Anda di halaman 1dari 36

TUGAS SWAMEDIKASI

ANTITUSIF

KELAS B (KELOMPOK 4)
MELINDA FRANSISKA (N014192070)
IKA YULIANTI FADHILAH (N014201010)
WANTRY DIASNY (N014201028)
A. HESTI PURNAMA SARI (N014201031)
NURINAYAH (N014201043)
RESKI ALIF SULAIMAN (N014201046)
NURDIAH KHAERAWATI (N014201063)
ANNISA NURHIKMA (N014201067)
ESTI RAMADAYANTI (N014201073)
NURAFNI ANNISA ACHMAD (N014201079)
WD. NURMAYA B (N014201081)
IRWANDI (N014201094)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI

MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Menurut WHO, pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan
dan penggunaan obat oleh seseorang yang ditujukan untuk menangani
gejala dan penyakit yang didiagnosis oleh dirinya sendiri atau penggunaan
obat yang telah digunakan secara terus-menerus untuk penanganan
gejala kronis. Pengobatan sendiri dilakukan apabila memperoleh obat-
obatan tanpa resep, membeli obat berdasarkan resep lama, pemberian
dari teman atau obat keluarga, ataupun penggunaan obat sisa (Jajuli dan
Rano, 2018).
Dasar hukum swamedikasi adalah Peraturan Menteri Kesehatan No.
919 MenKes/Per/X/1993.Pengobatan sendiri atau kerap pula disebut
sebagai “swamedikasi” merupakan alternatif yang ditempuh oleh
kebanyakan masyarakat guna meningkatkan keterjangkauan
pengobatan.Pengobatan sendiri adalah pengobatan mengobati segala
bentuk keluhan pada diri sendiri dengan menggunakan obat-obat yang
dibeli bebas di apotek tanpa harus menggunakan resep dari dokter
maupun nasihat dari dokter (Zeenot, 2013).

Swamedikasi biasa dilakukan jika gangguan kesehatan yang diderita


oleh seseorang relatif ringan, misalnya masalah batuk yang merupakan
mekanisme pertahanan respiratorik dimana refleks ini bekerja
mengelurkan sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks
melalui epiglotis dan mulut. Selain sebagai mekanisme pertahanan
respiratorik, batuk juga dapat berfungsi sebagai alarm yang memberitahu
adanya gangguan pada sistem respiratorik atau sistem organ lainnya yang
terkait (Setyanto, 2004).
Batuk juga merupakan upaya pertahanan paru terhadap rangsangan
dan refleks fisiologis untuk melindungi paru dari trauma mekanik, kimia
dan suhu yang umumnya disebabkan karena kebiasaan yang kurang baik
seperti merokok, paparan asap rokok dan paparan polusi dari lingkungan
(Pavord dan Klan, 2008).
Akibat dari batuk ini dapat mengganggu kegiatan sehari-hari dan
menyebabkan penurunan aktivitas.Oleh karena itu, seseorang cenderung
melakukan upaya untuk mengurangi hal tersebut yaitu dengan
pengobatan sendiri (swamedikasi). Maka pada makalah ini akan
membahas tentang swamedikasi batuk/antitusif.

I.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami pengobatan sendiri
(swamedikasi) dari batuk/antitusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Batuk


Batuk bukan merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh
karena paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke
dalamnya sehingga menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen
tersebut.Batuk dapat juga menimbulkan berbagai macam komplikasi
seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan,
herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan
subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks fisiologis
kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan
suhu(Pavord dan Klan, 2008).
Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah
untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan cara
mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas dan mengeluarkan
benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas(Pavord
dan Klan, 2008).
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai
gangguan.Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit
di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu
penyakit.Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas
disamping sesak, mengi, dan sakit dada (Ikawati, 2009).

II.2 Mekanisme Terjadinya Batuk


Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk.Reseptor
ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam
maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara
lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor
akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan
sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah
percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga,
lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma.Serabut
afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan
rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga
rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus.Nervus
trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus
glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.Oleh serabut
afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di
dekat pusat pernafasan dan pusat muntah.Kemudian dari sini oleh
serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus
interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus
hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot
laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di
daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi (Ikawati, 2009).
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase
yaitu (Ikawati, 2009) :
1) Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring,
trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus
glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.Batuk juga timbul bila
reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan
saluran telinga luar dirangsang.
2) Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat
kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea.Inspirasi terjadi secara
dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah
banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah
akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi
lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru.
Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan
keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih
cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup
sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
3) Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot
adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada
fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi
batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik
setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis
karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks
walaupun glotis tetap terbuka.
4) Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif
otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah
besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran
benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang
penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk
yang sebenarnya.Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran
sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

II.3 Penyebab Batuk


Batuk secara garis besarnya dapat disebabkan oleh Rangsang
inflamasi seperti edema mukosa dengan sekret trakeobronkial yang
banyak. Selain itu juga disebabkan oleh rangsang mekanik seperti benda
asing dalam saluran nafas, post nasal drip, retensi sekret bronkopulmoner
serta disebabkan oleh rangsang suhu seperti asap rokok ( merupakan
oksidan ), udara panas/ dingin, inhalasi gas. Beberapa penyebab batuk
(Ikawati, 2009) :
a. Iritan : Rokok, asap, SO2, Gas di tempat kerja.
b. Mekanik : Retensi sekret bronkopulmoner, Benda asing dalam
saluran nafas, Post nasal drip, Aspirasi
c. Penyakit Paru Obstruktif : Bronkitis kronis, Asma, Emfisema,
Firbrosis kistik, Bronkiektasis
d. Penyakit Paru Restriktif : Pneumokoniosis, Penyakit kolagen,
Penyakit granulomatosa
e. Infeksi : Laringitis akut , Brokitis akut , Pneumonia, Pleuritis,
Perikarditis
f. Tumor : Tumor laring, Tumor paru
g. Psikogenik

II.4 Pengobatan Batuk


1. Antitusif
Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan
menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga
akan mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat,
antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang
bekerja di sentral.Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan
narkotik dan nonnarkotik.Contoh : Kodein, DMP, Noskapin dan Uap
Menthol (Estuningtyas, 2008).
2. Ekspektoran
Obat ini digunakan untuk meningkatkan sekresi mukus di saluran
napas sehingga bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknya akan
berkurang dengan sendirinya. Contoh : Amonium klorida, potasium sitrat,
guaifenesin dan gliseril guaiakolat (Estuningtyas, 2008).
3. Mukolitika
Infeksi pernapasan menyebabkan munculnya mukus yg bersifat
purulen atau menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera
dikeluarkan secara alamiah.Obat golongan ini berkhasiat melarutkan dan
mengencerkan dahak yg kental sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui
batuk dan sering digunakan pada penderita Bronkhitis.Contoh :
Asetilsistein , Bromheksin (Estuningtyas, 2008).

II.5 Tanaman yang berkhasiat sebagai antitusif (Pengobatan Herbal)


1. Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Nama ilmiah : (Phyllanthus niruri L.)


Nama daerah : Meniran (Jawa) dan gasau madungi (Ternate).
Divisi : Tracheophyta
Subdiivisi : Spermatophytina
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus urinaria

Penggunaan meniran (Phyllanthus niruri L.) sebagai obat batuk


tradisional telah dikenal sejak lama.Pada jamu meniran digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk mengatasi batuk.Tidak hanya di Indonesia,
Malaysia juga menggunakan meniran atau yang lebih dikenal dukong
anak dalam mengatasi batuk. Meniran juga digunakan pada 175 formulasi
Ayurveda selama 2000 tahun (Menurut Thomas (1992) meniran sebanyak
3-7 batang lengkap (akar, batang, daun, buah) dapat digunakan dalam
mengatasi batuk. Meniran kaya akan kandungan flavonoid, saponin, tanin,
alkaloid, terpenoid dan lignin. Kamferol, quercetin, dan luteolin merupakan
senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antitusif.Kuercetin dan
kamferol dapat bertindak sebagai antialergen.Saponin memiliki efek
surfaktan sehingga memungkinkan memiliki efek mukolitik.
Phyllantus niruri L., yang merupakan tanaman liar, memiliki aplikasi
yang luas dalam pengobatan tradisional. Berdasarkan penelitian
(Fakhruddin, dkk : 2017) membuktikan bahwa peningkatan aktivitas
antitusif ditunjukkan pada kelompok ekstrak etanol dan fraksi polar-semi
polar herba meniran. Aktivitas antitusif ekstrak etanol dan fraksi polar-semi
polar dinilai dengan prosentase supresi batuk menggunakan asam sitrat
7,5% sebagai penginduksi selama 5 hari. Aktivitas ekspektoran dievaluasi
dengan melihat konsentrasi phenol red pada trakea marmut pada hari ke
7.
Gambaran mekanisme dievaluasi dengan melihat perbandingan
pemberian ekstrak herba meniran tunggal dengan kombinasi ekstrak
herba meniran dan kodein gambaran secara sentral pada reseptor opiod
dan glibenklamide secara periferal pada ATP sensitive K+ channel.Hasil
penelitian menunjukan ekstrak etanol dan fraksi polar-semi polar dapat
meningkatkan supresi batuk dan memberikan supresi sekresi mukus
dalam evaluasi ekspektoran. Fraksi polar-semi polar 160 mg/kgBB
menunjukkan nilai antitusif paling efektif 63,57%. Frasi polar-semi polar 80
mg/kgBB menunjukkan penurunan sekresi phenol red sebesar 56,91%.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa meniran dapat digunakan
sebagai antitusif dan supresi sekresi mukus.Diduga hal ini terjadi karena
adanya senyawa spesifik yang terkandung dalam fraksi polar-semi polar
herba meniran.Berdasarkan hasil uji aktivitas antitusif yang dilakukan
herba meniran mengandung senyawa quercetin, astraglin, xylans mampu
memberikan efek antitusif.
2. Rimpang Jahe (Zingiber officinale)

Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale

Nama ilmiah : Zingiber officinale


Nama daerah : Di Sulawesi, jahe dikenal dengan nama layu
(Mongondow), moyuman (Poros), melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei
(Baree), laia (Makassar), dan pace (Bugis). Di Nusa Tenggara, disebut jae
(Bali), reja (Bima), alia (Sumba), dan lea (Flores). Di Kalimantan (Dayak),
jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan. Di
Maluku, jahe disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia, sehi (Ambon), sehi
(Hila), sehil (Nusalaut), siwew (Buns), garaka (Ternate), gora (Tidore), dan
laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat) dan marman (Kapaur).
Adanya nama daerah jahe di berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan
penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah.Tanaman jahe merupakan
terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30 cm - 75 cm.
Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm – 23
cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling.
Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang
dan berbunga.Salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan
maupun pencegahan batuk adalah jahe.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artania : 2020 Rimpang
jahe (Zingiber officinale) memiliki efek farmakologi sebagai antitusif yang
telah dibuktikan bahwa jahe mengandung polisakarida yang berupa
kompleks alfa-glucan dengan poligalakturonan yang memiliki efek
farmakologi sebagai antitusif.
3. Daun Sembukan (Paederiae Foetidae)

Kerajaan : Plantae
(tanpa takson) : Angiospermae
(tanpa takson) : Eudikotil
(tanpa takson) : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Paederia
Spesies : Paederiae Foetidae
Nama Ilmiah :Paederiae Foetidae
Nama Daerah Sumatra: Daun kentut, sembukan; Jawa: Kasembukan,
kasembhukan, kasembuhan, kahitutan (Sunda), bintaos (Madura);
Maluku: Guni siki (Temate).
Tumbuhan berhabitus semak, memanjat 1,5-411), dapat
mengeluarkan bau busuk yang kuat ketika diremas. Batang membelit ke
kanan pada batang tumbuhan lain. Daun tunggal, bertangkai, duduk
berkarang atau tersebar; helaian daun berhadapan, berbentuk bulat telur-
bulat memanjang atau lanset, pangkal daun berbentuk jantung, membulat,
atau tumpul, ujung daun runcing atau meruncing, tepi daun rata,
panjangnya 3-12,5 cm dan lebar 2-7 cm, permukaan atas berambut atau
gundul dan berwarna coklat kehitaman, permukaan bawah berwarna
kelabu kecoklatan dan berambut halus, rapat dan jarang, tulang daun
menyirip dengan permukaan bawah lebih menonjol daripada permukaan
atas, panjang tangkai daun 1-5 cm; daun penumpu interpetiolaris
berhadapan, berbentuk segitiga lebar, tepi rata, mudah gugur. Bunga
tersusun majemuk malai, agak rapat, keluar 48 dari ketiak daun atau
ujung percabangan sepanjang 6-18 cm; mahkota bunga panjangnya 12-
16 mm, bagian dalam berwarna ungu, bagian luar berwarna putih,
biasanya diliputi rambut dengan lobus yang pendek, bagian tabung
mahkota Vi bagian atas, cuping menggulung keluar, tepi rapuh, gundul;
kelopak bergigi nyata, berbentuk segitiga. Puncaknya dihiasi dengan
bunga berbentuk kerucut, kelopak dengan lobus. Benang sari: tersisip
pada ketinggian yang berbeda. Putik memiliki bakal buah 2 ruang, setiap
ruang 1 bakal biji, kepala putik 2, bentuk rambut panjang saling membelit.
Buah berbentuk membulat, mengkilat, berwarna merah muda kekuningan,
panjang 4-6 mm, pyrenes membulat, tanpa sayap, ramping.
Kandungan Kimia : yaitu Paederosida, glikosida iridiod, paederolon,
paederon, paederin, paederenin4, sitosterol, stigmasterol, alkaloid,
karbohidrat, protein, asam amino dan minyak menguap.
Efek Farmakologi : Uji aktivitas antitusif ekstrak etanol herba sembukan
dosis 200 mg/ kg BB peroral pada kucing yang distimulasi secara mekanik
pada saluran pernapasan laryngopharyngeal (LP) dan tracheobronchial
(TB) menunjukkan efek penekanan batuksebesar 25,3%, berupa
penurunan signifikan (p<0,05)
4. Plantagini Major Folium(Daun Sendok)

Spesies: Plantago major L.


Deskripsi : Tanaman berupa herba tegak, daun tunggal, bertangkai,
susunan rosetakar, helaian bentuk bulat telur terbalik sampai lanset
melebar atau sudip, tepi rata atau bergerigi kasar atau tidak teratur,
ukuran 3-22 cm x 1-22 cm, permukaan licin atau agak berambut, ujung
membulat, tumpul atau runcing, tangkai panjang 1-25 cm.
Habitat :Di Jawa dengan ketinggian 5-3300 m dpi, khususnya pada
ketinggian 700 mdpl.
Sinonim :Plantago asiatica Linn., Plantago erosa Wall., Plantago
hasskarlii Decne.
Kandungan Kimia :Flavonol 3-aldehid.
Efek farmakologi :Pertumbuhan Staphylococcus aureus (Hertiani dan
Pramono, 2001) pada uji klinis, pemberian ekstrak dosis 30 g selama 1-2
minggu memberikan efek ekspektoran dan antitusif. Ekstrak etanol daun
memiliki efek anti oksidan.
Indikasi :Ekspekoran dan antitusif.
Interaksi :dapat mengurangi absorbsi beberapa mineral, seperti kalsium,
magnesium, tembaga dan seng, vitamin B12, glikosida jantung dan
kumarin
Dosis :3 kali sehari 60 gram daun kering dibuai infusa dengan disertai
panas, untuk diminum.

5. Curanga fel terraeMerr (Daun Kukurang)

Nama daerah :Tamah raheut dan mempedu tanah


Bagian yang digunakan :Daun dan getah
Kandungan kimia :Glukosida (curangin)
Khasiat dan manfaat :Engatasi batuk rejan dan sesah nafas

6. Melaleuca leucadendron L. (Kayu Putih)

Nama daerah :Kapape (Flores), kayu putih (Jawa dan Timor), kapuka
(Solor), nggela sole (Roti), aren (Alor)
Kandungan kimia :Lignin, melaleucin, serta minyak atsiri yang terdiri dari
sineol 50-65%, alphaterpineol, varelaldehida, dan benzaldehida
Efek farmakologi :Sebagai penghilang rasa sakit, peluruh keringat,
antirheumatik, penambah nfsu makan, obat sakit perut dan pereda batuk
(antitusif)
Bagian tumbuhan yang digunakan :Kulit batang, daun, ranting, dan
buah
Cara penggunaan :Rebus 13 g daun kayu putih dalam 2 gelas air sampai
tersisa 1 gelas. Minum air rebusan 2 kali sehari masing-masing ½ gelas

7. Hibiscus rosasinensis L. (Kembang Sepatu)

Nama daerah :Bungong raya (Aceh), soma-soma (Nias), bunga-bunga


(Batak), kembang wera (Sunda), wora-wari (Jawa), waribang (Bali)
Kandungan kimia :Taraxeryl acetat, cyaniding diglukosid, hibisetin, zat
pahit dan lendir
Efek farmakologis :Sebagai antivirus, antiradang (antiinflamasi),
antidiuretik, menormalkan siklus haid, meluruhkan dahak (antitusif
ekspektoran), batuk rejan bisul, infeksi saluran kemih, keputihan, radang
saluran napas dan TBC.
Cara penggunaan
a. Batuk darah dan lender :Cuci bersih 2 kuntum bunga kemba sepatu
lalu diremas-remas. Seduh dean 400 ml air panas, lalu tutup dalam
cawan selama 1 malam. Saring air esok harinya tambahkan madu
lalu minum pada pagi hari sebelum makan.
b. Batuk rejan :Cuci bersih 2 kuntum bunga kembang sepatu la iling
sampai halus. Tambahkan 100 ml air matang hangat dan sedikit
garam, lalu peras. Saring dan minum air perasan 2 kali sehari
dengan dosis yang sama.
Senyawa metabolit yang berfungsi sebagai antitusif ada pada
kembang sepatu yakni Alkaloid dan senyawa hibisetin. Dimana senyawa
hibisetin merupakan senyawa yang bekerja dengan mengubah sifat fisika
kimiawi dari mucus sehingga mengurangi sensasi gatal pada
tenggorokan. Dan juga dapat mengurangi dan menekan reflex batuk serta
mampu meluruhkan dahak (Kurniati, 2015).

8. Andrographis paniculata (Burm.F) nees. (Sambiloto)

Nama daerah :Papaitan (Sumatera), bidara, taki,sadilata, sambiloto


(Jawa), kioray, kipeureut, kiular (Sunda)
Kandungan kimia :Lakton beupa deoksi-androgapholide,
andrographolide (zat pahit), neoandrograpolide, dan
homoandrographolide
Efek farakologis :Sebagai penurun panas atau panas dalam, antiracun,
antiradang, antibakteri, dan anitusif
Bagian tanaman yang digunakan :Seluruh bagian tanaman
Cara penggunaan :untuk batuk rejan yaitu 5 daun segar dicuci bersih dan
dipotong-potong. Sduh dan dengan 1 cangkir air mendidih dn diamkan
beberapa saat. Setelah dingin angkat ramuan dan tambahkan satu
sendok makanmdu.Minum ramuan 3 kali sehari.
9. Glycyrrhizae Radix

Berasal dari tanaman Glycyrrhiza glabra


Deskripsi Tanaman :Tanaman tegak, menahun, tinggi mencapai 1m,
daun bentuk bulat telur, menyirip. Bunga warna biru pucat, kecil (sekitar 1
cm), mempunyai biji berwarna cokelat.
Simplisia:berbentuk potongan-potongan, berserat memajang rasa manis
dan bau yang spesifik. Apabila dikupas simplisia berwarna kuning pucat
sedangakan bagian luar cokelat kekuningan atau cokelat muda.
Kandungan Kimia :Glisirisin yang merupakan glikosida saponin triterpene
pentasiklik, mempunyai rasa manis (sekitar 50 kali lebih manis daripada
sukrosa). Bentuk aglikon yaitu asam glisiritinat yang berasa pahit.
Kandungan lain: likuiritin, isolikuiritin, kumarin.
Farmakologi :Digunakan sebagai antitusif, ekspektoran, antiinflamasi
dan gangguan pada lambung.
Keamanan :Tidak diberikan pada penderita gangguan hati, hipertensi,
hipokalemia, gagal ginjal, pada masa kehamilan dan menyusui.
Penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 minggu) dengan dosis yang
lebih tinggi (lebih dari 50 g setiap hari) menyebabkan retensi natrium,
udema, hipertensi, kekurangan kalium (hipokalemia), gagal ginjal.
Dosis :Bentuk simplisia 1-5 g dibuat dalam bentuk infusa, sebaiknya
penggunaan tidak lebih dari 6 minggu.
Penggunaan akar manis dalam waktu lama (lebih dari 6 minggu ) dengan
dosis yang lebih tinggi ( lebih dari 50 g setiap hari) menyebabkan retensi
natrium, udema, hipertensi, kekurangan kalium (hipokalemia) dan gagal
ginjal. Penggunaan jangka Panjang menyebabkan hipertensi dan
hipokalemia karena akar manis mempunyai efek mineral kortikoid dalam
bentuk ketidakseimbangan elektrolit (retensi natrium dan peningkatan
eskresi kalium) Pemberian garam ammonium dari asam glisirhizinat pada
tikus dengan dosis 1,2 -2,6 g/kg sehari selama 4-6 bulan menyebabkan
hipertensi dan meningkatkan berat ginjal dan hati (Mun’im, 2011).

10. Besaran Morus

Nama daerah :Kitau; Kerto; Babasaran; Bebesaran; Murbei; Lampaung;


Mempaung.
Deskripsi tanaman :Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon yang
tingginya 6-9 m. Daunnya berbentuk segitiga atau jantung, mudah luruh
dari rantingnya. Buahnya bergugus, warnanya coklat tua kalau sudah
masak.Daunnya digunakan untuk makanan ulat sutera.
Nama simplisia :Mori australidis Folium
Habitat :Tumbuh liar di hutan dan ditanam di halaman atau di Kebun.
Bagian tanaman yang dijadikan obat :Daun, Akar, Cabang, Buah.
Kandungan kimiawi : Karoten, Adenin, Kolin, Amilase, Minyak lemak,
Vitamin C, Vitamin A, Vitamin B1, Kalsium, Fosfor, Maklurin, Rutin, Morin,
Ergosterol.
Farmakologi : Antipiretik, Antitusif, Diuretik, Anti flogestik, Analgesik
Resep tradisional :buah besaran atau murbei 5-10 buah, air matang
secukupnya, dibuat jus, diminum sehari 1 kali, diulang selama 14 hari.
11. Prasman Eupatorium

Nama Daerah : Ayapana, Godong prasman, Raja panah, Jukut prasman


Deskripsi Tanaman :Semak, batang berkayu, beruas-ruas, warna merah
muda. Daun tunggal berhadapan, helaian daun bentuk lanset, warna hijau
keunguan.Perbungaan tumbuh di ujung batang, warna hijau kemerahan.
Habitat :Tumbuh liar pada daerah dataran rendah sampai 1600 m dpl.
Bagian Tanaman Yang Dijadikan Obat :Daun
Kandungan Kimiawi :kandungan minyak atsiri tidak kurang dari 1%,
senyawa kumarin yaitu ayapin dan danayapanin, sterol atau terpen,
flavonoid. Kandungan kimia yang mempunai bioaktifitas sebagai stimulan
adalah flavonoid
Farmakologi : Antitusif, Diaforetik, Stimulan
Cara pakai : Daun prasman 9 helai; Air 110 ml, Direbus atau diseduh,
Diminum 1 kali sehari 100 ml.
BAB III
PEMBAHASAN

Menurut WHO (1998), swamedikasi adalah pemilihan dan


penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang
individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan
yang banyak dialami masyarakat, antara lain demam, nyeri, batuk, flu,
serta berbagai penyakit lain (Depkes, 2006). Salah satu penyakit yang
dapat diswamedikasi yaitu batuk.
Batuk sebenarnya bukanlah merupakan suatu penyakit tetapi
merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma
mekanik, kimia dan suhu.Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan
paru yang alami untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih.Mekanisme
batuk timbul karena paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit
masuk ke dalamnya sehingga menimbulkan batuk untuk mengeluarkan
agen tersebut.Walaupun batuk merupakan reflex fisiologis, namun batuk
yang berlebihan mungkin menandakan adanya suatu penyakit atau
gangguan kesehatan yang memerlukan perhatian dan penanganan
medis(Pavord dan Klan, 2008).
Batuk dibedakan menjadi batuk kering atau batuk non produktif dan
batuk berdahak atau biasa disebut batuk produktif.Batuk kering atau batuk
non-produktif tidak disertai dengan sputum (dahak) dan seringkali
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Batuk kering biasanya dipicu
oleh partikel-partikel yang kecil atau asap iritan yang terhirup oleh saluran
pernapasan seperti asap rokok, kelembaban udara yang rendah (kering)
atau udara tercemar. Selain itu juga dapat disebabkan karena infeksi
virus, flu, selesma yang belum lama terjadi sehingga terkadang disebut
juga batuk pasca infeksi virus.Batuk kering juga dapat menjadi salah satu
tanda dari penyakit lainnya seperti asma, penyakit refluks gastro
esophagus (PRGE/GERD), gagal jantung kongesif dan juga dapat dipicu
oleh obat-obat tertentu (ACEI, beta-blocker, aspirin).Sedangkan batuk
berdahak atau biasa disebut batuk produktif merupakan batuk yang
disertai pengeluaran sputum (dahak)(Pavord dan Klan, 2008).
Langkah awal dalam terapi pengobatan batuk untuk jenis batuk
kering yaitu dengan cara mengobati penyakit atau gangguan yang
mendasarinya, misalnya seperti asma, penyakit refluks gastro esophagus
(PRGE/GERD) atau apda penyakit gagal jantung kongesif. Namun jika
penyebab batuk tidak diketahui atau jika terapi spesifik yang telah
diberikan tidak berhasil meredakan batuk, maka sangat dibutuhkan
pemberian terapi simptomatik seperti obat penekan batuk untuk
mengatasi batuk kering atau penggunaan ekspektoran dan mukolitik untuk
penanganan batuk berdahak (Pavord dan Klan, 2008).
Pada umumnya pengobatan sendiri atau swamedikasi dilakukan oleh
masyarakat untuk mengatasi keluhan ringan yang dapat dikenali sendiri
antara lain sakit kepala, demam, batuk, pilek dan luka ringan. Keluhan-
keluhan tersebut umumnya merupakan gejala-gejala penyakit sederhana
yang dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat. Keuntungan pengobatan
sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek
samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan karena
80% sakit bersifat self-limiting, yaitu dapat sembuh sendiri tanpa intervensi
tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif murah daripada biaya
pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi
fasilitas atau profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan aktif
dalam pengambilan keputusan terapi, dan kadang-kadang dilakukan untuk
menghindari rasa malu dan stress apabila harus menampakkan bagian
tubuh tertentu dihadapan tenaga kesehatan(Zeenot, 2013).
Selain menggunakan obat sintetis, dalam penanganan batuk juga
dapat digunakan tanaman herbal atau pengobatan tradisional.Herbal yang
digunakan yaitu dapat membantu mengatasi batuk yang salah satunya
bersifat menghangatkan dan mempunyai efek/khasiat meredakan batuk
(antitusif).beberapa tumbuhan herbal yang dimanfaatkan atau digunakan
dalam pengelolaan batuk adalah jahe, meniran, kencur, sambiloto,
pegagan, daun sendok, kayu putih dan lain-lain. Cara penggunaan
tanaman herbal ini juga berbeda pada setiap jenis tanaman, misalnya
pada tanaman sambiloto, cara penggunaannya yaitu 5 daun segar dicuci
bersih dan dipotong-potong kemudian seduh dengan 1 cangkir air
mendidih dan diamkan beberapa saat. Setelah dingin angkat ramuan dan
tambahkan satu sendok makan madu.Minum ramuan 3 kali sehari. Dan
pada daun kayu putih, cara penggunaannya yaitu rebus 13 g daun kayu
putih dalam 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air rebusan 2 kali
sehari masing-masing ½ gelas.
BAB IV
PENUTUP

IV.I Kesimpulan
Batuk yang merupakan mekanisme pertahanan respiratorik dimana
refleks ini bekerja mengelurkan sejumlah volume udara secara mendadak
dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut.
Pengobatan batuk bisa dilakukan dengan pengobatan sendiri
(Swamedikasi) menggunakan obat tradisional (ramuan) dengan
memperhatikan dosis dan cara penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA

Artania, I K. G. G. G. Harta, G. W. A. P. Pratama, 2020.Optimasi


Propilenglikol Dalam Sediaan Sirup Obat Batuk Ekstrak Rimpang
Jahe. Jurnal Kimia (Journal Of Chemistry) 14 (2), DOI:
https://doi.org/10.24843/JCHEM.2020.v14.i02.p12.
BPOM RI. 2006. Acuan Sediaan Herbal. Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Fakhruddin, Arief Nurrochmad, Gunawan Pamudji. 2017. Aktivitas Antitusif
Dan Ekspektoran Ekstrak Etanol, Fraksi Polar-Semi Polar Herba
Meniran (Phyllanthus niruri L.) Pada Marmut (Cavia porcellus). Jurnal
Farmasi Indonesia, November 2017, hal 118 – 124. ISSN: 1693-
8615 EISSN : 2302-4291. Vol. 14 No.2
Harmono, STP dan Drs Agus Andoko, Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe,
Penerbit Agromedia Pustaka, 2005.
Hertrani T dan Pramono S. 2001.Efek antioksidan fllh onoid daun sendok
(Plantago major). Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta
Jajuli, M., dan Rano K.S., 2018, Artikel Tinjauan: Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dan Risiko Pengobatan Swamedikasi, Farmaka, Vol.
16 (1).
Kasahara. Shin (ed), 1986, Medieinal Herb Index Ind, PT Eisai Indonesia.
Jakarta.
Kurdi, A. 2010.Tanaman Herbal Indonesia Cara Mengolah dan
Manfaatnya Bagi Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Kurniati pamungkas dkk, 2015. Isolasi dan penetapan kadar alkaloid


ekstrak etanolik bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
secara spektrodensitometri. Yogyakarta: UGM

Mun’im, Abdul dan Endang Hanani. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta: PT


Dian Rakyat
Pavord, I.D., Klan, F.C., 2008, Management of Chronic Cough. Vol. 371.
Pp. 1375-1384.
Setyanto, D.B., 2004, Batuk Kronik pada Anak: Masalah dan Tata
Laksana. Sari Pediatri, 6: 64-70.
Taxonomy for Plants. National Germplasm Resources Laboratory,
Beltsville, Maryland: USDA, ARS, National Genetic Resources
Program. Diakses tanggal August 9, 2010.
Thomas ANS. 2007. Tanaman Obat Tradisional 2. Yogjakarta: Kasinus.
hlm 82-84.
WHO. 1977. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants. Geneva:
WHO. Vol 1; 95-104.
Zenoot . 2013. Pengelolaan dan Penggunaan Obat Wajib Apotek, D-
Medika, Jogjakarta.
Pertanyaan Diskusi :

1. Gabrela Jeny M (Kelompok 1)


Mengapa akar manis tidak boleh diberikan pada penderita
hypokalemia, gangguan hati, hipertensi dan gagal ginjal?
Jawab : ( Nurinayah dan Esti Ramadayanti)
Studi yang dipimpin oleh Katri Raikkonen, seorang Profesor
Psikologi Universitas Helsinki, menyatakan, kandungan senyawa
glicirizin dalam akar manis dapat merusak plasenta, dan memicu
bekerjanya beberapa hormon abnormal. penelitian terhadap 1049
wanita hamil pada 1998. Selama penelitian, para peneliti mendata
jumlah glicirizin yang dikonsumsi ibu hamil selama sepekan.
Sebanyak 11 persen ibu hamil mengonsumsi 500 miligram
senyawa tersebut per minggu, sementara 75 lainnya mengonsumsi
kurang dari 250 miligram.
Setelah hampir 13 tahun berlalu, para peneliti menghubungi
kembali 451 ibu peserta uji.
Hasilnya 51 anak lahir dari ibu pengonsumsi akar manis tinggi.
Sementara 330 anak lain lahir dari ibu yang tidak terlalu banyak
mengonsumsi akar manis.
Para peneliti melihat ibu pengonsumsi akar manis tinggi akan
melahirkan anak yang memiliki IQ 7 nilai lebih rendah dibanding
mereka yang tidak terlalu banyak makan akar manis saat hamil.
Dari penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa senyawa
glicirizin dalam akar manis dapat menghambat aktivitas enzim yang
membantu melindungi janin dari kadar kortisol atau hormon stres.
Lebih lanjut peneliti menjelaskan, senyawa glicirizin dalam dosis
rendah mampu menghambat enzim tersebut dan akhirnya mengalirkan
kortisol pada janin melalui plasenta.
Serta penggunaan akar manis dalam waktu lama (lebih dari 6
minggu ) dengan dosis yang lebih tinggi ( lebih dari 50 g setiap hari)
menyebabkan retensi natrium, udema, hipertensi, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan gagal ginjal.
Penggunaan jangka Panjang menyebabkan hipertensi dan
hipokalemia karena akar manis mempunyai efek mineral kortikoid
dalam bentuk ketidakseimbangan elektrolit (retensi natrium dan
peningkatan eskresi kalium)
Pemberian garam ammonium dari asam glisirhizinat pada tikus
dengan dosis 1,2 -2,6 g/kg sehari selama 4-6 bulan menyebabkan
hipertensi dan meningkatkan berat ginjal dan hati.
Daftar Pustaka :
Katri Räikkönen, JR Seckl, A-K Pesonen, A Simons, Bea RH Van den
Bergh. 2011. Stress, glucocorticoids and liquorice in human
pregnancy: programmers of the offspring brain : American journal of
epidemiology 14 (6), 590-603, 2011. Institute of Behavioural
Sciences, University of Helsinki : Finlandia.
Mun’im, Abdul dan Endang Hanani. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta:
PT Dian Rakyat

2. Nur afni ulfah (Kelompok 2)


Apakah sudah ada sediaan OHT dan Fitofarmaka yang digunakan
sebagai antitusif. Jika ada, sebutkan contohnya
Jawab : ( Wantry Diasny )
 Sediaan Obat Herbal Terstandar (OHT) sudah tersedia, contoh
sediaannya yaitu OB Herbal. OB herbal merupakan salah satu obat
herbal yang diramu dari ekstrak herbal yang berkhasiat, diolah dengan
cara yang modern dan praktis, serta teruji efektif mengatasi batuk
karena pengobatannya sesuai dengan standar yang ditetapkan BPOM
RI.
Komposis OB herbal :
Zingiberis Rhizoma 4.5 g
Kaempferiae Rhizoma 1.5 g
Citrus Aurantii fructus 1.5 g
Thymi Herba 1.5 g
Mentahae Folium 0.75 g
Myristicae Semen 0.75 g
Licorice 0.25 g
Dosis
Dewasa: 1 sendok makan (15 ml), 3x sehari.
Anak-anak: 1/2 sendok makan (7,5 ml), 3x sehari
Aturan Pakai
Sesudah makan
 Sediaan Fitofarmaka untuk antitusif belum ada

Daftar Pustaka :

https://www.scribd.com/doc/268566375/Obat-Herbal-Terstandar

3. Andi Rifka Hanifah (Kelompok 3)


Apakah mekanisme kerja tanaman obat sebagai obat batuk sama
dengan kerja obat antitusif yaitu menekan langsung ke pusat batuk?
Jawab : (Irwandi dan Esti Ramadayanti)
Pada umumnya obat batuk sesuai dengan sediaan yang beredar
yang digunakan sebagai antitusif memiliki efek bekerja langsung ke
pusat batuk, namun tidak semua tanaman herbal memiliki efek
sebagai antitusif, pada umumnya obat yang bekerja sebagai antitusif
memiliki dua kerja utama yaitu ada yang bekerja sebagai perifer dan
pusat, sehingga tidak semua obat batuk memiliki efek kerja yang sama
sebagai antitusif.
Selain itu, sebagai contoh senyawa dari tanaman Papaver
somniferum yaitu Kodein bekerja secara sentral dengan menekan
pusat batuk di bagian medulla batang otak. Jika digunakan dengan
dosis antitusif, kodein tidak memperlihatkan efek adiktif

Pustaka :

Referensi :

Martin, E.A. 2007. Oxford Concise Medical Dictionary 7th Ed. New
York : Oxford University Press.
Morimoto S., Suemori K., Moriwaki J., Taura F., Tana- ka H., Aso M.,
Tanaka M., Suemune H., Shimohi- gashi Y., Shoyama Y.
(2001): Morphine metabolism in the opium poppy and its
possible physiological function – biochemical characterization
of the mor- phine metabolite, bismorphine. J. Biol. Chem., 276:
38179–38184.
4. Putri Euforia F (Kelompok 5)
Kandungan senyawa metabolit pada herba meniran, jahe, daun
sendok dan kembang sepatu yang memiliki efektivitas sebagai
antitusif?
Jawab: ( Ika Yulianti )
Kandungan senyawa pada herba meniran yang berfungsi sebagai
antitusif yaitu senyawa quercetin, astraglin, xylans; pada jahe
polisakarida yang berupa kompleks alfa-glucan dengan
poligalakturonan yang memiliki efek farmakologi sebagai antitusif dan
pada daun sendok yang berperan sebagai antitusif yaitu senyawa
Flavonol 3-aldehid serta senyawa metabolit yang berfungsi sebagai
antitusif ada pada kembang sepatu yakni Alkaloid dan senyawa
hibisetin. Dimana senyawa hibisetin merupakan senyawa yang bekerja
dengan mengubah sifat fisika kimiawi dari mucus sehingga
mengurangi sensasi gatal pada tenggorokan. Dan juga dapat
mengurangi dan menekan reflex batuk serta mampu meluruhkan
dahak.
Daftar Pustaka :
Kurniati pamungkas dkk, 2015. Isolasi dan penetapan kadar alkaloid
ekstrak etanolik bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)
secara spektrodensitometri. Yogyakarta: UGM.
Lampiran
Soal-soal Antitusif
1. Salah satu fungsi batuk adalah bekerja mengeluarkan sejumlah volume
udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut,
mekanisme tersebut disebut juga sebagai...
a. Mekanisme pertahanan alveolus
b. Mekanisme pertahanan paru
c. Bersihan mukosilier
d. Mekanisme pertahanan respiratorik
e. Perlindungan epiglotis
2. Pengobatan sendiri atau kerap pula disebut sebagai “swamedikasi”
merupakan alternatif yang ditempuh oleh kebanyakan masyarakat guna
meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Dasar hukum Swamedikasi
di Indonesia adalah...
a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919 MenKes/Per/XI/1993
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 119 MenKes/Per/X/1993
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919 MenKes/Per/X/1993
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 119 MenKes/Per/XI/1993
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919 MenKes/Per/XI/2003
3. Berikut ini kandungan kimia dari jahe yang memiliki efek farmakologi
sebagai antitusif adalah ...
a. Astragalin dan malaleucin
b. Kompleks alfa-glucan dan poligalakturonat
c. Poligalakturonat dan xylan
d. Kompleks alfa-glucan dan astragalin
e. Astragalin dan flavanoid
4. Bagian dari tumbuhan kukurang yang digunakan sebagai obat batuk
adalah...
a. Daun dan biji
b. Kulit dan daun
c. Getah dan buah
d. Ranting dan getah
e. Daun dan getah
5. Batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode
disebut dengan batuk...
a. Batuk akut
b. Batuk kronis
c. Batuk kronis berulang
d. Batuk non-produktif
e. Batuk produktif
6. Nama latin dari Sambiloto adalah...
a. Paederiae Foetidae
b. Andrographis paniculata (Burm.F) nees.
c. Glycyrrhiza glabra
d. Melaleuca leucadendron L.
e. Curanga fel terrae Merr
7. Berikut adalah kandungan kimia dari kayu putih adalah...
a. Lignin dan melaleucin
b. Flavonoid dan tanin
c. Flavonoid dan melaleucin
d. Lignin dan flavonoid
e. Melaleucin dan saponin
8. Bagian tanaman kayu putih yang digunakan sebagai antitusif yaitu...
a. Kulit batang
b. daun
c. ranting
d. Buah
e. Semua benar
9. Tanaman berikut ini yang berkhasiat senbagai antitusif, kecuali...
a. Phyllanthus urinaria L
b. Muntingia calabura L
c. Plantago major L
d. Curanga felterrae Merr
e. Melaleuca leucadendron L
10. Obat antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah...
a. Foskapin
b. Dekstrometorphan
c. Gliseril Guaikolat
d. Ambroxol
e. Codein
11. Proses terjadinya batuk yaitu...
a. Inspirasi - kompresi – ekspirasi - relaksasi
b. Inspirasi - kompresi – entilasi - relaksasi
c. Ventilasi - kompresi - inspirasi - relaksasi
d. Inspirasi - ekspirasi - kompresi - relaksasi
e. Inspirasi - relaksasi - ekspirasi - kompresi
12. Nama latin dari sembukan yaitu...
a. Paederiae Foetidae
b. Phyllanthus urinaria L
c. Glycyrrhiza glabra
d. Melaleuca leucadendron L
e. Curanga felterrae Merr
13. Tanaman herbal yang dapat berinteraksi dengan mengurangi absorbs
beberapa mineral, seperti kalsium, magnesium, tembaga dan seng,
vitamin B12, glikosida jantung dan kumarin adalah …
a. Daun Kukurang
b. Daun Meniran
c. Daun Sendok
d. Daun Sembukan
e. Daun Sambiloto
14. Nama Latin dariDaunMeniranadalah …
a. Phyllanthus urinaria
b. Paederiae Foetidae
c. Andrographis paniculata
d. Melaleuca leucadendra L
e. Curanga felterrae Merr
15. Senyawa yang dilaporkan memiliki aktivitas antitusif pada
herbameniran adalah …
a. Flavonoid, saponin, tanin
b. Quercetin, astraglin, xylans
c. Alkaloid, terpenoiddan lignin
d. Paederon, paederin, paederenin4
e. Sitosterol, stigmasterol, glikosidairidiod
16. Herba yang memiliki aktivitas antitusif yang dapat mengeluarkan bau
busuk yang kuat ketika diremas adalah …
a. Daun Sambiloto
b. Kayu Putih
c. Jahe
d. Daun Sembukan
e. Daun sendok
17. Herba yang mengandung senyawa kimia glisirisin yang merupakan
glikosida saponin triterpene pentasiklik, mempunyai rasa manis
(sekitar 50 kali lebih manis daripada sukrosa) adalah …
a. Andrographis paniculata
b. Zingiber officinale
c. Melaleuca leucadendron L.
d. Hibiscus rosasinensis L.
e. Glycyrrhiza glabra
18. Golongan obat yang berfungsi menghambat atau menekan batuk
disebut...
a. Ekspektoran
b. Antitusif
c. Vasodilator
d. Mukolitik
e. Bronlodilator
19. Yang termasuk infeksi saluran pernapasan adalah
a. Asma
b. Noskapin
c. Rhinitis
d. Faringitis
e. Emfisema
20. Nama latin dari tanaman murbei atau besaran morus adalah
a. Melaleuca leucadendron L.
b. Hibiscus rosasinensis L.
c. Glycyrrhiza glabra
d. Mori australidis Folium
e. Phyllanthus urinaria
21. Kandungan kimia dari glycyrrhizae radix adalah
a. Lakton berupa deoksi-androgapholide
b. Glikosida, saponin, triterpene pentasiklik
c. Lignin dan melaleucin
d. Flavonoid dan tannin
e. Saponin dan alkaloid
22. Nama latin dari bunga kembang sepatu adalah
a. Phyllanthus urinaria L
b. Glycyrrhiza glabra
c. Melaleuca leucadendron L
d. Curanga felterrae Merr
e. Hibiscus rosasinensis L
23. Pada Penggunaan Simplisia tanaman Glycyrrizae Radix sebagai
antitusif memiliki aturan dosis?
a. 10 gram sehari dan tidak lebih dari 6 minggu
b. 5 gram sehari dan tidak boleh lebih dari 6 minggu
c. 15 gram sehari dan tidak boleh lebih dari 5 minggu
d. 20 gram sehari dan tidak bolehh lebih dari 5 minggu
e. Penggunaan dosis tidak ditentukan
24. Tergolong kedalam tanaman yang tumbuh secara liar seperti Prasman
Eupatoriummerupakan salah satu yang memiliki efek farmakologi
sebagai antitusif, diuretik dan stimulan, bagian tanaman yang
digunakan sebagai obat adalah?
a. Akar
b. Batang
c. Daun
d. Bunga
e. Biji
25. Salah satu kandungan kimia yang paling dimanfaatkan pada tanaman
Malaleuca leucadendrom L. Yang dikenal sebagai minyak kayu putih
adalah?
a. Flavonoid
b. Steroid
c. Minyak Atsiri
d. Aldehid
e. Alkaloid

Anda mungkin juga menyukai