Anda di halaman 1dari 6

8

Jurnal Pharmascience, Vol. 05 , No.01, Februari 2018, hal: 8 - 13


ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
http://jps.unlam.ac.id/
Research Article

Analisis Kualitatif Rhodamin B Dalam Bumbu


Tabur Pada Penjual Jajanan di Kecamatan
Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin
*Dwi Rizki Febrianti, Muhammad Rahman Hakim

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


*Email: dwirizkyfeby@gmail.com

ABSTRAK

Bumbu tabur adalah bumbu yang fungsinya untuk memberikan rasa pelezat
pada makanan atau jajanan yang biasanya berwarna merah atau orange terang yang di
curigai mengandung bahan pewarna dilarang yaitu Rhodamin B. Rhodamin B adalah
bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil dan plastik.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keberadaan zat pewarna Rhodamin B
yang diduga terdapat pada bumbu tabur pada penjual jajanan di Kecamatan
Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin.Metode yang digunakan untuk uji kualitatif
adalah metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik sampling insidental. Sampel yang didapatkan pada penelitian ini berjumlah 16
bumbu tabur rasa balado.Sebelum melakukan pengujian sampel dipreparasi terlebih
dahulu menggunakan metode penyerapan benang wol bebas lemak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 16 sampel ditemukan 5 sampel mengandung Rhodamin B.
Berdasarkan hasil penelitian ini, masih ditemukan bumbu tabur rasa balado pada
penjual jajanan di Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin tidak aman
dikonsumsi.

Kata Kunci : Bumbu Tabur, Rhodamin B, Kromatografi Lapis Tipis

ABSTRACT

Spice flavor gives a flavor to the food or snacks, that are usually red or orange light
that allegedly contain a prohibited coloring of Rhodamine B. Rhodamin B is a chemical
used for red dyes in the textile and plastics industries. The aim of this research is to prove
the existence of Rhodamin B dye which is suspected to be found in spice on the seller of
snack in North Banjarmasin Subdistrict of Banjarmasin. The method used for qualitative
test is thin layer chromatography (TLC) method. Sampling was done by incidental
sampling technique. The samples obtained in this study amounted to 16 spice flavor
balado.Before doing sample testing dipreparasi first using the method of absorption of fat-

Volume 04, Nomor 02 (2017) Jurnal Pharmascience


9

free yarn wool. The results showed that from 16 samples found 5 samples containing
Rhodamin B.
Keywords : Seasoning Flavor, Rhodamin B, Thin Layer Chromatography

I. PENDAHULUAN tersendiri. Jajanan yang memiliki bumbu


Menurut Undang-Undang No.33 berwarna yang mencolok membuat
tahun 2012 tentang Bahan Tambahan konsumen tertarik untuk
Pangan, Bahan Tambahan Pangan (BTP) mengkonsumsinya (Sari, 2017).
adalah bahan yang ditambahkan dalam Penggunaan zat pewarna yang
pangan untuk mempengaruhi sifat atau diizinkan dan dilarang untuk pangan telah
bentuk makanan. Penggunaan Bahan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Tambahan Pangan (BTP) dalam proses RI Nomor.33 Tahun 2012. Namun, masih
produksi pangan perlu diwaspadai sering terjadi penyalahgunaan pemakaian
bersama, baik oleh produsen maupun oleh zat pewarna non pangan seperti zat warna
konsumen (DR febrianti, 2017). Dampak sintesis Rhodamin B pada makanan.
penggunaannya dapat berakibat positif Rhodamin B digunakan untuk memberi
maupun negatif bagi masyarakat. warna merah yang sebenarnya merupakan
Penyimpangan dalam penggunaannya akan bahan kimia pewarna yang digunakan
membahayakan kita bersama, khususnya untuk cat tembok, tekstil, pewarna untuk
generasi muda sebagai penerus kerajinan bambu, layang-layang dan
pembangunan bangsa (Cahyadi, 2008). sebagainya (Effendi, 2009). Bahaya yang
Salah satu yang populer dijual di terjadi jika mengkonsumsi Rhodamin B
Kecamatan Banjarmasin Utara Kota dalam jumlah yang cukup cukup besar dan
Banjarmasin adalah jajanan dengan bumbu berulang-ulang akan menyebabkan iritasi
tabur bermacam rasa. Pada pengolahannya pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit,
ditambahkan bahan tambahan pangan iritasi pada mata, iritasi pada saluran
(BTP) berupa pewarna agar makanan pencernaan, keracunan, gangguan fungsi
ringan terlihat lebih enak dan menarik. hati dan kanker hati (Yuliarti, 2007).
Bumbu tabur atau seasoning powder atau Berdasarkan latar belakang yang sudah
bumbu perasa merupakan bumbu yang dijelaskan diatas maka peneliti tertarik
fungsinya untuk memberikan rasa pelezat melakukan penelitian untuk mengetahui
pada makanan atau jajanan. Rasa dan keberadaan Rhodamin B dalam bumbu
warna pada bumbu tabur bermacam- tabur pada penjual jajanan di kecamatan
macam jenis nya menambah daya tarik Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin.

Volume 05, Nomor 01 (2018) Jurnal Pharmascience


10

II. METODE PENELITIAN dilarutkan dalam etanol 70%. Sampel yang


A. Bahan sudah didiamkan selama satu malam
Bahan yang digunakan adalah disaring filtratnya dengan kertas saring,
bumbu tabur berwarna merah, aquadest, kemudian larutan dipanaskan diatas
etanol 70%, larutan baku Rhodamin B, kompor listrik dengan suhu 80̊c sampai
larutan n-butanol, larutan etil asetat, semua larutan amonia 2% menguap,
larutan asam asetat 10%, larutan ammonia sehingga diperoleh filtrat dari sampel.
2% dan larutan ammonia 10%. Kemudian sampel ditambahkan larutan
asam yang dibuat dengan mencampurkan
B. Alat 10ml air dan 5ml asam asetat 10%, lalu
Alat yang digunakan adalah beker dimasukkan15 cm benang wol dan
gelas, batang pengaduk, benang wol, didihkan selama 10 menit.
chamber, erlenmayer, gelas ukur, kertas
saring, labu ukur, lampu sinar UV 254 nm III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan 366 nm, oven, pipet volume, pipet A. Preparasi sampel
tetes, pipa kapiler, plat silica gel GF 254 Sampel yang diperoleh dari 25
dan timbangan analitik. penjual jajanan berjumlah 16 sampel
bumbu tabur rasa balado dari penjual
C. Penyiapan fase gerak jajanan yang berbeda. Kontrol positif
Larutan fase gerak yang digunakan menggunakan Rhodamin B pro analisis,
adalah n-butanol : etil asetat : amonia dibuat dengan cara melarutkan Rhodamin
(10:4:5) B sebanyak 0,5 mg dalam 100 ml
aquadest. Kontrol positif yang telah dibuat
D. Pembuatan Larutan Baku Rhodamin B ditotolkan pada ujung kiri dan kanan plat
Timbang Rhodamin B sebanyak KLT dengan menggunakan pipa kapiler,
0,5 mg dilarutkan dalam 100 ml aquadest diamkan hingga mengering lalu dielusi
dalam chamber yang telah dijenuhkan
E. Tahap Preparasi sampel terlebih dahulu dan tunggu hingga proses
Sampel dipreparasi dengan metode elusi selesai. Setelah selesai keluarkan dan
serapan benang wol, Preparasi sampel keringkan plat, kemudian plat dilihat pada
dilakukan dengan menimbang bumbu lampu UV 254 nm dan UV 366 nm maka
tabur sebanyak 1 gram masukkan dalam akan terlihat bercak dan dihitung nilai Rƒ
erlenmayer, kemudian direndam satu larutan Rhodamin B yang akan digunakan
malam dengan larutan ammonia 2% yang sebagai pembanding nilai Rƒ pada sampel.

Volume 05, Nomor 01 (2018) Jurnal Pharmascience


11

Preparasi sampel dilakukan dengan


menimbang bumbu tabur sebanyak 1 gram
masukkan dalam erlenmayer, kemudian
direndam satu malam dengan larutan
ammonia 2% yang dilarutkan dalam etanol
70%. Pelarut yang digunakan adalah
pelarut suasana basa. Hal tersebut
dikarenakan suatu basa dapat melunturkan
atau melarutkan warna Rhodamin B yang
terdapat pada bumbu tabur dengan bantuan
pelarut alkohol. Rhodamin B adalah suatu
senyawa yang sukar larut dalam alkali dan Gambar 1. Mekanisme Pengikatan
sangat larut dalam alkohol. Rhodamin B Pada Benang Wol (Utami
dan Suhendi, 2009).
Sampel yang sudah didiamkan
selama satu malam disaring filtratnya Pengujian menggunakan
dengan kertas saring, kemudian larutan Kromatografi Lapis Tipis dilakukan
dipanaskan diatas kompor listrik dengan dengan menotolkan sampel pada plat, plat
suhu 80̊c sampai semua larutan amonia 2% yang digunakan adalah plat silica gel GF
menguap, sehingga diperoleh filtrat dari 254 sebanyak 2 plat dengan ukuran 10cm
sampel. Kemudian sampel ditambahkan x 20 cm. Sampel yang telah ditotolkan
larutan asam yang dibuat dengan dibiarkan hingga mengering lalu dielusi
mencampurkan 10ml air dan 5ml asam dalam chamber yang telah dijenuhkan
asetat 10%, lalu dimasukkan15 cm benang dengan fase gerak berupa n-butanol : etil
wol dan didihkan selama 10 menit. asetat : ammonia (10:4:5). Kemudian plat
Larutan asam berfungsi untuk KLT yang telah terelusi sempurna
memecahkan ikatan sistina (merupakan diangkat dan dikeringkan, lalu di amati
ikatan antara atom sulfur(S) antara 2 secara visual bercak akan berwarna merah
molekul protein yaitu sistein) yang muda dan dibawah sinar UV 254 nm
terdapat paa benang wol menjadi sistein berwarna jingga dan 366 nm berwarna
dengan bantuan pemanasan maka akan merah muda.
mempercepat reaksi tersebut sehingga Sampel yang telah di amati secara
Rhodamin B dapat menyerap kedalam visual dan dibawah sinar UV 254 nm dan
benang wol (Utami dan Suhendi, 2009). 366nm dilanjutkan dengan perhitungan

Volume 05, Nomor 01 (2018) Jurnal Pharmascience


12

nilai faktor retensi (Rƒ) yang bertujuan pengetahuan yang tidak memadai
untuk memperkuat hasil identifikasi mengenai bahaya penggunaan bahan kimia
sampel dengan nilai Rƒ kontrol positif. tersebut pada kesehatan. Rhodamin B yang
praktis digunakan dan harganya relatif
B. Analisis Kualitatif Rhodamin B pada murah serta tersedia dalam kemasan kecil
Bumbu Tabur dipasaran sehingga memungkinkan
Hasil identifikasi Rhodamin B masyarakat umum untuk membeli nya.
pada bumbu tabur rasa balado Bahaya yang terjadi jika mengkonsumsi
menunjukkan bahwa terdapat 5 sampel Rhodamin B dalam jumlah yang cukup
yang positif mengandung Rhodamin B, cukup besar dan berulang-ulang akan
sampel dengan kode A, B, D, F dan I menyebabkan iritasi pada saluran
memberikan bercak warna merah muda pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada
pada plat, dan terlihat warna jingga pada mata, iritasi pada saluran pencernaan,
lampu UV 254 nm dan warna merah muda keracunan, gangguan fungsi hati dan
pada pada lampu UV 366 nm. Sedangkan kanker hati (Effendi, 2009).
dari perhitungan diperoleh nilai Rƒ kontrol
Tabel 1. Nilai Rƒ hasil uji
positif Rhodamin B sebesar 0,59 dan untuk
sampel A, B, D, F dan I memiliki nilai Rƒ
yang sama yaitu sebesar 0,59.
Dapat disimpulkan bahwa sampel dengan
kode A, B, D, F dan I positif Mengandung
Rhodamin B. Sedangkan hasil dalam
bentuk persentase (%) dapat dilihat bahwa
diperoleh sebanyak 31,25% untuk sampel
yang positif mengandung Rhodamin B dan
sebnyak 68,75% yang negatif mengandung
Rhodamin B.
Rhodamin B yang secara sengaja
ditambahkan pada bumbu tabur menambah
kualitas warna agar lebih menarik
sehingga konsumen lebih tertarik untuk
membelinya. Selain itu banyak penjual
masih menggunakan rhodamin B pada
produknya mungkin dapat disebabkan oleh

Volume 05, Nomor 01 (2018) Jurnal Pharmascience


13

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W, 2008, Analisis dan Aspek


Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,
edisi II, Bumi aksara, Jakarta,
Indonesia.
Effendi, S. 2009, Teknologi Pengolahan
dan Pengawetan Pangan, hal. 123
Gambar 2. Hasil KLT Sinar UV 254 nm dan 163, Alfabeta, Bandung,
Indonesia.
Untuk menghindari bahaya Kumalasari Eka, 2017, Identifikasi Dan
Rhodamin B ada beberapa Ciri-ciri jajanan Penetapan Kadar Rhodamin B
Dalam Kerupuk Berwarna Merah
yang mengandung rhodamin B antara lain
Yang Beredar Di Pasar Antasari
warnanya cerah mengkilap dan warna Kota Banjarmasin, Jurnal Ilmiah
merah lebih mencolok, terkadang warna Manuntung 1 (1), 85-89 Vol 1.
Febrianti Dwi Rizki, Reni Maylina Sari,
terlihat tidak merata, ada gumpalan warna
2017, Analisis Kualitatif Formalin
pada produk, dan bila dikonsumsi rasanya Pada Ikan Tongkol Yang Dijual Di
sedikit lebih pahit. (E kumalasari, 2017) Pasar Lama Banjarmasin, Vol 4, No
Jadi diharapkan bagi konsumen agar lebih 2 (2017): Jurnal Pharmascience
Kementrian Kesehatan, 1985, Peraturan
berhati-hati dalam mengkonsumsi bumbu Menteri Kesehatan
tabur pada jajanan yang beredar di N0.239/MenKes/Per/V/85 tentang
Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Bahan Tambahan Pangan, Jakarta,
Kementrian Kesehatan Republik
Banjarmasin.
Indonesia.
Sari Ratih Pratiwi, 2017, Identifikasi Dan
IV. KESIMPULAN Penetapan Kadar Rhodamin B Pada
Kue Berwarna Merah Di Pasar
Berdasarkan penelitian yang
Antasari Kota Banjarmasin, Jurnal
dilakukan, hasil identifikasi dengan Ilmiah Manuntung 1 (1), 75-84,
menggunakan metode Kromatografi Lapis Vol:1 Issue 2017
Utami, W., dan Suhendi, A. 2009. Analisis
Tipis yang dilakukan terhadap 16 sampel
rhodamin B dalam jajanan pasar
bumbu tabur pada penjual jajanan di Dengan metode kromatografi lapis
kecamatan Banjarmasin utara diperoleh 5 tipis, Jurnal Penelitian Sains &
sampel yang positif mengandung Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 148
– 155.
Rhodamin B. Yuliarti, N. 2007, Awas! Bahaya Dibalik
Lezatnya Makanan, Andi Offset,
Yogyakarta, Indonesia, hal. 22-23.

Volume 05, Nomor 01 (2018) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai