ABSTRAK
ABSTRACT
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL......................................................................................................................i
ABSTRAK ..............................................................................................................ii
ABSTRACT .........................................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................x
iii
2.3 Aktivitas Farmakologi AINS....................................................................33
2.7 Simplisia.................................................................................................23
2.8 Ekstrak....................................................................................................23
2.11 Spektrofotometri....................................................................................30
iv
3.5.4 Pereaksi molisch ....................................................................................34
v
3.8.3 Penetapan kadar Sari larut dalam air......................................................40
3.10 Pembuatan Fraksi n-heksan kulit batang sikkam, Fraksi Etil asetat dan
Fraksi Air Kulit batang Sikkam
42
3.12.2 Uji PAW edema pada Fraksi Etil asetat, Fraksi n-heksan dan Fraksi
Air
................................................................................................................
45
46
vi
3.16.1 Uji Golongan Isolat dengan KKT Satu arah...........................................48
4.6 Hasil Analisis Fraksi Etil Asetat Kulit Batang sikkam (Bischofia
javanica Blume) Secara Kkt
................................................................................................................
77
5.2 Saran........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR SINGKATAN
ND : Natrium diklofenak
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Karakterisasi serbuk simplsia dan ekstrak etanol kulit batang
sikkam ..........................................................................................................61
4.2 Hasil Skrining Fitokimia serbuk simplsia dan ekstrak etanol kulit
batang sikkam.................................................................................................62
4.3 Data Hasil analisis Kromatogram Fraksi Etil Asetat Kulit Batang
sikkam...................................................................................................................78
............................................................................................................
4.4 Data Hasil KKt Preparatif Dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang
sikkam.....................................................................................................................78
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xi
13 Hasil analisis ANOVA Persen Inhibisi Radang Dengan SPSS..........................118
xii
BAB I
PENDAHULUAN
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
gangguan fungsi. Inflamasi dapat bersifat lokal dan sistemik, dapat juga terjadi
secara akut atau kronis yang menimbulkan kelainan patologis (Corwin, 2008).
meredakan nyeri yang seringkali menjadi gejala dan yang kedua adalah upaya
penggunaan dalam jangka waktu lama dapat memberikan efek samping. Beberapa
secara sistemik dalam jangka waktu yang lama juga dapat memberikan efek
Pada saat ini penggunaan bahan alam baik sebagai obat maupun tujuan
perlahan beralih dari masyarakat. Menurut Winda (2015) bahwa masih ada bahan
konsentrasi yang tidak aman. Namun hingga saat ini pemanfaatan tanaman obat
Saat ini minat masyarakat terhadap pengobatan dengan obat alam semakin
merupakan salah satu fenomena saat ini. Tanaman obat mengandung banyak
komponen senyawa aktif dan memiliki berbagai efek farmakologis yang perlu
negara maju termasuk di Indonesia (Sari, 2006). Menurut WHO (1992), sekitar
65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah
Salah satu tumbuhan obat yang telah dikenal sejak zaman dahulu adalah
sikkam (Bischofia javanica Blume) yang digunakan sebagai pewarna alami pada
anyaman rotan dan bambu (Bachheti, et al., 2013). Harmida, dkk., (2011)
68
menyebutkan masyarakat Desa Lawang Agung Kab. Lahat Sumatera Selatan
digunakan sebagai antiinflamasi (Pradhan dan Badola, 2008). Selain itu sikkam
dapat digunakan sebagai pereda demam, pereda nyeri, anti radang, menurunkan
tekanan darah, mengencerkan dahak, dan mematikan cacing usus. (Otshudi, et al.,
2000).
Kandungan senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan sikkam antara lain
2014). Kandungan senyawa aktif beberapa tanaman obat seperti golongan tanin,
khasiat antiinflamasi (Otshudi, et al., 2000). Tanin bersifat sebagai antibakteri dan
menciutkan dinding usus (Nurdjanah dan Christina, 2005; Ajaib dan Khan, 2012).
(Otshudi, et al., 2000) selain itu, tumbuhan ini dapat juga berkhasiat sebagai
antileukimia dan antiinflamasi. Senyawa kimia ini dapat diperoleh melalui proses
S.thypimurium. Spot terbesar fraksi teraktif dari ekstrak etil asetat pada
sedangkan pada konsentrasi 35 µl/ml bersifat bakterisid pada kedua jenis bakteri
69
50-70 µl/ml ekstrak sikkam dapat memberikan efek bakteridal pada kelima jenis
bakteri tersebut.
melalui penangkapan radikal bebas oksigen dan dapat menghambat segala tipe
palminat, serat serta elektrolit seperti kalsium, kalium dan magnesium. Flavonoid
Flavonoid dapat mempengaruhi secara khusus fungsi sistem enzim yang secara
kritis terlibat dalam proses inflamasi, terutama tirosin dan protein kinase serin-
ATP di situs katalitik pada enzim. Enzim ini terlibat dalam transduksi sinyal dan
proses aktivasi sel yang melibatkan sel-sel sistem kekebalan tubuh (Abhay et al,
2013).
mengurangi ekspresi sitokin dan sekresi. Karena itu flavonoid memiliki potensi
70
mediator inflamasi seperti spesies oksigen reaktif (ROS) dan oksida nitrat (NO);
uji aktivitas antiinflamasi fraksi aktif dari kulit batang sikkam terhadap tikus
putih.
a. apakah fraksi aktif ekstrak kulit batang sikkam dapat digunakan sebagai
antiinflamasi?
b. manakah fraksi yang paling aktif menurunkan volume edema yang diinduksi
dengan karagenan?
c. apakah fraksi aktif kulit batang sikkam dapat diisolasi dengan kromatografi
spektrofotometri IR?
1.3 Hipotesis
adalah:
a. Fraksi aktif kulit batang sikkam memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi yang
b. Fraksi yang paling aktif menurunkan volume edema adalah fraksi etilasetat.
71
c. Fraksi aktif kulit batang sikkam dapat diisolasi dengan kromatografi kertas dan
a. menguji efek antiinflamasi fraksi aktif kulit batang sikkam pada hewan
fraksi air, yang paling aktif menurunkan volume edema yang diinduksi
dengan karagenan.
72
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
telapak kaki. Kerangka penelitian ini dibagi menjadi variabel bebas dan variabel
- Alkaloid
- Steroida/triperpenoida
Serbuk simplisia Kulit Golongan senyawa
- Glikosida
Batang sikkam kimia simplisia dan
ekstrak - Flavonoida
- Saponin
- Tanin
- Kadar air
- Kadar abu larut dalam
air
Ekstrak etanol Kulit Karakteristik simplisia - Kadar abu total
Batang sikkam dan ekstrak - Kadar sari yag larut
dalam air asam
- Kadar sari yang larut
Induksi dalam etanol
karagenan - Kadar abu tidak larut
asam
Penyuntikan ekstrak
etanol, Fraksi n-
heksan, Fraksi etil - Penurunan volume
asetat, dan fraksi air Tikus Aktivitas
antiinflamasi edema pada tikus
Bischofia javanica
yang diinduksi
Blume dosis 50, 100,
200 kg/bb
Isolasi dengan
73
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inflamasi
karakteristik utama, yaitu merah (rubor), bengkak (tumor), panas (calor), nyeri
dinamai oleh Celsus di masa Romawi kuno (30-38 SM), dan karakteristik yang
Inflamasi saat ini diartikan sebagai proses perubahan yang terjadi dalam
jaringan hidup saat terjadinya luka atau cidera, asalkan cedera tersebut tidak
berupa kerusakan struktur dan vital atau dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi
dari mikrosirkulasi dan jaringan hidup terhadap cedera. (Punchard, dkk., 2004).
namun hingga akhir abad ke-19 peradangan dipandang sebagai respon yang tidak
diinginkan yang berbahaya bagi tubuh. Kemudian hal itu kembali kepada
saat ini peradangan dianggap sebagai landasan patologi dalam perubahan yang
diamati (simptom) dari indikasi cedera dan adanya gangguan atau penyakit
74
2.1.2 Respon Inflamasi
Inflamasi biasanya dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut, respon imun,
dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera
jaringan. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan
yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat respon
bersifat merusak bila menjurus kepada inflamasi kronis tanpa penguraian dari
sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut (Furst dan Munster,
2002). Trauma cedera atau infeksi pada jaringan menyebabkan serangkaian reaksi
kompleks terjadi pada tubuh dalam upaya untuk mencegah kerusakan jaringan
normal. Proses homeostasis ini secara keseluruhan dikenal sebagai respon reaksi
awal atau sebagai acute phase response (APR). Sel yang paling sering dikaitkan
dengan inisiasi proses kaskade selama APR adalah sel makrofag atau monosit.
peran dalam memicu reaksi berikutnya yang terjadi secara lokal. Secara lokal sel-
sel stroma, misalnya fibroblas dan sel endotel diaktifkan menyebabkan pelepasan
sitokin yang meliputi IL-6, IL-1 dan TNF. Sitokin ini memperbesar stimulus
homeostasis semua sel dalam tubuh (Thurnham dan Mc. Cabe, 2012).
75
Endotelium memainkan peran penting dalam komunikasi antara situs
peradangan dan leukosit yang beredar. Sitokin IL-1 dan TNF menginduksi
molekul tersebut ke jaringan. Perubahan tonus vaskular juga merupakan fitur awal
dari APR. Jaringan yang meradang melepaskan mediator molekul rendah hingga
berat seperti oksigen reaktif, nitrous oxide dan produk asam arakidonat termasuk
lanjut seperti bradikinin yang menyebabkan rasa sakit (Thurnham dan Mc. Cabe,
2012).
dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid yang berada pada
76
prostaglandin tidak akan terbentuk dan efek inflamasi tidak ada. Contoh obat
meringankan rasa nyeri yang sering menjadi gejala awal yang terlihat dan keluhan
nonsteroid (AINS) dapat meredakan rasa nyeri dan analgesik nonopioid juga
Obat golongan AINS adaalah salah satu kelompok obat yang banyak
diresepkan dan digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu
kelompok obat yang heterogen secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini
ternyata memiliki persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Klasifikasi
kimia obat golongan AINS dapat dillihat pada Gambar 2.1 Wilmana dan Gan,
(2007).
Aktivitas farmakologi yang dimiliki oleh obat golongan AINS ini didasarkan
Mekanisme ini diketahui dan telah dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane, dkk.,
yang mana memperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah aspirin dan
77
membuktikan bahwa produksi PG akan meningkat apabila sel mengalami
Obat AINS
Diklofenak Indometasin
Fenklofennak Sulindak
Tolmetin
Gambar 2.1 Klasifikasi kimia obat AINS (Wilmana dan Gan, 2007)
asam arakidonat dikatalis oleh fosfolipase A2. Asam arakidonat ini selanjutnya
kapiler dan merangsang reseptor nyeri. Sintesis prostaglandin ini dapat dihambat
78
oleh golongan obat AINS. Leukotrien merupakan produk akhir dari metabolisme
permeabilitas kapiler selama cedera atau infeksi Jalur sintesis prostaglandin dapat
Fosfolipid
Asam arakidonat
Lipooksigenase Siklooksigenase
Hidroperoksid Endoperoksid
Prostaglandin
Efek samping obat golongan AINS didasari oleh hambatan pada sistem
biosintesis prostaglandin. Selain itu, kebanyakan obat dari golongan ini bersifat
asam, sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam, misalnya
79
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau
saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda-beda pada masing-masing obat.
Mekanisme terjadinya iritasi pada lambung ada dua tahap, yaitu; (1) iritasi yang
bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan
bersifat sistemik melalui hambatan PGE2 dan PGI2 (Wilmana dan Gan, 2007).
dalam gangguan homeostasis ginjal yang ditimbulkan oleh obat golongan AINS.
Pada kondisi normal, efek samping ini tidak banyak mempengaruhi fungsi ginjal.
Namun, pada pasien yang mengalami hipovolemia, sirosis hepatitis, dan pasien
gagal jantung, aliran darah dan kecepatan filtrasi glomerulus akan berkurang,
bahkan dapat terjadi gagal ginjal akut. Penggunaan AINS secara habitual
nefritis interstistial kronik dan nekrosis papilar ginjal (Wilmana dan Gan, 2007).
Peradangan ditandai oleh Celsus dengan empat tanda, yaitu rubor, kalor,
tumor, dan dolor. Peradangan memiliki fase yang berbeda, yaitu pertama
80
eksudasi cairan dari darah ke dalam ruang interstitial, yang kedua oleh infiltrasi
leukosit dari darah ke dalam suatu jaringan, dan ketiga dengan pembentukan
peradangan akut, subakut dan proses perbaikan kronis (Vogel, dkk., 2008).
Metode uji antiinflamasi dibagi atas dua cara, yaitu metode invitro dan
fisiologis atau senyawa autakoid yang berperan dalam proses inflamasi seperti
fase akut, sub akut, dan kronis. Metode ini menggunakan induksi inflamasi
agen infeksi, iskemia, antigen-antibodi, kimia, cedera dengan cara panas dan
mekanik. Respon yang ditimbulkan oleh penggunaan metode ini adalah eritema,
silinder ketebalan 1,5 – 2,5 m yang berkembang di hutan lembah, lembab, dan
(Rajbongshi, et al., 2014). Pohon ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian
± 1500 m dari permukaan laut, berasal dari Asia Selatan, Asia Tenggara,
81
Australia, dan China. Menyebar luas mulai dari barat India, Jepang Selatan, timur
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Bischofia
toem, pradu-som (Thailand), ’khom ‘fat (Laos), dan nhoi (Vietnam).(Seed Leaflet,
2012).
arah tumbuh tegak lurus, berkayu, biasanya keras dan kuat, bentuk batang bulat,
tanpa mata kayu, termasuk dalam tumbuhan menahun (Seed Leaflet, 2012).
82
Kulit batang luar memecah dan bersisik berwarna coklat kemerahan hingga
getah merah bening, encer atau agak kental seperti jeli (Rajbongshi, et al., 2014).
bentuk daun lonjong berlekuk tiga serta meruncing ke ujung daun. Letak daun
hingga bergerigi halus, bertulang daun menyirip, sisi atas mengkilap. Buah tidak
memecah, bulat, bergetah, bergaris tengah 1,2 - 1,5 cm berwarna hitam kebiruan
jika masak, dengan 1 - 2 biji di setiap ruang, biji berwarna coklat, lonjong,
(16%) (Ajaib dan Khan, 2012), flavonoid, kuersetin, sitosterol, asam stearat
2.6.4.1 Flavonoida
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas
pada tumbuhan hijau. Mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan
oleh satuan tiga karbon yang dapat membentuk cincin ketiga. Umumnya senyawa
(Markham, 1988).
83
Senyawa ini sering terdapat sebagai glikosida, sebagai pigmen bunga,
flavonoida berfungsi menarik burung dan serangga yang berperan untuk proses
terdapat pada satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh
karena itu dalam menganalisis flavonoida biasanya lebih baik memeriksa aglikon
paling umum dan terdistribusi secara luas, terjadi hampir di semua bagian
utama tanaman berbunga. Flavonoid adalah bagian integral dari makanan manusia
2.6.4.2 Glikosida
satu atau lebih gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula yang disebut
Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida adalah glukosa. Glikosida
berbentuk kristal atau amorf yang umumnya larut dalam air dan etanol kecuali
84
glikosida resin. Berdasarkan hubungan ikatan antara glikon dan aglikonnya,
a. O-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
b. S-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antar glikon dan aglikonnya
c. N-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
d. C-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
2.6.4.3 Steroida/Triterpenoida
perhidrofenantren yaitu terdiri dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin
(Harbone, 1987). Steroid terdapat dalam hampir semua tipe sistem kehidupan.
Dalam hewan banyak steroid bertindak sebagai kolesterol yang dijumpai hampir
dalam semua jaringan hewan dan steroid juga digunakan sebagai bahan obat
(Fessenden, 1986).
85
saponin dan glikosida jantung. Uji yang banyak digunakan untuk mendeteksi
2.6.4.4 Tanin
lipid. Senyawa tanin dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol total melalui
menjadi asam empedu dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.
darah ke hati yang selanjutnya berperan sebagai prekusor asam empedu dengan
demikian kadar kolesterol dalam darah akan berkurang (Umaruddin dan Ari,
2012).
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam
industri, tanin mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap
86
diidentifikasi dengan cara penambahan pereaksi ferri klorida, menghasilkan warna
hijau kehitaman atau biru kehitaman. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin
yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan, yaitu (Harborne, 1987):
a. Tanin terkondensasi
Tanin jenis ini hampir terdapat di dalam paku-pakuan dan gimnospermae serta
tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Nama
b. Tanin terhidrolisis
berkeping dua. Tanin jenis ini terutama terdiri atas dua kelas, yang paling
sederhana ialah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini inti yang berupa glukosa
dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul
berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat dan berikatan
Kegunaan Tanin :
tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang
taninya hilang.
b. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
87
e. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka
Sikkam merupakan salah satu pewarna alami yang telah dikenal dan
untuk mewarnai pakaian, jala dan anyaman dari bambu (Bachheti, et al., 2013).
2007, 2009 dan 2011), antimikroba, antialergi, antitusif dan meredakan batuk
(daun) (Rajbongshi, et al., 2014), mengobati luka bakar (kulit kayu), anthelmintik
pertumbuhan rambut (kulit batang dan daun) (Pradhan dan Badola, 2008;
88
2.7 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
nabati, hewani, dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani berupa
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat-zat kimia
murni. Simplisia mineral merupakan simplisia yang berasal dari bumi, baik telah
2.8 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir seua pelarut
diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
2.8.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia
oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tumbuhan, sifat kandungan zat aktif serta
senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut non
dengan pelarut non polar (n-heksana), lalu pelarut kepolarannya menengah (diklor
89
metan atau etilasetat) kemudian pelarut bersifat polar (metanol atau etanol)
A. Cara dingin
a. Maserasi
temperatur ruangan. Maserasi sering digunakan dalam penelitian karena cara ini
tidak merusak zat kandungan simplisia. Proses ini sangat menguntungkan karena
dan membran sel akibat perbedaaan tekanan antara di dalam sel dan di luar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum, pelarut etanol merupakan
pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik
alkaloid, tanin, flavonoid. Lebih lanjut, untuk bahan serbuk dari tumbuhan dapat
dengan pelarut etil asetat atau etanol untuk kandungan phenolnya. (Ditjen POM,
2000).
90
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
B. Cara panas
a. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus diatas penangas air mendidih, temperatur terukur 90oC) selama 15
menit. Cara ini biasa digunakan untuk zat yang akan diekstraksi tahan pemanasan.
Jika tidak ada ketentuan lain infus biasanya disaring panas. (Ditjen POM, 2000).
b. Dekoktasi
Dekoktasi adalah sama dengan infundasi pada waktu yang lebih lama (≥ 30
c. Soxhletasi
jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungan cara ini
adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit dan pelarut murni sehingga dapat
menarik senyawa dalam simplisia lebih banyak dalam waktu lebih singkat
dibanding dengan maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah tidak dapat
91
d. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
e. Digesti
2.9 Fraksinasi
tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi
fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan
kromatografi kolom.
memisahkan, yaitu terdiri dari atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan disimpan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
92
ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).Fase gerak akan bergerak sepanjang fase
(descending) (Rohman,2007).
Untuk senyawa tak tak berwarna cara yang paling sederhana adalah dilakukan
berflourosensi jika disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm)
atau gelombang panjang (366 nm). Jika dengan cara itu senyawa tidak dapat
dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak
tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atas
bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya
terbuat dari plat gelas (kaca), logam atau lapisan yang cocok (Stahl, 1985).
kalsium sulfat atau amilum. Penyerap yang umum dipakai untuk kromatografi
lapis tipis adalah silika gel, alumina, kieselguhr dan selulosa. Lapisan itu biasanya
berfungsi sebagai permukaan padat yang dapat menyerap (Gritter, et al., 1991).
Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan
sifat tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel
yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan
93
salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan yang baik adalah dengan
menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang halus
memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik. Ukuran
penyerap untuk kromatografi lapis tipis lebih halus (Stahl, 1985; Sudjadi, 1988).
Fase gerak ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut,
jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
c. Harga Rf
94
a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b. Sifat Penyerap
f. Teknik percobaan
h. Suhu
i. Kesetimbanga.
pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku
sebagai medium pemisahan dan juga sebagai penyangga. Keuntungan lain ialah
yang sebagian besar tidak tercampur dengan air (missal n-butanol) dan dalam air.
KLT/Kkt dua arah atau KLT/Kkt dua dimensi ini bertujuan untuk
95
karakteristik kimia yang hampir sama, karena nilai Rf juga hampir sama. Untuk
itu, dua sistem fase gerak yang berbeda polaritasnya dapat digunakan secara
pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang hampir sama (Rohman,
2009).
KLT/Kkt dua arah dilakukan dengan menotolkan sampel di salah satu sudut
kedua sehingga pengembangan dapat terjadi pada arah kedua yang tegak lurus
2.11 Spektrofotometri
ultra violet merupakan suatu analisis yang berdasarkan atas pengukuran serapan
suatu larutan yang dilalui radiasi monokromatis ultra ungu. Spektrum ultra violet
96
dapat juga diartikan sebagai suatu grafik antara panjang gelombang serapan sinar
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultra violet tergantung
pada struktur elektronik dari molekul yang bersangkutan. Spektrum ultra violet
dan sinar tampak dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-
orbital molekul paling luar dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi
95% karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut. Alkohol
daerah sinar UV pendek. Pelarut yang sering digunakan ialah air, etanol, metanol,
dan 400 cm-1 menunjukkan pita spektrum atau puncak yang disebabkan oleh
getaran ikatan kimia atau gugus fungsi dalam molekul yang ditelaah. Daerah di
bawah 1200 cm-1 menunjukkan pita yang disebabkan oleh getaran seluruh
97
molekul, dan karena kerumitannya dikenal sebagai daerah sidik jari (Noerdin,
1985).
BAB III
98
METODE PENELITIAN
Farmasi USU.
variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang termasuk
variabel bebas adalah fraksi yang aktif sebagai antiinflamasi. Sedangkan variabel
fraksi aktif. Tahap penelitian meliputi penyiapan bahan uji, identifikasi tumbuhan,
3.3 Alat-alat
KLT, plat KLT analitik, pipet kapiler, spray penampak noda kromatografi, oven
listrik (Stork), tanur, electric heating mantle (EM 2000), hair dryer (Maspion),
neraca analitik (Vibra AJ), neraca kasar (Saherand), penangas air (Yenaco), rotary
99
masker, sarung tangan, timbangan hewan, oral sonde, erlenmeyer, gelas beker,
gelas ukur, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, kaca arloji, pipet tetes, hot
3.4 Bahan-bahan
aquades, etanol 96%, asam khlorida, kalium iodida, iodium, sublimat, asam sulfat,
bismut subnitrat, kertas saring Whatman no.1, pipa penotol, kromatografi kertas,
raksa ( II), seng serbuk, toluen, timbal (II) asetat, aquades, kloroform, metanol,
etil asetat, aseton, toluena, amoniak, n-heksan, Na CMC dan tablet Natrium
diklofenak.
1995).
100
Larutan bismuth nitrat P 40% b/v dalam asam nitrat P sebanyak 20 ml
sempurna. Lalu ambil lapisan jernih dan diencerkan dengan air secukupnya
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ml ditambahkan air suling sampai
Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga
Sebanyak 15,17 timbal (II) asetat P dilarutkan dalam air bebas karbon
Sebanyak 1 g bes i (III) klorida dilarutkan dalam air secukupnya hingga 100
101
Asam sulfat pekat sebanyak 5 ml dicampurkan dalam 50 ml etanol 96%,
RI, 1995).
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan yang
digunakan adalah kulit batang sikkam (Bischofia javanica Blume) yang diperoleh
(LIPI) Jl. Raya Jakarta – Bogor Km. 46 Cibinong 16911 Bogor – Indonesia.
dibersihkan dari kotoran dengan cara mencuci di bawah air mengalir hingga
102
bersih dan ditiriskan. Sampel ditimbang sebagai berat basah dan dikeringkan
dalam rak pengering pada suhu 40 C. sampel dianggap kering apabila sudah
menggunakan blender.
dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat
Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga
panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang
pekat dan 2 ml amil alkohol. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning,
103
3.7.3 Pemeriksaan tanin
larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi
warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).
campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume air suling (7:3),
25 ml air, dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit
lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3
Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat anhidrida (p), disaring dan
diuapkan pada suhu tidak lebih dari 500C. Sisa dilarutkan dengan 2 ml metanol
(p), lalu dimasukkan 0,1 ml larutan ke dalam tabung reaksi, dan diuapkan di atas
penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish, kemudian
ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat (p), terbentuk cincin berwarna ungu pada
batas cairan, menunujukkan adanya ikatan gula (reaksi Molish) (Depkes RI,
1995).
selama 10 detik, terbentuk buih atau busa tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10
104
cm. Penambahan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, apabila buih tidak hilang
disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes
asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau
prosedur WHO (1998); pemeriksaan makrokospik, penetapan kadar sari larut air,
penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar
abu tidak larut asam, susut pengeringan dilakukan menurut prosedur Depkes
(1995).
yaitu ukuran, bentuk, warna, bau dan rasa simplisia daun sambung rambat.
105
3.8.2. Penetapan kadar air
Cara kerja:
Toluena 200 ml dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.
diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi,
kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air
kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan
ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan
air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air yang didapat dihitung
Kadar Air =
106
Sebanyak 5 g sampel dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-
kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, lalu dibiarkan selama
dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan
pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air
dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian
etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang
berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 oC
sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung
yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan
sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
107
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu
yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
(Depkes, 1995).
(Depkes, 2008).
pisah, lalu ditambahkan 100 mL n-heksan, lalu dikocok, dan didiamkan sampai
diambil dengan cara dialirkan, dan fraksinasi dilakukan sampai lapisan n-heksan
yang terpisah (± 30 menit), lapisan etilasetat (lapisan atas) diambil dengan cara
108
dialirkan, dan fraksinasi dilakukan sampai lapisan etilasetat memberikan hasil
dengan rotary evaporator, sisa fraksinasi (fraksi air) juga di pekatkan (Bassett, et
al., 1994).
bentuk suspensi untuk diberikan secara oral pada tikus jantan. Suspensi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
Na-CMC sebanyak 0,5 g ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling
panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang
tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 ml.
ditimbang berat totalnya. Berat bahan aktif natrium diklofenak pada masing –
masing tablet yaitu mengandung 25 mg. Total kandungan bahan aktif dalam 20
109
tablet yaitu 500 mg. Ditimbang setara tablet dengan 2,25mg/kg, lalu dimasukkan
kedalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5% b/v sedikit demi
3.11.5 Pembuatan suspensi fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air
Ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air kulit
merata. Sediaan suspensi ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan
fraksi air kulit batang sikkam dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml,
etanol. Setelah mendapatkan dosis yang efektif maka dosis tersebut dapat dipakai
pada fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air yang mana dilakukan dengan
110
c. kelompok dosis 50 mg/kg, diberikan suspensi ekstrak etanol kulit batang
d. kelompok dosis 100 mg/kg, diberikan suspensi ekstrak etanol kulit batang
e. dan kelompok dosis 200 mg/kg, diberikan suspensi ekstrak kulit batang
Sediaan uji diberikan peroral. Beri tanda pada kaki tikus sebagai batas
pengukuran pada alat plethysmometer, ukur volume kaki normal pada menit ke 30
kaki tikus diukur pada menit ke-30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330
dan 360 setelah diinduksi karagenan. Berdasarkan hasil pengukuran didapat data
nilai edema dengan mengurangi volume edema yang terbentuk pada tiap waktu
pengukuran terhadap volume kaki normal, dan persen inhibisi edema dengan
menghitung persentase rasio edema yang terbentuk pada tiap waktu pengukuran
Rumus pengukuran nilai edema dan persen inhibisi edema adalah sebagai berikut
111
3.12.2 Uji paw edema pada fraksi etil asetat, fraksi n heksana dan fraksi air
Total kelompok pada pengujian ini ada sebelas kelompok dengan jumlah
tikus putih jantan masing-masing kelompok adalah 6 ekor dan diambil secara
Sediaan uji diberikan peroral. Beri tanda pada kaki tikus sebagai batas
pengukuran pada alat plethysmometer, ukur volume kaki normal. Pada menit ke-
kaki tikus diukur pada ment ke-30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330
dan 360 setelah diinduksi karagenan. Berdasarkan hasil pengukuran didapat data
nilai edema dengan mengurangi volume edema yang terbentuk pada tiap waktu
pengukuran terhadap volume kaki normal, dan persen inhibisi edema dengan
112
menghitung persentase rasio edema yang terbentuk pada tiap waktu pengukuran
Rumus pengukuran nilai edema dan persen inhibisi edema adalah sebagai
Data yang didapatkan dari hasil penelitian dianalisis dengan one way
analisys of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey pada
Fraksi aktif dihidrolisis dengan HCl 2N selama 30-40 menit pada suhu
1000C. larutan yang telah didinginkan diekstraksi dua kali dengan etilasetat, lalu
Cara kerja:
Fraksi aktif daun sambung rambat yang telah dihidrolis ditotolkan pada
kertas whatmann No.1, kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh
dengan uap pengembang dan ditutup rapat. Sesudah pengembangan selesai plat
113
dikeluarkan dan dikeringkan di udara, disemprot dengan penampak bercak yang
fase diam kertas Whatmann No.1 dan fase gerak yang sesuai.
Cara kerja :
kemudian dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang telah jenuh dengan uap
fase gerak, lalu dikembangkan dengan jarak rambat 15 cm. kertas diangkat dan
dikeringkan, kemudian diamati dibawah sinar lampu UV. Bercak yang sesuai
diberi tanda dan digunting berupa potongan kecil-kecil, lalu direndam dalam
perendaman diulangi hingga 3 kali sampai senyawa pada kertas Whatmann No.1
Terhadap isolat hasil isolasi dilakukan uji golongan dengan KKt satu
arah menggunakan paling sedikit tiga macam fase gerak yang berbeda
Cara kerja:
pengembang yang sesuai, ditutup rapat. Sesudah elusi selesai kertas whatmann
114
No.1 dikeluarkan dari bejana kromatografi dan dikeringkan di udara, kemudian
disemprot dengan larutan penampak bercak yang sesuai. Hitung harga Rf yang
diperoleh.
menggunakan fase diam kertas whatmann No.1, menggunakan fase gerak pertama
yang berbeda kepolarannya dengan fase gerak ke kedua, hasil elusi di semprot
Cara kerja:
pengembang yang sesuai, ditutup rapat. Sesudah elusi selesai kertas whatmann
disemprot dengan larutan penampak bercak yang sesuai. Hitung harga Rf yang
diperoleh.
infrared.
Cara kerja:
115
3.17.2 Karakterisasi isolat dengan Spektrofotometri IR
Cara kerja:
400 cm-1
116
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan sampel yang digunakan adalah benar kulit batang sikkam (Bischofia
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dari serbuk simplisia kulit batang
o
dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 60 C sehingga diperoleh
etilasetat (31,5 g FEABS) dan fraksi sisa (15,55 g FSBS). Hasil rendemen pada
117
4.3.2 Pemeriksaan karakteristik
memenuhi syarat dimana tidak lebih dari 10%, karena jika melebihi persyaratan,
senyawa yang ikut tersari dengan air seperti glikosida, gula, protein, enzim, zat
warna, dan asam organik. Penetapan kadar sari larut etanol digunakan untuk
mengetahui banyaknya senyawa kimia yang terlarut dalam pelarut etanol seperti
glikosida, steroida, flavonoida, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
118
Skrining fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia dan EEKBS
terbentuknya cincin ungu dengan penambahan Molish dan asam sulfat pekat.
adanya tanin yaitu 3 buah gugus hidroksil. Warna merah muda atau ungu pada
triterpenoida. Senyawa kimia yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit batang
sikkam
Hasil No
No Pemeriksaan
Serbuk simplisia Ekstrak etanol
1 Alkaloida - -
2 Flavanoida + +
3 Glikosida + +
4 Saponin - -
5 Tanin + +
6 Steroida/Triterpenoida + +
Keterangan:
(+) positif : Mengandung golongan senyawa
(-) negatif : Tidak mengandung golongan senyawa
119
Uji antiinflamasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antiinflamasi
ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat kulit batang sikkam terhadap
tikus putih jantan. Hewan uji dibagi menjadi 14 kelompok perlakuan yaitu
kelompok kontrol negatif yang diberi suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok kontrol
positif yang diberi suspensi natrium diklofenak 2,25 mg/kg bb, kelompok uji
dibagi atas 12 kelompok dengan variasi dosis perlakuan (EEBS dosis 50, 100 dan
200 mg/kgbb; Fn-HBS dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb; FEABS dosis 50, 100
dan 200 mg/kgbb; FSBS dosis, 100 dan dosis 200 mg/kg bb).
yaitu benda yang dimasukkan ke dalam zat cair akan memberi gaya atau tekanan
ke atas sebesar volume yang dipindahkan. Metode ini dipilih karena memiliki
kelebihan dalam hal pelaksanaan yang lebih cepat, hasil pengamatan volume kaki
tikus yang diukur lebih akurat, sebab volume kaki tikus yang diukur tercatat pada
pletismometer air raksa. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi
pistillata atau Chondrus crispus, yang dapat larut dalam air dingin (Chaplin,
2005). Karagenan dipilih untuk menguji obat antiinflamasi karena tidak bersifat
120
antigenik dan tidak menimbulkan efek sistemik (Chakraborty et al., 2004).
memperlihatkan adanya pembengkakan dan kemerahan pada kaki serta tikus tidak
dapat berjalan lincah seperti sebelum injeksi. Prinsip dalam metode ini mengukur
volume bengkak telapak kaki dari hewan uji yang telah diinduksi suatu agen
inflamasi.
(EEBS)
Hasil pengujian aktivitas antiinflamasi EEBS dapat dilihat pada tabel 4.3
121
Gambar 4.1 Pengaruh pemberian EEBS terhadap rata – rata persen radang
tanpa adanya senyawa aktif di dalamnya, terlihat peningkatan volume kaki yang
sangat signifikan dengan volume yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok
uji lainnya. Kelompok negatif ini menjadi acuan dalam membandingkan hasil
yang dicapai oleh kelompok lain. Kelompok uji dengan hasil yang berbeda secara
dengan dosis pemberian 2,25 mg/kg. Hasil yang diperoleh kelompok ini
pengukuran yaitu menit ke-30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330
dan 360.
Kelompok uji yang diberikan ekstrak etanol kulit batang sikkam dosis 50,
100 dan 200 mg/kgbb memiliki perbedaan hasil. Berdasarkan hasil persen radang
122
rata-rata kaki tikus, bahwa terjadi peningkatan persen radang pada menit ke-30
hingga ke-210 setelah diberi perlakuan, selanjutnya terjadi penurunan pada menit
ke-240 hingga ke-360 pada kelompok EEBS 50, 100 dan 200 mg/kgbb. Seluruh
dosis EEBS berbeda signifikan terhadap kontrol negatif artinya dapat menurunkan
persentase radang.
dihitung nilai persen inhibisi edema yang menggambarkan kemampuan sampel uji
perhitungan persen inhibisi radang dapat dilihat pada tabel 4.4 dan grafik gambar
4.2
Tabel 4.4 Pengaruh pemberian EEBS terhadap rata-rata persen inhibisi radang
Kelompok 30 60 90 120 150 180
Na Diklofenak 52.64 51.94 53.11 43.74 36.20 27.89
EEBS 50 mg/Kg bb 28.55 29.57 17.87 17.62 13.06 13.56
EEBS 100 mg/Kg bb 29.97 40.09 39.02 38.51 25.92 21.90
EEBS 200 mg/Kg bb 35.15 42.20 47.34 41.38 31.94 25.64
Lanjutan Tabel 4.4 Pengaruh pemberian EEBS terhadap rata-rata persen inhibisi
Kelompok 210 240 270 300 330 360
Na Diklofenak 28.70 44.71 61.23 75.81 88.00 95.39
EEBS 50 mg/Kg bb 17.21 34.68 52.08 63.53 77.60 85.51
EEBS 100 mg/Kg bb 25.94 40.55 57.05 71.80 82.75 92.27
EEBS 200 mg/Kg bb 27.83 43.72 59.76 73.37 85.63 94.04
123
Gambar 4.2 Pengaruh pemberian EEBS terhadap persen inhibisi radang
Berdasarkan tabel dan grafik didapatkan bahwa EEBS dosis 200 mg/kgBB
memiliki kemampuan inhibisi radang mendekati kemampuan Na Diclofenac
dibandingkan dosis lainnya.
(FNHBS)
Kelompok V1 V2 V3 V4 V5 V6
CMC Na 6.31 11.70 18.65 25.09 30.36 35.66
Na Diklofenak 3.39 5.65 8.28 13.73 19.25 25.61
FNHBS 50 mg/Kg bb 5.97 11.29 17.72 24.25 28.36 34.34
FNHBS 100 mg/Kg
bb 5.41 10.53 16.52 22.27 25.60 33.55
124
FNHBS 200 mg/Kg
bb 4.91 8.66 14.71 18.31 24.03 30.46
Kelompok V1 V2 V3 V4 V5 V6
Na Diklofenak 52.64 51.94 53.11 43.74 36.20 27.89
FNHBS 50 mg/Kg
bb 39.82 22.78 15.07 10.55 6.99 7.58
FNHBS 100 mg/Kg
bb 27.66 25.77 18.99 22.39 17.94 13.14
FNHBS 200 mg/Kg
bb 64.98 44.45 33.63 27.19 21.01 18.27
125
Lanjutan abel 4.6 Pengaruh pemberian FNHBS terhadap persen inhibisi
Radang
Kelompok V7 V8 V9 V10 V11 V12
Na Diklofenak 28.70 44.71 61.23 75.81 88.00 95.39
FNHBS 50 mg/Kg
bb 9.94 29.81 44.08 57.14 72.15 78.97
FNHBS 100 mg/Kg
bb 11.47 30.94 47.28 62.16 77.13 82.25
FNHBS 200 mg/Kg
bb 20.32 37.57 51.94 64.97 80.70 86.44
Dari tabel dapat terlihat bahwa persentase radang mulai menurun sejak menit ke-
60 hingga menit ke-180 namun kembali mengalami kenaikan di menit 210. Untuk
menilai kemampuan inhibisi radang dapat dilihat pada grafik dan dapat dilihat
bahwa FNHBS dosis 200 mg/kgBB memiliki kemampuan inhibisi radang
mendekati Na Diklofenac.
126
4.5.3 Pengujian aktivitas antiinflamasi fraksi etilasetat kulit batang sikkam
(FEABS)
Kelompok V1 V2 V3 V4 V5 V6
CMC Na 6.31 11.70 18.65 25.09 30.36 35.66
Na Diklofenak 3.39 5.65 8.28 13.73 19.25 25.61
FEABS 50 mg/Kg bb 5.21 9.49 15.33 21.28 27.19 32.45
FEABS 100 mg/Kg bb 4.45 7.30 12.63 17.55 22.93 29.11
FEABS 200 mg/Kg bb 4.32 6.86 11.34 16.74 21.40 28.21
127
Kelompok uji yang diberikan fraksi etil asetat kulit batang sikkam dosis
50, 100 dan 200 mg/kgbb memiliki perbedaan hasil. Berdasarkan hasil persen
radang rata-rata kaki tikus, bahwa terjadi peningkatan persen radang pada menit
ke-30 hingga ke-210 setelah diberi perlakuan, selanjutnya terjadi penurunan pada
menit ke-240 hingga ke-360 pada kelompok FEABS 50, 100 dan 200 mg/kgbb.
Kelompok V1 V2 V3 V4 V5 V6
Na Diklofenak 52.64 51.94 53.11 43.74 36.20 27.89
FEABS 50 mg/Kg bb 28.82 29.20 16.49 14.24 10.20 11.83
FEABS 100 mg/Kg
bb 45.47 40.42 29.85 28.38 23.75 18.01
FEABS 200 mg/Kg
bb 32.68 39.16 37.31 32.48 29.08 20.67
Radang
128
Gambar 4.5 Grafik pengaruh pemberian FEABS terhadap persen radang
Dari tabel dan grafik dapat dilihat bahwa FEABS dosis 200 mg/kgBB memiliki
kemampuan inhibisi radang mendekati kemampuan Na Diklofenak dibandingkan
FEABS dosis lainnya.
4.5.4 Pengujian aktivitas antiinflamasi fraksi sisa kulit batang sikkam (FSBS)
Kelompok V1 V2 V3 V4 V5 V6
CMC Na 6.31 11.70 18.65 25.09 30.36 35.66
Na Diklofenak 3.39 5.65 8.28 13.73 19.25 25.61
FSBS 50 mg/Kg bb 5.33 10.82 17.21 23.60 29.14 34.21
FSBS 100 mg/Kg bb 4.81 8.22 14.38 19.27 27.62 30.77
FSBS 200 mg/Kg bb 4.65 7.77 13.81 18.29 23.75 29.98
129
FSBS 100 mg/Kg bb 33.70 28.59 23.65 20.33 12.67 8.18
FSBS 200 mg/Kg bb 31.44 27.28 22.09 18.06 11.81 7.23
peningkatan persen radang pada menit ke-30 hingga ke-210 setelah diberi
perlakuan, selanjutnya terjadi penurunan pada menit ke-240 hingga ke-360 pada
kelompok FSBS 50, 100 dan 200 mg/kgbb. Begitu juga pada control positif
Kelompok V1 V2 V3 V4 V5 V6
Na Diklofenak 52.64 51.94 53.11 43.74 36.20 27.89
FSBS 50 mg/Kg bb 42.70 27.90 16.28 9.98 6.86 5.26
FSBS 100 mg/Kg bb 32.50 26.67 21.92 22.79 8.69 13.54
FSBS 200 mg/Kg bb 24.80 32.42 27.23 25.66 21.07 15.66
Kelompok
V7 V8 V9 V10 V11 V12
Na Diklofenak 28.70 44.71 61.23 75.81 88.00 95.39
FSBS 50 mg/Kg bb 8.25 27.38 42.28 58.65 74.10 79.90
FSBS 100 mg/Kg bb 17.88 36.79 53.00 62.74 79.09 86.81
FSBS 200 mg/Kg bb 23.27 39.79 56.27 67.01 80.60 88.58
130
Gambar 4.7 Grafik pengaruh perlakuan terhadap persen inhibisi radang.
Dari gambar 4.7 tampak bahwa FSBS 200 mg/kgbb memiliki
Diklofenak.
131
4.5.5 Perbandingan Uji Aktivitas Antiinflamasi EEBS, FNHBS, FEABS dan
FSBS
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap persen radang dapat diamati pada
tabel berikut:
132
Rata-rata persen radang (menit ke-)
kelompok
210 240 270 300 330 360
41,07± 45,46± 50,59± 54,65± 60,93± 62,68 ±
CMC Na
1.166# 1.347# 1.289# 0.705# 1,149# 2,067#
29,07± 24,95± 19,55± 13,26± 7,33± 2,93 ±
Na Diklofenak
1.426* 1.414* 1.767* 1.448* 1.404* 0,723*
13,67±
34,00 ± 29,70± 24,28± 19,92± 9,12 ±
EEBS 50 mg/Kg bb 2,164*
1.663*# 1.995*# 1.437*# 2.107*# 1,068*#
#
30,33± 26,88± 21,65± 15,39± 10,47± 4,73 ±
EEBS 100 mg/Kg bb
0.547*# 0.681 0.824* 0.663* 0,908 0,838
8,73±
29,50± 25,43± 20,23± 14,53± 3,67 ±
EEBS 200 mg/Kg bb 1,052*
1.347*# 1.174*# 0.707* 0,506* 0.691
#
23,38±
37,35± 31,84± 28,21± 16,95± 13,15 ±
FNHBS 50 mg/Kg bb 1,067*
1.452*# 0.984*# 0.911*# 0,660* 1,207*#
#
FNHBS 100 mg/Kg 36,28± 31,22± 26,56± 20,67± 13,92± 11,15 ±
bb 1.349*# 0.732 0.587 0,056 0,745 0,877
19,16± 11,74±
FNHBS 200 mg/Kg 33,54± 28,04± 24,08± 8,52 ±
2,543* 1,106*
bb 2.725*# 2.788*# 2.961*# 1,286*#
# #
35,38± 30,75± 26,18± 21,48± 14,70± 7,83 ±
FEABS 50 mg/Kg bb
1.684*# 0.852* 0.878* 0,884* 0,491 1,108
12,04±
32,53± 27,74± 23,21± 17,59± 6,70 ±
FEABS 100 mg/Kg bb 1,059*
0.899* 0.694* 1.111*# 0,925* 1,261*#
#
31,79± 26,96± 21,05± 16,25± 9,41± 5,55 ±
FEABS 200 mg/Kg bb
0.844* 1.038 1.556 0,811 0,971 0,736
38,07± 32,91± 29,15± 22,58± 15,75± 12,52 ±
FSBS 50 mg/Kg bb
1.113*# 1.437*# 1.868*# 0,759* 0,899 1,184*#
20,33± 12,67 ±
33,70± 28,59± 23,65± 8,18 ±
FSBS 100 mg/Kg bb 0,874* 1,377*
1.284*# 1.113*# 1.472*# 1,470*#
# #
18,06±
31,44± 27,28± 22,09± 11,81 ± 7,23 ±
FSBS 200 mg/Kg bb 1,564*
0.573* 0.706* 1.235*# 0,965 1,287*#
#
Keterangan: * (Berbeda secara signifikan terhadap kontrol negative CMC 0,5 %),
# (Berbeda secara signifikan terhadap kontrol positif Na.Diklofenak 2,25
mg/kg). EEBS =(Ekstak etanol kulit batang sikkam), FNHBS =(Fraksi n-
heksana kulit batang sikkam), FEABS= (Fraksi etil asetat kulit batang
sikkam).FSBS (Fraksi sisa kulit batang sikkam).
133
Gambar 4.8 Grafik perlakuan terhadap persen radang
mg/kgbb, EEBS 50 mg/kgbb, FNHBS 50, 100 dan 200 mg/kgbb memiliki
aktivitas antiinflamasi namun tidak potensial dalam menekan edema yang terjadi
pada kaki hewan uji, ditunjukkan dari hasil pengukuran yang berbeda secara
Kelompok FEABS 100 dan 200 mg/kgbb, EEBS 100 dan 200 mg/kgbb
semua kelompok uji dosis FEABS 200 mg/kg bb memiliki aktivitas antiinflamasi
yang paling potensial dalam menekan edema yang terjadi pada kaki hewan uji,
134
ditunjukkan dari hasil pengukuran yang hampir sama dengan natrium diklofenak
berikut:
135
210 240 270 300 330 360
28,70± 44,71± 61,23± 75,81± 88,00± 95,39±
Na Diklofenak
5,37* 4,28* 3,63* 2,49* 2,27* 1,04*
17,21± 34,68± 52,08± 63,53± 77,60± 85,51±
EEBS 50 mg/Kg bb
3,23*# 3,70* 2,08*# 3,88*# 2,69* 1,47*
25,94± 40,55± 57,05± 71,80± 82,75± 92,27±
EEBS 100 mg/Kg bb
2,41*# 3,00*# 2,16*# 1,33*# 1,61*# 1,60*#
27,83± 43,72± 59,76± 73,37± 85,63± 94,04±
EEBS 200 mg/Kg bb
4,36* 3,68*# 2,46*# 1,15*# 1,78*# 1,24*
9,94 ± 29,81± 44,08± 57,14± 72,15± 78,97±
FNHBS 50 mg/Kg bb
3,50*# 2,41*# 2,36*# 2,27* 1,10*# 1,90*
11,47± 30,94± 47,28± 62,16± 77,13± 82,25±
FNHBS 100 mg/Kg bb
4,45*# 3,43*# 2,25*# 0,51*# 1,22*# 1,22*
20,32± 37,57± 51,94± 64,97± 80,70± 86,44±
FNHBS 200 mg/Kg bb
6,91* 7,76*# 6,57*# 4,49*# 1,86*# 2,02*
13,55± 32,14± 48,12± 60,64± 75,82± 87,27±
FEABS 50 mg/Kg bb
4,91* 2,64*# 2,27*# 1,92* 1,02*# 2,20*#
20,42 ± 38,62± 53,82± 67,79± 80,15± 89,08±
FEABS 100 mg/Kg bb
3,80*# 3,21* 3,24* 1,75* 2,03* 2,31*#
22,33 ± 40,51± 58,17± 70,23± 84,48± 90,96±
FEABS 200 mg/Kg bb
3,05*# 2,76*# 3,55* 1,57* 1,75*# 1,50*
8,25± 27,38± 42,28± 58,65± 74,10± 79,90±
FSBS 50 mg/Kg bb
3,41*# 3,63* 3,81* 1,54* 1,65 2,46
17,88± 36,79 53,00± 62,74± 79,09± 86,81±
FSBS 100 mg/Kg bb
2,61*# ± 3,53* 3,67* 1,91*# 2,51* 1,88*
23,27± 39,79± 56,27± 67,01± 80,60± 88,58±
FSBS 200 mg/Kg bb
2,02*# 2,41*# 2,54*# 2,67*# 1,62*#
136
Berdasarkan hasil dari perhitungan persen inhibisi edema dan setelah
dilakukan uji statistik didapatkan hasil yang sama terhadap nilai edema yang
terjadi. Persen inhibisi dari natrium diklofenak 2,25 mg/kg sebagai kontrol
menjadi acuan standar dalam melihat potensi senyawa obat dalam menekan
Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa kelompok EEBS 50,100 dan
200 mg/kgbb, FNHBS 50,100 dan 200 mg/kgbb, FEABS 50 dan 100 mg/kgbb,
menunjukkan adanya aktivitas dalam menekan edema yang terjadi, namun kurang
dapat mendekati nilai dari natrium diklofenak 2,25 mg/kg pada tiap pengukuran.
kelompok ini mampu mendekati nilai dari natrium diklofenak 2,25 mg/kg
berdasarkan dari uji statistik yang menyatakan bahwa hasil kelompok ini tidak
(Rajbongshi, et al., 2014) bahwa daun sikkam memiliki efek antiiflamasi. Selain
137
itu sikkam juga berpotensi menjadi obat antioksidan sebagaimana yang sudah
yang terdapat dalam kulit batang sikkam yaitu, flavonoid, steroid dan tannin. Hal
ini didukung dengan hasil uji penapisan Fitokimia yang menunjukkan adanya
bahwa senyawa kimia ini dapat diperoleh dengan ekstraksi menggunakan pelarut
etanol. Mekanisme flavonoid dapat menjadi antiinflamasi juga sudah diteliti oleh
(Nasution, 2019), daun sambung nyawa (Harnis, 2018), dan buah buni (Lintang,
2019).
biosintesis eikosanoid dan leukotrien, yang merupakan produk akhir dari jalur
138
adhesi leukosit ke dinding endotel sehingga menyebabkan leukosit menjadi
sel.
-
Mekanisme flavonoid dalam menghambat proses terjadinya inflamasi
menghambat metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel
neutrofil dan sel endothelial (Kurniawati, 2005). Flavonoid terutama bekerja pada
arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur
2005).
-
Aktivitas antiinflamasi saponin dari berbagai tumbuhan sudah banyak
139
yang dilakukan oleh saponin secara pasti. Saponin terdiri dari steroid atau gugus
dan mediator inflamasi lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh
(Hidayati, dkk, 2008) yang membuktikan bahwa ekstrak saliara yang mengandung
saponin memiliki efek anti inflamasi terhadap tikus yang diinduksi karagenan.
berbagai macam fase gerak yaitu BAA (n-butanol: asam asetat: air = 4:1:5), HCl
1% dan asam asetat 15%, dengan fase diam kertas Whatman No. 1 dan penampak
bercak yaitu AlCl3,. Hasil analisis KKt diperoleh dua, tiga dan empat bercak
(noda) dengan semua fase gerak yang memberikan warna ungu, kuning, hijau
lemah dan Hijau kuning, setelah dilakukan penyemprotan dengan AlCl3. Harga Rf
dari masing-masing perbandingan fase gerak dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan pola
kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari hasil yang diperoleh bahwa
senyawa bersifat non polar dilihat dari kromatogram dengan fase gerak BAA
(4:5:1) memiliki RF yang paling tinggi dibandingkan dengan fase gerak HCL 1%
140
Tabel 4.3 Data hasil analisis kromatogram fraksi etilasetat kulit batang sikkam
Setelah Penyemprotan
No
Fase Gerak Harga Rf
.
AlCl3
0,30
HCl 1% Kuning lemah
1 0,50
0,19
2 Asam asetat 5 % 0,38 Ungu
0,50
0,28
0,46
3 BAA (4:1:5) 0,75 Kuning
0,85
untuk mendapatkan flavonoid dalam jumlah yang lebih banyak menggunakan fase
gerak BAA, fase diam kertas whatman No. 1 dan sebagai penampak bercak
Tabel 4.4Hasil KKt preparatif dari fraksi etilasetat Kulit batang sikkam
P1 0,5 Ungu
P2 0,71 Hijau kuning
P3 0,85 Hijau kuning
keterangan: Fase diam = kertas whatmann No.1 P1 = Pita 1; P2 = Pita 2,
P3 = Pita 3
4.8 Hasil Uji GolonganIsolat
Uji golongan isolat dilakukan dengan kromatografi kertas satu arah dan
141
4.8.1 Uji golongan isolat secara kromatografi kertas satu arah
Isolat yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji golongan dengan KKt satu
arah menggunakan fase diam kertas Whatman No.1 dan fase gerak BAA, HCl 1%,
dan asam asetat glasial 15% hasilnya menunjukkan satu bercak yang dapat
Pada tabel 4.5 bahwa golongan senyawa flavonoid yang diisolasi dapat
dikatakan telah tunggal, karena hasil kromatografi kertas menunjukkan hasil satu
noda. Hasil kromatografi lapis tipis satu arah dapat dilihat pada Lampiran 16.
Isolat yang diperoleh di uji golongannya dengan KKt dua arah memakai
dua fase gerak yang berbeda. Fase gerak pertama dengan asam asetat 15 % dan
fase gerak kedua BAA. Kromatogram KKt dua arah menunjukkan satu bercak
(noda) warna bercak dengan sinar UV tanpa uap NH3: fluoresensi hijau muda dan
setelah diberi NH3: fluoresensi hijau kuning, sehingga dapat dikatakan bahwa
142
4.9 Hasil Karakteristik Isolat
spektrofotometri inframerah.
334,6 nm pada pita pertama (berada pada rentang serapan 330-360 nm)dan pita
143
kedua pada panjang gelombang 266,2 nm(berada pada rentang panjang
diperkuat dengan informasi warna bercak isolat dari data Kromatografi Kertas
(KKt), pada hasil yang diperoleh dengan sinar UV tanpa NH 3 memberikan warna
kuning tipis dan dengan NH3 memberikan fluoresensi hijau-kuning, hal ini juga
yang diperoleh menunjukkan serapan rendah dengan intensitas lemah pada daerah
-1
bilangan gelombang sebesar 3205,69 cm , yang diduga adalah serapan gugus
-OH, dugaan ini diperkuat oleh adanya pada daerah bilangan gelombang 1107.14
-1
cm dinyatakan sebagai gugus C-O yang dinyatakan sebagai alkohol/phenol. Pita
-1
serapan pada daerah gelombang 2924,09 cm diduga adalah C-H alifatik, dugaan
-1
ini diperkuat oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 1396,46 cm yang
menunjukkan pula C-H3. Pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1716,65
-1
cm adalah ciri khas adanya C=O. Pita serapan pada daerah bilangan gelombang
-1 -1
1716,65 cm dan 1631.78 cm menunjukkan adanya C=C.
144
Gambar 4.4. Gambar hasil spetrofotometri IR
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat dapat menurunkan
b. Fraksi etil asetat dengan dosis 100 mg/kg bb dimulai menit ke 240 hingga
terhadap menurunkan volume edema pada kaki tikus yang diinduksi dengan
karagenan.
memberikan λ maks 283,8nm pada pita I dan pada bahu 310 nm pada pita
145
spektrofotometriIR menunjukkan adanya gugus –OH, C-O, C-H alifatik,
5.2 Saran
a. Untuk melakukan uji toksisitas terhadap ekstrak dan fraksi dari Kulit batang
sikkam
b. Untuk melakukan analisis spektroskopi massa dan NMR agar diperoleh data-
DAFTAR PUSTAKA
Ajib, M. dan Khan, Z.U. 2012. Bischofia javanic: A New Record to The Flora of
Pakistan. Pakistan: Biologia. 58(1,2): 179-183.
Bachheti, R.K., Indra, R., dan Archana, J. 2013. Chemical Composition, Mineral
and Nutritional Value of Wild Bischofia javanica seed. Intenasional Food
Research Journal. 20(4): 1747-1751.
Depkes R.I. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Ditjen POM. Hal.
300-306.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Depkes RI. Hal. 9-11.
146
Faigin, R. 2001. Meningkatkan Hormon Secara Alami. Natural Hormron
Enhancement. Penterjemah. Sugeng Hariyanto. Edisi I. Cetakan I. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 89-91.
Goodman , G.A. 1970., dalam Parmar, N.S., dan Gosh, M.N. 1978. Anti-
Inflammatory Activity of Gossypin A Bioflavonoid Isolated from
Hibiscus vitifolius Linn. Ind. J. Pharmac., 10(4): 277-293.
Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku II. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika. Hal. 449 – 450.
Kundu, M., Schmidt, L.H., dan Jorgensen. M.J. 2012. Seed Leaflet Biochofia
javanica Blume. Seed Leaflet. No. 157.
Lingadurai, S., Lila, K.N., Prasanna, K.K., Shila E.B., dan Rajan, V.J. (2007).
Antiinflammatory and Antinociceptive Activities of Methanolic Extract of
Leaves of Bioschofia javanica Blume on Experimental Animals. Asian
Journal of Chemistry. Vol. 19(7): 5150-5156.
Lingadurai, S., Sama R., Rajan V.J., dan Lila K.N. 2011. Antileukemic Activity
of the Leaf Extract of Bischofia javanica Blume on Human Leukemic Cell
Lines. Indian Journal of Pharmacology. Vol 43(2):143.
147
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, C.C. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Lippincottt”s Illustrated Reviews; Pharmakology,
Penerjemah, Azwar Agus. Edisi kedua. Jakarta: Widya Medika.
Pradhan K.B. dan Badola K.H. 2009. Ethnomedicinal Plant Use by Lepcha Tribe
of Dzongu Valley, Bordering Khangchendzonga Biosphere Reserve, in
North Sikkim India. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. 4(22):
1-18.
Price, S.A. and Wilson, L.M. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Cetakan pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal. 35-50.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 323,
328- 329, 353
Rajbongshi, P.P., Kamaruz, Z., Sangeeta, B., dan Simanti, D. 2014. A Review on
Traditional Use and Phytopharmacological Potential of Bischofia javanica
Blume. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research. 24(2): 24-29.
Seed Leaflet. 2012. Bischofia javanica Blume. Copenhagen Forest & Landscape
Denmark. 157.
Subagyo, R. L. 2004. Pemilihan NSAID Untuk Berbagai Situasi Klinik. [on line].
http://www.pabmi.com. diakses pada 29 juni 2017
148
Tambunan, S. 2014. Uji Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Sikkam
(Bioschofia javanica Blume) dengan Metode Defekasi pada Tikus. Skripsi.
Program Studi Farmasi. Fakultas Farmasi. Medan: USU. Hal. i dan 32.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Samping). Edisi 6. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 327-
330.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Samping. Edisi V. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media
Komputindo. Hal. 48-49.
Thurnham, D.I., dan Mc. Cabe, G.P. 2012. Influence of Infection and
Inflammation on Biomarkers Nutritional Status with an Emphasis on
Vitamin A and Iron. In: World Health Organization Report: Priorities in
the assessment of vitamin A and iron status in populations, Panama City
15-17
Tyler, E., Brady, L.R., dan Robber, J.E. 1976. Pharmocognosy. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lea and Febiger Publisher. Hal.197-200.
Umarudin, R.S dan Ari, Y. 2012. Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri terhadap Profil
Hiperkolesterolemia Lipid Tikus Putih. Unnes Journal of Life Science.
1(2): 79.
Vogel, H.G., Bernward, A.S., Jurgen, S., Gunter, M., dan Wolfgang, F.V. 2008.
Drug Discovery and Evaluation Pharmacological Assay. Edisi Kedua.
New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Hal. 759-760, 767-768.
World Health Organization. 1998. Qualiity Control Methods For Medical Plant
Materils. Journal of WHO. Switzerland. Pages.25-28.
Yang, Z. D., Yan J.S., Shu Z.Y., dan Xia L.Z. 2015. Interaction Between
Bischofia javanica Blume (Euphorbiales, Euphorbiaceae) and Coloana
cinerea Dwarakowska (Homoptera: Cicadellidea): A Protective Enzyme
Perspective. J. Anim. Plant Sci.25(5):2015.
149
Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel
150
Lampiran 2. Gambar tumbuhan sikkam (Bischofia javanica Blume)
151
pohon sikkam
152
Simplisia batang sikkam
153
serbuk simplisia 1,2 kg
dimaserasi dengan etanol 80%
hingga serbuk terendam
dibiarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya sambil diaduk sesekali
disaring
maserat ampas
Maserat Ampas
Diuapkan dengan
rotary evaporator
dikeringkan dengan
freeze dryer
154
Ditambahkan dengan etanol 80%
dan aquadest
Dimasukkan dalam corong pisah
Diekstraksi dengan n-heksan
Dikocok dan didiamkan
sampaiterbentuk dua lapisan
dandipisahkan (negatif terhadap
LB)
Dikumpulkan Dikumpulkan
155
Berat Volume Awal Volume Akhir
No
simplisia ekstrak simplisia ekstrak simplisia ekstrak
1 5,0025 5,0048 2,0 2,0 2,2 2,4
2 5,0022 5,0044 2,2 2,4 2,5 2,8
3 5,0025 5,0050 2,5 2,8 2,9 3,1
156
Lampiran 7.(Lanjutan)
Berat (g) Berat cawan kosong (g) berat cawan sari (g)
No
simplisia ekstrak simplisia ekstrak simplisia ekstrak
1 5,0047 5,0047 49,5950 51,9458 49,7813 52,2816
2 5,0042 5,0042 48,0379 49,9262 48,2047 50,2347
3 5,0022 5,0039 49,6782 46,2146 49,8504 46,5461
% Kadar sari yang larut dalam air = 18,61% + 16,66% + 17,49 % =17,49%
3
157
33,54% + 32,07% + 33,12%
3
Lampiran 7.(Lanjutan)
158
% Kadar sari yang
= 23,27% + 23,98% + 22,52 % = 23,26 %
larutdalam etanol rata-rata
3
159
Kadar abu total ekstrak:
160
% Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 6,45% + 6,09% + 5,66% = 6,06%
3
% Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 0,01% + 0,01% + 0,01% = 0,01%
3
Lampiran 8.Tabel konversi dosis hewan dengan manusia dan volume
maksimallarutan sediaan uji yang diberikan pada hewan
161
Marmot
0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70 kg
162
Marmut 2 5
- 0,25
(250 g) -5 ,0
Merpati 2 2
2,0 0,5
(300 g) ,0 ,0
Kelinci 1 5
5-10 0,5
(2,5 kg) 0-20 -10
Anjing 1 2
10-20 5,0
(5 kg) 0,0 0-50
Kucing 1 5
5-10 1,0
(3 kg) 0-20 -10
(Harmita dan Radji, 2008).
1. Persen Radang
Misalnya: Ekstrak etanol daun marbosi-bosi dosis 50 mg/kg bb pada menit ke-30
163
Diketahui : Vt = 03,75
Vo = 03,02
Lampiran 10. Hasil Pengaruh Perlakuan Terhadap rata – rata persen radang
164
19,92±
EEBS 50 mg/Kg 34,00± 29,70± 24,28 ± 13,67±
1.214* 9,12± 1.904*#
bb 0.372* 0.896* 0.884*# 1.272*#
#
15,39±
EEBS 100 mg/Kg 30,33± 26,88± 21,65± 10,47±
0.914* 4,73± 0.885*#
bb 0.070* 0.449 1.014*# 0.431
#
14,53±
EEBS 200 mg/Kg 29,50± 25,43± 20,23± 8,73 ±
1.063* 3,67± 1.729*#
bb 0.288* 0.463* 0 .745* 1.547*#
#
23,38
31,84±
FNHBS 50 mg/Kg 37,35± 28,21± ± 16,95±
1.138* 13,15± 1.475
bb 0.837* 0.861* 1.233* 0.878
#
#
20,67±
FNHBS 100 mg/Kg 36,28± 31,22 ± 26,56± 13,92± 11,15±1.535*
1.354*
bb 0.301* 0.679* 0.520* 1.484*# #
#
33,54± 28,04± 19,16±
FNHBS 200 mg/Kg 24,08± 11,74±
1.055* 1.488* 1.276* 8,52± 2.374*#
bb 1.443*# 2.057*#
# # #
FEABS 50 mg/Kg 35,38± 30,75± 26,18± 21,48± 14,70± 7,83± 1.635
bb 0.877* 0.383* 0.737* 0.823* 1.319
FEABS 100 mg/Kg 32,53± 27,74± 23,21± 17,59± 12,04± 6,70± 1.003
bb 0.744* 0.819* 1.273* 0.749* 1.125
FEABS 200 mg/Kg 31,79± 26,96± 21,05± 16,25± 9,41±
5,55± 0.598*
bb 0.696* 0.597* 0.518* 0.675* 0.291*
38,07± 32,91± 29,15± 22,58± 15,75±
FSBS 50 mg/Kg bb 12,52± 0.938*
0.706* 0 .597* 0.539* 0.625* 0.616*
FSBS 100 mg/Kg 33,70± 28,59± 23,65± 20,33± 12,67± 8,18± 1.228
bb 0.297* 0.92* 0.818* 1.030* 1.127
18,06±
FSBS 200 mg/Kg 31,44± 27,28± 22,09± 11,81±
1.275* 7,23± 0.873
bb 0.604* 0.95* 1.439*# 1.487*#
#
165
0.547*# 0.681 0.824* 0.663* 0,908 0,838
8,73±
29,50± 25,43± 20,23± 14,53± 3,67 ±
EEBS 200 mg/Kg bb 1,052*
1.347*# 1.174*# 0.707* 0,506* 0.691
#
23,38±
37,35± 31,84± 28,21± 16,95± 13,15 ±
FNHBS 50 mg/Kg bb 1,067*
1.452*# 0.984*# 0.911*# 0,660* 1,207*#
#
FNHBS 100 mg/Kg 36,28± 31,22± 26,56± 20,67± 13,92± 11,15 ±
bb 1.349*# 0.732 0.587 0,056 0,745 0,877
19,16± 11,74±
FNHBS 200 mg/Kg 33,54± 28,04± 24,08± 8,52 ±
2,543* 1,106*
bb 2.725*# 2.788*# 2.961*# 1,286*#
# #
35,38± 30,75± 26,18± 21,48± 14,70± 7,83 ±
FEABS 50 mg/Kg bb
1.684*# 0.852* 0.878* 0,884* 0,491 1,108
12,04±
32,53± 27,74± 23,21± 17,59± 6,70 ±
FEABS 100 mg/Kg bb 1,059*
0.899* 0.694* 1.111*# 0,925* 1,261*#
#
31,79± 26,96± 21,05± 16,25± 9,41± 5,55 ±
FEABS 200 mg/Kg bb
0.844* 1.038 1.556 0,811 0,971 0,736
38,07± 32,91± 29,15± 22,58± 15,75± 12,52 ±
FSBS 50 mg/Kg bb
1.113*# 1.437*# 1.868*# 0,759* 0,899 1,184*#
20,33± 12,67 ±
33,70± 28,59± 23,65± 8,18 ±
FSBS 100 mg/Kg bb 0,874* 1,377*
1.284*# 1.113*# 1.472*# 1,470*#
# #
18,06±
31,44± 27,28± 22,09± 11,81 ± 7,23 ±
FSBS 200 mg/Kg bb 1,564*
0.573* 0.706* 1.235*# 0,965 1,287*#
#
Keterangan: * p<0,05 (Berbeda secara signifikan terhadap kontrol negative CMC 0,5 %),
# p<0,05 (Berbeda secara signifikan terhadap kontrol positif Na.Diklofenak
2,25 mg/kg). EEM =(Ekstak etanol daun marbosi-bosi), FnHM =(Fraksi n-
heksana daun marbosi-bosi), dan FEAM= (Fraksi etil asetat Kulit batang
sikkam).
166
29,97± 40,09± 39,02± 38,51± 25,92± 21,90±
EEBS 100 mg/Kg bb
9,30*# 8,12* 9,73* 6,30* 1,80*# 3,65*
35,15± 42,20± 47,34± 41,38± 31,94± 25,64±
EEBS 200 mg/Kg bb
7,66*# 5,46*# 4,16*# 5,06* 6,40*# 6,41*#
39,82± 22,78± 15,07± 10,552± 6,99± 7,58±
FNHBS 50 mg/Kg bb
16,15*# 5,51*# 5,38*# 2,52*# 2,36*# 1,95*#
27,66± 25,77± 18,99± 22,39± 17,94± 13,14±
FNHBS 100 mg/Kg bb
4,17*# 6,41*# 4,86*# 6,26* 5,78* 2,82*
64,98± 44,45± 33,63± 27,19± 21,01± 18,27±
FNHBS 200 mg/Kg bb
9,16*# 11,61*# 6,65* 7,83* 7,68*# 6,19*#
28,82± 29,20± 16,49± 14,24± 10,20± 11,83±
FEABS 50 mg/Kg bb
13,62*# 4,49*# 5,08*# 5,06*# 4,45* 3,86*
45,47± 40,42± 29,85± 28,38± 23,75± 18,01±
FEABS 100 mg/Kg bb
11,69 7,42* 9,87* 7,13* 6,01*# 3,98*
32,68± 39,16± 37,31± 32,48± 29,08± 20,67±
FEABS 200 mg/Kg bb
13,04 10,25* 6,42* 4,05*# 3,21*# 2,25*#
42,70± 27,90± 16,28± 9,98± 6,86± 5,26±
FSBS 50 mg/Kg bb
7,34 8,29* 5,43*# 3,53*# 1,30*# 1,91*#
32,50± 26,67± 21,92± 22,79± 8,69± 13,54±
FSBS 100 mg/Kg bb
6,83 9,13* 4,17*# 2,88*# 4,27* 3,49*#
15,66
24,80± 32,42± 27,23± 25,66± 21,07±
FSBS 200 mg/Kg bb ±
11,78 10,53* 8,51* 7,40 6,52*#
3,24*
167
9,94 ± 29,81± 44,08± 57,14± 72,15± 78,97±
FNHBS 50 mg/Kg bb
3,50*# 2,41*# 2,36*# 2,27* 1,10*# 1,90*
11,47± 30,94± 47,28± 62,16± 77,13± 82,25±
FNHBS 100 mg/Kg bb
4,45*# 3,43*# 2,25*# 0,51*# 1,22*# 1,22*
20,32± 37,57± 51,94± 64,97± 80,70± 86,44±
FNHBS 200 mg/Kg bb
6,91* 7,76*# 6,57*# 4,49*# 1,86*# 2,02*
13,55± 32,14± 48,12± 60,64± 75,82± 87,27±
FEABS 50 mg/Kg bb
4,91* 2,64*# 2,27*# 1,92* 1,02*# 2,20*#
20,42 ± 38,62± 53,82± 67,79± 80,15± 89,08±
FEABS 100 mg/Kg bb
3,80*# 3,21* 3,24* 1,75* 2,03* 2,31*#
22,33 ± 40,51± 58,17± 70,23± 84,48± 90,96±
FEABS 200 mg/Kg bb
3,05*# 2,76*# 3,55* 1,57* 1,75*# 1,50*
8,25± 27,38± 42,28± 58,65± 74,10± 79,90±
FSBS 50 mg/Kg bb
3,41*# 3,63* 3,81* 1,54* 1,65 2,46
17,88± 36,79 53,00± 62,74± 79,09± 86,81±
FSBS 100 mg/Kg bb
2,61*# ± 3,53* 3,67* 1,91*# 2,51* 1,88*
23,27± 39,79± 56,27± 67,01± 80,60± 88,58±
FSBS 200 mg/Kg bb
2,02*# 2,41*# 2,54*# 2,67*# 1,62*#
ANOVA
Sum of Mean
df F Sig.
Squares Square
Between Groups 40.954 13 3.150 1.332 .223
menit_30 Within Groups 132.456 56 2.365
Total 173.410 69
Between Groups 244.391 13 18.799 4.770 .000
menit_60 Within Groups 220.687 56 3.941
Total 465.078 69
168
Between Groups 628.199 13 48.323 10.076 .000
menit_90 Within Groups 268.562 56 4.796
Total 896.761 69
Between Groups 867.642 13 66.742 11.599 .000
menit_120 Within Groups 322.239 56 5.754
Total 1189.881 69
Between Groups 748.511 13 57.578 7.939 .000
menit_150 Within Groups 406.148 56 7.253
Total 1154.659 69
Between Groups 627.233 13 48.249 4.980 .000
menit_180 Within Groups 542.590 56 9.689
Total 1169.823 69
Between Groups 784.599 13 60.354 6.209 .000
menit_210 Within Groups 544.325 56 9.720
Total 1328.924 69
Between Groups 1682.482 13 129.422 14.483 .000
menit_240 Within Groups 500.436 56 8.936
Total 2182.918 69
Between Groups 3862.117 13 297.086 28.108 .000
menit_270 Within Groups 591.891 56 10.569
Total 4454.008 69
Between Groups 6601.818 13 507.832 66.341 .000
menit_300 Within Groups 428.674 56 7.655
Total 7030.492 69
Between Groups 11451.732 13 880.902 136.428 .000
menit_330 Within Groups 361.587 56 6.457
Total 11813.319 69
1 1
Between Groups 14595.607 13 .000
122.739 60.467
menit_360 Within Groups 6
391.815 56
.997
Total 14987.423 69
169
Lampiran 12. Lanjutan
Homogeneous Subsets
menit_30
Tukey HSDa
menit_60
170
Tukey HSDa
171
EEKBS 50 mg/kg bb 20.392 20.392 20.392
5 20.3920 20.3920 20.3920
0 0 0
FEAKBS 50 mg/kg bb 21.278 21.278
5 21.2780 21.2780 21.2780
0 0
NHKBS 100 mg/kg bb 22.276 22.276
5 22.2760 22.2760
0 0
FSKBS 50 mg/kg bb 23.604
5 23.6040 23.6040
0
FNHKBS 50 mg/kg bb 24.246
5 24.2460
0
CMC Na 5 25.0940
Sig. .164 .123 .055 .171 .132 .050 .088 .136
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
menit_150
a
Tukey HSD
172
Lampiran 12. Lanjutan
menit_180
Tukey HSDa
Na Diklofenak 5 25.6060
EEKBS 200 mg/kg bb 5 26.2740
EEKBS 100 mg/kg bb 5 27.7200 27.7200
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 28.2160 28.2160
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 29.1060 29.1060 29.1060
CMC Na 5 35.6580
173
Lampiran 12. Lanjutan
menit_210
Tukey HSDa
Kelompok N 1 2 3 4
Na Diklofenak 5 29.0420
EEKBS 200 mg/kg bb 5 29.4960 29.4960
EEKBS 100 mg/kg bb 5 30.3240 30.3240
FSKBS 200 mg/kg bb 5 31.4440 31.4440 31.4440
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 31.7920 31.7920 31.7920
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 32.5300 32.5300 32.5300
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 33.5440 33.5440 33.5440
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 33.7020 33.7020 33.7020
EEKBS 50 mg/kg bb 5 33.9980 33.9980 33.9980
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 35.3800 35.3800 35.3800 35.3800
NHKBS 100 mg/kg bb 5 36.2800 36.2800 36.2800
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 37.3480 37.3480
FSKBS 50 mg/kg bb 5 38.0740 38.0740
CMC Na 5 41.0740
Sig. .104 .059 .072 .214
174
Lampiran 12. Lanjutan
menit_240
Tukey HSDa
175
Lampiran 12. Lanjutan
menit_270
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3 4
Na Diklofenak 5 19.5460
EEKBS 200 mg/kg bb 5 20.2320
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 21.0520 21.0520
EEKBS 100 mg/kg bb 5 21.6520 21.6520
FSKBS 200 mg/kg bb 5 22.0880 22.0880 22.0880
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 23.2040 23.2040 23.2040
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 23.6480 23.6480 23.6480
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 24.0760 24.0760 24.0760
EEKBS 50 mg/kg bb 5 24.2800 24.2800 24.2800
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 26.1780 26.1780 26.1780
NHKBS 100 mg/kg bb 5 26.4600 26.4600 26.4600
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 28.2120 28.2120
FSKBS 50 mg/kg bb 5 29.1520
CMC Na 5 50.5900
Sig. .072 .053 .060 1.000
176
Lampiran 12. Lanjutan
menit_300
a
Tukey HSD
Kelompok N 1 2 3 4 5
Na Diklofenak 5 13.2620
EEKBS 200 mg/kg bb 5 14.5280 14.5280
EEKBS 100 mg/kg bb 5 15.3920 15.3920 15.3920
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 16.2480 16.2480 16.2480
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 17.5940 17.5940 17.5940 17.5940
FSKBS 200 mg/kg bb 5 18.0540 18.0540 18.0540 18.0540
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 19.1620 19.1620 19.1620 19.1620
EEKBS 50 mg/kg bb 5 20.1860 20.1860 20.1860
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 20.3280 20.3280 20.3280
NHKBS 100 mg/kg bb 5 20.6660 20.6660
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 21.4780 21.4780
FSKBS 50 mg/kg bb 5 22.5780
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 23.3780
CMC Na 5 54.6480
Sig. .071 .081 .054 .083 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
177
Lampiran 12. Lanjutan
menit_330
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3 4 5 6
Na Diklofenak 5 7.3280
EEKBS 200 mg/kg bb 5 8.7300 8.7300
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 9.4060 9.4060 9.4060
EEKBS 100 mg/kg bb 5 10.4720 10.4720 10.4720 10.4720
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 11.7380 11.7380 11.7380 11.7380 11.7380
FSKBS 200 mg/kg bb 5 11.8100 11.8100 11.8100 11.8100 11.8100
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 12.0400 12.0400 12.0400 12.0400 12.0400
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 12.6660 12.6660 12.6660 12.6660 12.6660
NHKBS 100 mg/kg bb 5 13.9240 13.9240 13.9240 13.9240
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 14.7020 14.7020 14.7020
EEKBS 50 mg/kg bb 5 15.0700 15.0700
FSKBS 50 mg/kg bb 5 15.7500 15.7500
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 16.9520
CMC Na 5 60.9260
Sig. .080 .100 .085 .088 .097 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Tukey HSDa
Kelompok N 1 2 3 4 5 6
178
Na Diklofenak 5 2.9260
EEKBS 200 mg/kg bb 5 3.6700 3.6700
EEKBS 100 mg/kg bb 5 4.7280 4.7280
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 5.5500 5.5500 5.5500
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 6.7000 6.7000 6.7000 6.7000
FSKBS 200 mg/kg bb 5 7.2300 7.2300 7.2300 7.2300
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 7.8260 7.8260 7.8260 7.8260 7.8260
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 8.1760 8.1760 8.1760 8.1760 8.1760
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 8.5160 8.5160 8.5160 8.5160 8.5160
EEKBS 50 mg/kg bb 5 9.1260 9.1260 9.1260 9.1260
NHKBS 100 mg/kg bb 5 11.1460 11.1460 11.1460
FSKBS 50 mg/kg bb 5 12.5220 12.5220
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 13.1540
CMC Na 5 62.6800
Sig. .076 .093 .076 .053 .111 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 13. Hasil analisis anova persen inhibisi radang dengan SPSS
ANOVA
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
menit_30 Between Groups 8023.788 12 668.649 1.190 .
315
179
Within Groups 5
29217.733 561.879
2
Total 6
37241.521
4
menit_60 Between Groups 1 .
4621.597 385.133 1.100
2 380
Within Groups 5
18204.003 350.077
2
Total 6
22825.600
4
menit_90 Between Groups 1 .
9491.339 790.945 3.460
2 001
Within Groups 5
11886.140 228.580
2
Total 6
21377.478
4
menit_120 Between Groups 1 .
7417.030 618.086 3.790
2 000
Within Groups 5
8480.008 163.077
2
Total 6
15897.038
4
menit_150 Between Groups 1 .
5763.912 480.326 4.105
2 000
Within Groups 5
6084.456 117.009
2
Total 6
11848.368
4
menit_180 Between Groups 1 .
2610.351 217.529 2.941
2 003
Within Groups 5
3845.717 73.956
2
Total 6
6456.068
4
menit_210 Between Groups 1 .
2708.453 225.704 2.728
2 006
Within Groups 5
4302.023 82.731
2
Total 6
7010.476
4
menit_240 Between Groups 1 .
1745.520 145.460 2.001
2 043
Within Groups 5
3781.004 72.712
2
Total 6
5526.524
4
menit_270 Between Groups 1 .
2099.136 174.928 3.136
2 002
Within Groups 5
2900.340 55.776
2
Total 6
4999.476
4
menit_300 Between Groups 1 .
1998.688 166.557 5.964
2 000
Within Groups 1452.130 5 27.926
2
180
Total 6
3450.818
4
menit_330 Between Groups 1 .
1262.908 105.242 6.165
2 000
Within Groups 5
887.717 17.071
2
Total 6
2150.626
4
menit_360 Between Groups 1 .
1535.101 127.925 7.673
2 000
Within Groups 5
866.984 16.673
2
Total 6
2402.085
4
menit_30
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok
N 1
FSKBS 200 mg/kg bb 5 24.8040
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 27.6580
FEKBS 50 mg/kg bb 5 28.5460
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 28.8160
181
FEKBS 100 mg/kg bb 5 29.9680
FSKBS 100 mg/kg bb 5 32.4920
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 32.6800
FEKBS 200 mg/kg bb 5 35.1440
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 39.8180
FSKBS 50 mg/kg bb 5 42.6980
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 45.4720
NA Diklofenak 5 52.6440
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 64.9860
Sig. .292
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
menit_60
a
Tukey HSD
Subse
Kelompok t for alpha = 0.05
N 1
22.77
FNHKBS 50 mg/kg bb 5
80
25.76
FNHKBS 100 mg/kg bb 5
40
26.66
FSKBS 100 mg/kg bb 5
80
182
27.90
FSKBS 50 mg/kg bb 5
20
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 29.1960
FEKBS 50 mg/kg bb 5 29.5700
FSKBS 200 mg/kg bb 5 32.4240
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 39.1620
FEKBS 100 mg/kg bb 5 40.0920
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 40.4160
FEKBS 200 mg/kg bb 5 42.1980
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 44.4480
NA Diklofenak 5 51.9360
Sig. .419
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
menit_90
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 15.0660
FSKBS 50 mg/kg bb 5 16.2820
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 16.4880
FEKBS 50 mg/kg bb 5 17.8740
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 18.9880
FSKBS 100 mg/kg bb 5 21.9280 21.9280
FSKBS 200 mg/kg bb 5 27.2260 27.2260
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 29.8540 29.8540
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 33.6300 33.6300
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 37.3100 37.3100
FEKBS 100 mg/kg bb 5 39.0220 39.0220
FEKBS 200 mg/kg bb 5 47.3440 47.3440
NA Diklofenak 5 53.1060
183
Sig. .064 .085
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
menit_120
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3 4
FSKBS 50 mg/kg bb 5 9.9780
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 10.5540 10.5540
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 14.2440 14.2440 14.2440
FEKBS 50 mg/kg bb 5 17.6180 17.6180 17.6180 17.6180
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 22.3900 22.3900 22.3900 22.3900
FSKBS 100 mg/kg bb 5 22.7920 22.7920 22.7920 22.7920
FSKBS 200 mg/kg bb 5 25.6640 25.6640 25.6640 25.6640
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 27.1900 27.1900 27.1900 27.1900
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 28.3800 28.3800 28.3800 28.3800
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 32.4760 32.4760 32.4760 32.4760
FEKBS 100 mg/kg bb 5 38.5120 38.5120 38.5120
FEKBS 200 mg/kg bb 5 41.3820 41.3820
NA Diklofenak 5 43.7420
Sig. .240 .051 .066 .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
184
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000
menit_150
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok
N 1 2 3
FSKBS 50 mg/kg bb 5 6.8600
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 6.9880
FSKBS 100 mg/kg bb 5 8.6940 8.6940
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 10.2000 10.2000
FEKBS 50 mg/kg bb 5 13.0660 13.0660 13.0660
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 17.9380 17.9380 17.9380
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 21.0120 21.0120 21.0120
FSKBS 200 mg/kg bb 5 21.0720 21.0720 21.0720
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 23.7460 23.7460 23.7460
FEKBS 100 mg/kg bb 5 25.9220 25.9220 25.9220
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 29.0800 29.0800 29.0800
FEKBS 200 mg/kg bb 5 31.9440 31.9440
NA Diklofenak 5 36.1960
Sig. .088 .060 .063
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
menit_180
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1 2 3
FSKBS 50 mg/kg bb 5 5.2620
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 7.5840 7.5840
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 11.8320 11.8320 11.8320
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 13.1360 13.1360 13.1360
FSKBS 100 mg/kg bb 5 13.5340 13.5340 13.5340
FEKBS 50 mg/kg bb 5 13.5600 13.5600 13.5600
FSKBS 200 mg/kg bb 5 15.6600 15.6600 15.6600
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 18.0120 18.0120 18.0120
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 18.2760 18.2760 18.2760
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 20.6680 20.6680 20.6680
FEKBS 100 mg/kg bb 5 21.8980 21.8980 21.8980
FEKBS 200 mg/kg bb 5 25.6420 25.6420
NA Diklofenak 5 27.8880
Sig. .136 .073 .171
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
menit_210
Tukey HSDa
185
FSKBS 50 mg/kg bb 5 8.2560
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 9.9400 9.9400
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 11.4760 11.4760
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 13.5460 13.5460
FEKBS 50 mg/kg bb 5 17.2140 17.2140
FSKBS 100 mg/kg bb 5 17.8860 17.8860
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 20.3200 20.3200
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 20.4240 20.4240
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 22.3320 22.3320
FSKBS 200 mg/kg bb 5 23.2700 23.2700
FEKBS 100 mg/kg bb 5 25.9420 25.9420
FEKBS 200 mg/kg bb 5 27.8340 27.8340
NA Diklofenak 5 28.6980
Sig. .060 .085
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
menit_240
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1
FSKBS 50 mg/kg bb 5 27.3820
FNHKBS 50 mg/kg bb 5 29.8120
FNHKBS 100 mg/kg bb 5 30.9420
FEAKBS 50 mg/kg bb 5 32.1420
FEKBS 50 mg/kg bb 5 34.6800
FSKBS 100 mg/kg bb 5 36.7960
FNHKBS 200 mg/kg bb 5 37.5680
FEAKBS 100 mg/kg bb 5 38.6240
FSKBS 200 mg/kg bb 5 39.7940
FEAKBS 200 mg/kg bb 5 40.5160
FEKBS 100 mg/kg bb 5 40.5520
FEKBS 200 mg/kg bb 5 43.7140
NA Diklofenak 5 44.7120
Sig. .095
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
186
menit_270
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1 2 3
4
FSKBS 50 mg/kg bb 5
2.2760
4 4
FNHKBS 50 mg/kg bb 5
4.0840 4.0840
4 4 4
FNHKBS 100 mg/kg bb 5
7.2800 7.2800 7.2800
4 4 4
FEAKBS 50 mg/kg bb 5
8.1180 8.1180 8.1180
5 5 5
FNHKBS 200 mg/kg bb 5
1.9400 1.9400 1.9400
5 5 5
FEKBS 50 mg/kg bb 5
2.0820 2.0820 2.0820
5 5 5
FSKBS 100 mg/kg bb 5
2.9940 2.9940 2.9940
5 5 5
FEAKBS 100 mg/kg bb 5
3.8260 3.8260 3.8260
5 5 5
FSKBS 200 mg/kg bb 5
6.2720 6.2720 6.2720
5 5 5
FEKBS 100 mg/kg bb 5
7.0500 7.0500 7.0500
5 5 5
FEAKBS 200 mg/kg bb 5
8.1700 8.1700 8.1700
5 5
FEKBS 200 mg/kg bb 5
9.7580 9.7580
187
6
NA Diklofenak 5
1.2340
. . .
Sig.
066 074 171
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
menit_300
Tukey HSDa
NA Diklofenak 5 75.8080
188
menit_330
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
1 2 3 4 5
FNHKBS 50 mg/kg bb 7
5
2.1520
FSKBS 50 mg/kg bb 7 7
5
4.0960 4.0960
FEAKBS 50 mg/kg bb 7 7 7
5
5.8200 5.8200 5.8200
FNHKBS 100 mg/kg bb 7 7 7 7
5
7.1300 7.1300 7.1300 7.1300
FEKBS 50 mg/kg bb 7 7 7 7
5
7.5960 7.5960 7.5960 7.5960
FSKBS 100 mg/kg bb 7 7 7 7 7
5
9.0940 9.0940 9.0940 9.0940 9.0940
FEAKBS 100 mg/kg bb 8 8 8 8 8
5
0.1480 0.1480 0.1480 0.1480 0.1480
FSKBS 200 mg/kg bb 8 8 8 8 8
5
0.6040 0.6040 0.6040 0.6040 0.6040
FNHKBS 200 mg/kg bb 8 8 8 8 8
5
0.7020 0.7020 0.7020 0.7020 0.7020
FEKBS 100 mg/kg bb 8 8 8 8
5
2.7480 2.7480 2.7480 2.7480
FEAKBS 200 mg/kg bb 8 8 8
5
4.4760 4.4760 4.4760
189
FEKBS 200 mg/kg bb 8 8
5
5.6280 5.6280
NA Diklofenak 8
5
7.9960
Sig. . . . . .
083 075 075 087 059
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
menit_360
Tukey HSDa
190
Lampiran 14. Kromatogram KKt fraksi etilasetat Kulit batang sikkam
BP
TP
A B
191
Lampiran 14. (lanjutan)
Tp
A B
192
Lampiran 14. (lanjutan)
Bp
K
U
Tp
A B
193
whatman, fase gerak= BAA (4:1:5), jarak rambat 8 cm, U=Ungu,
K= kuning, B= biru
Lampiran 15. Kromatogram KKt preparatif fraksi etil asetat Kulit batang sikkam
194
Lampiran 16. Kromatogram KKt satu arah dengan pengembang BAA (4:1:5)
195
Lampiran 17. Kromatogram KKt dua arah dengan pengembang BAA (4:1:5)
dan asam asetat 15% dibawah lampu UV λ 336 nm
196
Lampiran 18. Spektrum ultraviolet (UV) isolat
197
Lampiran 19. Spektrum infra merah (IR) isolat
198