam saus tomat dan cabai yang dipasarkan di pasar di
sebagai berikut:
3) Dimasukkan kertas yang sudah di totolkan ke dalam bejana yang sudah berisi
5) Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau
setelah waktu yang telah ditentukan, maka kertas saring diambil dari bejana
6) Dikeringkan
8) Penentuan jenis zat warna dapat dilakukan dengan cara mengukur nilai Rf dari
3.10. Penentuan zat warna dalam saus tomat dan cabe yang dipasarkan di
Kota Meulaboh.
Penentuan zat warna dapat dilakukan dengan cara mengukur nilai Rf dari
masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut (eluat)
Standar Nasional Indonesia tentang persyaratan saus tomat dan cabai (SNI) No.01-
BAB IV
Kabupaten Aceh Barat, merupakan pasar yang sangat banyak dikiunjungi oleh
masyarakat, karena pasar Bina Usaha Meulaboh adalah pasar yang serba
melengkapi, baik itu kebutuhan pokok maupun kebutuhan yang lain, pasar bina
di sekitar pasar Bina Usaha Meulaboh juga berserakan, itu semua tergantung pada
Preparasi sampel dilakukan dengan cara 20 mg saus tomat dan cabe 20%
dan kalium bisulfat 10%, disini kalium bisulfat akan menarik zat pewarna dan
kemudian akan diserap oleh benang wol yang telah bebas lemak, pemisahan ini
ikatan senyawa pewarna dengan senyawa lainnya yang terdapat pada saus.
Benang wol yang telah mengandung zat pewarna itu kemudian ditambahkan
dengan ammonium pekat, hal ini bertujuan agar ammonium melarutkan zat
pewarna yang telah berada dibenang wol. Zat pewarna telah larut ditunjukan
55
56
dengan berubahnya warna benang wol dari berwarna merah menjadi putih, dalam
penarikan zat warna ini dilakukan pemanasan, jika setelah pemanasan ini
warnanya berubah menjadi hijau kotor, maka ini menunjukkan pewarna alami
yang digunakan pada sampel, jika tidak berubah maka dilarutkan dalam etanol,
kemudian zat warna ini dianalis secara kromatografi kertas menggunakan eluen
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa saus tomat dan cabe kemasan
plastik yang dipasarkan di komplek pasar Bina Usaha Meulaboh dengan merek
dua ikan, dena, captain, ABC, dan saus tidak bermerek, negatif dari pewarna
penelitian terhadap satu zat pewarna saja yaitu zat pewarna sintetis rhodamin b,
jadi berdasarkan hasil uji Labolatorium Akademik Analis Kesehatan Banda Aceh,
bahwa saus yang tersebut diatas bebas dari zat pewarna rhodamin-B, tetapi
walaupun saus tersebut bebas dari zat pewarna rodamin-B, kemungkinan besar
masih ada zat pewarna buatan yang lain terkandung dalam saus tersebut. Di
karenakan pada benang woll yang di panaskan tidak berubah warnanya menjadi
hijau kotor menandakan kelima saus tersebut tidak menggunakan warna alami,
melaikan zat warna buatan, apakah zat pewarna yang diizin kan atau tidak, karena
keterbatasan dana.
57
Aceh zat pewarna rhodamin-B dalam saus tomat dan cabe kemasan plastik (dena,
captain, ABC , dua ikan tradisional) dan tidak bermerek yang dipasarkan di pasar
menggunakan eluen n-butanol dengan hasil yang negatif maka dapat dilihat pada
Tabel : 4.1 Hasil penelitian zat warna pada saus tomat dan cabe kemasan
plastik secara kromatografi kertas
Jarak
Warna Rf
No. Nama Sampel Rambat Ket
Kromatogram (cm)
(cm)
1 Sampel 1 Tidak berwarna 3,4 0,28 Negatif
2 Sampel 2 Tidak berwarna 4,5 0,37 Negatif
3 Sampel 3 Tidak berwarna 3,7 0,30 Negatif
4 Sampel 4 Tidak berwarna 2,7 0,22 Negatif
5 Sampel 5 Tidak berwarna 2,8 0,23 Negatif
Standar
6 Merah Muda 10 0,83 Positif
rhodamin B
Sumber : AAK Akademik Analis kesehatan Banda Aceh ( Mei 2013 )
4.4 Pembahasan
atau memberi warna pada makanan dan minuman. Pemakaian zat warna pada
dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, memperbaiki atau
menambah warna makanan dan minuman yang asalnya tidak berwarna atau
warnanya kurang baik, untuk memberikan warna yang seragam pada produk yang
diolah pada waktu yang berlainan, agar suatu makanan dan minuman terlihat lebih
58
segar dan menarik, untuk menarik perhatian dan meningkatkan selera konsumen
(Noviana, 2005).
berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam
golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan sintetis (Hidayat,
2006).
Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih
homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan
zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan
bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih
murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Zat pewarna yang diizinkan
color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus menjalani tes dan prosedur
pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna
dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan
mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama
pengolahan. Ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan dan
59
penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan
non pangan, seperti metanil yellow, auramin dan rhodamin B ternyata banyak
produk pangan yang mengandung zat pewarna textil yaitu rhodamin b, masih
ada ditemukan produk pangan yang positif mengadung zat warna yang
masih banyak saus tomat yang menggunakan bahan bukan dari tomat asli
melainkan ubi jalar dan pepaya selain itu menggunakan bahan pewarna tidak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah produk saus tomat yang beredar di Pasar
Johar Kota Semarang mengandung zat warna sintetis yang dilarang menurut
Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1998.
pada Januari 2010, menemukan beberapa jajanan sekolah yang mengandung zat-
60
Jalan Imam Bonjol. Dari beberapa jajanan sekolah yang diperiksa ternyata
jajanan yang mengandung zat berbahaya, yaitu formalin yang ditemukan pada mie
goreng dan Rhodamin B (pewarna tekstil) ditemukan pada kerupuk dan saus isi
sampel makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya, salah satunya adalah
Rhodamin B.
saus yang beredar di pasar Lambaro Aceh tahun 2005, diketahui dari 20 sampel
saus yang diperiksa, (saus bermerek dan tidak bermerek) maka ditemukan 5
sampel saus yang tidak bermerek positif mengandung zat pewarna yang dilarang
Dari beberapa penelitian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa masih
ada makanan dan minuman yang mengandung zat pewarna yang berbahaya bagi
kesehatan
produk saus isi ulang kemasan plastik dengan jumlah sampel 5 ( lima ) hasilnya
Negatif, karna jumlah sampel yang tidak begitu banyak seperti penelitian yang di
lakukan oleh Noviana di Pasar Lambaro Banda Aceh dengan jumlah sampel 20
sampel saus yang di periksa ditemukan 5 sampel positif mengandung zat pewarna
mengetahui ada tidaknya kandungan zat pewarna yang dilarang yaitu Rhodamin-B
pada saus dua ikan, dena, captain, ABC, dan saus tidak bermerek, setelah
hasilnya Negatif bebas dari zat warna Rhodamin-B. Penelitian ini dilakukan
dengan satu kali pengulangan dan menggunakan satu eluen. Maka kelima saus
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Saus Dena isi ulang pada kode sampel 1 (satu) negatif bebas dari zat
warna Rodhamin-B.
2. Saus captain isi ulang pada kode sampel 2 (dua) negatif bebas dari zat
warna Rodhamin-B.
3. Saus Dua ikan isi ulang pada kode sampel 3 (tiga) negatif bebas dari zat
warna Rodhamin-B.
4. Saus ABC isi ulang pada kode sampel 4 (empat) negatif bebas dari zat
warna Rodhamin-B.
5. Saus tidak bermerek isi ulang pada kode sampel 5 (lima) negatif bebas dari
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kelima prokduk saus kemasan plastik
62
63
5.2 Saran
1. Bagi para konsumen diharapkan agar lebih waspada dalam memilih saus
yang dijual dipasar dengan harga yang lebih murah, dan bila juga
bentuk dan warna dari saus tomat dan cabai isi ulang. Sebaiknya
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap beberapa zat warna yang
terkandung didalam saus dua ikan, dena, captain, ABC, dan saus tidak
bermerek.
pada sampel yang sama dengan metode yang sama yaitu Kromatografi
Kertas.
Kromatografi lapis tipis pada sampel yang sama, tetapi dalam jumlah
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Direktorat SPKP Deputi III, 2003, Bahan Tambahan Pangan hal (6), Jakarta, BPOM.
Departemen Perindustrian RI. 1992. Mutu dan Cara Uji Saus Cabe. SNI 01-2976-1992. Jakarta.
Departemen Perindustrian RI. 1992. Cara uji pewarna tambahan makanan. SNI 01-2895-1992.
Jakarta.
Hambali, E. 2006. Membuat Saus Cabai dan Saus Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Harper, L. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Terjemahan oleh Suhardjo, UI Press, Jakarta.
Hidayat, Nur dan Anis Saati, 2006, Membuat Pewarna Alami. Surabaya : Trubus Agrisarana.
Imelda, 2009. Hygiene Sanitasi dan Analisa Cemaran Mikroba yang terdapat pada Saus
Tomat dan Saus Cabai Isi Ulang yang Digunakan di Lingkungan Kampus Universitas
Sumatera Utara. Diperoleh : www.repositori.usu.ac.id/bitsrem/pdf. [Diakses 23 Maret
2013].
Musaddad, D . 2003. Produk Olahan Tomat. Penebat Swadaya, Jakarta.
Notoatmodjo. 2010.Metodelogi Penelitian. RinekaCipta. Jakarta
Noviana, 2005. Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah Pada Saus Tomat
dan Saus Cabe Yang Dipasarkan Di Pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2005. Skripsi
FKM USU, Medan.
Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85 Mengenai Zat warna tertentu yang
dinyatakan sebagai bahan berbahaya
Saparinto, C., Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Cetakan I. Kanisius, Yogyakarta.
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. CV Andi Offset, Yokyakarta.
Winarno, F.G., dan T.S. Rahayu . 1991. Bahan Tambahan dan Kontaminasi. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.