Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA CENDOL YANG DIJUAL DI

PASAR WILAYAH SURAKARTA

Oleh;
Mingle A Pistanty1), Agung Setyawan2),
1)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: minglepistanty@gmail.com
2)
Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi, email: agungsetyawan0204@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang; Rhodamin B merupakan salah satu pewarna sintetik yang memiliki rumus
molekul C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Biasanya pewarna ini
digunakan untuk pewarna kertas, wool dan sutra, namun seringkali digunakan sebagai
pewarna pada makanan, salah satunya adalah cendol. Rhodamin B bila dikonsumsi dalam
jumlah paling sedikitpun sangat beresiko menyebabkan gangguan pada fungsi hati, kanker,
hati, kerusakan ginjal dan alergi. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya penggunaan Rhodamin B dalam cendol.
Metode; Sampel cendol didapat dari kelima pasar di wilayah Surakarta yaitu, Pasar Nusukan,
Pasar Mojosongo, Pasar Sidodadi, Pasar Klewer, Pasar Legi. Selanjutnya sampel dianalisis
teksturnya dan sampel di filtrasi. Sampel filtrasi dianalisis menggunakan metode Ekstraksi
dengan pereaksi tetes NH4OH 12%, HCl, H2SO4 pekat, dan NaOH 10%.
Hasil; Berdasarkan analisis menggunakan metode Ekstraksi, didapatkan 3 dari 9 sampel yang
diambil positif mengandung Rhodamin B yaitu 22,2% dari Pasar Kleco, dan 11,1% dari Pasar
Legi.
Kesimpulan; Masih terdapat penggunaan bahan Rhodamin B pada Cendol.

Kata kunci : Cendol, Rhodamin B, Metode Ekstraksi

35
PENDAHULUAN stabil dalam penyimpanan, harganya lebih
Penampilan makanan, termasuk murah dan produsen pangan belum
warnanya, sangat berpengaruh untuk menyadari bahaya dari pewarna tersebut.
menggugah selera. Penambahan zat Sebenarnya konsumen tidak perlu khawatir
pewarna pada makanan bertujuan agar karena semua badan pengawas obat dan
makanan lebih menarik. Zat pewarna makanan di dunia secara kontinue
sendiri secara luas digunakan diseluruh memantau dan mengatur zat pewarna agar
dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang tetap aman dikonsumsi. Jika ditemukan
banyak menggunakan pewarna makanan adanya potensi risiko terhadap kesehatan,
tradisional yang berasal dari bahan alami, Badan Pengawas Obat dan Makanan
misalnya kunyit untuk warna kuning, daun (BPOM) akan mengevaluasi pewarna
suji untuk warna hijau dan daun jambu tersebut dan menyebarkan informasinya ke
untuk warna merah. Pewarna alami ini seluruh dunia. Pewarna yang terbukti
aman dikonsumsi namun mempunyai mengganggu kesehatan, seperti
kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas mempunyai efek racun, berisiko merusak
dan warnanya tidak homogen sehingga organ tubuh dan berpotensi memicu
tidak cocok digunakan untuk industri kanker, akan dilarang untuk digunakan.
makanan dan minuman. Kemajuan Pewarna sintetis masih sangat
teknologi pangan memungkinkan zat diminati oleh para produsen makanan.
pewarna dibuat secara sintetis. Dalam Alasannya, harga pewarna sintetis jauh
jumlah yang sedikit, suatu zat kimia dapat lebih murah dibandingkan dengan pewarna
memberi warna yang stabil pada produk alami. Selain itu, pewarna sintetis
pangan. Dengan demikian produsen dapat memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik,
menggunakan lebih banyak pilihan warna sehingga warnanya tetap cerah meskipun
untuk menarik perhatian konsumen. sudah mengalami proses pengolahan dan
Pemerintah telah mengatur pemanasan. Berbeda dengan pewarna
penggunaan zat pewarna dalam makanan. sintetis, pewarna alami mudah mengalami
Namun demikian masih terdapat produsen pemudaran pada saat diolah dan disimpan.
makanan, terutama pengusaha kecil, yang Namun kenyataanya zat pewarna sintetis
menggunakan zat-zat pewarna yang lebih sering digunakan. Hal ini dapat
dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, dilihat dari jenis pewarna yang digunakan
misalnya Rhodamin B sebagai pewarna pada cendol. Pewarna yang banyak
untuk tekstil atau cat yang pada umumnya ditambahkan dalam pembuatan cendol
mempunyai warna yang lebih cerah, lebih adalah jenis pewarna sintetis yang
36
mengandung Rhodamin B. Ternyata tegas dari instansi yang berwenang agar
penjual menambahkan zat berbahaya tidak terjadi penyalahgunaan Rhodamin B.
tersebut agar cendol menjadi lebih awet Menurut penelitian Hastomo
dan lebih kenyal. Zat warna sintetis (2008), Rhodamin B dan Methanyl Yellow
tersebut merupakan zat warna yang dalam jelly yang berwarna merah dan
dilarang untuk makanan dan dinyatakan kuning di pasar kecamatan Jebres yang
sebagai bahan berbahaya menurut Surat diperjualbelikan di pasar kecamatan Jebres
Keputusan Dirjen POM No. Kotamadya Surakarta diduga mengandung
00386/C/SK/II/90 tentang perubahan zat pewarna Rhodamin B dan Methanyl
lampiran Permenkes No. Yellow . Begitu juga dengan penelitian
239/Men.Kes/PER/V/85 mengenai zat yang dilakukan oleh Budianto (2008),
warna tertentu yang dinyatakan sebagai Rhodamin B dalam saos cabe giling yang
bahan berbahaya bagi kesehatan, karena berwarna merah di pasar kecamatan
zat warna ini seharusnya digunakan Laweyan Kotamadya Surakarta diduga
sebagai pewarna produk tekstil. mengandung zat pewarna Rhodamin B.
Menurut penelitian Sriyanti (2006),
keberadaan Rhodamin B pada terasi di METODE
kabupaten Rembang diperoleh 5 sampel Metode analisis data dilakukan
(50%) terasi bermerk dan 5 sampel (50%) secara deskriptif kualitatif untuk menguji
tidak bermerk positif mengandung adanya kandungan zat pewarna Rhodamin
Rhodamin B. Kemasan terasi bermerk B. Hasil pemeriksaan di laboratorium
yang positif dan negatif Rhodamin B dibuat dalam bentuk tabel kemudian
hampir sama, yaitu kemasan satu lapis dinarasikan, dibahas serta diambil
(plastik bening) atau beberapa lapis. kesimpulan. Dari hasil pemeriksaan
Kemasan terasi tidak bermerk semua sama, tersebut diketahui apakah cendol yang
menggunakan daun pisang kering. Perlu dijual di pasar Surakarta mengandung
adanya sosialisasi kepada produsen dan pewarna Rhodamin B. Data yang diperoleh
masyarakat tentang bahaya dan pelarangan dari hasil pemeriksaan cendol di
Rhodamin B untuk makanan. Disarankan laboratorium kemudian dibandingkan
kepada produsen agar mengganti dengan control yang merupakan pewarna
Rhodamin B dengan pewarna yang Rhodamin B yang belum tercampur dalam
diizinkan dalam makanan. Perlu adanya makanan. Perubahan warna yang terjadi
pengawasan dan tindakan hukum yang pada benang wol setelah ditetesi dengan
larutan (NH4OH), H2SO4 pekat, HCl pekat,
37
NaOH 10% dicatat, didokumentasikan B akan memberikan warna merah pada
kemudian dideskripsikan dan dibuat makanan, oleh sebab itu pengambilan
kesimpulan. sampel khusus pada cendol yang berwarna
merah. Penggunaan sampel kontrol yaitu
HASIL Rhodamin B dibeli di Laboratorium
Pengambilan sampel cendol Farmasi UMS.
dilakukan di pasar yang berada di wilayah Pemeriksaan zat pewarna dilakukan
Surakarta. Mengingat begitu banyak pasar pada sembilan sampel cendol dan satu
yang terdapat di wilayah Surakarta, maka sampel kontrol yaitu pewarna Rhodamin
pengambilan sampel ini hanya dibatasi B. Sampel tersebut kemudian dibawa ke
pada 5 pasar saja. Cendol yang digunakan Laboratorium untuk dianalisis tekstur dan
sebagai sampel pada penelitian didapatkan pengambilan filtrat sampel yang kemudian
dari Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo, dilakukan pengidentifikasian atau analisa
Pasar Sidodadi, Pasar Klewer dan Pasar kualitatif penggunaaan zat pewarna merah
Legi. Alasan pengambilan sampel cendol (Rhodamin B) dengan menggunakan
pada kelima pasar tersebut dikarenakan metode Ekstraksi. Hasil pemeriksaan
tempat pasar tersebut agak berjauhan, sampel terhadap penggunaan jenis zat
kelima pasar tersebutkan telah mewakili pewarna Rhodamin B yang dilakukan di
dari kelas IB sampai IIIA, dan adanya laboratorium FKIP Biologi UMS dapat
pedagang cendol yang menjual cendol dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
dengan warna merah. Pewarna Rhodamin

Tabel 1; Tekstur dan Hasil Filtrat Sampel dari Pasar Wilayah Surakarta
Warna Sampel Warna Filtrat
Kode
Tekstur sebelum Sebelum
Sampel Sesudah Dipanaskan
difiltrasi Dipanaskan
X0 Serbuk Hijau Tua Merah Tua Ungu Tua Bening
Keunguan
A1 Tidak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Kecoklatan
Bening Bening
A2 Tidak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Bening
Bening
B1 Tidak Kenyal Merah Tua Merah Muda Merah Muda Kecoklatan
Bening Bening (+ A1)
B2 Tidak Kenyal Merah Tua Merah Muda Merah Muda Kecoklatan
Bening Bening (+ A1)

38
C1 Kenyal Merah Merah Ungu Muda Bening
Keunguan keunguan
Bening
C2 Kenyal Merah Merah Ungu Muda Bening
Keunguan keunguan
Bening
D1 Tidak Kenyal Putih Putih Putih kemerahan Bening
Kemerahan kemerahan
Agak Keruh
E1 Agak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Keruh
Keruh
E2 Tidak Kenyal Merah Muda Merah Muda Merah Muda Keruh
Keruh

Keterangan: didasarkan pada tekstur dan warna cendol.


X0 : Kontrol Rhodamin B Pada cendol yang menggunakan pewarna
A1 : Sampel 1 dari Pasar Nusukan alami mempunyai tekstur cenderung tidak
A2 : Sampel 2 dari Pasar Nusukan kenyal atau lembek, sedangkan dari warna
B1 : Sampel 1 dari Pasar Mojosongo cendolnya mempunyai warna merah tua
B2 : Sampel 2 dari Pasar Mojosongo sampai merah muda. Sampel cendol yang
C1 : Sampel 1 dari Pasar Sidodadi menggunakan pewarna sintetik
C2 : Sampel 2 dari Pasar Sidodadi mempunyai tekstur yang lebih kenyal
D1 : Sampel 1 dari Pasar Klewer sedangkan dari warna cendolnya
E1 : Sampel 1 dari Pasar Legi cenderung berwarna merah keunguan dan
E2 : Sampel 2 dari Pasar Legi sangat mencolok.
(+ A1) : warna lebih tua dari warna A1 Untuk mengetahui zat pewarna
yang digunakan dalam sampel tersebut
Berdasarkan tabel 1, dari kesembilan menggandung Rhodamin B atau tidak,
sampel cendol yang dari berbagai pasar maka sampel yang telah difiltrasi perlu
terdapat enam sampel cendol yang diuji dengan menggunakan beberapa
menggunakan bahan pewarna alami, yaitu pereaksi yang dilakukan di Laboratorium.
dari Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo, Pemeriksaan tersebut dilakukan pada
Pasar Klewer dan satu sampel dari Pasar kesembilan sampel cendol dan satu sampel
Legi sedangkan tiga sampel lainnya kontrol. Pemeriksaan sampel cendol dan
menggunakan pewarna sintetik, yaitu yang sampel kontrol Rhodamin B dilakukan di
berasal dari Pasar Sidodadi dan satu Laboratorium FKIP Biologi UMS dengan
sampel dari Pasar Legi. Kesimpulan di atas hasil sebagai berikut;
39
Tabel 2; Hasil Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B pada Cendol yang Dijual Di Pasar
Wilayah Surakarta

Sampel P0 P1 P2 P3 P4 Ket
X0 Merah keunguan Merah muda Jingga Pudar Pudar +
A1 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
A2 Putih wool sedikit TAP TAP TAP TAP -
merah muda
B1 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
B2 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
C1 Merah muda TAP TAP Pudar Pudar +
C2 Merah muda TAP Kuning Pudar Pudar +
keputihan
D1 Putih wool TAP TAP TAP TAP -
E1 Orange Orange Orange Pudar Pudar +
kekuningan kekuningan
E2 Putih wool sedikit TAP Orange TAP TAP -
orange kekuningan
Benang utuh Benang hancur Benang Benang
Keterangan
utuh utuh

Keterangan: (-) : sampel tidak mengandung Rhodamin


P0 : Warna awal B
P1 : Ditetesi HCl (+) : sampel mengandung Rhodamin B
P2 : Ditetesi H2SO4
P3 : Ditetesi NaOH Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat
P4 : Ditetesi NH4OH bahwa keenam sampel cendol
X0 : Kontrol Rhodamin B menggunakan pewarna alami sedangkan
A1 : Sampel 1 dari Pasar Nusukan ketiga sampel cendol menggunakan
A2 : Sampel 2 dari Pasar Nusukan pewarna Rhodamin B yang dilarang
B1 : Sampel 1 dari Pasar Mojosongo penggunaannya pada makanan menurut
B2 : Sampel 2 dari Pasar Mojosongo Permenkes RI No. 239/Menkes/
C1 : Sampel 1 dari Pasar Sidodadi Per/V/1985.
C2 : Sampel 2 dari Pasar Sidodadi Berdasarkan pemeriksaan secara
D1 : Sampel 1 dari Pasar Klewer kualitatif di Laboratorium pada sampel
E1 : Sampel 1 dari Pasar Legi cendol yang berasal dari berbagai pasar,
E2 : Sampel 2 dari Pasar Legi diperoleh hasil bahwa dari kesembilan
TAP : Tidak Ada Perubahan sampel cendol yang diperiksa terdapat

40
enam sampel atau sekitar 66,67% dengan dihomogenkan dan disaring menggunakan
tekstur tidak kenyal yang berasal dari kertas saring dan filtratnya diambil
Pasar Nusukan (A1 dan A2), Pasar sebanyak 35ml. Filtrat yang terbentuk
Mojosongo (B1 dan B2), Pasar Klewer kemudian dimasukkan benang wool yang
(D1) dan Pasar Legi (E2). Tiga sampel telah dibebas lemakkan dengan cara
lainnya atau sekitar 33,3% dengan tekstur dididihkan dengan air kemudian dibilas
agak kenyal yang berasal dari Pasar Legi dengan eter, dan dididihkan lagi dengan
(E1) dan tekstur kenyal yang berasal dari NaOH 1%.
Pasar Sidodadi (C1 dan C2). Hasil Filtrat yang telah ditambah benang
pemeriksaan sebagai berikut: wool tadi kemudian dididihkan sampai
benar-benar menyerap warna ± 15 menit.
80,00% 66,67%
Benang wool kemudian dibilas
60,00%
menggunakan aquadest panas lalu
33%
40,00% dikeringkan dan dipotong menjadi 4
20,00% bagian. Satu bagian benang wool hanya
ditetesi dengan satu pereaksi saja.
0,00%
X Tidak
Y Kenyal Kenyal Dalam metode Ekstraksi digunakan
Gambar 1; Histogram Hasil empat jenis pereaksi, yakni NH4OH 12%
Pemeriksaan Tekstur sebagai penentu zat warna tersebut alami
atau buatan, NaOH 10% sebagai penguji
Keterangan: zat warna, HCl sebagai penguji zat warna,
X : Pasar Nusukan, Mojosongo, Klewer, dan H2SO4 pekat sebagai penguji tahap
Legi akhir zat warna. Rhodamin B akan
Y : Pasar Sidodadi, Legi bereaksi membentuk warna dengan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pereaksi tersebut sehingga warna
tekstur pada gambar 1, kemudian Rhodamin B menjadi lebih spesifik,
dilanjutkan dengan pengujian ada tidaknya yaitu berwarna merah muda dengan
pewarna Rhodamin B. Sebelum HCl pekat dan berwarna jingga dengan
melakukan pengujian pada sampel cendol H2SO4 pekat. Hal ini dikarenakan adanya
dan sampel kontrol, zat warna yang sumbangan H+ yang menyebabkan
terdapat dalam sampel difiltrasi terlebih panjang gelombang Rhodamin B bergeser
dahulu. Pada proses ini sampel cendol lebih pendek. Terjadinya perubahan warna
ditimbang sebanyak 25g dan ditambahkan menjadi pudar ketika ditetesi NaOH 10%
aquadest sebanyak 75ml kemudian dan NH4OH 12% menyatakan bahwa zat
41
warna yang terdapat dalam sampel adalah hasilnya disesuaikan dengan hasil
zat pewarna sintetik. Perubahan warna perubahan warna menurut SII (Standart
yang dihasilkan setelah masing-masing Industri Indonesia). Hasil perubahan warna
benang wool dari kesembilan sampel sampel setelah ditetesi dengan keempat
cendol dan satu sampel kontrol ditetesi pereaksi tersebut dapat dilihat pada
dengan keempat larutan tersebut, maka gambar sebagai berikut:

12

10

0
X0 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 E1 E2

Gambar 2; Histogram Perubahan Warna Sampel Setelah Uji Kualitatif


Keterangan:
P0 : Warna awal
Warna 10: Merah Keunguan
P1 : Ditetesi HCl Warna 9 : Merah Muda
Warna 8 : Jingga
P2 : Ditetesi H2SO4 Warna 7 : Pudar
Warna 6 : Orange
P3 : Ditetesi NaOH Warna 5 : Orange Kekuningan
P4 : Ditetesi NH4OH Warna 4 : Putih Orange
Warna 3 : Kuning Keputihan
X0 : Kontrol Rhodamin B Warna 2 : Putih Kemerahan
Warna 1 : Putih Wool/ TAP
A1 : Sampel 1 dari Pasar Nusukan
A2 : Sampel 2 dari Pasar Nusukan
B1 : Sampel 1 dari Pasar Mojosongo
B2 : Sampel 2 dari Pasar Mojosongo
C1 : Sampel 1 dari Pasar Sidodadi
C2 : Sampel 2 dari Pasar Sidodadi
D1 : Sampel 1 dari Pasar Klewer
E1 : Sampel 1 dari Pasar Legi
E2 : Sampel 2 dari Pasar Legi
42
Pengujian sampel pada penelitian Benang wool tersusun atas ikatan
ini, menggunakan prinsip serapan benang peptida yang di dalamnya terdapat ikatan
wool dengan metode Ekstraksi. Prinsip sistina, asam glutamat, lisin, asam aspartik
metode Ekstraksi yaitu penarikan zat dan arginin sehingga dapat digunakan
warna dari sampel ke dalam benang wool sebagai media penarikan zat warna pada
bebas lemak yang dilakukan dalam penelitian ini. Rhodamin B dapat melewati
suasana asam dengan pemanasan. Alat lapisan kutikula melalui perombakan
yang digunakan pada metode Ekstraksi sestina menjadi sistein dengan suatu asam.
masih sangat sederhana, yaitu dengan Sistein terbentuk melalui pecahnya ikatan
pereaksi-pereaksi untuk mengetahui ada S-S dari sistina karena adanya asam asetat.
atau tidaknya pewarna sintetis dan belum Setelah ikatan tersebut terbuka, maka
dapat diketahui berapakah kadar zat Rhodamin B dapat masuk ke dalam
pewarna tersebut dalam sampel filtrat yang benang wool dan berikatan dengan COO-
diteliti. Pada metode lainnya seperti dari asam aspartik juga berikatan dengan
+
Kromatografi, alat-alat yang digunakan NH3 dari arginin. Pembuatan sampel
lebih rumit sehingga harus dilakukan oleh kontrol Rhodamin B adalah dengan
para ahli serta namun telah dapat diketahui mencampurkan Rhodamin B dan aquadest
berapa kadar zat pewarna yang terkandung dengan konsentrasi 0,5: 100. Larutan
di dalamnya, begitu pula dengan metode tersebut dihomogenkan dan diambil 35ml
Spektofotometri. kemudian diberi benang wool dan
Kelebihan pada metode Ekstraksi dididihkan. Perlakuan yang sama dengan
terletak pada tingkat kemudahannya. Hal sampel cendol juga diberikan pada sampel
ini dikarenakan penggunaan alat yang kontrol yaitu dengan meneteskan satu
masih sederhana dan pereaksi-pereaksi bagian benang wool yang hanya ditetesi
yang tidak terlalu sulit ditemukan. Saat dengan satu pereaksi saja. Pereaksi yang
pengujian peneliti dapat melakukan digunakan antara lain NH4OH 12%, HCl,
prosedur kerja sendiri selain itu dalam segi H2SO4 pekat, dan NaOH 10%.
biaya juga terjangkau, kemudian hasilnya Penelitian ini dilakukan mengingat
dibandingkan dengan daftar perubahan pewarna sebagai bahan tambahan pada
warna benang wol pada penetapan zat makanan agar makanan terlihat menarik,
warna dengan pereaksi-pereaksi menurut tetapi sekarang semakin banyak
Standar Industri Indonesia (SII) atau dapat penggunaan bahan pewarna yang tidak
pula dibandingkan dengan perubahan seharusnya dipakai pada makanan. Contoh
warna yang terjadi pada sampel kontrol. yang sering ditemui di lapangan dan
43
diberitakan di beberapa media massa sekitar 66,67% sampel cendol
adalah penggunaan bahan pewarna menggunakan pewarna alami yaitu pada
Rhodamin B, yaitu zat pewarna yang lazim sampel dengan kode A1, A2, B1, B2, D1,
digunakan dalam industri tekstil, namun dan E3. Sebesar 22,2% sampel dengan
digunakan sebagai pewarna alami. Pada kode A1 dan A2 yang berasal dari Pasar
sampel cendol yang diperiksa diketahui Nusukan, 22,2% sampel dengan kode B1
bahwa pewarna yang digunakan pada dan B2 yang berasal dari Pasar
ketiga sampel cendol tersebut adalah Mojosongo, 11,1% sampel dengan kode
Rhodamin B yang tidak diijinkan D1 yang berasal dari Pasar Klewer, dan
penggunaanya dalam bahan tambahan 11,1% sampel dengan kode E2 yang
pangan dan kosmetik menurut berasal dari Pasar Legi. Ketiga sampel
No.239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat cendol lainnya atau sebesar 33,3% positif
warna yang dinyatakan sebagai bahan terbukti menggunakan pewarna sintetik
berbahaya. Berbagai penelitian dan uji Rhodamin B. Sebesar 22,2% sampel
telah membuktikan bahwa dari berpewarna Rhodamin B terdapat pada
penggunaan zat pewarna ini pada makanan sampel dengan kode C1 dan C2 yang
dapat menyebabkan kerusakan pada organ berasal dari Pasar kleco, sedangkan 11,1%
hati. ditemukan pada sampel dengan kode E1
Berdasarkan hasil dari perubahan yang berasal dari Pasar Legi. Hasil
zat warna pada gambar 4.2 dapat pemeriksaan sampel cendol dapat dilihat
disimpulkan bahwa, kesembilan sampel pada gambar 3 sebagai berikut:
yang diperiksa terdapat enam sampel atau

25%
20%
15%
10%
5% tidak mengandung Rhodamin B
0% mengandung Rhodamin B

Gambar 3; Histogram Hasil Uji Kualitatif Sampel Cendol.

Berdasarkan hasil uji kualitatif menggunakan zat pewarna Rhodamin B


sampel pada gambar 4.3 dapat diketahui pada makanan, padahal penggunaan
bahwa, masih adanya pedagang yang Rhodamin B dilarang oleh pemerintah.
44
Pada kenyataannya Badan POM telah sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis
mengevaluasi pewarna tersebut dan yang diberikan, maka semakin berat sekali
menyebarkan informasinya pada tingkat kerusakan jaringan hati mencit.
masyarakat luas, namun banyak pedagang Secara statistik, terdapat perbedaan yang
yang tidak mengetahui apa itu Rhodamin nyata antara kelompok kontrol dengan
B, serta bagaimana efek sampingnya pada kelompok perlakuan dalam laju rata-rata
kesehatan apabila digunakan sebagai pertambaan berat badan mencit (Irwanto,
bahan pewarna pada makanan. Alasan 2012).
ketidaktahuan pedagang tersebut tentunya Menurut penelitian Utami dan Andi
sangat merugikan konsumen. Tidak suhendi (2009), hasil penelitian terhadap
adanya sanksi yang jelas dan tegas kepada 41 jajanan Pasar yang dijual di enam Pasar
produsen yang secara sengaja Kecamatan Laweyan Kotamadya
menambahkan bahan-bahan yang dilarang Surakarta sebanyak 15 sampel
serta berbahaya pada makanan, membuat mengandung Rhodamin B, yaitu: 42,86%
para produsen bebas melakukan hal-hal di Pasar Kadipolo, 25% di Pasar Kembang,
yang merugikan orang lain khususnya 50% di Pasar Purwosari, 33,33% di Pasar
konsumen. Kenyataan ini juga membuat Jungke, 75% di Pasar Penumping, 22,22%
kekhawatiran pada masyarakat luas di Pasar Kleco. Berdasarkan penelitian
mengenai bahan tambahan pangan pada Utami dan Andi terdapat satu kesamaan
jajanan termasuk cendol yang dijual di tempat pengambilan sampel yaitu pada
pasar-pasar dan dampaknya bagi pasar kleco atau pasar sidodadi. Sampel
kesehatan. jajan pasar yang mengandung Rhodamin B
Pada uji efek Rhodamin B terhadap pada tahun 2009 sebesar 22,2%,
mencit diperoleh hasil bahwa terjadi sedangkan sampel cendol yang
perubahan sel hati dari normal menjadi mengandung Rhodamin B pada tahun
nekrosis dan jaringan disekitarnya 2012 juga sebesar 22,2%, hal ini
mengalami disintegrasi atau disorganisasi. menunjukkan bahwa tidak adanya
Kerusakan pada jaringan hati ditandai perubahan dari tahun 2009-2012.
dengan terjadinya piknotik (sel yang Rhodamin B adalah pewarna merah
melakukan pinositosis) dan hiperkromatik yang sangat beracun dan berpendar bila
(pewarnaan yang lebih kuat dari normal) terkena cahaya serta termasuk golongan
dari nukleus, degenerasi lemak dan pewarna xantenes basa. Rhodamin B
sitolisis dari sitoplasma, batas antar sel adalah salah satu pewarna sintetik yang
tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan tidak boleh dipergunaan untuk makanan
45
dan memiliki rumus molekul Hexacol Rhodamin B Extra, Rheonine B,
C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul Symulex Magenta, Takaoka Rhodmine B,
sebesar 479.000. Dalam laboratorium TetraetilRhodamin (Dyach, 2011).
Rhodamin B digunakan sebagai pereaksi Beberapa sifat fisik Rhodamin B
untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan sebagai berikut: kristal hijau atau serbuk-
Th. Pewarna ini terbuat dari unggu kemerah-merahan, mudah larut
dietillaminophenol dan phatalic anchidria, dalam air yang akan menghasilkan warna
kedua bahan baku ini sangat toksis bagi merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat,
manusia. Biasanya pewarna ini digunakan larut dalam alkohol, HCl dan NaOH.
untuk pewarna kertas, wool dan sutra Rhodamin B sekarang sering digunakan
(Ernie, 1987). Bahan ini bila dikonsumsi untuk mewarnai berbagai jenis makanan
dalam jumlah paling sedikitpun sangat dan minuman misalnya kue-kue basah,
beresiko menyebabkan gangguan pada saus, sirup, kerupuk. Ciri-ciri makanan
fungsi hati, kanker, hati, kerusakan ginjal yang diberi Rhodamin B adalah warna
dan alergi. Mengkonsumsi makanan yang makanan merah terang mencolok.
mengandung Rhodamin B di dalam tubuh Biasanya makanan yang diberi pewarna
akan terjadi penumpukan lemak, sehingga untuk makanan warnanya tidak begitu
lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah merah terang mencolok. Cara
dan dampaknya akan terlihat setelah membedakan cendol berpewarna
puluhan tahun kemudian (Megawati, berbahaya dan cendol yang berpewarna
2004). alami adalah cendol yang berpewarna
Berikut ini nama-nama lain dari berbahaya akan terlihat lebih mencolok;
Rhodamin B: Acid Bruliant Pink B, ADC meninggalkan bekas warna pada
Rhodamin B, Aizen Rhodamin BH , Aizen wadahnya; tekstur cendol dengan pewarna
Rhodamin BHC, Akiriku Rhodamin B, berbahaya akan lebih kenyal, sedangkan
Briliant Pink B, Calcozine Rhodamin BL, cendol berbahan alami teksturnya lebih
Calcozine Rhodamin BX, Calcozine lembek dan mudah patah saat diaduk.
Rhodamin BXP, Cerise Toner, [9-(orto- Waspadailah makanan berwarna warni
Karboksifenil)-6-(dietilamino)-3H-xantin- Rhodamin B, adalah pewarna tekstil, yang
3-ylidene] dietil ammonium klorida, menjadi favorit produsen untuk membuat
Cerise Toner X127, Certiqual Rhodamin, warna produknya berwarna-warni menarik.
Cogilor Red 321.10, Cosmetic Briliant Padahal, zat ini sangat beracun jika
Pink Bluish D conc, Edicol Supra Rose B, tertelan, terhirup maupun terserap lewat
Elcozine Rhodamin B, Geranium Lake N,
46
kulit. Zat ini juga bersifat karsinogenik pembentukan benang spindel menjadi
atau dapat memicu kanker. terhenti. Karena benang spindel yang tidak
Rhodamin B adalah salah satu terbentuk, otomatis pada fase anaphase,
pewarna sintetik yang tidak boleh pasangan kromosom yang harusnya
dipergunaan untuk makanan dan memiliki memisah ke kutub berlawanan menjadi
rumus molekul C28H31N2O3Cl. Di dalam gagal berpisah karena tidak ada benang
struktur Rhodamin B terdapat ikatan spindel yang menariknya, sehingga
dengan senyawa klorin (Cl) dimana atom pasangan kromosom tertarik ke kutub yang
klorin tergolong sebagai senyawa halogen sama.
dan sifat halogen yang berada di dalam Tanda-tanda dan gejala akut bila
senyawa organik sangat berbahaya dan terpapar Rhodamin B adalah sebagai
memiliki reaktivitas yang tinggi untuk berikut: Jika terhirup dapat menimbulkan
mencapai kestabilan dalam tubuh dengan iritasi pada saluran pernafasan, jika terkena
cara berikatan terhadap senyawa-senyawa kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit,
di dalam tubuh yang menimbulkan efek jika terkena mata dapat menimbulkan
toksik dan memicu kanker pada manusia. iritasi pada mata, mata kemerahan, jika
Juga senyawa Alkilating (CH3-CH3 ) dan tertelan dapat menimbulkan gejala
bentuk struktur kimia yang Poli Aromatik keracunan dan air seni berwarna merah
Hidrokarbon (PAH), bentuk senyawa atau merah muda, jika tertelan, dapat
tersebut bersifat sangat radikal, menjadi menimbulkan iritasi pada saluran
bentuk metabolit yang reaktif setelah pencernaan .dan menimbulkan gejala
mengalami aktivasi dengan enzim keracunan dan air seni berwarna merah
sitokrom P-450. Bentuk radikal ini akan atau merah muda.
berikatan dengan protein, lemak dan DNA Tindakan yang bisa dilakukan bila
(Indranatan, 2012). terpapar Rhodamin B antara lain: 1) bila
Mikrotubul yang menjadi penyusun terkena kulit, lepaskan pakaian perhiasan,
dari benang-benang spindel juga sepatu penderita yang
merupakan protein. Ketika senyawa terkontaminasi/terkena Rhodamin B. Cuci
alkilating dalam Rhodamin yang masuk ke kulit dengan sabun dan air mengalir
dalam tubuh teraktivasi oleh enzim sampai bersih dari Rhodamin B, selama
sitokrom P-450, maka sifat radikal yang kurang lebih 15 s/d 20 menit, bila perlu
dimilikinya akan segera berikatan dengan hubungi dokter, 2) bila terkena mata, bilas
tubulin pembentuk benang spindel dengan air mengalir, mata dikedip-
sehingga menyebabkan mekanisme kedipkan sampai dipastikan sisa Rhodamin
47
B sudah tidak ada lagi atau bersih, bila dengan kode A1, A2, B1, B2, D1, dan
perlu hubungi dokter, 3) bila terhirup E3. Sebesar 22,2% sampel dengan
segera pidahkan korban dari lokasi kode A1 dan A2 yang berasal dari
kejadian, pasang masker berkatup atau Pasar Nusukan, 22,2% sampel dengan
perlatan sejenis untuk melakukan kode B1 dan B2 yang berasal dari
pernapasan buatan, bila perlu hubungi Pasar Mojosongo, 11,1% sampel
dokter, 4) bila tertelan dan terjadi muntah, dengan kode D1 yang berasal dari
letakkan posisi kepala lebih rendah dari Pasar Klewer, dan 11,1% sampel
pinggul untuk mencegah terjadinya dengan kode E2 yang berasal dari
muntahan masuk ke saluran pernafasan, 5) Pasar Legi.
bila korban tidak sadar, miringkan kepala 3. Tiga sampel cendol atau sebesar
ke samping atau ke satu sisi, bila perlu 33,3% positif terbukti menggunakan
hubungi dokter (Wanibesak, 2011). pewarna sintetik Rhodamin B. Sebesar
22,2% sampel berpewarna Rhodamin
B terdapat pada sampel dengan kode
KESIMPULAN C1 dan C2 yang berasal dari Pasar
1. Dari sembilan sampel cendol yang kleco, sedangkan 11,2% ditemukan
diperiksa terdapat enam sampel atau pada sampel dengan kode E1 yang
sekitar 66,67% dengan tekstur tidak berasal dari Pasar Legi.
kenyal yang berasal dari Pasar
Nusukan (A1 dan A2), Pasar DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2011. Cara membuat cendol.
Mojosongo (B1 dan B2), Pasar
(http://carapedia.com/cendol_info445.
Klewer (D1) dan Pasar Legi (E2). tiga html). Diakses 25 Desember 2011.
sampel lainnya atau sekitar 33,3%
Anonim2. 2011. Es Cendol Termasuk
dengan tekstur agak kenyal yang Minuman Terlezat Di Dunia.
(http://palingseru.com/6727/es-
berasal dari Pasar Legi (E1) dan
cendol-termasuk-minuman-terlezat-di-
tekstur kenyal yang berasal dari Pasar dunia). Diakses 22 Desember 2011.
Sidodadi (C1 dan C2).
Anonim3. 2006. Profil Kabupaten/ Kota
2. Hasil pemeriksaan kualitatif dengan Surakarta.
(http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/b
metode Ekstraksi dari sembilan
arat/jateng/surakarta.pdf). Diakses 24
sampel yang diperiksa terdapat enam Desember 2011.
sampel atau sekitar 66,67% sampel
Apriyanto, Anton. 1989. Analisis Pangan.
cendol menggunakan pewarna Bogor: ITB.
alami/makanan yaitu pada sampel
48
Buckle, K.A. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: yang-terkandung.html). Diakses 22
UI Press. Desember 2011.

Budianto, Paramita Erlin. 2008. Analisis Indranatan, Rudi. 2012. Pengaruh


Rhodamin B Dalam saos dan cabe Rhodamin. (http://rudy-
giling di pasar kecamatan Laweyan indranatan.blogspot.com/2011/12/pen
Kotamadya Surakarta Dengan Metode garuh-rhodamin-terhadap-
Kromatogafi Lapis Tipis. Skripsi. peristiwa.html). Diakses 26 Februari
UMS: Surakarta. 2012.

Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis & Aspek Irwanto. 2012. Pewarna


Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Buatan.(http://www.irwantoshut.net/p
Bumi Aksara: Jakarta. ewarna_buatan.html). Diakses 6
Januari 2012.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & aspek
kesehatan bahan tambahan pangan. Listiana, Wina. 2012 Bahaya Penggunaan
Bumi aksara: Jakarta. Zat Warna Pada Makanan.
(http://duniaveteriner.com/2010/04/ba
Dyach. 2011. Bahan Pewarna. haya-penggunaan-zat-warna-pada-
(http://dyach.blogspot.com/11/04/baha makanan/print). diakses 22 Desember
n-pewarna.html). Diakses 25 2011.
Desember 2011.
MacDougall, Douglas B. 2002. Colour in
Ernie, Basrah A. 1987. Zat warna dan Food. Washington DC: CRC Press.
pemakaiannya dalam industri pangan.
Risalah seminar bahan tambahan Marin, Lucian E. 2009. Literatur
kimiawi. food additive. Jakarta. Pemakaian Zat Pewarna Pada
Makanan.
Hartono, Budi. 2010. Bahaya pewarna (http://duniaveteriner.com/2009/07/stu
makanan. (http://matoa.org/bahaya- di-literatur-pemakaian-zat-pewarna-
pewarna-makanan/). Diakses 25 pada-makanan/print). Diakses 22
Desember 2011. desember 2011.

Hastomo, Aziz Eko. 2008. Analisis Megawati,Euis. 2004. Menyala Padahal


Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Berbahaya.
Dalam Jelly Di Pasar Kecamatan (http://www.majalahtrust.com/danlainl
Jebres Kotamadya Surakarta Dengan ain/kesehatan/403.php). Diakses 6
Metode Kromatogafi Lapis Tipis. Januari 2012.
Skripsi. UMS: Surakarta.
Moelyani, Dini. 2011. Cendol Sehat.
Heredia, Francisco J. 2009. Food Colour. (http://blog.dekeraton.com/cendol-
(Http://Www.Scitopics.Com/Food_Co sehat). Diakses 22 desember 2011.
lour.Html). Diakses 25 Desember
2011. Riandini, Nursanti. 2008, Bahan Kimia
Dalam Makanan Dan Minuman.
Ihsan. 2011. Asal Usul dan Sejarah Bandung: Shakti Adiluhung.
Membuat Cendol
(http://rumahtugasa209.blogspot.com/ Rohman, Abdul. 2011. Analisis Bahan
2011/06/ipa-1-zat-zat-berbahaya- Pangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

49
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Utami, Wahyu dan Andi Suhendi. 2009.
Makanan Dan Pertanian. Liberty: Analisis Rhodamin B Dalam Jajanan
Yogyakarta. Pasar Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis.
Saryadinilan. 2011. Cendol Dan Cincau (http://eprints.ums.ac.id/1421/1/6._W
Berbahan Pewarna. AHYU_UTAMI_c.pdf). Diakses 22
(http://saryadinilan.blogspot.com/2011 Desember 2011.
/12/cendol-dan-cincau-berbahan-
pewarna.html). Diakses 22 desember Wanibesak, Emser. 2011. Pewarna
2011. makanan.
(http://wanibesak.wordpress.com/2011
Sihombing, Veronica Margaret. 2008. /06/01/pewarna-makanan/). Diakses
Analisis kadar zat pewarna tahu 24 Desember 2011.
kuning pada tahu yang dijual di pasar
di medan. Skripsi: Universitas Winarno dan Rahayu. 1994. Bahan
Sumatra Utara. Tambahan Untuk Makanan Dan
Kontaminasi. Jakarta: Pustaka Sinar
Siswantari, Retno Juli. 2006. Identifikasi Harapan.
Keberadaan Rhodamin B pada Terasi
di Kabupaten Rembang. Skripsi: Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan Dan
Rembang. gizi. Jakarta: PT.Gramedia.

Sriyanti, Liadewi. 2011. Bahan Pewarna Winarno, F.G. 1993. Pangan, gizi,
Makanan. Teknologi Dan Konsumen. Jakarta:
(Http://KagakuSriyanti.Blogspot.Com/ Gramedia
2011/03/Bahan-Pewarna-
Makanan.Html). Diakses 25
Desember 2011.

50

Anda mungkin juga menyukai