Oleh;
Mingle A Pistanty1), Agung Setyawan2),
1)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: minglepistanty@gmail.com
2)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: agungsetyawan0204@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang; Rhodamin B merupakan salah satu pewarna sintetik yang memiliki rumus
molekul C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Biasanya pewarna ini
digunakan untuk pewarna kertas, wool dan sutra, namun seringkali digunakan sebagai
pewarna pada makanan, salah satunya adalah cendol. Rhodamin B bila dikonsumsi dalam
jumlah paling sedikitpun sangat beresiko menyebabkan gangguan pada fungsi hati, kanker,
hati, kerusakan ginjal dan alergi. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya penggunaan Rhodamin B dalam cendol.
Metode; Sampel cendol didapat dari kelima pasar di wilayah Surakarta yaitu, Pasar Nusukan,
Pasar Mojosongo, Pasar Sidodadi, Pasar Klewer, Pasar Legi. Selanjutnya sampel dianalisis
teksturnya dan sampel di filtrasi. Sampel filtrasi dianalisis menggunakan metode Ekstraksi
dengan pereaksi tetes NH4OH 12%, HCl, H2SO4 pekat, dan NaOH 10%.
Hasil; Berdasarkan analisis menggunakan metode Ekstraksi, didapatkan 3 dari 9 sampel yang
diambil positif mengandung Rhodamin B yaitu 22,2% dari Pasar Kleco, dan 11,1% dari Pasar
Legi.
Kesimpulan; Masih terdapat penggunaan bahan Rhodamin B pada Cendol.
35
PENDAHULUAN stabil dalam penyimpanan, harganya lebih
Penampilan makanan, termasuk murah dan produsen pangan belum
warnanya, sangat berpengaruh untuk menyadari bahaya dari pewarna tersebut.
menggugah selera. Penambahan zat Sebenarnya konsumen tidak perlu khawatir
pewarna pada makanan bertujuan agar karena semua badan pengawas obat dan
makanan lebih menarik. Zat pewarna makanan di dunia secara kontinue
sendiri secara luas digunakan diseluruh memantau dan mengatur zat pewarna agar
dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang tetap aman dikonsumsi. Jika ditemukan
banyak menggunakan pewarna makanan adanya potensi risiko terhadap kesehatan,
tradisional yang berasal dari bahan alami, Badan Pengawas Obat dan Makanan
misalnya kunyit untuk warna kuning, daun (BPOM) akan mengevaluasi pewarna
suji untuk warna hijau dan daun jambu tersebut dan menyebarkan informasinya ke
untuk warna merah. Pewarna alami ini seluruh dunia. Pewarna yang terbukti
aman dikonsumsi namun mempunyai mengganggu kesehatan, seperti
kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas mempunyai efek racun, berisiko merusak
dan warnanya tidak homogen sehingga organ tubuh dan berpotensi memicu
tidak cocok digunakan untuk industri kanker, akan dilarang untuk digunakan.
makanan dan minuman. Kemajuan Pewarna sintetis masih sangat
teknologi pangan memungkinkan zat diminati oleh para produsen makanan.
pewarna dibuat secara sintetis. Dalam Alasannya, harga pewarna sintetis jauh
jumlah yang sedikit, suatu zat kimia dapat lebih murah dibandingkan dengan pewarna
memberi warna yang stabil pada produk alami. Selain itu, pewarna sintetis
pangan. Dengan demikian produsen dapat memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik,
menggunakan lebih banyak pilihan warna sehingga warnanya tetap cerah meskipun
untuk menarik perhatian konsumen. sudah mengalami proses pengolahan dan
Pemerintah telah mengatur pemanasan. Berbeda dengan pewarna
penggunaan zat pewarna dalam makanan. sintetis, pewarna alami mudah mengalami
Namun demikian masih terdapat produsen pemudaran pada saat diolah dan disimpan.
makanan, terutama pengusaha kecil, yang Namun kenyataanya zat pewarna sintetis
menggunakan zat-zat pewarna yang lebih sering digunakan. Hal ini dapat
dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, dilihat dari jenis pewarna yang digunakan
misalnya Rhodamin B sebagai pewarna pada cendol. Pewarna yang banyak
untuk tekstil atau cat yang pada umumnya ditambahkan dalam pembuatan cendol
mempunyai warna yang lebih cerah, lebih adalah jenis pewarna sintetis yang
36
mengandung Rhodamin B. Ternyata tegas dari instansi yang berwenang agar
penjual menambahkan zat berbahaya tidak terjadi penyalahgunaan Rhodamin B.
tersebut agar cendol menjadi lebih awet Menurut penelitian Hastomo
dan lebih kenyal. Zat warna sintetis (2008), Rhodamin B dan Methanyl Yellow
tersebut merupakan zat warna yang dalam jelly yang berwarna merah dan
dilarang untuk makanan dan dinyatakan kuning di pasar kecamatan Jebres yang
sebagai bahan berbahaya menurut Surat diperjualbelikan di pasar kecamatan Jebres
Keputusan Dirjen POM No. Kotamadya Surakarta diduga mengandung
00386/C/SK/II/90 tentang perubahan zat pewarna Rhodamin B dan Methanyl
lampiran Permenkes No. Yellow . Begitu juga dengan penelitian
239/Men.Kes/PER/V/85 mengenai zat yang dilakukan oleh Budianto (2008),
warna tertentu yang dinyatakan sebagai Rhodamin B dalam saos cabe giling yang
bahan berbahaya bagi kesehatan, karena berwarna merah di pasar kecamatan
zat warna ini seharusnya digunakan Laweyan Kotamadya Surakarta diduga
sebagai pewarna produk tekstil. mengandung zat pewarna Rhodamin B.
Menurut penelitian Sriyanti (2006),
keberadaan Rhodamin B pada terasi di METODE
kabupaten Rembang diperoleh 5 sampel Metode analisis data dilakukan
(50%) terasi bermerk dan 5 sampel (50%) secara deskriptif kualitatif untuk menguji
tidak bermerk positif mengandung adanya kandungan zat pewarna Rhodamin
Rhodamin B. Kemasan terasi bermerk B. Hasil pemeriksaan di laboratorium
yang positif dan negatif Rhodamin B dibuat dalam bentuk tabel kemudian
hampir sama, yaitu kemasan satu lapis dinarasikan, dibahas serta diambil
(plastik bening) atau beberapa lapis. kesimpulan. Dari hasil pemeriksaan
Kemasan terasi tidak bermerk semua sama, tersebut diketahui apakah cendol yang
menggunakan daun pisang kering. Perlu dijual di pasar Surakarta mengandung
adanya sosialisasi kepada produsen dan pewarna Rhodamin B. Data yang diperoleh
masyarakat tentang bahaya dan pelarangan dari hasil pemeriksaan cendol di
Rhodamin B untuk makanan. Disarankan laboratorium kemudian dibandingkan
kepada produsen agar mengganti dengan control yang merupakan pewarna
Rhodamin B dengan pewarna yang Rhodamin B yang belum tercampur dalam
diizinkan dalam makanan. Perlu adanya makanan. Perubahan warna yang terjadi
pengawasan dan tindakan hukum yang pada benang wol setelah ditetesi dengan
larutan (NH4OH), H2SO4 pekat, HCl pekat,
37
NaOH 10% dicatat, didokumentasikan B akan memberikan warna merah pada
kemudian dideskripsikan dan dibuat makanan, oleh sebab itu pengambilan
kesimpulan. sampel khusus pada cendol yang berwarna
merah. Penggunaan sampel kontrol yaitu
HASIL Rhodamin B dibeli di Laboratorium
Pengambilan sampel cendol Farmasi UMS.
dilakukan di pasar yang berada di wilayah Pemeriksaan zat pewarna dilakukan
Surakarta. Mengingat begitu banyak pasar pada sembilan sampel cendol dan satu
yang terdapat di wilayah Surakarta, maka sampel kontrol yaitu pewarna Rhodamin
pengambilan sampel ini hanya dibatasi B. Sampel tersebut kemudian dibawa ke
pada 5 pasar saja. Cendol yang digunakan Laboratorium untuk dianalisis tekstur dan
sebagai sampel pada penelitian didapatkan pengambilan filtrat sampel yang kemudian
dari Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo, dilakukan pengidentifikasian atau analisa
Pasar Sidodadi, Pasar Klewer dan Pasar kualitatif penggunaaan zat pewarna merah
Legi. Alasan pengambilan sampel cendol (Rhodamin B) dengan menggunakan
pada kelima pasar tersebut dikarenakan metode Ekstraksi. Hasil pemeriksaan
tempat pasar tersebut agak berjauhan, sampel terhadap penggunaan jenis zat
kelima pasar tersebutkan telah mewakili pewarna Rhodamin B yang dilakukan di
dari kelas IB sampai IIIA, dan adanya laboratorium FKIP Biologi UMS dapat
pedagang cendol yang menjual cendol dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
dengan warna merah. Pewarna Rhodamin
Tabel 1; Tekstur dan Hasil Filtrat Sampel dari Pasar Wilayah Surakarta
Warna Sampel Warna Filtrat
Kode
Tekstur sebelum Sebelum
Sampel Sesudah Dipanaskan
difiltrasi Dipanaskan
X0 Serbuk Hijau Tua Merah Tua Ungu Tua Bening
Keunguan
A1 Tidak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Kecoklatan
Bening Bening
A2 Tidak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Bening
Bening
B1 Tidak Kenyal Merah Tua Merah Muda Merah Muda Kecoklatan
Bening Bening (+ A1)
B2 Tidak Kenyal Merah Tua Merah Muda Merah Muda Kecoklatan
Bening Bening (+ A1)
38
C1 Kenyal Merah Merah Ungu Muda Bening
Keunguan keunguan
Bening
C2 Kenyal Merah Merah Ungu Muda Bening
Keunguan keunguan
Bening
D1 Tidak Kenyal Putih Putih Putih kemerahan Bening
Kemerahan kemerahan
Agak Keruh
E1 Agak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Keruh
Keruh
E2 Tidak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Keruh
Keruh
Sampel P0 P1 P2 P3 P4 Ket
X0 Merah keunguan Merah muda Jingga Pudar Pudar +
A1 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
A2 Putih wool sedikit TAP TAP TAP TAP -
merah muda
B1 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
B2 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
C1 Merah muda TAP TAP Pudar Pudar +
C2 Merah muda TAP Kuning Pudar Pudar +
keputihan
D1 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
E1 Orange Orange Orange Pudar Pudar +
kekuningan kekuningan
E2 Putih wool sedikit TAP Orange TAP TAP -
orange kekuningan
Benang utuh Benang hancur Benang Benang
Keterangan
utuh utuh
40
enam sampel atau sekitar 66,67% dengan dihomogenkan dan disaring menggunakan
tekstur tidak kenyal yang berasal dari kertas saring dan filtratnya diambil
Pasar Nusukan (A1 dan A2), Pasar sebanyak 35ml. Filtrat yang terbentuk
Mojosongo (B1 dan B2), Pasar Klewer kemudian dimasukkan benang wool yang
(D1) dan Pasar Legi (E2). Tiga sampel telah dibebas lemakkan dengan cara
lainnya atau sekitar 33,3% dengan tekstur dididihkan dengan air kemudian dibilas
agak kenyal yang berasal dari Pasar Legi dengan eter, dan dididihkan lagi dengan
(E1) dan tekstur kenyal yang berasal dari NaOH 1%.
Pasar Sidodadi (C1 dan C2). Hasil Filtrat yang telah ditambah benang
pemeriksaan sebagai berikut: wool tadi kemudian dididihkan sampai
benar-benar menyerap warna ± 15 menit.
80,00% 66,67%
Benang wool kemudian dibilas
60,00%
menggunakan aquadest panas lalu
33%
40,00% dikeringkan dan dipotong menjadi 4
20,00% bagian. Satu bagian benang wool hanya
ditetesi dengan satu pereaksi saja.
0,00%
X Tidak
Y Kenyal Kenyal Dalam metode Ekstraksi digunakan
Gambar 1; Histogram Hasil empat jenis pereaksi, yakni NH4OH 12%
Pemeriksaan Tekstur sebagai penentu zat warna tersebut alami
atau buatan, NaOH 10% sebagai penguji
Keterangan: zat warna, HCl sebagai penguji zat warna,
X : Pasar Nusukan, Mojosongo, Klewer, dan H2SO4 pekat sebagai penguji tahap
Legi akhir zat warna. Rhodamin B akan
Y : Pasar Sidodadi, Legi bereaksi membentuk warna dengan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pereaksi tersebut sehingga warna
tekstur pada gambar 1, kemudian Rhodamin B menjadi lebih spesifik,
dilanjutkan dengan pengujian ada tidaknya yaitu berwarna merah muda dengan
pewarna Rhodamin B. Sebelum HCl pekat dan berwarna jingga dengan
melakukan pengujian pada sampel cendol H2SO4 pekat. Hal ini dikarenakan adanya
dan sampel kontrol, zat warna yang sumbangan H+ yang menyebabkan
terdapat dalam sampel difiltrasi terlebih panjang gelombang Rhodamin B bergeser
dahulu. Pada proses ini sampel cendol lebih pendek. Terjadinya perubahan warna
ditimbang sebanyak 25g dan ditambahkan menjadi pudar ketika ditetesi NaOH 10%
aquadest sebanyak 75ml kemudian dan NH4OH 12% menyatakan bahwa zat
41
warna yang terdapat dalam sampel adalah hasilnya disesuaikan dengan hasil
zat pewarna sintetik. Perubahan warna perubahan warna menurut SII (Standart
yang dihasilkan setelah masing-masing Industri Indonesia). Hasil perubahan warna
benang wool dari kesembilan sampel sampel setelah ditetesi dengan keempat
cendol dan satu sampel kontrol ditetesi pereaksi tersebut dapat dilihat pada
dengan keempat larutan tersebut, maka gambar sebagai berikut:
12
10
0
X0 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 E1 E2
25%
20%
15%
10%
5% tidak mengandung Rhodamin B
0% mengandung Rhodamin B
49
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Utami, Wahyu dan Andi Suhendi. 2009.
Makanan Dan Pertanian. Liberty: Analisis Rhodamin B Dalam Jajanan
Yogyakarta. Pasar Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis.
Saryadinilan. 2011. Cendol Dan Cincau (http://eprints.ums.ac.id/1421/1/6._W
Berbahan Pewarna. AHYU_UTAMI_c.pdf). Diakses 22
(http://saryadinilan.blogspot.com/2011 Desember 2011.
/12/cendol-dan-cincau-berbahan-
pewarna.html). Diakses 22 desember Wanibesak, Emser. 2011. Pewarna
2011. makanan.
(http://wanibesak.wordpress.com/2011
Sihombing, Veronica Margaret. 2008. /06/01/pewarna-makanan/). Diakses
Analisis kadar zat pewarna tahu 24 Desember 2011.
kuning pada tahu yang dijual di pasar
di medan. Skripsi: Universitas Winarno dan Rahayu. 1994. Bahan
Sumatra Utara. Tambahan Untuk Makanan Dan
Kontaminasi. Jakarta: Pustaka Sinar
Siswantari, Retno Juli. 2006. Identifikasi Harapan.
Keberadaan Rhodamin B pada Terasi
di Kabupaten Rembang. Skripsi: Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan Dan
Rembang. gizi. Jakarta: PT.Gramedia.
Sriyanti, Liadewi. 2011. Bahan Pewarna Winarno, F.G. 1993. Pangan, gizi,
Makanan. Teknologi Dan Konsumen. Jakarta:
(Http://KagakuSriyanti.Blogspot.Com/ Gramedia
2011/03/Bahan-Pewarna-
Makanan.Html). Diakses 25
Desember 2011.
50