Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN KADAR RHODAMIN B PADA SAUS CABAI DAN BUMBU GILING

MERAH DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG


TAHUN 2016

Saeffurqon1, Khoidar Amirus2, Eliza Eka Nurmala2

ABSTRAK

Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil.


Pengaruh buruk rhodamin B bagi kesehatan jika terdapat pada makanan antara lain
menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, kulit, mata dan saluran pencernaan serta
berpotensi terjadinya kanker hati. Berdasarkan penelitian Food And Agriculture
Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO), didapatkan bahwa
penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan dan minuman mencapai 70%. Tujuan
penelitian ini adalah diketahui perbandingan kandungan kadar rhodamin B pada saus
cabai dan bumbu giling merah di beberapa pasar tradisonal Kota Bandar Lampung tahun
2016. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian observasioal dengan
menggunakan pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dengan metode kromatografi
kertas. Untuk uji kuantitatif dengan metode spektrofometri cahaya tampak tidak
dilakukan karena tidak didapatkan sampel yang positif. Hasil pemeriksaan dari delapan
sampel saus cabai dan delapan sampel bumbu giling merah di empat pasar tradisonal di
Kota Bandar Lampung yang telah diperiksa dengan menggunakan metode kromatografi
kertas tidak ada satupun sampel yang mengandung zat pewarna rhodamin b, sehingga
tidak dilakukan pemeriksaan kadar rhodamin b menggunakan spektrofometri cahaya
tampak. Diharapkan bagi Dinas Kesehatan dan BBPOM untuk terus mengawasi dan
melakukan pemeriksaan makanan.

Kata Kunci : Rhodamin B, Saus Cabai, Bumbu Giling Merah

PENDAHULUAN yang menyusun pangan bersifat organik


Keamanan pangan adalah bagian dan hanya kandungan mineral dan air
dari kesehatan lingkungan, salah satu saja yang bersifat anorganik (Effendi,
komponen penting yang perlu 2012).
diperhatikan dalam peningkatan Jenis produk makanan saat ini
keamanan pangan adalah sanitasi diproduksi tidak hanya memperhatikan
makanan yang bertujuan untuk zat gizi yang terkandung, melainkan
menjamin keamanan dan kemurnian juga mensiasati bagaimana jenis
makanan, mencegah konsumen dari makanan yang dikemas, mudah
penyakit, mencegah penjualan makanan disajikan, praktis, atau diolah dengan
yang akan memberikan pembeli, dan cara modern. Makan-makanan tersebut
mengurangi kerusakan makanan umumnya diproduksi oleh indsutri
(mediakom, 2015). pengolahan pangan dan teknologi tinggi
Makanan merupakan kebutuhan dan memberikan berbagai zat aditif
pokok bagi setiap manusia, karena di (bahan tambahan pangan) untuk
dalamnya terkandung senyawa-senyawa mengawetkan dan memberikan cita rasa
yang sangat diperlukan untuk bagi produk tersebut (Praja, 2015).
memulihkan dan memperbaiki jaringan Penentuan mutu bahan makanan
tubuh yang rusak, mengatur proses di pada umumnya sangat bergantung pada
dalam tubuh, perkembangbiakan dan beberapa faktor, diantaranya cita rasa,
menghasilkan energi untuk kepentingan warna, tekstur, dan nilai gizinya juga
berbagai kegiatan dalam kehidupannya. sifat mikrobiologis.
Sebagian terbesar dari bahan-bahan

1)
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
2)
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

110 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017


Sebelum faktor-faktor lain sehingga dalam penggunaan jangka
dipertimbangkan, secara visual faktor panjang dapat menyebabkan kanker
warna tampil lebih dahulu dan terkadang (Permatasari et al, 2013)
sangat menentukan. Selain sebagai Rhodamin B merupakan pewarna
faktor yang ikut menentukan mutu, sintetis yang digunakan pada industri
warna juga dapat digunakan sebagai tekstil. Pengaruh buruk rhodamin B bagi
indikator kesegaran dan kematangan. kesehatan jika terdapat pada makanan
Baik tidaknya cara pencampuran atau antara lain menimbulkan iritasi pada
cara pengolahan dapat ditandai dengan saluran pernafasan, kulit, mata dan
adanya warna yang seragam dan merata saluran pencernaan serta berpotensi
(Cahyadi, 2012). terjadinya kanker hati. Penyalahgunaan
Salah satu aspek yang diawasi rhodamin B banyak ditemui pada
dalam profil keamanan pangan jajanan makanan dan minuman seperti es
yaitu penggunaan Bahan Tambahan cendol, permen, saus tomat dan kue
Pangan (BTP) yang tidak memenuhi (Wijaya, 2011).
syarat termasuk bahan tambahan Berdasarkan penelitian FoodAnd
memang jelas-jelas dilarang, seperti Agriculture Organization (FAO) dan
pewarna, pemanis dan bahan pengawet. World Health Organization (WHO),
Pelarangan juga menyangkut dosis didapatkan bahwa penggunaan zat
penggunaan bahan tambahan makanan pewarna sintetis pada makanan dan
yang melampaui ambang batas minuman mencapai 70%. Pada hasil uji
maksimum yang telah ditentukan. Hal ini BPOM yang dilakukan di 18 provinsi pada
jelas diatur oleh pemerintah dalam tahun 2008 diantaranya Jakarta,
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Surabaya, Semarang, Bandar Lampung,
Indonesia No. 033 Tahun 2012 tentang Denpasar dan Padang terhadap 861
Bahan Tambahan Pangan serta undang- contoh makanan menunjukan bahwa
undang keamanan pangan yaitu 39,95% (344 contoh) tidak memenuhi
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963. syarat keamanan pangan. Dari total
Tidak dapat dipungkiri, bahwa sampel itu, 10,45% mengandung
keberadaan BTP dalam produk pangan pewarna yang dilarang, yakni rhodamin
dapat diibaratkan sebagai “pedang B, methanol yellow dan amaranth.
bermata dua”. Penggunaan BTP dengan Berdasarkan penelitian yang
tepat dan benar dipastikan akan member dilakukan oleh Hidayati (2015) di Pasar
manfaat positif bagi pengadaan produk Kota Jogjakarta, data sampel cabe giling
pangan, sebaliknya apabila digunakan basah diperoleh 25 sampel dan 5
dengan cara yang kurang tepat dapat diantaranya positif mengandung zat
memicu kecurangan atau pewarna rhodamin b.Penelitian yang
membahayakan kesehatan bagi manusia dilakukan oleh Putra et al (2014)
(Wijaya, 2009). Padang, menyatakan hasil penelitian
Ada beberapa hal yang dapat menunjukkan bahwa sebanyak 10
menyebabkan suatu bahan pangan sampel (40%) mengandung Rhodamin B
berwarna, antara lain dengan dan 15 sampel (60%) yang diizinkan
penambahan zat pewarna. Secara garis penggunaannya. yaitu Erytrosin. Rata-
besar, berdasarkan sumbernya dikenal Rata kadar Erytrosin dalam saus cabai
dua jenis zat pewarna yang termasuk adalah 639,5% dari 300 mg/kg sampel
dalam golongan bahan tambahan yang diizinkan.
pangan, yaitu pewarna alami dan Balai Besar Pengawas Obat dan
pewarna sintetis (Cahyadi, 2012). Zat Makanan (BBPOM) Bandar Lampung juga
pewarna sintesis yang tidak melakukan penelitian terhadap jajanan
diperbolehkan pada produk pangan anak sekolah pada bulan Juni 2012, dari
adalah Rhodamin B dan Methanyl Yellow, 156 sampel yang diteliti terdapat 29
yaitu merupakan zat warna sintetik yang sampel yang mengandung Rhodamin B
umum digunakan sebagai pewarna (BBPOM, 2012). Penelitian yang
tekstil. Kedua zat ini merupakan zat dilakukan Permatasari et al (2013)
warna tambahan yang dilarang Bandar Lampung, menunjukan hasil
penggunaannya dalam produk-produk penelitian terdapat 50% sampel yang
pangan. Keduanya bersifat karsinogenik positif mengandung Rhodamin B, dua

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 111


diantaranya memiliki kadar yang cukup METODE PENELITIAN
tinggi yaitu2,1843 – 3,8972 μg/g dan Penelitian ini menggunakan jenis
2,6959 –3,0006 μg/g. Simpulan dari penelitian kuantitatif dengan pendekatan
penelitian ini adalah ditemukannya 15 penelitian observasioal dan untuk
sampel positif mengandung zat pewarna mengetahui ada tidaknya kandungan
Rhodamin B, dengan kadar tertinggi Rhodamin B pada saus cabai dan bumbu
2,1843 – 3,8972 μg/g pada sampel 3 giling merah dengan menggunakan
kerupuk. pemeriksaan laboratorium secara
Dari data diatas banyak kita kualitatif dengan metode kromatografi
temukan bumbu-bumbu dapur yang siap kertas dan untuk mengetahui kadar
pakai, mulai dari cabai giling, bumbu Rhodamin B secara kuantitatif dengan
giling dan saus. Saus dan bumbu giling metode spektrofometri cahaya tampak.
ini banyak dijual di pasar-pasar Variabel dependen dalam penelitian ini
tradisional, pada umumnya saus cabai adalah saus cabai dan bumbu giling
dan bumbu giling ini diproduksi oleh merah variabel independen nya adalah
home industrydan tidak melalui uji kandungan kadar rhodamin B.
BPOMsehinggakomposisi yang Waktu penelitian dilakukan pada
terkandung didalamnya masih bulan April - Mei 2016. Lokasi
dipertanyakan. pengambilan sampel dilakukan di
Berdasarkan latar belakang beberapa pasar tradisonal yaitu Pasar
diatas, maka penulis ingin melakukan Tamin, Pasar Gintung, Pasar Wayhalim,
penelitian untuk mengetahui Pasar Tugu di Kota Bandar Lampung dan
perbandingan kandungan kadar uji sampel dilakukan di Laboratorium
rhodamin B pada saus cabai dan bumbu Kesehatan Daerah Lampung.Populasi
giling merah di beberapa pasar dalam penelitian ini adalah seluruh saus
tradisonal Kota Bandar Lampung tahun cabai dan bumbu giling merah, sampel
2016. dalam penelitian ini adalah bumbu giling
merah dan saus cabai.

HASIL
Analisis Univariat
Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin B Pada Saus Cabai

Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin BPada Saus Cabai

Nilai Selisih Rf Sampel-Rf


No Sampel Larutan Kesimpulan
Rf BP
Sampel 0,39
1 P1s1 0,14 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,37
2 P1s2 0,12 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,44
3 P2s1 0,19 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,35
4 P2s2 0,10 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,37
5 P3s1 0,12 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,39
6 P3s2 0,14 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,42
7 P4s1 0,17 Negatif
Bp 0,25
Sampel 0,54
8 P4s2 0,29 Negatif
Bp 0,25
Hasil pemeriksaan saus cabai pengujian di Laboratorium Kesehatan
secara kualitatif terhadap penggunaan Daerah Lampung terdapat pada tabel 1.
rhodamin b dari 4 pasar tradisional Kota Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat
Bandar Lampung yang dilakukan diketahui bahwa seluruh sampel saus
cabai yang diperiksa secara kualitatif,

112 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017


nilai Rf larutan pembanding dengan Permenkes No. 033 Tahun 2012 serta
seluruh sampel tidak sama dan undang-undang No. 7 Tahun 1963.
perambatan zat warna sampel dengan
baku pembanding tidak sama (lampiran Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin
7), berarti tidak ada sampel yang B Pada Saus Cabai
mengandung rhodamin b yang berasal Hasil pemeriksaan bumbu giling
dari empat pasar tradisonal Kota Bandar merah secara kualitatif terhadap
Lampung. Hal ini merupakan merupakan penggunaan rhodamin B dari 4 pasar
suatu kondisi yang diharapkan karena tradisional Kota Bandar Lampung yang
rhodamin b merupakan salah satu dilakukan pengujian di Laboratorium
pewarna yang tidak diizinkan Kesehatan Daerah Lampung dapat dilihat
penggunannya terhadap campuran pada tabel 2.
bahan tambahan pangan sesuai dengan

Tabel 2
Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin B Pada Bumbu Giling Merah

Selisih Rf Kesimpula
No Sampel Larutan Nilai Rf
Sampel-Rf BP n
Sampel 0,47
1 P1B1 0,30 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,37
2 P1B2 0,20 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,33
3 P2B1 0,16 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,37
4 P2B2 0,20 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,3
5 P3B1 0,13 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,32
6 P3B2 0,15 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,38
7 P4B1 0,21 Negatif
Bp 0,17
Sampel 0,44
8 P4B2 0,27 Negatif
Bp 0,17

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat untuk mengetahui perbedaan kandungan


diketahui bahwa seluruh sampel bumbu kandungan kadar rhodamin b.
giling merah yang diperiksa secara
kualitatif, nilai Rf larutan pembanding
dengan seluruh sampel tidak sama dan PEMBAHASAN
perambatan zat warna sampel dengan Analisis Univariat Kandungan
baku pembanding tidak sama (lampiran Rhodamin B pada Saus Cabai
7), tidak ada sampel yang mengandung Berdasarkan hasil pemeriksaan
rhodamin b yang berasal dari empat kandungan rhodamin b pada saus cabai
pasar tradisonal Kota Bandar Lampung. yang berjumlah delapan sampel yang di
ambil dari beberapa pasar tradisional
Analisis Bivariat Kota Bandar Lampung yang kemudian
Dari 16 sampel yang diperiksa dilakukan uji laboratorium di
menggunakan metode kromatogrfai lapis Laboratorium Kesehatan Daerah
tipis tidak terdapat satupun sampel yang Lampung menggunakan metode
mengandung zat pewarna rhodamin b. kromatografi kertas diperoleh bahwa
Sehingga, tidak dilakukan uji didalam delapan sampel yang diperiksa,
spektrofometri cahaya tampak untuk ternyata tidak ada sampel saus cabai
melihat kadar rhodamin b pada sampel yang mengandung rhodamin b.
dan tidak dilanjutkan uji analisis bivariat Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh rompas (2014) Kota

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 113


Manado, menunjukan ketujuh sampel Hal ini sejalan dengan penelitian
saus tomat bakso tusuk yang dijual oleh yang dilakukan oleh Prawira dan Spran
pedagang bakso tusuk disekolah dasar (2014) Prabumulih Sumatera Selatan,
tidak terdapat zat pewarna rhodamin b Menunjukan bahwa dari 14 sampel cabe
melalui uji kualitatif di Laboratorium merah giling tidak terdapat kandungan
Balai Riset dan Standardisasi Industri rhodamin b (negatif) artinya tidak
(BARISTAN) Kota Manado dengan terdapat rhodamin b di dalam cabe
menggunakan Metode Kromatografi merah giling yang dijual dipasar
Kertas. Penelitian yang dilakukan julyana tradisional kota Prabumulih Sumatera
(2013), untuk mengidentifikasi zat Selatan. Penelitian yang dilakukan oleh
warna pada saus tomat yang dijual di Butarbutar (2007) Medan, dari 10
Pasar Tradisional di Kota Balikpapan, sampel cabe giling yang dijual di
peneliti menggunakan metode beberapa pasar tradisional tidak satupun
kromatografi kertas lapis (KLT) dan hasil sampel yang mengandung rhodamin b.
menunjukkan tidak mengandung zat Berdasarkan penelitian yang
pewarna rhodamin b. dilakukan oleh Prawira & Sapran (2014)
Berdasarkan penelitian yang dan Butarbutar (2007) memiliki
dilakukan oleh rompas (2014) dan kesamaan dengan penelitian ini yaitu
julyana (2013), memiliki kesamaan hasil sampel menunjukan tidak adanya
dengan penelitian ini yaitu hasil sampel kandungan rhodamin b yang dijual di
yang dilakukan uji laboratorium tidak pasar tradisonal. Hasil yang
mengandung rhodamin b, maka peneliti menunjukkan tidak adanya kandugan
berpendapat bahwa tidak semua pewarna rhodamin b pada sampel,
makanan yang berwarna mencolok menunjukkan bahwa dari segi pewarna
mengandung zat pewarna sintetis yang sintetik rhodamin b sampel tersebut
dilarang oleh pemerintah yaitu rhodamin aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi,
b. Hal ini jelas diatur oleh pemerintah tidak menutup kemungkinan bahwa
dalam Peraturan Menteri Kesehatan terdapat kandungan pewarna yang lain
Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 pada makanan, sehingga sangat perlu
tentang Bahan Tambahan Pangan serta dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
undang-undang keamanan pangan yaitu mengetahui ada tidaknya kandungan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963. pewarna sintetik yang lainnya. Selain
Penggunaan Rhodamin b dapat itu, indikator keamanan pangan jajanan
menyebabkan iritasi saluran pernafasan, tidak ditentukan hanya berdasarkan dari
iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada zat pewarna sintetik. Faktor kebersihan
saluran pencernaan, keracunan, (hygiene dan sanitasi) juga menentukan
gangguan hati, dan dapat menyebabkan kualitas mutu pangan jajanan. Oleh
kanker. karena itu, tetap diperlukan sikap
Adanya peraturan pemerintah kehati-hatian dalam mengkonsumsi
dalam penambahan bahan tambahan makanan yang berwarna yang dijual oleh
pangan khususnya pewarna zat pedagang.
makanan dan sering dilakukannya Meskipun dalam pemeriksaan
inspeksi mendadak (sidak) oleh BBPOM bumbu merah giling ini tidak
Kota Bandar Lampung di seluruh pasar ditemukannya rhodamin b, namun tetap
tradisonal sehingga membuat produsen diharapkan Dinas Kesehatan dan BBPOM
saus cabai dalam pembuatannya tidak Kota Bandar Lampung melakukan
menggunakan bahan tambahan pangan pengawasan makanan dan minuman
yang berbahaya. yang beredar di pasar tradisional dan
melakukan penyuluhan mengenai
Analisis Univariat Kandungan pewarna makanan dan dampaknya bagi
Rhodamin B Pada Bumbu Giling kesehatan khususnya pewarna yang
Merah dilarang pemakaiannya sebagai bahan
Berdasarkan hasil uji tambahan makanan.
laboratorium pada sampel bumbu giling Ada keterbatasan dalam
merah menunjukan bahwa delapan penelitian ini seperti kemungkinan dalam
sampel bumbu giling merah tidak pengambilan sampel yang kurang karena
ditemukannya kandungan rhodamin b. keterbatasan dalam biaya uji

114 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017


laboratorium dan ruang lingkup DAFTAR PUSTAKA
penelitian yang hanya terbatas pada BPOM RI, (2011). Sentra Informasi
beberapa pasar tradisonal saja, serta Keracunan Nasional (SIKerNas),
pemeriksaan zat pewarna makanan Jakarta
dengan metode kromatografi kertas ini Butarbutar Soneta (2007). Analisa
baru pertama kali dilakukan oleh peneliti Kandungan Rhodamin B Pada
sehingga dapat berpengaruh terhadap Natrium Benzoat Pada Cabai
hasil penelitian. Merah (Capsium Annum L.) Giling
Yang Dijual Dibeberapa Pasar
KESIMPULAN Kota Medan Tahun 2007. Skripsi.
1. Dari 16 sampel yang terdiri dari FKM USU
delapan sampel saus cabai dan Cahyadi Wisnu (2012). Bahan Tambahan
delapan sampel bumbu giling merah Pangan. Jakarta : Bumi Aksara
yang di ambil dari empat Pasar DirJen Pengolahan Hasil Pertanian,
tradisional Kota Bandar Lampung (2009). Standar Prosedur
yaitu Pasar Tamin, Pasar Gintung, Operasional (SPO) Pengolahan
Pasar Wayhalim dan Pasar Tugu yang Cabe, Jakarta
telah diperiksa dengan menggunakan Effendi Supli, (2012). Teknologi
metode Kromatografi kertas tidak ada Pengolahan dan Pengawetan
satupun sampel yang mengandung Pangan. Bandung : Alfabeta
zat pewarna rhodamin b. Hidayati Sholihatil (2015). Analisis
2. Karena pada saat pemeriksaan Penggunaan Rhodamin B Pada
Kromatografi kertas tidak ada Cabe Giling Yang Dijual Dipasar
satupun sampel yang mengandung Kota Jogjakarta. Jurnal. Akademi
zat pewarna rhodamin b, maka tidak Analis Farmasi Al-Islam,
dilakukan pemeriksaan dengan uji Jogjakarta
spektrofometri cahaya tampak. Julyana, T. S. (2013). Analisis Pewarna
3. Tidak dilakukannya uji perbandingan Rhodamin B Dan Pengawet
jumlah kadar rhodamin b pada saus Natrium Benzoat Pada Saus
cabai dengan bumbu giling merah Tomat X Dari Pasar Tradisional R
karena pada seluruh sampel tidak Di Kota Balikpapan. Jurnal.
ditemukannya kandungan zat Universitas Surabaya.
pewarna rhodamin b. Lingga Yes Olo, (2011). Anaalisis
Rhodamin B pada Anak-anak
Sekolah Dasar Di Kecamatan Tiga
Lingga Kabupaten Dairi, Skripsi,
SARAN FF-USU, Medan
1. Perlu dilakukan penelitian lebih MediaKom, (2015). Keamanan Pangan
lanjut dengan jumlah sampel dan (diunduh 18 maret 2016
tempat yang lebih luas, sehingga http://mediakom.sehatnegriku.co
dapat dilihat perbandingan antara m)
sampel penelitian. Murti Bhisma, (2010). Desain dan
2. Kepada Pemerintah Kota Bandar Ukuran Sampel Untuk Penelitian
Lampung dan BBPOM Kota Bandar Kuantitatif dan Kualitatif di
Lampung untuk selalu mengadakan Bidang Kesehatan, Yogyakarta :
pengawasan terhadap penggunaan Gajah Mada University
zat pewarna rhodamin b kepada Notoatmodjo, s (2012). Metodologi
pedagang pasar tradisonal, dan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
menghimbau kepada masyarakat Rineka Cipta
untuk tetap berhati-hati dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI, (1988).
memilih makanan yang akan dibeli, Bahan Tambahan Pangan. Jakarta
walapun dalam penelitian ini tidak Peraturan Menteri Kesehatan RI, (2012).
ditemukannya penggunaan Bahan Tambahan Pangan, Jakarta
rhodamin b pada saus cabai dan Permatasari, Susantiningsih &
bumbu giling yang berada di pasar Kurniawaty (2013). Identifikasi
tradisonal Kota Bandar Lampung. Zat Pewarna Rhodamin B Dalam
Jajanan Yang Dipasarkan Di Pasar

Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017 115


Tradisional Kota Bandar dankedokteran. Yogyakarta:
Lampung. Jurnal. FK-Unila, Bursa ilmu
Lampung SNI 01-2895-1992. Cara Uji Pewarna
Praja Indra, (2015). Zat Adiktif Tambahan Makanan
Makanan. Jogjakarta : Teknologi Pangan UNIMUS, (2013).
Garudhawaca Pengolahan Rempah-rempah
Prwira & Sapran (2014). Analisis (diunduh 26 februari 2016 di
Rhodamin B Pada Cabai Merah http://tekpan.unimus.ac.id/wp.../
(Capsicum Annum L) Giling Yang 07/PENGOLAHAN-REMPAH-
Di Jual Di Pasar Tradisional Kota REMPAH.pdf
Prabumulih Tahun 2014. Jurnal. Wehantaou et al. (2013). Analisis Zat
Bina Husada Palembang Pewarna Rhodamin B Pada
Putra, Asterina, Isrona Lailia, (2014). Kerupuk Yang Beredar Di Kota
Gambaran Zat Pwarna Merah Manado. Jurnal. FMIPA
Pada Saus Cabai Yang Terdapat Universitas Sam Ratulangi
pada Jajanan yang Dijual Di Wijaya & Mulyono, (2009). Bahan
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tambahan Pangan Pewarna.
Padang Utara, Jurnal, Fk- Unand, Bogor : IPB Press
padang Wijaya, D, (2011). Waspadai Zat Aditif
Rompas Cecillia, (2014). Identifikasi Zat Dalam Makananmu. Buku Biru :
Pewarna Rhodamin B Pada Saus Jogjakarta
Tomat Bakso Tusuk Di Sekolah Winarti & Firdaus, (2010). Stabilitas
Dasar Kota Manado. Jurnal. FKM- Warna Merah Ekstrak Bunga
Universitas Sam Ratulangi Rosella Untuk Pewarna Makanan
Saparinto & Hidayati (2006). Bahan dan Minuman. Jurnal. Universitas
Tambahan Pangan. Jogjakarta : Pembangunan Nasional “Veteran”.
Kanisius Surabaya
Siswanto, Susilo & Suyanto. (2013).
Metodologi Penelitian Kesehatan

116 Jurnal Dunia Kesmas Volume 6. Nomor 2. April 2017

Anda mungkin juga menyukai